Senin, 30 Mei 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 1 : Sejenak, Di Ruangan Yang Hangat Ini - 3

x x x





  Halaman sekolah tampak sepi, dan terasa lebih dingin daripada area terbuka lainnya. Mungkin, masih banyak siswa yang berada di lokasi marathon atau jalan-jalan ke tempat lain karena mereka memang diperbolehkan untuk kemana saja di jam bebas ini.

  Aku berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi ini.

  Terdengar bunyi derit frame jendela yang diakibatkan oleh tiupan angin. Meski suaranya terdengar menakutkan, suara-suara kakiku yang diseret dan menggema di lorong juga menyumbangkan suara-suara yang terdengar menakutkan itu.

  “Kita mungkin membuatnya menunggu...”

  Yuigahama mengatakan kekhawatirannya dan mempercepat langkahnya, itu secara otomatis membuatku untuk melangkah lebih cepat juga. Karena diriku sedang dipapah olehnya, secara otomatis diriku juga harus menyamakan langkahku. Meski, Yukinoshita ada di UKS atau tidak merupakan sesuatu yang perlu dipertanyakan.

  Setelah sampai di depan UKS, kami mengetuk pintu itu.

  “Silakan masuk.”

  Sebuah suara yang familiar merespon ketukan pintu tersebut.

  Setelah kubuka pintunya, kupikir dia telah melebihi ekspektasiku karena masih ada disini. Aku melihat Yukinoshita ada di ruangan ini.

  Dia duduk di kursi, dengan seragam olahraganya. Dia melihatku dengan ekspresi penuh tanda tanya.

  “Hikigaya-kun?”

  “Sup.”

  Kemudian, dia tampaknya melihat seseorang yang berada di belakangku, dia memiringkan kepalanya untuk melihat itu. Karena itulah, tangannya yang sedari tadi memegangi lenganku mulai melepaskan cengkramannya.

  “Yahallo! Yukinon.”

  “Yuigahama-san, kau disini juga...”

  Suaranya terdengar seperti terkejut. Dia terlihat duduk mematung saja melihat kami. Sosok diriku dan Yuigahama seperti memantul dibalik kedua matanya berkaca-kaca. Setelah melihat kami berdua, Yukinoshita mendesah.

  “Maaf telat!”

  Tanpa mempedulikan ekspresi Yukinoshita, Yuigahama masuk ke UKS dan meminta maaf. Lalu, dia berjalan di depannya dan duduk. Yukinoshita tampak kembali ke dirinya yang dulu, lalu dia tersenyum ke Yuigahama.

  “Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu.”

  Suaranya terdengar tidak berbeda dengan sebelumnya. Terdengar jelas dan mengalir.

  Sambil mendengarkan pembicaraan mereka, aku mencari tempat dimana aku harus menaruh kotak P3K ini. Aku berputar-putar di UKS, dan melihat sebuah tempat kosong di lemari obat-obatan yang dekat di dinding. Jika dugaanku benar, ini harusnya tempat dimana aku harus menaruh kotak P3K.

  Kubuka lemari itu, kutaruh kotak itu disana, dan mendorongnya ke dalam. Sekali lagi, aku merasakan sakit yang luar biasa dari lukaku.

  “Ouch”! Aku secara tidak sengaja mengatakan itu dan menyebabkan Yukinoshita menatapku dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

  “Apa...Hikigaya-kun terluka?”

  Dia lalu menatap ke arah kakiku dan terlihat kasihan dengan kondisiku.

  “Ah, hanya sedikit terluka saja.”

  Aku tidak mengatakan alasannya karena sebenarnya luka itu gara-gara terjatuh menabrak kaki sendiri. Itu akan terdengar tidak keren. Maksudku, coba lihat, mengatakan hal seperti itu terdengar sama seperti mengatakan dirimu habis menjadi korban kekerasan rumah tangga.

  ‘Kau salah! Ini gara-gara aku terpeleset!’ Mungkin kata-kata semacam itulah yang akan dikatakan orang-orang pada umumnya.

  Tapi aku sendiri tidak ingin terdengar seperti mencari-cari alasan, meski itu terdengar seperti korban kekerasan rumah tangga.

  Begitulah, yang kukatakan hanyalah jawaban yang samar-samar sambil menutup pintu lemari obat-obatan itu.

  Ketika kubalikkan badanku, Yukinoshita masih melihat ke arah kakiku.

  “Apa kau ini terluka karena ulahmu sendiri?”

  “Ah, tidak...”

