Rabu, 13 April 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 3 Chapter 6 : Akhirnya, permasalahan si pria dan gadis itu telah berakhir


x  x  x



  Ketika aku kembali ke ruangan klub dan melihat ke arah luar jendela, matahari mulai terbenam secara perlahan di Pelabuhan Tokyo. Sebuah gorden gelap mulai diturunkan dari arah timur, seperti mencuci bersih warna biru muda di angkasa.

  "Kira-kira, apa yang akan kita lakukan dengan ini...? Aku bahkan sudah membuatkan kue dan semuanya,"

  Yukinoshita mengatakan itu sambil melihat ke arah langit, seperti yang sedang kulakukan.

  Dia benar     sebentar lagi sudah masuk jam tutup sekolah. Bel pertanda sekolah akan ditutup mungkin akan berbunyi tepat ketika kita memotong kuenya.

  Merespon Yukinoshita, Yuigahama memiringkan kepalanya dengan penuh tanda tanya. "Kue Tart? Kenapa ada kue tart disini?"

  "Kenapa katamu...? Oh, aku lupa kalau belum memberitahumu. Aku memanggilmu kesini karena hendak merayakan ulang tahunmu, Yuigahama-san."

  "Huh?"

  "Yuigahama-san, kau tidak pernah datang lagi ke klub belakangan ini...Jadi err, aku ingin memberitahumu kalau kami berharap kau akan datang lagi     atau sejenis itu," Yukinoshita dengan wajah yang memerah mengatakan itu dengan suara batuk yang kecil. Ahem. "Dan juga, well...Kurasa ini bisa kau katakan sebagai rasa terimakasihku."

  Setelah Yukinoshita mengatakna itu, Yuigahama langsung melompat ke arahnya dan memeluknya.

  "...Yukinon, kau ternyata ingat ulang tahunku!"

  Err, mungkin lebih tepatnya jika disebut menebak ulang tahun dari alamat email.

  Tapi Yuigahama tampak ceria sekali, seperti tidak peduli dengan detail-detail kecil seperti tadi.

  "Tapi tampaknya hari ini waktunya sudah hampir habis," Yukinoshita mengatakan itu sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari Yuigahama dengan nadanya yang terdengar aneh.

  Tapi Yuigahama tetap bersikeras, dia lalu menepuk tangannya seperti menyadari sesuatu. Melihat peluang itu, Yukinoshita lalu bergerak dengan cepat sehingga bisa lepas dari Yuigahama.

  "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat?" kata Yuigahama. "Diluar sekolah."

  "Eh? Diluar sekolah, apa maksudmu...?" Yukinoshita tampak meragukan tawaran yang tiba-tiba tersebut.

  Tapi Yuigahama terus membujuknya dengan mengatakan "ayolah, ayooooo" ditambah ekspresi yang hendak mengatakan "aku tahu tempat yang bagus".

  "Aku tinggal memesan tempat entah dimana, jadi jangan khawatir, jangan khawatir. Cuma dengan kue tart saja aku sudah bahagia."

  "Sebenarnya tidak hanya kue tart..."

  "Ja-Jangan bilang kalau aku juga akan diberi hadiah?!"

  Yuigahama melihat ke arah Yukinoshita dengan mata yang berkaca-kaca. Yukinoshita yang baru saja lolos dari pelukan Yuigahama, tampaknya Yuigahama berhasil memperpendek jaraknya lagi.

  Seperti khawatir kalau dia akan melompat dan memeluknya lagi, Yukinoshita menjawab pertanyaan Yuigahama.


  "Well, ya...Tapi aku bukanlah satu-satunya orang yang menyiapkan hadiah," dia mengatakan itu sambil melirik ke arahku.

  "Jadi...Itu artinya..."

  Dia mungkin bisa menebak maksud kata-kata Yukinoshita. Yuigahama hanya bisa menggumam, dan memasang senyum yang terkesan dipaksa.

  "Oh, hahaha. Aku benar-benar tidak berpikir kalau Hikki akan memberiku hadiah juga. Ini agak, tahulah, ini kan agak aneh...sejak hari itu."

  Kedua mata kami bertemu. Tapi kami langsung memalingkan pandangan kami.

  Ketika ada Yukinoshita bersama kami, dia ternyata bisa pura-pura tidak tahu dengan adanya suasana seperti ini dan terlihat akrab dengannya.

