Selasa, 31 Mei 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 2 : Meski Begitu, Hikigaya Hachiman menolaknya - 1


x x x





  Setelah beranjak gelap, suhu tiba-tiba turun dengan drastis dan embusan angin ini terasa lebih menusuk dari biasanya. Sambil berjalan di trotoar taman yang berada antara stasiun dan sekolah, terlihat beberapa daun pohon beterbangan tertiup angin dari utara.

  Aku lalu membetulkan kerah dari mantelku dan mengubur sebagian wajahku di syal. Berjalan di depanku, Yukinoshita, Yuigahama, dan Miura. Aktivitas Klub hari ini dibatalkan karena kita harus melaporkan hasil dari request Miura dalam perjalanannya menuju pesta perayaan.

  Di sepanjang perjalanan, pembicaraan kami, mungkin tepatnya, hanya Yuigahama yang berbicara sendirian, menjelaskan tentang apa yang terjadi di marathon barusan. Setelah mendengarnya, Miura mengangguk sambil tetap menguburkan sebagian wajahnya dalam syalnya.

  "Begitu ya..."

  Rambut Miura yang dikubur oleh syal wol tersebut terlihat sedikit berkibar ketika mengatakan itu ke Yuigahama, yang juga sedang bermain-main dengan sanggul rambutnya.

  "Yep, karena itu kupikir sekarang baik-baik saja. Mungkin begitu."

  Mendengarkan penjelasan yang abu-abu dari Yuigahama, Miura lalu menatap ke arah langit yang berada di atasnya sambil terus berjalan ke depan.

  "Ya sudah, kalau memang akhirnya akan begini, kurasa mau bagaimana lagi, lagipula yang melakukan itu Hayato. Aku merasa lebih baik kalau begitu."

  Dia lalu berhenti sejenak, meluruskan posisi berdirinya seperti melemaskan punggung atau semacam itu, dan menyilangkan tangannya ke belakang. Aku tidak tahu seperti apa ekspresinya karena aku ada di belakangnya. Tapi, aku merasa kalau kedua matanya seperti terang dan cerah, mirip langit di musim dingin.

  "Heh, sebenarnya yang mendapatkan masalah itu ya gadis-gadis yang disebut dalam sambutan Hayama tadi."

  "Hikki, diamlah!" Yuigahama memukulku dengan sikunya.

  Miura lalu memalingkan pandangannya ke arahku.

  "Huh? Aku tidak mau mendengar itu darimu, Hikio."

  "O-Oke..."

  Woaah...Miura-tan, kau menakutkan sekali...Miura menatapku sejenak, tapi dia terlihat menahan sesuatu dan mengambil satu langkah ke depan. Dengan suara yang pelan seperti ditujukan kepadaku, dia mengatakan sesuatu.

  "Hanya saja...Well...Begini, meski itu terasa mengganggu," kata Miura, lalu dia berputar. Mantel dan rambutnya yang berkilau itu seperti sedang menari.

  "Kurasa, tidak masalah jika akhirnya begini."

  Tubuhnya masih berputar secara perlahan, ekspresinya tampak malu-malu.

  Entah mengapa aku merasa terpesona ketika dia mengatakan itu dengan senyum yang manis. Melihatnya mengatakan itu dengan sederhana. Saking sederhananya, sehingga kau bisa melihat kejujurannya disana. Karena itulah, dia bisa menunjukkan apa yang ada dalam hatinya.

  Untuk sejenak, aku terpesona dengan senyumannya. Ketika dia menyadari tatapanku, dia menarik kembali senyumnya dan mulai berjalan dengan ekspresi yang kurang nyaman.

  "Oh ya sudah...Kurasa itu cukup. Ternyata penyelesaiannya tidak sulit-sulit amat..."

  Ketika diriku kembali ke sedia kala karena suara itu, Yuigahama masih terlihat meremas-remas mantelnya. Berdiri di sebelahnya, Yukinoshita melihat Miura dengan ekspresi terkejut.

  Kurasa, tidak ada yang mengejutkan dari Miura. Bahkan ketika darmawisata lalu, Miura sudah tahu apa tujuan Hayama dan Ebina. Mungkin, perasaannya waktu itu bisa disebut genuine...Tidak lupa juga kalau Miura-san ini memiliki sifat keibuan!

  Miura lalu membalikkan badannya seperti baru sadar kalau kami masih berdiri terdiam di belakangnya.

  "Yui, erm, aku minta maaf atas banyaknya hal yang sudah terjadi...Juga, terima kasih."

  Dia menatap Yuigahama sambil menepuk bahunya. Lalu, dia memalingkan pandangannya ke arahku.

  "Ahh, Hikio juga."

  Dia bahkan tidak peduli...Aku diperlakukan seperti figuran saja, tidak lupa juga kalau namaku bukanlah Hikio. Ya sudah, dipanggil itu saja tidak masalah.

  "Juga...Yukinoshita-san? Kau...Um, tahulah, ini seperti..."

  Miura memindahkan tatapannya dariku dan menuju Yukinoshita. Dia seperti kesulitan untuk mengatakannya, tapi dia sebenarnya terlihat memiliki keinginan kuat, dia lalu menatap Yukinoshita sambil menundukkan kepalanya.

  "Maaf."

  Yukinoshita hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya, tapi setelah menarik napas dalam-dalam, dia mengibaskan rambut yang ada di bahunya.

  "Aku tidak ada masalah dengan itu. Mungkin lebih tepatnya, aku menghargai keberanianmu dalam berargumen denganku tempo hari."

  "Tch, ada apa dengan kesombonganmu barusan? Itu membuatku jengkel...Aku seperti minta maaf untuk hal yang sia-sia."

  Kata-kata mereka mungkin terdengar kasar, tapi sebenarnya nada suara mereka terdengar lembut.

  Yuigahama melihat mereka berdua dengan penasaran, tapi seperti tidak mampu untuk menahannya lagi, dia lalu melompat ke arah Miura dan Yukinoshita.

  "Oke! Kalau begitu ayo kita pergi ke pesta perayaan!"

  "Aku..."

  Dipegangi oleh Yuigahama, Yukinoshita memberikan sinyal seperti hendak menolak ajakan itu. Miura, yang berada dalam genggaman Yuigahama juga, menatap ke arah Yukinoshita.

  "Kenapa kau tidak ikut bergabung sekalian?"

  "...Kalau cuma sebentar saja, kurasa bisa."

  Keraguannya hanya bertahan sebentar saja. Yukinoshita menjawabnya dengan tersenyum. Melihat itu, Miura langsung memalingkan wajahnya.




x x x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar