Selasa, 14 April 2020

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol.14 Chapter 7 : Hanya Kehangatan Sentuhan Ini, Yang Bisa Menyampaikan Perasaan Kita Berdua - 2



Waktu berlalu setelah pertemuan di kantor tadi. Kami juga menggelar pertemuan tentang rencana kami ke depan, dan setelah pertemuan selesai, matahari sudah mulai tenggelam. Tekanan dan kelelahan yang kualami ini membuatku berjalan ke parkiran sepeda dengan langkah yang lemas. Meski begitu, aku masih sanggup untuk menuntun sepedaku menuju gerbang utama sekolah.

Tepat sebelum aku melewati gerbang tersebut, aku melihat Yukinoshita sedang berjalan kaki di depanku.

Dia melangkahkan kakinya dengan langkah yang berat, sambil membetulkan mantel dan syalnya. Sungguh berbeda dengan sikapnya yang biasa kulihat. Tidak heran aku mulai bisa mengejarnya, bahkan dengan diriku yang sedang menuntun sepeda ini.

Aku akan merasa sangat bersalah kalau aku hanya melewatinya begitu saja, tapi juga, akan tidak nyaman jika hanya menyapa dan pergi. Aku sendiri belum menemukan kata-kata yang tepat untuk kukatakan, tapi yang paling penting, aku tidak ingin momen ini berakhir dengan sesuatu yang sederhana. Untuk sementara waktu, kuputuskan untuk memikirkan dahulu cara yang terbaik untuk menyapanya.

Secara perlahan, aku sekarang berada di samping Yukinoshita. Dia menatapku sebentar karena terkejut, tapi setelah itu hanya menatap ke arah bawah. Kemudian, dia mempercepat langkahnya. Akupun menyamakan langkahku untuk mengejarnya.

Suara langkah sepatu kami dan suara putaran ban sepeda yang awalnya tidak seirama, lambat laun mulai seirama. Kami terus berjalan tanpa adanya percakapan. Mungkin, kami berdua memang keras kepala, tidak mau menjadi orang pertama yang berbicara karena sudah terlalu lama membisu sejak mengejar langkahnya tadi. Sebenarnya sederhana, karena situasinya yang awkward bagi kami berdua.

Kami melewati beberapa Halte Bus dan sudut jalan, tapi tidak mempedulikannya. Kami juga tidak mempedulikan orang-orang yang lalu-lalang di sepanjang jalan.

Kalau dipikir-pikir lagi, akulah yang meminta bantuannya untuk membantu masalahku itu, jadi kurasa wajar jika aku yang membuka pembicaraan. Kalau begitu, kuputuskan untuk mengatakan sesuatu kepadanya setelah melewati pinggir underpass jalur Kereta Keiyou.

Selangkah, dua langkah terlewati. Tidak lama kemudian, kereta lewat di atas kepala kami. Momen tersebut membuatku merasa kalau seluruh kota menjadi diam dan sunyi. Kutarik napasku dalam-dalam, dan memanggil Yukinoshita yang setengah langkah di depanku.

“Maaf sudah membuatmu terlibat.” Akhirnya aku berhasil mengatakan itu.

“Sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan dalam situasi itu.”

Kata Yukinoshita dengan pelan, tanpa membalikkan badannya.

“Aku sendiri tidak dalam situasi yang bisa menolak itu. Sebenarnya ada apa denganmu? Aku tidak mengerti sama sekali.”

Tempo suaranya bertambah cepat dan dia mengatakan keluhannya.

“Yang kau lakukan tadi itu mirip salesman door to door yang menawarkan agama baru bagi calon pembelinya.”

“Kau terlalu berlebihan. Memang aku sudah mengatakan beberapa fakta dan lainnya hanya bohong saja, aku juga tidak menawarkan solusi sama sekali. Maksudku, tadi berakhir dengan aku yang meminta pertolonganmu, benar tidak?”

“Yang tadi itu sudah lebih dari sebuah rencana penipuan, karena kau tidak menawarkan satupun solusi...Malah, kupikir lebih buruk lagi.”

Aku memang menaruh ketakutan, resiko, dan masalah dalam rencana itu, dan masuk akal bila disebut penipuan. Hanya saja, yang kutawarkan tadi hanyalah resiko saja. Malahan, lebih parah dari sekedar penipuan.

Die mengembuskan napas beratnya.

“Aku tadi ketakutan melihat keluargaku ditipu seperti itu.”

“Kurasa mereka tidak ditipu...Kalau memang semudah itu ditipu, aku tidak akan sampai mengatakan kebohongan yang absurd sejak awal. Aku malah ketakutan karena mereka mau mengikuti permainanku.” Akupun juga melepaskan napas beratku ini.

Baik Nyonya Yukinoshita dan Haruno-san tidak membeli semua penjelasanku. Mereka menolak acara gabungan itu. Mereka hanya menganggap negosiasiku adalah sebuah hiburan semata, meski, mereka juga tidak peduli dengan resiko dari rencanaku.

Yukinoshita tahu ini. Dia kemudian membetulkan posisi tasnya dan menggumam.

“Benar...Ibuku dan Kakakku itu bukan orang yang dengan mudahnya jatuh ke sebuah perangkap yang sangat jelas.”

“Betul kan? Mereka ternyata sangat menakutkan. Serius, apa sih yang ada di pikiran mereka?”

“Entahlah? Mustahil aku bisa tahu itu.” Dia mengatakan itu dengan nada kesal.

Kami berjalan di trotoar jalan raya yang berada di tepi pantai. Kalau tadi aku belok kiri, maka aku bisa melanjutkan perjalananku pulang ke rumah. Tapi, karena kita terus berjalan bersama, maka aku kehilangan momen untuk berpisah dengannya.

...Tidak, bukan itu. Sebenarnya aku bisa pergi sejak tadi, tapi aku memilih untuk tidak pergi.

Ketika kita tiba di underpass, aku memutuskan untuk menuntun sepedaku lewat anak tangga ini. Yukinoshita menaiki anak tangga tanpa melihat ke belakang, dan akupun mengikutinya. Tapi, karena aku harus mendorong sepedaku melawan anak tangga ini, akupun mulai ketinggalan. Dia mulai semakin jauh dan menjauh. Kupakai seluruh tenaga yang tersisa untuk memaksa kakiku agar bisa mengejarnya, ternyata dia menungguku di atas. Ketika kulihat, kedua pandangan kami bertemu, dan dia menatapku dengan penuh apresiasi, kemudian dengan cepatnya dia menolehkan pandangannya. Tapi, tidak lama kemudian dia melanjutkan langkah kakinya.

Dengan langkah seribu, akhirnya aku berhasil mengejarnya dan berada di sampingnya. Sebelumnya yang berjarak setengah langkah, kini hilang. Ketika suara langkah kaki kami berdua seirama, dia melanjutkan kata-katanya.

“Ibuku memberikan tatapan yang biasanya dia berikan ke kakakku...”

“Bukankah itu artinya dia mengakuimu?”

“Bisa saja itu artinya dia sudah menyerah denganku.”

Dia mengatakan itu sambil memasang senyum yang sinis.

“Sepertinya Ibuku belum menganggap diriku bisa menggelar dengan baik acara Malam Perpisahan tempo hari, dan sekarang, kita hendak menggelar acara serupa yang lebih beresiko. Wajar saja kalau Ibuku kecewa.”

Dari nadanya, sepertinya dia kecewa dengan dirinya sendiri. Seperti tidak tahu harus menjawab apa, entah mengapa kakiku terasa berat, dan dia mengambil momen itu untuk berdiri beberapa langkah di depanku.

“Maaf, harusnya aku tidak ikut campur dengan masalah keluargamu ataupun masa depanmu. Pada akhirnya, aku hanya memberimu masalah lain...Aku akan bertanggungjawab untuk itu.”

Aku mengatakan itu sambil bergegas mengejarnya.

“Kau tidak perlu melakukan itu. Kau tidak punya alasan untuk bertanggungjawab atas apa pilihanku. Kau harusnya mengurusi hal lainnya saja.”

Sebelum aku berhasil mengejarnya, kata-kata itu terdengar olehku. Langkah kakinya tampak mulai berat, dan dengan napas yang tersengal-sengal, dia berkata dengan pelan.

“Kenapa kau mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal?”

Aku tidak tahu apa ekspresinya karena dia sedang menatap ke bawah, tapi kata-katanya dipenuhi oleh nada yang sedih.

Aku harus menjawab apa?

Akupun terdiam. Aku punya waktu untuk menjawabnya. Kami menunggu dua mobil lewat terlebih dahulu, namun setelah itu ternyata dia sudah tiga langkah di depanku. Sebenarnya ini bukan momen untuk berpikir, tapi untuk mempersiapkan diriku untuk sesuatu.

“Itu...Karena itu adalah satu-satunya cara bagiku agar bisa terus berhubungan denganmu.”

“Apa?”

Yukinoshita menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya. Ekspresinya sangat terkejut, dan sepertinya dia hendak mengatakan tidak mengerti apa maksudku.

“Kalau klub bubar, maka tidak akan ada sesuatu yang bisa menghubungkan kita lagi. Aku tidak bisa mencari alasan lainnya agar bisa terus berhubungan denganmu.”

“Kenapa kau sampai...”

Lampu dari mobil yang lewat underpass menyinari wajahnya. Terlihat wajahnya yang terkejut, seperti hendak menggigit bibirnya saja.

“Bagaimana dengan janji kita tempo hari? Bukankah kubilang untuk memenuhi permintaannya, benar tidak?”

Suaranya tampak bergetar hebat, dan tatapannya mengarah ke arah lantai trotoar, seperti menyesali akan sesuatu.

“Sebenarnya yang kukatakan ini tidak ada hubungannya dengan itu.” Dia malah memberikan ekspresi tanda tanya setelah aku mengatakannya.

Warna orange dari mobil-mobil yang lewat di overpass memberikan kesan cahaya petang dan membuat silau mataku. Kututup mataku sejenak dan melanjutkan.

“Dia memberitahuku kalau permintaannya adalah ingin melihatmu ada di tempat itu lagi sepulang sekolah, tempat yang saat ini tidak ada apapun disana.”

Ketika kuberitahu Yukinoshita tentang requestnya, dia terdiam. Dia berusaha memalingkan wajahnya dariku seperti berusaha menyembunyikan air matanya.

“Kita masih bisa melakukan itu, tanpa kau harus menciptakan masalah-masalah tadi.”

“Masalahnya, aku tidak bisa lagi seperti itu. Entah itu sekedar kenalan, teman, atau teman sekelas, entah kau sebut apa itu, aku sendiri tidak yakin bisa melanjutkan hubungan seperti itu lagi.”

“Mungkin benar untuk dirimu, tapi...Aku bisa melakukannya. Malah, mungkin aku bisa melakukannya dengan baik...Karena itulah, aku akan baik-baik saja.” Katanya, sambil mulai melangkahkan kakinya untuk mengakhiri pembicaraan ini, seperti hendak menghapus masa lalu saja.

Melihatnya yang keras kepala, membuatku memasang senyum sarkas di wajahku.

“Sebenarnya aku tidak perlu mengatakan ini, tapi skill komunikasi kita berdua sangatlah buruk, dan kita sendiri terlalu kompleks. Dan yang paling utama, kita berdua paling buruk dalam bersosialisasi. Aku malah berpikir kalau aku tidak akan pernah bisa bagus dalam hal itu. Karena itu, kalau kita akhirnya membuat jarak, aku sangat yakin kita akhirnya akan menjadi semakin jauh. Karena itulah...”

Aku berada beberapa langkah di belakangnya. Sosoknya semakin jauh dan menjauh, ketika aku menjulurkan tanganku, timbul keraguan dalam diriku. Kalau aku ingin terus melanjutkan pembicaraan, aku tahu kalau aku bisa menghentikan langkahnya dengan suaraku. Tapi, akan sangat sulit berbicara jika terus berjalan. Dan yang paling utama, kalau aku tidak punya alasan yang bagus, mustahil aku bisa menggenggam tangannya.

Tapi...Aku punya alasan yang bagus. Sebuah alasan yang tidak bisa ditawar-tawar.

“Kalau aku membiarkanmu pergi saat ini, maka aku tidak akan bisa mendapatkanmu kembali.”

Kukatakan itu seperti sudah yakin dengan diriku sendiritidak, sebenarnya aku sedang meyakinkan diriku, dan akupun mencoba menggenggam tangannya. Ini sungguh kacau karena tanganku satunya sedang mendorong sepeda, dan tanganku ini sedang berkeringat. Aku sendiri tidak tahu seberapa kuat genggaman tanganku ini. Meski begitu, aku berhasil memegangi pergelangan tangannya. Pergelangannya yang kurus itu sangat pas digenggam tanganku.

“...”

Dia tertegun dan langkahnya terhenti. Saking terkejutnya, dia sampai tidak tahu harus melihat antara tangannya atau wajahku.

Kupasang stander sepedaku dan menaruhnya dengan tanganku yang lain. Aku tidak ingin melepaskannya karena aku takut dia menjauhiku seperti seekor kucing yang bertemu orang asing.

“Yang akan kukatakan selanjutnya ini sangatlah memalukan, saking memalukannya sampai-sampai aku ingin mati saja, tapi...” kataku, tapi hanya embusan napas berat yang terdengar oleh telingaku.

Dia mulai merasa tidak nyaman dan berusaha lepas dari genggamanku. Dia seperti seekor kucing yang tidak suka menyentuh air dengan tangannya. Sebenarnya aku ingin melepaskannya, tapi setidaknya setelah percakapan kami selesai.

“Ketika kubilang aku akan bertanggungjawab, sebenarnya itu saja tidaklah cukup. Aku tidak melakukan ini karena aku diharuskan seperti itu atau sejenisnya. Sebenarnya, aku sendiri ingin bertanggungjawab...Atau aku ingin kau membiarkanku mengambil tanggungjawab itu...”

Semakin lama aku berbicara, aku semakin benci dengan diriku, dan semakin longgar genggaman tanganku kepadanya. Mau bagaimana lagi, aku mulai jijik dengan diriku karena mengatakan kata-kata itu. Secara perlahan, tanganku melepaskan genggamannya, dan lengannya turun begitu saja.

Tapi, dia tidak menjauh dan tetap disitu. Dia hanya memegangi tangan yang sedari kupegang, tanpa menatap ke arahku. Namun, dia sepertinya bersedia mendengarkan lebih lanjut. Melihat hal itu, akupun melanjutkan.

“Mungkin kau tidak menginginkan ini, tapi...Aku ingin terus berhubungan denganmu. Bukan karena itu harus kulakukan, tapi karena aku yang menginginkan seperti itu...Karena itulah, berilah aku ijin untuk membuat kekacauan di hidupmu.”

Mulutku hendak menutup setelah mengatakan itu semua, tapi aku memilih untuk menarik napas secara perlahan, dan mengembuskannya pelan-pelan, sambil berharap aku tidak melakukan satupun kesalahan. Ajaibnya, aku bisa melakukannya. Sementara itu, dia hanya mendengarkan saja dan menatap ke arah tangannya.

“Membuat kacau...? Apa maksudmu?”

Ternyata, dia menjawab kata-kataku, dan menatapku dengan penuh tanda tanya. Karena aku tidak ingin terjadi kesunyian, maka akupun berkata.

“Aku tidak punya sesuatu yang bisa mengubah hidupmu. Aku yakin kita berdua akan bisa menjalani hidup dengan baik setelah kita lulus nanti, dan setelah melalui beberapa masalah akhirnya bisa punya pekerjaan. Tapi kalau kita terus berhubungan, mungkin kita akan berhenti dan berputar-putar sejenak...Jadi, hidup kita akan menjadi lebih kacau.”

Merespon kata-kata tidak logisku tadi, dia akhirnya tersenyum, meski senyum itu penuh dengan aura kesepian.

“Apa maksudmu hidupku sejak awal memang sudah kacau...”

“Aku juga begitu. Kita bertemu, kita berbicara, kita belajar karakter satu sama lain, dan kita tumbuh bersama...Tapi ketika kulihat lagi, hidupku sendiri lebih kacau dari biasanya.”

“Mau bagaimana lagi, kau memang sudah kacau sejak awal...Bukannya aku bilang kalau diriku berbeda.”

Kata-katanya mengena dengan situasi kami berdua, dan kamipun hanya bisa tersenyum kecut.

Aku adalah orang yang sudah lama menipu diriku sendiri, dan dia sendiri orang yang terlalu jujur. Bagi orang lain, kami terlihat seperti orang dengan karakter yang aneh. Kami berdua terlihat berbeda sehingga kami seperti tidak cocok satu sama lain, tapi kalau dari sudut pandang orang yang dianggap aneh itu, mereka semua terlihat sama. Setiap kali orang-orang aneh ini berhubungan, bentuk kami terus berubah, dan pada akhirnya sampai di titik dimana kami sudah tidak bisa kembali ke bentuk yang dulu lagi.

“Semua akan lebih kacau ke depannya. Tapi semakin kacau hidupmu, maka semakin banyak yang kutawarkan untukmu.”

Sebenarnya aku tahu kalau yang kukatakan tadi tidak begitu penting.

“Well, aku sendiri tidak punya aset, jadi hal-hal yang bisa kuberikan kepadamu adalah sesuatu yang tidak jelas seperti waktuku, perasaanku, masa depanku, atau hidupku.”

Aku sendiri sadar kalau janji-janji semacam itu tidak memiliki arti apapun.

“Hidupku sendiri selama ini belum bisa dibilang bagus, dan aku tidak berpikir kalau di masa depan akan lebih baik lagi, tapi...Kalau aku akan ikut campur dalam hidup seseorang, maka wajar jika aku menawarkan apa yang bisa kutawarkan saat ini.”

Saat ini, aku seperti sedang mengukir kata-kata yang perlu kukatakan kepadanya. Meskipun nantinya aku tahu itu tidak akan menyampaikan apapun, namun aku harus memberitahunya.

“Aku akan memberikanmu segala yang kupunya. Jadi, biarkanlah aku menjadi bagian dari hidupmu.”

Mulutnya mulai terbuka secara perlahan, seperti hendak mengatakan sesuatu. Dia menatapku dan mengatakan sesuatu, dimana aku tahu yang keluar adalah kata-kata yang berbeda dengan yang ingin dia katakan sebenarnya, dengan suara yang bergetar.

“Mustahil akan bisa berimbang. Masa depan dan jalan hidupku tidak punya nilai yang seperti itu...Tapi kau sendiri punya lebih dari itu...”

Dia menatap ke arah trotoar dan kata-katanya mulai menghilang. Tapi, aku langsung mengatakan hal-hal yang sarkas dengan senyuman dan arogansi setinggi mungkin.

“Ya untunglah. Karena kebetulan juga, hidupku sendiri sedang tidak bernilai saat ini. Sahamku sedang anjlok sehingga berada di harga terendah. Jadi, aku sekarang sedang mengadakan cuci gudang, dan jika kau beli sekarang, kujamin akan segera balik modal.”

“Presentasimu buruk sekali. Itu terdengar seperti sebuah penipuan investasi.”

Kami berdua tersenyum.

Kemudian dia mengambil satu langkah menuju ke arahku dan secara perlahan memukul kerah seragamku, dan menatapku dengan air mata di kedua matanya.

“Kenapa kau selalu mengatakan hal-hal bodoh dan omong kosong seperti itu? Apa kau punya hal lain yang harus kaukatakan kepadaku?”

“Karena aku tidak bisa...Karena aku tidak bisa menggambarkan semua ini dengan kata-kata saja.”

Aku hanya bisa tersenyum pahit dan mengatakannya dengan nada yang menyedihkan.

Karena kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan ini semua. Meski aku sudah mengatakan apa yang ada di pikiranku, berusaha menunjukkannya, menaruh candaan, dan bahkan menaruh kalimat-kalimat umum disana, aku sendiri tidak yakin itu bisa menyampaikan sesuatu.

Perasaan tidak semudah itu. Meski aku berusaha menyampaikan perasaanku dengan kata-kata, tapi aku berusaha menyampaikan semuanya dalam satu momen, yang terlihat hanyalah sebuah kebohongan saja.

Aku sudah berusaha menggambarkannya dengan berbagai kata, dengan logika-logika gila yang ada di kepalaku, menaruh semua alasan yang terpikirkan, kondisi sekitar, situasi bersama, mengatakan semua jawabanku, menghilangkan semua rintangan, dan menutup rute pelarian yang ada...Akhirnya aku bisa sampai di titik ini.

Mustahil bisa memahami itu semua dengan kata-kata ini. Tapi tidak apa-apa bila itu tidak bisa dipahami. Tidak masalah bila tidak tersampaikan. Aku hanya ingin mengatakannya, tidak lebih.

Melihat senyum menyedihkan dari diriku, dia perlahan mengatakan sesuatu.

“Aku ini orang yang kompleks.”

“Aku tahu itu.”

“Yang kulakukan selama ini hanyalah memberimu masalah saja.”

“Sudah terlambat untuk menyadari itu.”

“Aku ini keras kepala dan tidak ada bagus-bagusnya.”

“Memang.”

“Kau harusnya menyangkal yang tadi.”

“Itu request yang mustahil.”

“Aku merasa kalau aku akan terus bergantung kepadamu dan menjadi lebih tidak berguna.”

“Itu artinya aku hanya perlu menjadi lebih tidak berguna dari dirimu...Kalau semua orang menjadi tidak berguna, maka tidak akan ada yang tidak berguna.”

“Lalu aku”

“Tidak apa-apa.”

Kupotong kata-katanya ketika dia hendak mencari kata-kata yang ingin diucapkannya.

“Tidak peduli kau ini merepotkan ataupun menjengkelkan, aku tidak masalah dengan itu. Malahan, mungkin aku lebih suka yang begitu.”

“Apa...? Itu tidak terdengar bagus sama sekali.” Dia memukul kerahku lagi, namun hanya bisa menunduk saja.

“Ouch...” Begitu responku, meski sebenarnya tidak sakit sama sekali.

Bibirnya tampak cemberut dan bertanya kepadaku.

“Sebenarnya, lebih parah dari itu, benar tidak?”

“Kadang, jujur saja aku tidak mengerti apa masalahmu, karena kau sendiri terlalu kompleks. Ada beberapa momen dimana kau membuatku khawatir, tapi kupikir itu adalah hal-hal dimana aku memang tidak akan bisa mengontrolnya, karena aku sendiri sama seperti itu...Aku yakin ke depannya aku akan sering-sering komplain soal itu, tapi kupikir kita bisa melakukannya.”

Tiba-tiba dia memukulku lagi ketika aku selesai mengatakan itu, dan dengan senang hati kuterima.

Kemudian, secara perlahan kupegang tangannya yang kurus itu.

Jujur saja, kuharap aku bisa melakukan ini dengan cara yang lain. Tapi aku hanya bisa memikirkan cara ini saja.

Seandainya ada kata-kata yang bisa kupakai untuk menyampaikan ini kepadanya.

Seandainya yang kurasakan ini jauh lebih sederhana.

Jika ini hanyalah sebuah perasaan cinta dan suka yang sederhana, aku yakin aku tidak akan merindukannya sedalam ini. Aku yakin kalau aku melepaskannya begitu saja, maka aku akan kehilangan dirinya untuk selamanya.

“Aku tidak berpikir kalau diriku ini cukup untuk mengkompensasi kekacauan yang kubuat di hidupmu, tapi setidaknya, aku akan memberimu segalanya. Kalau kau tidak memerlukannya, kau bisa membuangnya. Kalau itu mengganggu, kau bisa lupakan saja. Aku akan memberimu segalanya, apapun keputusanmu, jadi kau tidak berkewajiban untuk menjawabku.”

“Tidak, biarkan kukatakan ini.”

Dia terlihat sesenggukan dan mengangguk.

Kemudian, dia bersandar di bahuku.

“Tolong berikanlah hidupmu kepadaku.”

“Itu serius sekali...”

Aku mengatakannya secara spontan, dan dia menanduk bahuku dengan kepalanya untuk memprotesku.

“Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, jadi aku harus bagaimana...?”

Dia lalu bersandar di bahuku sambil memegangi kerah seragamku, mirip anak kucing yang sedang menggigit.

Hanya kehangatan sentuhan ini, yang bisa menyampaikan perasaan kita berdua



x Chapter 7 | END x







Yukino yang awalnya yakin Yui akan meminta Hachiman terus bersamanya, ternyata salah kalkulasi. Yukino meremehkan Yui.

Yui di volume ini lebih bijak dan mau menerima kenyataan bahwa Hachiman tidak mencintainya.

...

Hachiman sebenarnya masih punya banyak waktu untuk menembak Yukino, tapi dia memutuskan untuk mengatakannya sekarang. Mungkin, momen dan lokasinya mendukung.

...

Dengan ini, saya selaku translator LN Oregairu, mengesahkan pasangan ini. Jika masih ada diluar sana berkhayal dengan gadis lainnya, mungkin bisa dimaklumi karena belakangan ini banyak yang stress di dalam rumah terus. Ditambah lagi penayangan animenya ditunda.

...

Saya kadang berpikir, mungkin saja karakter Ayah Yukino ini mirip dengan karakter Hachiman. Coba kita bayangkan sejenak...

Ayah Yukino awalnya adalah seorang pengusaha, lalu berhasil dan memiliki grup usaha, setelah itu terpilih menjadi anggota DPRD.

Skill manajemen ada...Melihat berbagai event yang sukses diadakan.

Skill menggaet pemilih ada...Lihat pemilihan ketua OSIS, meski dengan taktik kotor. Tapi hei, memangnya di dunia real benar-benar bersih? Ciee...gw ngomongnya serius bangeet.


49 komentar:

  1. Akhirnya, mereka dapat menyampaikan perasaannya. Cara mereka menyampaikan benar-benar berbeda dengan kebanyakan orang yang mudah sekali menyampaikan perasaan suka atau cintanya. Mereka sangat unik ya.

    Kupikir hal-hal semacam inilah yang membuat LN ini begitu populer. Pokoknya, The best Rom-Com lah.

    BalasHapus
  2. pernyataan cinta yang rumit, tapi ya memang keduanya rumit jadi bisa saling memahami apa yang dikatakan satu sama lain. chapter yang paling kutunggu di volume ini. makasih dah ditranslate min

    BalasHapus
  3. tentang bapaknya Yukino, kan nanti ada di Yukino-side

    BalasHapus
  4. Akhirnya penantian panjang yang terbayarkan, hahha
    Rasanya lega abis baca chapter ini

    BalasHapus
  5. Tinggal tunggu momen ini dianimasikan saja, semoga bisa disajikan dg baik dan tidak banyak adegan dan percakapan yg dipotong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya soal itu aman deh, karena season ini cuma tinggal 3 volume. Kalo jatahnya 12 eps berarti 4 episode per volume, perfect dah

      Hapus
  6. Jiwaku meronta ronta!!

    BalasHapus
  7. Semangat gan,moga diterusin smpe chapter 10:)

    BalasHapus
  8. Mantap sekali judulnya 😂
    Yukinon emang sering sentuh² hachiman, sampe akhirnya merasa nyaman 😂

    BalasHapus
  9. Moment yang ditunggu-tunggu, tinggal sweetnya doang.
    Terima kasih buat bang Aoi udah setia ngeTL sejauh ini.

    BalasHapus
  10. Lebih mirip sebuah lamaran daripada pengakuan cinta. Untuk kelas anak SMA kata"nya terlihat cukup berat, tapi menimbang mereka peringkat 1 dan 3 sastra jepang dan ditambah skill komunikasi mereka ya cukup wajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara nembaknya hachiman banget, syukurlah jadinya ama yukino seperti yg diinginkan hahaha. Terima kasih buat Watari Sensei Dan Bang Aoi

      Hapus
    2. Itulah yang diinginkan semua orang, kurasa :)

      Hapus
  11. Naks anti sosial nembak belike

    BalasHapus
  12. Min ditunggu lanjutannya,karena jiwa bucin ku meronta" :v

    BalasHapus
  13. Hahah.. Jiwa aing terbakar..
    Akhirnya 8man nembak yukinon dan akhirnya di Terima. Meski nembak nya dengan cara yg tidak wajar.. Mantulll..
    Akhirnya saya merasa lega. Saya sudah nunggu² momen ini dari 2015 sampe skarang 2020.5 tahun anjay.. Thanks bang aoi.. Udh translate light novel oregairu..

    BalasHapus
  14. Pernyataan cinta yg ribet sekali, tapi nice lah 😂😂

    BalasHapus
  15. Yuuuhuuuuu ahhh tamat lah. Sedih sedih gimana gitu

    BalasHapus
  16. Ni novel udh sampe sini aja kah?
    Gk ada lanjutan nya lg kah?
    Tolong jawab!

    BalasHapus
  17. Hadeh, kenapa ini menjadi vol terakhir, padahal akan lebih bagus kalo jalan ceritanya di panjangin lagi walau pun sudah panjang wkwk

    BalasHapus
  18. sisa 3 ch lg,sdh baca yg eng nya,tapi dengan toefl dibawah 500, feelnya gak dpet, semangat admin aoi, translator aoi dabest

    BalasHapus
  19. Terimakasih atas kerja kerasnya admin, mantap jiwa chapter 14 ni 8man akhirnya jujur dg perasaanya, terimakasih hiratsuka sensei...
    sehat selalu semangat translate admin...


    Hiratsuka-sensei masih aja jomblo kawaii-sou siapa saja tolong nikahi dia-_-

    BalasHapus
  20. bang.. biasa translate dari raw gak.. gw ada raw yukino antology kalo mau..

    BalasHapus
  21. Udah 1 setengah bulan Tak kunjung update TT

    BalasHapus
  22. Oke..
    Setelah gw cari² ternyata ada yg teranlate volume 14 samapai complite.
    Dan jangan tanyakan soal kualitas translate nya. Hahaaha.
    Gw masih lebih suka dengan gaya translate blog zcaoi..

    BalasHapus
  23. Semangat min ditunggu nih cp selanjutnya ,pengen lihat momen hikixyukino lagi

    BalasHapus
  24. Min.. mau nanya nih soal vol 12.
    1. Itu Yukino pas nerima request pribadi kok gk di hentiin apa karena hacima udah janji mau bantuin...
    2. Pas keluar dari ruang rias kok haciman ngajak 'dia' gandengan tangan maksudnya apasih
    3. Haciman kok dibolehin dansa ama Yukino apa dah yakin gk bakal macem2 ato apa...
    4. Kok haciman ngajak 'dia' kencan kan dah gk ada tanggungan lagi ato ada tujuan lain
    5. Maksud kata2 Yui pas ditoko perabot itu intinya apa ya...
    6. Ibu yukino itu tujuannya kesekolah nyampein pendapat aja ato ada maksud laen...
    7. Intinya chapter terakhir gimana sih kok sampe nangis2 trus interlude yang pahlawan2 itu
    8. Ini yang terakhir, kok scene IroYuki gk diilustrasiin

    Tolong dijawab min, gk ngerti

    BalasHapus
  25. Min mau nanya nih soal vol 12
    1. Kenapa Yukino pas nerima reques buat pribadi kok gk dihentiin apa karena haciman udah janji mau bantuin
    2. Itu pas mau keluar dari ruang rias Haciman kok ngajak gandengan tangan maksudnya apaan sih
    3. Kok Yukino ngebolehin Haciman dansa apa karena gk bakal macem2
    4. Hachiman ngapain ngajak 'dia' kencan maksudnya apaan coba...
    5. Kata2 Yui pas di toko perabot intinya gimana...
    6. Ibunya Yukino kesekolah buat nyampein pendapatnya ato ada maksud lain
    7. Intinya chapter terakhir itu gmn sih kok samle nangis2 dan interludnya ttg sang pahlawan2
    8. Ini yabg terakhir. Adegan IroYuki gk diilustrasiin knapa ya....

    Tolong dijawab min gk ngerti banget apalagi chapter terakhir

    BalasHapus
  26. Itu Yukino perangainya lucu banget yak, haha, beda sekali dengan imejnya yang anggun dan kalem. Berasa seperti ya memang seorang gadis yang kasmaran.

    BalasHapus
  27. Uwuwu, gara gara anime ditunda dan nggak sabar pengen lihat endingnya, ketemulah sama blog ini

    BalasHapus
  28. Emang bukan cinta/suka yang biasa.kata2nya aje "akan kuberikan hidupku" dan "tolong berikan hidupmu padaku"

    BalasHapus
  29. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  30. Min translate LN anthology juga dong hehehe, masih setia menunggu.. tengkyu ya min :)

    BalasHapus
  31. Njirr gw ketinggalan
    dah pada banyak yang baca(ಠωಠ

    BalasHapus
  32. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - GOPAY
    - Link AJA
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
    add Whatshapp : +85515373217 x-)

    BalasHapus