  Tapi karena Yukinoshita saat ini sedang menatapku dengan curiga, dia pasti menyadari kalau ada sesuatu yang terjadi, akupun berpikir bagaimana caranya untuk menjelaskan ini. Biasanya, dia tidak mau ikut campur urusan orang lain, tapi anehnya, dia terlihat ingin tahu.

  Akupun mengambil bungkusan hadiah dari tas sekolahku, lalu memberikannya ke Yuigahama.

  "...Nah, ini semua sebenarnya tidak hanya sekedar merayakan ulang tahunmu atau sejenis itu." akupun menambahkan.

  "Huh?"

  Aku yang sudah terperangkap dalam suasana aneh ini, hanya mengatakan beberapa kata untuk mengarahkan percakapan ini menuju percakapan utama yang hendak kukatakan.

  "Aku sudah memikirkan ini. Bagaimana ya? Kita bisa menganggap situasi kita berdua saat ini impas, oke? Aku menyelamatkan anjingmu, lalu kau berusaha untuk mendekatiku     ini seperti 'air yang ada di bawah jembatan'"
[note: Air di bawah jembatan itu ungkapan barat untuk mengatakan tidak perlu terikat dengan masa lalu.] 

  Akupun memberitahu Yuigahama, dan tanpa menunggu reaksinya, aku terus melanjutkan kata-kataku.

  "Maksudku, kau tidak punya alasan untuk peduli kepadaku. Semua biaya rumah sakit dan kompensasi dibayar perusahaan asuransi dari orang yang menabrakku. Juga, pengacara dan pengemudi mobil itu datang dan meminta maaf langsung kepadaku. Jadi kau tidak punya satupun alasan untuk terlibat. Sama halnya dengan perasaan simpati ataupun kepedulianmu kepadaku."

  Setiap kata yang kuucapkan, aku seperti merasakan tekanan yang luar biasa, seperti ada sebuah tangan yang tidak terlihat sedang menekan jantungku. Tapi jika aku tidak mengatakan ini, maka semua ini tidak akan bisa berakhir.

  "Lagipula, Yuigahama, aku menyelamatkan anjing itu bukan karena dirimu."

  Untuk sejenak, Yuigahama melihat ke arahku dengan tatapan mata yang dipenuhi kesedihan mendalam, tapi secara cepat dia memalingkan pandangannya ke arah lantai.

  "Aku ini tidak melakukan sesuatu yang spesial untukmu, jadi kau tidak perlu merasa harus balas budi. Tapi, well, bagaimana ya...? Aku ingin membalas semua perasaan yang sudah kau berikan kepadaku. Dengan begini, kita kembali nol dan kita juga impas. Kau tidak perlu peduli lagi kepadaku. Jadi, kita akan akhiri ini semua disini," Akupun menyelesaikan kata-kataku itu, dan mengembuskan napas yang berat.

  Dadaku terasa sesak.

  Jika ada sesuatu yang terjadi karena insiden itu, maka kita bisa mengakhiri semuanya, termasuk semua kesalahpahaman yang menyakitkan ini dan semua alasan-alasan pembelaan yang terjadi. Mungkin, yang kulakukan ini bisa dikategorikan alasan pembelaan juga.

  Tanpa bisa melihat ekspresi Yuigahama, aku hanya bisa bisa melihatnya berusaha menahan mulutnya.

  "...Kenapa kau harus berpikir seperti itu? Aku tidak pernah berpikir kalau aku...Kalau aku merasa tidak enak kepadamu sehingga aku sengaja keluar dari jalan hidupku atau sejenisnya. Aku hanya, aku..."

  Suaranya yang pelan itu seperti tergetar hebat. Yukinoshita dan diriku hanya mendengarkannya dengan diam. Bagi kami berdua, yang tidak punya skill untuk merespon situasi, itulah yang bisa kami lakukan.

  Sebuah kegelapan mulai menyelimuti sudut ruangan ini. Kurasa tidak lama lagi petang akan tiba.

  "Wow, ternyata ini berat sekali dan aku mulai tidak paham...Kupikir ini akan jauh lebih sederhana..."

  Suara Yuigahama terdengar lebih ceria dari biasanya. Karena dia memaksa kata-kata itu keluar dari mulutnya, mengisi udara ruangan ini, membuat kesunyian ini seakan-akan berteriak untuk meminta tolong.

  "Sebenarnya ini tidak sesulit yang kau bayangkan."