  Dia memfokuskan pandangannya ke ikatan perban di kakiku yang terlihat acak-acakan, dimana aku sendiri hendak membuka mulutku dan menjelaskan itu. Yuigahama tiba-tiba mengatakan sesuatu sambil tertawa.

  “Se-Seperti dugaanku, aku harusnya mengikatnya dengan benar! A-Aku benar-benar buruk dalam hal ini. Aku benar-benar tidak bisa melakukan ini dengan benar...”

  Melihat Yuigahama yang terlihat tidak percaya diri dan bermain-main dengan sanggul rambutnya, Yukinoshita tersenyum. Lalu, dia mengatakan sesuatu dengan suara yang lembut.

  “Tidak, kupikir itu sudah lebih dari cukup.”

  “Helooo, maaf mengganggu suasananya? Tapi aku disini yang terluka.”

  Kenapa Yukinoshita malah punya hal memutuskan keadaan lukaku? Tahu tidak, tetanggaku yang dokter itu bisa marah jika dia tahu apa yang baru saja dia lakukan. Jika kau menjawab, “kupikir aku masuk angin”, ketika ditanya oleh dokter, dia mungkin akan menyindirmu dengan mengatakan sesuatu, “akulah yang memutuskan soal itu. Lagipula, masuk angin bukanlah sebuah penyakit. Paham?”. Ngomong-ngomong, aku tidak terluka parah. Selema aku tidak menjulurkan kakiku dengan lurus atau merangkak, kurasa aku tidak akan merasakan sakit.

  Aku lalu menarik kursi terdekat dan duduk. Seperti dugaanku, setelah melihatku duduk, Yukinoshita mulai berbicara dengan pelan.

  “Tampaknya kau berlari dengan Hayama-kun...Tapi...Apakah ada perkembangan?”

  “...Well, kupikir masalahnya kurang lebih telah terselesaikan.”

  Kemenangan Hayama Hayato dan adanya upacara pengukuhan pemenang yang diadakan secara mendadak. Gara-gara komentar Hayama dalam sambutannya sebagai pemenang, gosip-gosip yang beredar tentang orang-orang di sekitar Hayama mulai menghilang.

  Well, kurasa itulah kesimpulan dari pertemuanku waktu marathon tadi. Kadang, Yuigahama menambahkan sesuatu dalam penjelasanku. Yukinoshita juga mengangguk seperti memberitahu kalau dia memahami ceritaku. Setelah aku selesai menjelaskan semuanya, aku lalu mengembuskan napasku yang berat itu.

  “...Well, mungkin efeknya tidak akan langsung terasa seketika, tapi setidaknya rencana alternatif ini sudah memiliki efek.”

  Aku tidak tahu lagi harus menjelaskannya seperti apa, aku menjelaskannya seperti sesuatu yang terdengar ambigu. Karena itulah, Yukinoshita menaruh tangannya di mulut, lalu berpikir sejenak.

  “Begitu ya...Kau tidak bisa sepenuhnya menghilangkan itu, tapi kurasa itu sudah cukup bagus. Terima kasih.”

  “Jangan berterimakasih kepadaku, katakan terima kasih ke Hayama saja. Aku tidak melakukan apapun.”

  “Hmm, memang. Tapi, kupikir aku harus berterimakasih kepadamu juga.”

  Dia tersenyum ketika mengatakan itu.

  Jujur saja, bukannya aku mencoba merendah atau semacamnya. Aku benar-benar tidak melakukan apapun. Yang kulakukan hanyalah berbasa-basi dengan Hayama, setelah itu aku pergi. Aku benar-benar tidak melakukan apapun selain itu.

  Semua aksi-aksi penting dilakukan oleh Hayama, dan Yuigahama. Dan untuk saat ini, aku masih tidak yakin kesan apa yang ditimbulkan oleh publik yang menyaksikan sikap Yuigahama itu, tapi pastinya, gosip Yuigahama dengan Hayama dan sekelilingnya pasti berubah.

  Meski begitu, apakah itu hal baiik atau buruk bagi Yuigahama, itu pasti mengusikku.

  Hal ini membuat diriku bertanya-tanya, lalu aku menatap ke arah Yuigahama. Karena itulah, Yuigahama lalu memalingkan pandangannya dan bermain-main dengan sanggul rambutnya. Lalu, secara tidak sengaja, aku melihatnya melirik ke arahku dengan mata yang berkaca-kaca. Hal ini mengingatkanku tentang perjalanan ke UKS barusan, membuatku terus merasa tidak nyaman.

  Kesunyian terus melanda, yang terdengar hanyalah suara alat pemanas dan pelembab ruangan. Dalam kesunyian ini, sebuah desahan yang tidak terduga mulai mengusik kedamaian ini.

  “Kira-kira solusi semacam ini akan efektif tidak? Bagaimana menurutmu...Yuigahama-san?”

  Yukinoshita melihat ke arahnya dengan ekspresi yang penuh kepedulian, dimana Yuigahama sendiri terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

  “A-Aku tidak apa-apa! Aku tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan orang lain!”

  “Tidak begitu peduli...Artinya, meski sedikit, ada yang benar-benar mengusikmu, benar?”

  “Ah, bukan, bukan seperti itu! Maksudku, aku benar-benar tidak peduli!”

  Melihat Yukinoshita yang mengkhawatirkannya, Yuigahama lalu melambai-lambaikan tangannya sambil menjelaskan itu dengan panik. Lalu, dia menarik napas yang dalam, mencoba untuk tenang dan menaruh tangannya di lutut.

  “Umm, hei...Aku sudah memikirkan itu dengan baik, jadi secara garis besar...Aku akan baik-baik saja.”

  Dia melihat ke arah Yukinoshita ketika mengatakan itu. Dia seperti kesulitan, beberapa kali berhenti sejenak dan berpikir, tidak lupa juga kata-katanya terdengan spontan. Tapi, itu seperti mengesankan kalau dia tidak sedang mencoba untuk berbohong dan terdengar lembut.

  Matahari sudah mulai tenggelam. Dan cahaya senja itu mulai mengisi ruangan UKS ini dengan warna merah. Wajah Yukinoshita terlihat memerah ketika melihat ekspresi serius Yuigahama yang.

  “Begitu ya...Kalau begitu, kurasa tidak masalah.”

  Yukinoshita tersenyum, memberikan senyuman yang lebih ramah dari yang pernah ada. Sebuah senyuman yang indah, yang bisa menghilangkan semua rasa sakit bagi yang melihatnya. Melihatnya tersenyum seperti itu, baik Yuigahama dan diriku terlihat lega.

  “Kalau begitu, kurasa kita harus meninggalkan ruangan ini?”

  Setelah mengatakan itu, dia berdiri dan Yuigahama mengangguk.

  “Ya, sepertinya kita harus pergi. Ah, aku ingat. Kebetulan sekalian karena semuanya ada disini.”

  Dia seperti mendapatkan ide atau sejenisnya sambil menepuk kedua tangannya secara tiba-tiba. Dia lalu pura-pura terbatuk dan berkata dengan nada serius.

  “Kita harus memberitahu Yumiko soal requestnya, benar tidak? Tapi ada pesta setelah ini dan Yumiko hendak menuju kesana. Jadi apa yang harus kita lakukan?”

  Kebalikan dari Yuigahama yang mengatakan itu dengan terburu-buru, Yukinoshita menaruh tangannya di dagu dan mulai berpikir.

  “...Kalau begitu dalam perjalanan pulang nanti, kita mengatur pertemuan dengan Miura-san dan membahas soal requestnya dengannya.”

  “Terdengar bagus bagiku.”

  “Setidaknya kau katakan kalau kau ikut ke pestanya!” Yuigahama mengatakan itu sambil mendorong-dorong Yukinoshita.

  Yukinoshita dan diriku hanya bisa menatap satu sama lain. Kami sudah terbiasa dengan pola semacam ini dari Yuigahama. Kami lalu mengangguk dan berbicara bersama-sama.

  “Baiklah, kalau memang nanti memungkinkan, kami akan pergi.”

  “Ya, tergantung nantinya bagaimana saja.”

  “Pada akhirnya, kalian berdua tidak berniat untuk pergi, benar kan!?”

  Setelah mengembuskan napasnya, dia kembali membuka mulutnya.

  “Ya sudah, well, tapi kalau dibandingkan sikap kalian sebelumnya, kurasa yang sekarang terdengar lebih baik...” kata Yuigahama.

  “Oke, kalau begitu ayo kita pergi bersama...! Semuanya...Bersama-sama.” dia mengatakan itu sambil memeluk Yukinoshita.

  “...Terlalu dekat.” Yukinoshita menggumamkan itu.

  Tapi dia tidak memaksa Yuigahama untuk menjauhinya dan tetap berdiri seperti itu. Yuigahama tampaknya tidak berniat untuk lepas juga. Dia malah terlihat memasang ekspresi gembira.

  Aku cukup yakin kalau Guru Pembina UKS akan datang sebentar lagi dan mulai mempertanyakan aktivitas kita disini.


  Well, sampai saat itu tiba, kurasa aku akan tinggal sementara di ruangan yang hangat ini.






x Chapter I | END x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar