Rabu, 08 Juni 2016

[ REVIEW ] Garden of Words | Kotonoha no Niwa


x x x



  Garden of Words, merupakan anime yang rilis tahun 2013 dengan sumber cerita original. Genre anime ini beragam, dari drama, slice of life, romance, dll. Namun saya mencoba menyederhanakan ini, menjadi genre romance saja.

  Biasanya, saya menilai karya original itu dari 3 aspek: Studio, sutradara, scriptwriter. Anda bisa menyebutnya 3S atau apalah itu. Scriptwriter bisa anda artikan juga sebagai penulis naskah.

  Untuk studio yang menggarap anime ini, merupakan kolaborasi dua studio, CoMix Wave dan Answer. Tidak banyak yang bisa saya katakan, karena dua studio ini bukanlah studio anime musiman. Untuk CoMix Wave, salah satu karya yang terkenal dari mereka adalah 5cm persecond. Bagaimana dengan Answer Studio? Studio ini mengerjakan beberapa adegan di beberapa anime terkenal, misalnya Silver Spoon, Psycho Pass, Black Butler, dll. Terkesan sebagai studio murahan bukan? Tapi bagaimana jika saya katakan kalau studio ini sangat terkenal dalam dunia anime western. Saya sebut misalnya seri anime Batman, Transformers, Avengers, Doctor Strange, dll. Yep, anime-anime tersebut buatan Studio Answer. Jadi menjadi pembantu dalam adegan anime-anime Jepang merupakan pekerjaan sampingan mereka. Kesimpulannya, kedua studio ini merupakan studio dengan "level yang berbeda" dari studio biasa.


  Bagaimana dengan sutradara? Sutradara dan penulis naskah anime ini adalah orang yang sama, yaitu Makoto Shinkai. Merasa asing dengan nama tersebut? Dia adalah sutradara dan penulis naskah anime 5cm. Saya kira menulis contoh anime karyanya barusan sudah merupakan jawaban tentang kualitasnya.

  Jika 3S mendapatkan lampu hijau, bagaimana dengan pengisi suaranya?

  Dua karakter utama di anime ini. Pertama, Akizuki Takao, diisi oleh Miyu Irino. Dia adalah aktor yang sama mengisi suara Yadomi Jinta (Anohana), Yuuichirou Hyakuya (Owari no Seraph), Tadakuni (Danshi Koukousei), dll. Kedua, Yukino Yukari oleh Kana Hanazawa. Dia adalah pengisi suara yang sama dengan Tachibana Kanade (Angel Beats!), Sengoku Nadeko (Bakemonogatari), Shibasaki Roka (D-Frag), Sonohara Anri (Durarara), Charlotte Dunois (Infinite Harem), Gokou Ruri (Oreimo), Onodera Kosaki (Nisekoi), dll. Mungkin, nama yang terakhir tadi jauh lebih familiar di telinga pemirsa anime.

  Saya kira, alasan-alasan di atas sudah cukup untuk membuat anda menonton anime ini. Let's start the review!



Animasi (10/10)
   Jika animasi di atas tidak membuat anda memberikan nilai maksimal, maka saya sendiri tidak tahu animasi semacam apa yang bisa membuat anda terkesan.


Story (8/10)

  Cerita anime ini cukup sederhana. Seorang siswa, Takao, yang bercita-cita menjadi pembuat sepatu, membuat sibuk dirinya dengan berbagai sketsa sepatu, bahkan dalam jam pelajaran. Lalu ada seorang guru, Yukari, mengalami krisis percaya diri karena dibenci oleh para siswi di kelasnya, tentunya karena ada siswa yang menembak Yukari. Mereka berdua bertemu di sebuah tempat duduk di taman, tempat mereka berteduh ketika ada hujan yang turun.

  Seringnya mereka berdua bertemu, membuat interaksi mereka terlihat intens. Takao tidak sadar kalau Yukari ini adalah guru Sastra Jepang di kelasnya, Yukari sendiri berbohong kalau itu adalah pertemuan pertama mereka. Akhirnya, Takao mengatakan perasaannya ke Yukari. Bagi guru tersebut, ini seperti adegan yang sama dengan siswa yang berbeda. Namun, benarkah begitu?

  Awalnya, saya hendak memberi poin 7/10 karena cerita semacam ini sudah sering kita temui di shitnetron ataupun FTV di negara kita. Tapi melihat bagaimana si penulis memberikan detail-detail bagaimana situasi keluarga Takao memberikan pengaruh psikologis baginya, saya cukup menyukai itu.


Karakter (8/10)

  Ketika pemirsanya mulai merasakan simpati terhadap situasi kedua MC disini, maka karakter-karakter ini sudah ditulis dengan sangat baik. Khusus Takao, saya sendiri melihat kalau si penulis menggambarkan Takao dengan cermat, misalnya bagaimana labilnya emosi remaja SMA, bagaimana situasi keluarganya juga memberikan dampak psikologis, dll.

  Lalu cara Shinkai (penulis) menggambarkan Yukari juga, kita bisa merasakan kalau dia ini terlihat seperti seorang gadis yang memiliki banyak sekali tragedi dan tekanan dalam hidupnya. Cara Shinkai menggambarkan perbedaan psikologis kedua MC ini benar-benar bagus.

  Tapi, saya tidak benar-benar melihat karakter support terlihat benar-benar hidup. Mereka di mata saya terlihat seperti figuran sekali tampil dan terlupakan. Mungkin ini bagus karena fokus ke MC, tapi saya rasa perlu membangun hubungan emosi yang lebih baik lagi antara karakter support dengan MC.


Musik (9/10)

  Ada yang saya perhatikan dari musik anime ini, adalah penggunaan musik instrumental yang mendominasi. Ini membuat pemirsanya agar lebih fokus dengan adegan yang ditampilkan dan bisa merasakan emosi karakter lebih dalam. Musik dengan vokal mulai muncul di akhir anime, dan timing kemunculannya sangat tepat.

  Suara langkah kaki, rintik hujan, bahkan suara sepele seperti kunci pintu, dieksekusi dengan baik. Tidak ada yang bisa saya komplain disini, well done.


Overall (9/10)

  Saya sangat menikmati anime ini. Kadang, saya menontonnya kembali hanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Bagaimana bagi pemirsa? Well, jika anda kurang lebih menyukai anime-anime yang saya review disini, kemungkinan besar anda akan menyukai anime ini juga.




My Opinion (Spoiler).

  Saya tidak ingin menulis sinopsis, karena durasi anime ini hanya 40 menit. Mungkin ada baiknya jika anda melihat langsung. Namun, ada beberapa hal yang ingin saya tandai disini.


  Pertama, mengenai ending anime ini. Apakah sad ending? Ataukah happy ending? Mungkin mayoritas mengatakan sad ending, tapi menurut saya ini adalah happy ending. Di akhir anime, Yukari mengatakan kalau Takao telah mengubah dirinya, dan mereka menangis sambil berpelukan. Yukari juga masih berhubungan dengan Takao meski menggunakan media.

  Ini berhubungan dengan budaya masyarakat Jepang, kalau seorang Guru yang memiliki hubungan asmara dengan siswanya adalah hal yang terlarang dan memalukan. Jadi, jelas Yukari pindah sekolah karena dia mencintai Takao, agar tidak menjadi skandal di sekolah Takao.

  Kedua, saya melihat Shinkai berusaha memberikan pesan kalau "Cinta tidak harus memiliki" dan "Cinta tidak mengenal usia".

  Ketiga, bagi pemirsa yang memiliki nostalgia tentang bagaimana mereka dekat dengan guru pria/wanita mereka ketika SMA dulu, memiliki kisah romantis dengan orang yang kebetulan bertemu di suatu tempat, ini anime yang cocok bagi kalian.

  So, just stop reading this shit and go watch it!




x x x

9 komentar:

  1. Baru selesai nonton min, "baru". Untung gk kena spoiler. Di ending nya agak menyebalkan juga sih karena tidak diperlihatkan mesranya. Tapi liat baca review akhir pemikiran buruk hilang :v. Jujur ya? saya baru nonton sekarang :v dari karya Makoto setelah jenengmu dan 5cm per sec yg end nyesek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah nonton kimi no udin, tapi dimana letak nyeseknya ?

      Hapus
    2. Kimi No Na Wa endingnya nikah (Bisa dibaca di novel Tenki No Ko)

      Hapus
    3. HAH?TENKI NO KO PUNYA NOVEL?

      Hapus
  2. Kayana bagus animenya, jg saya suka tulisan penulis. Boleh minta kontaknya

    BalasHapus
  3. baru nonton, hanya karna wabah nyari tontonan, ehh dapat ini. keren!

    BalasHapus
  4. opini doang ye: gatau kenapa tp aku gasuka gitu anime ini, plot terlalu simpel, akhirnya krg memuaskan, tapi gambarnya emang bagus, alur ditunjukin dgn detail. 4/10 karena plot yg simpel. banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuman 45mnt, jd wajar simple
      Yang penting itu cara pengemasannya

      Hapus
    2. Cuman 45mnt, jd wajar simple
      Yang penting itu cara pengemasannya

      Hapus