  Yukinoshita berdiri membelakangani cahaya senja. Tiupan angin laut yang muncul dari balik jendela itu membuat rambutnya melambai-lambai.

  "Hikigaya-kun tidak punya niatan untuk membantumu, dan kau tidak punya niatan untuk bersimpati kepadanya, Yuigahama-san...Semuanya memang salah sejak awal."

  "Well, yeah," jawabku, dan Yukinoshita mengangguk.

  "Memang. Jadi aku percaya kalau keputusan dari Hikigaya-kun untuk mengakhiri ini disini adalah hal yang benar."

  Ini sejak awal memang sudah salah, dan aku percaya hasilnya akan salah juga. Tidak peduli perasaan itu jenisnya apa, jawabanku pasti tidak akan berubah.

  Itu adalah perasaan palsu. Berapapun perasaan yang muncul, tetaplah palsu. Bahkan jika perasaan itu adalah perasaan yang spesial.

  Perasaan yang timbul karena sebuah kecelakaan, menjadikan orang yang telah mengorbankan dirinya sebagai tempat untuk menuangkan perasaannya. Perasaan cinta bisa muncul tidak peduli siapa pria yang menyelamatkan dirinya     Aku tidak bisa mengakui perasaan semacam ini sebagai perasaan yang nyata.

  Jika aku menyelamatkannya tanpa mengetahui dia itu siapa, maka dia telah diselamatkan olehku, tanpa mengetahui aku ini siapa. Artinya, perasaan dan simpatinya itu tidak diarahkan ke diriku. Perasaannya itu diarahkan ke 'entah siapa pria yang menyelamatkan dirinya'.

  Ini adalah hal yang paling kubenci ketika terjadi salah paham.

  Aku sudah pernah mengalami itu sendiri dan aku sendiri sudah merasakan kekecewaannya.

  Aku tidak akan mengharapkan sesuatu sejak awal, dan juga aku tidak akan mengharapkan sesuatu setelahnya. Aku tidak akan mengharapkan apapun,  hingga sampai ajal menjemputku.

  Mendengarkan itu semua, Yuigahama hanya terdiam, lalu dia mulai menggumamkan sesuatu.

  "Tapi untuk mengakhiri itu disini...Aku tidak menginginkan itu."

  "...Kau bodoh. Kalau memang berakhir, bukankah tinggal mulai lagi saja dari awal? Tidak ada satupun dari kalian berdua yang salah mengenai ini."

  "Huh?" akupun bertanya setelah mendengar kata-kata yang mengejutkan itu darinya.

  Melihat responku, Yukinoshita hanya memindahkan rambutnya ke belakang bahunya, dan menunjukkan ekspresi dingin.

  "Mengesampingkan tentang siapa menyelamatkan siapa, kalian semua sebenarnya adalah korban, benar tidak? Kalau begitu, kalian sebenarnya hanyalah korban penabraknya. Dengan begitu..."

  Yukinoshita terdiam untuk sejenak. Yuigahama dan diriku terlihat saling menatap satu sama lain.

  "Kalian bisa membuat sebuah permulaan yang benar...Kurasa itu bukanlah hal yang sulit bagi kalian."

  Yukinoshita mengatakan sesuatu yang terkesan ramah - tapi entah mengapa aku merasakan sebuah ekspresi kesepian dari senyum di bibirnya itu.

  Diterangi cahaya matahari yang hendak terbenam, aku tidak tahu apa yang hendak dia katakan dengan kedua matanya yang terlihat setengah tertutup itu.

  "Aku harus melaporkan ke Hiratsuka-sensei kalau kita sudah mengisi kembali kekosongan member klub,"

  Yukinoshita mengatakan itu seperti teringat sesuatu, lalu dia berjalan ke arah pintu.

  Langkah kaki Yukinoshita terlihat lebih cepat dari biasanya. Dia keluar dari ruangan tanpa melihat ke belakang sedikitpun.

  Sekarang hanya ada Yuigahama dan diriku di ruangan ini. Kurasa itu adalah hal yang bagus ketika Yukinoshita mengatakan apa yang ingin dikatakan, tapi dia tidak harus meninggalkan kita berdua di suasana yang aneh ini.

  Yuigahama melirik ke arahku, seperti mencari momen yang tepat, lalu dia berbicara kepadaku seperti hendak mengkonfirmasi.

  "Er, umm, ku-kuharap aku bisa memperoleh hal-hal yang menyenangkan disini."

  Bersamaan dengan keluarnya kata-kata itu, dia merendahkan kepalanya.

  "Oh, oke..." aku tidak tahu apa yang dia maksud dengan 'menyenangkan'.

  Tapi ada sesuatu yang mengganjalku. Aku merasakan ada semacam tusukan kecil dari kata-kata Yukinoshita tadi. Mendebatkan perasaan orang adalah keahlianku, tapi kalau memikirkan keahlianku itu dicuri dariku...

  Sambil tertawa dengan nada yang aneh, Yuigahama menepuk punggungku.

  "...Hei, boleh kubuka kadonya?"

  "Terserah kau saja."

  Aku baru ingat kalau aku menyerahkan kado itu untuknya, tentunya Yuigahama punya hak untuk melakukan apapun dengan kado itu. Tapi, dia masih meminta ijinku untuk membukanya. Setelah dia membuka bungkusnya, kedua matanya melebar dan mengucapkan sesuatu.

  "Whoa..."

  Itu merupakan gabungan tali-tali kecil berwarna hitam yang terbuat dari kulit, dan ada sebuah tag berwarna perak di tengahnya. Harusnya terlihat bagus jika rambutnya berwarna coklat. Bisa dikatakan itu pilihan yang bagus, menurutku. Pengalamanku yang selama ini selalu dipaksa untuk membelikan Komachi kado ternyata tidak sia-sia. Aku memiliki reputasi yang bagus sebagai orang suruhan adikku.

  Seperti mengakui seleraku memilih hadiah, Yuigahama menatap hadiah tersebut dengan gembira.

  "Tu-Tunggu sebentar," Yuigahama mengatakan itu sambil membalikkan badannya dariku. Tiga detik kemudian dia menyentuh bagian belakang rambutnya dan menegakkan kepalanya. "A-Apa ini terlihat bagus untukku?"

  Dia berdiri di depanku, memalingkan pandangan matanya karena malu, aku bisa melihat ikatan berwarna hitam dari kulit itu menyatu dengan kulit putih dari leher Yuigahama. Rambut coklatnya yang disinari cahaya senja dipadu warna hitam kontras tersebut memang cukup indah - dan ya, itu memang terlihat cocok dengannya.

  Tapi, ini agak sulit untuk kukatakan, tapi...

  Ah sudahlah, lebih baik kuberitahu langsung saja.

  "Er...Um, itu adalah ikat leher untuk anjing, tahu tidak..."

  Meski begitu, aku masih penasaran mengapa itu terlihat cocok dengannya...

  "Huh?"

  Wajah Yuigahama terlihat memerah.

  Dia lalu berkata dengan kesal.

  "Ka-Kau harusnya beritahu dulu! Dasar idiot!" Yuigahama berteriak sambil melemparkan kotak pembungkusnya ke arahku.

  Er, apa dia tidak tahu hanya dengan melihatnya? Well, terserah dia saja, lagipula itu juga cocok dengannya...

  "Ugh, terserah...Aku akan menelpon dan memesan tempatnya!"

  Dan dia pergi begitu saja dengan emosi, Yuigahama melepaskan ikat tersebut dan keluar ruangan. Tapi ketika dia membuka pintunya, dia terhenti.

  "...Terima kasih, bodoh!"

  Yuigahama mengucapkan kata-kata itu tanpa melihat ke arahku, lalu menutup pintunya dengan keras. Aku sendiri tidak mampu membalasnya.

  "...Ya ampun."

  Akupun mengembuskan napas yang sangat panjang, dan melihat ke sekitar jendela di ruangan yang tidak berpenghuni ini. Yukinoshita tadi berdiri disini.

  Waktu itu jarakku dengannya tidak kurang dari 2 meter. Entah mengapa, aku merasa kesulitan untuk melintasi jarak tersebut, dan aku bisa merasakan kalau ada sebuah garis yang tidak terlihat tergambar disana.

  Tidak lama lagi kami berdua akan mengetahui apa sebenarnya yang menghalangi kami - atau kau bisa katakan, sebuah kebenaran yang menghalangi kami.








x Volume 3 | END x



  Ini adalah chapter dimana monolog-monolog penting yang sangat berpengaruh di cerita, tidak ditayangkan oleh animenya. Mengutip pernyataan Watari mengenai beberapa poin penting LN yang tidak ditayangkan anime melalui afterwords volume R:

  Mungkin staff animenya lupa untuk menampilkannya...

  ...

  Monolog Hachiman di chapter ini sangat solid. Dia tahu Yui mencintainya. Dia tahu Yui mencintainya karena dia adalah pria baik penyelamat anjingnya.

  Semua argumen yang mengatakan Hachiman tidak tahu kalau Yui menyukainya...Sudah tidak valid lagi.

  ...

  Dalam volume 11 chapter 9, Yui memberikan kue coklat yang merujuk ke request vol 1 chapter 3. Dimana, Yui mengatakan kue tersebut untuk pria yang disukainya. Di chapter tersebut, itu adalah pertemuan pertama Hachiman dengan Yui. Artinya, Yui menyukai Hachiman karena dia adalah penyelamat anjingnya.

  Jika Watari konsisten, maka jawabannya sudah jelas, perasaan Yui ini ditolak. Juga, harusnya Yui tahu dan sadar di vol 11 chapter 9 kalau Hachiman pasti akan menolaknya, karena itu pasti merujuk kembali ke pria penyelamat anjingnya.

  ...

  Yukino mengorbankan dirinya di chapter ini. Maksudnya, Yukino membuat Hachiman dan Yui mempercayai kalau si penabrak-lah yang bersalah atas tragedi mereka. Sedang Yukino mulai membuat sebuah garis yang memberikan dirinya jarak dengan Hachiman.

  Ini dikarenakan kata-kata Hachiman ke Yui, kalau dia tidak mau kepedulian Yui kepadanya atas dasar dia korban kecelakaan itu. Jelas Yukino takut Hachiman merasa kalau kepeduliannya selama ini karena Hachiman korban tabrakan mobilnya. Yukino takut Hachiman menganggapnya sama saja seperti Yui.

  Kondisi ini nantinya mulai terlihat parah ketika Haruno sendiri yang mengkonfirmasi Yukino kalau Hachiman tahu Yukino adalah penumpang mobil yang menabraknya, vol 5 chapter 8.

  Namun entah mengapa, Hachiman berubah di vol 5. Lalu Hachiman mengambil keputusan di volume 6 chapter 5 tentang situasi yang dihadapi Yukino saat itu. Agar menghindari kontak dengan Hachiman, jelas karena situasi awkward kecelakaan setahun lalu, Yukino kini terperangkap dalam drama sinetron Sagami. Hachiman berharap Yukino tetap menjadi dirinya sendiri, dan yang bisa Hachiman bantu hanyalah apa yang dia bisa saat itu, yaitu merelakan masa lalu diantara keduanya, kecelakaan setahun lalu. Hachiman memilih melupakan hal itu dan tetap berada di samping Yukino di kepanitiaan festival budaya. Tentunya, ini memberikan reward kepada Hachiman dari Yukino sendiri.

  ...

  Sadar atau tidak, pembaca pasti menyadari hal ini. Ini sebenarnya peluang emas bagi Yui untuk mendekati Hachiman menggunakan pendekatan yang berbeda, seperti yang Hachiman beritahu. Namun, Yui di vol 5 chapter 6 mengacaukannya. Yui menjelaskan betapa baiknya Hachiman, menolong siapa saja, meski kecelakaan itu tidak akan terjadi, dll.

  Ironisnya, cara pendekatan yang diinginkan oleh Hachiman itu sendiri dilakukan oleh Iroha. Iroha memilih untuk mengenal lebih jauh Hachiman, tidak sekedar sebagai pria yang menolongnya ketika pemilihan kandidat ketua OSIS.

  Sesuai monolog Hachiman di vol 6 chapter 6:

  Kalau kau ingin jawaban yang berbeda, maka kau harus melakukan pendekatan yang berbeda.

  ...

  Menurut anda, mengapa Hachiman bisa menebak dengan persis kalau Yui ini menyukainya karena kecelakaan itu?

  Ini karena Hachiman pernah berada di posisi Yui, tepatnya ketika SMP. Hachiman menyukai Kaori hanya karena Kaori adalah satu-satunya orang yang terlihat peduli kepadanya. Faktanya, kepedulian Kaori itu juga diterapkan ke semua orang, tidak terbatas Hachiman. Sama halnya dengan Hachiman, dia juga akan menolong anjing itu, tidak peduli Yui atau bukan pemiliknya.




1 komentar: