Senin, 15 Februari 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Volume N Chapter 3 : Apapun yang terjadi, Hikigaya Komachi akan selalu berada di samping kakaknya


x x x








  Setelah mengucapkan selamat tinggal ke Kawasaki Taishi, aku masuk ke dalam minimarket untuk sekedar lihat-lihat saja. Aku bisa merasakan suasana dari tahun baru disini. Misalnya sepatu-sepatu merah yang bermotifkan karakter anime untuk anak kecil yang manis dengan label diskon 50%. Ada juga kumpulan pamflet tentang pemesanan Mie Goreng Tahun Baru yang terlihat di berbagai sudut, dan ada juga stand dekat kulkas yang menjual paket-paket makanan tahun baru. Ada beberapa hiasan tahun baru juga terlihat di stand tersebut.

  Selanjutnya, adalah rak-rak yang menjual paket nasi kotak, dengan berbagai menu kare disertai secarik kertas yang bertuliskan: "Bosan dengan makanan tahun baru? Tapi kau tidak akan pernah bosan dengan kare!". Mungkin tulisan itu ditulis oleh karyawan tempat ini. Yeah, memang tidak jarang para karyawan disuruh untuk menulis kertas-kertas semacam itu. Aku sering melihat hal-hal semacam ini ketika ada sebuah event ataupun ada barang baru. Tapi kau tidak boleh menyuruh karyawanmu terus-terusan seperti itu, tahu tidak. Atau bisa juga si manajer mendapatkan perintah langsung dari pusat agar mereka lebih bekerja keras.  Mereka harus menyiapkan Setsubun setelah perayaan tahun baru, lalu membuat ehomaki dan eho-rolls setelah Valentine. Ngomong-ngomong, apa sih eho-rolls?

  Meski aku sudah ratusan kali melihat suasana semacam ini, aku masih tidak terbiasa dengan suasana tahun baru semacam ini. Semuanya berubah menjadi sesuatu yang berbeda dalam sehari, dan membuat hidupku yang sudah susah ini menjadi lebih susah. Terlebih lagi, aku tidak bisa melawan waktu. Akupun tidak ragu kalau kalau ada peluang untuk melompati waktu ini hingga musim semi, akan kuambil secepatnya. Suka atau tidak, tahun ini akan habis dalam beberapa hari lagi, dan tiga bulan lagi kehidupan kelas 2 SMA-ku ini akan berakhir.

  Meski hanya duduk dan tidak melakukan apapun ketika dunia ini sedang berjalan, aku merasakan itu adalah momen terbaik yang pernah kuhabiskan dalam hidupku. Akupun sering mengatakan itu sejak lama. Jangan terburu-buru, masih ada tahun depan. Apa sih, kiamat sudah dekat? Hahaha! Haruskah kujelaskan siapa dirimu yang sebenarnya?

  Pikiran-pikiran barusan itu membuatku tertawa dengan aneh, membuat beberapa pelanggan di minimarket ini menoleh ke arahku. Aku harus secepatnya pindah ke rak yang lain. Akupun mampir ke rak majalah; disebelahnya ada rak berisi manisan dan mie. Akhirnya, aku tiba di bagian minuman. Mereka menaruh keterangan "Minuman tahun baru!" dari yang seharusnya mereka tulis "Minuman populer saat ini", meski produk-produk minumannya terlihat sama saja.

  Setelah itu aku mampir ke rak dengan poster bertuliskan "dijual spesial hanya musim dingin saja!". Meski keterangan poster itu tidak jelas, disana ada keterangan produk-produk yang sangat populer. Aku sempat melupakan produk-produk ini dan belum pernah membelinya sama sekali selama musim dingin ini. Kurasa, ini seringkali terjadi. Kapan aku bisa merasakan Haafen-Dazs favoritku, begitulah pikirku. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Rasanya sangat enak dengan harga yang masuk akal, jadi aku ambil satu saja. Aku ingin membeli satu lagi untuk Komachi. Sekarang ini, dia mungkin sedang bermalas-malasan di bawah kotatsu dan ingin merasakan es krim. Es krim terbaik di musim dingin mungkin Yukimi Daifuku.







x  x  x






  Setelah membayar es krim tersebut di kasir, aku langsung berjalan pulang. Sekarang musim dingin, jadi es krim tidak akan cepat meleleh. Tapi anginnya sangat dingin sekali, jadi langkah kakiku ini secara otomatis menjadi lebih cepat dari biasanya.

  Rumahku ini terasa sunyi sekali, saking sunyinya sehingga langkah kakiku ini menggema dimana-mana. Seperti yang Ibuku katakan siang tadi, dia akan pulang larut malam hari ini. Aku lalu masuk ke ruang keluarga dan melihat ada Komachi disana, seperti yang sudah kuduga. Dia berbaring di bawah kotatsu, mengelus-elus Kamakura dan menonton TV. Mungkin sedang istirahat dari persiapannya menjelang ujian.

  "Aku pulang. Kau mau es krim?"

  Komachi menoleh ke arahku dan mengangguk. Aneh sekali, dia tidak ceria seperti biasanya. Aku lalu duduk di kotatsu, menyilangkan kakiku, dan menaruh dompet beserta HP-ku di atas meja.

  "Ini," akupun memberinya es krim Yukimi.

  "Terima kasih, aku akan makan itu nanti," dia menjawabnya sambil berjalan ke dapur untuk menaruh es krim tersebut di kulkas. Lalu dia kembali lagi ke kotatsu. Tampaknya dia lagi bad mood. Sambil penasaran dengan apa yang terjadi, aku lalu mengambil es krim Yukimi milikku dan mulai memakannya.

  Setelah selesai memakan es krimku, Komachi menoleh ke arahku dan menepuk-nepuk lantai di dekatnya.

  "Onii-chan, duduklah."

  "Hmm? Aku ini sudah duduk." akupun melihat ke arah kakiku untuk memastikan kalau aku memang sudah duduk. Well, memang, kakiku duduk bersilang dan aku duduk di kursi tatami.  Kalau Komachi masih bersikeras untuk memintaku duduk, mungkin dia ingin aku duduk di sampingnya.

  "Duduklah."

  "Aku ini sudah duduk." kataku.

  Kau ingin aku duduk di sampingmu? Untuk apa? Okelah. Akupun berpikir, kenapa harus duduk disana? Akan membicarakan sesuatu yang serius? Kalau begitu, maka kuhabiskan gigitan terakhir es krimku ini dan duduk di sampingnya. Dia lalu pura-pura terbatuk dan menatap ke arahku.

  "Bisakah kau jelaskan soal tadi?"

  "Apaan?"

  Akupun menanyakan apa maksudnya sambil menelan es krimku. Menjelaskan mengapa aku membelikanmu es krim? Karena aku sayang kamu tentunya, meski aku tidak akan mengatakan itu kepadanya: terlalu memalukan. Dari seharusnya sadar aku sedang tersipu malu, Komachi malah terus menatapku dengan dingin. Artinya, yang akan kita bicarakan ini pastilah bukan topik yang menyenangkan. Tapi, aku masih belum tahu apa yang ingin Komachi bahas, jadi akupun memiringkan kepalaku dengan ekspresi penuh tanda tanya.

  "Maksudku tadi dengan Orimoto-senpai. Ada apa tadi?"

  "Apaan? Dia itu teman sekelasku ketika SMP dulu."

  "Kalau itu aku tahu."

  "Kalau tahu kenapa tanya?"

  Akupun menanyakan itu sambil menunjukkan ekspresi kesalku. Tapi Komachi terus menatapku dengan ekspresi yang kurang senang. Kurasa aku harus mengatakan sesuatu.

  "Jujur saja, aku dan dia tidak ada hubungan yang spesial." aku berusaha meyakinkannya.

  Entah mengapa, aku merasa kalau aku sudah berbohong. Sebenarnya, aku tidak bohong, tapi sangat sulit jika aku membicarakannya karena aku pernah ditolaknya waktu kelas 3 SMP. Oleh karena itu aku hanya diam saja saat ini. Aku bisa saja menceritakan semua penderitaanku selama ini karena kejadian itu, tapi mustahil aku menceritakan itu ke adikku. Dia mungkin tidak akan mau mendengar kisah asmara dari kakaknya ini. Setidaknya aku juga tidak ingin mendengarkan kisah asmara dari member keluarga ini. Kalau aku punya kakak yang terus-terusan menceritakan hubungannya dengan para gadis, aku pasti berpikir "apaan sih yang dia omongin dari tadi?". Dan jika Komachi mulai menceritakan kisah asmaranya, aku juga akan langsung menangis.

  Seperti merasakan kesunyian itu, Komachi mendekatiku sambil mempertahankan tatapan matanya yang sudah melubangiku sejak tadi.

  "Hanya mantan teman sekelas saja? Lalu kenapa dia datang kesini?" tanya Komachi.

  Dia tahu aku seperti apa ketika SMP. Dan melihat diriku mengobrol dengan mantan teman SMP memang...sangat tidak wajar.

  "Dia tidak ada niatan kesini. Dia hanya menemaniku pulang saja. Dia bekerja di kafe yang kukunjungi hari ini. Kami kebetulan bertemu ketika pulang ke rumah dan mengobrol kecil."

  "Jadi kau kebetulan bertemu, lalu dia mengantarkanmu pulang dan mengobrol selama di perjalanan?"

  "Well, seperti itulah."

  "Hmm..."

  Aku tidak yakin Komachi puas dengan jawabannya. Dia lalu melihat ke sekitarnya dan terlihat lebih tenang.

  "Baiklah. Jadi dia belum masuk rupanya."

  "Apa aku terlihat seperti orang yang akan membiarkan orang asing masuk ke dalam?"

  Akupun membalasnya balik. Aku ingat kalau Yuigahama sebenarnya pernah masuk ke rumah ini. Meskipun itu tidak bisa dihitung: Komachi yang mengundangnya. Ngomong-ngomong, itu masalah Komachi, bukan masalahku. Komachi masih melihat-lihat ruangan sekitar dengan tatapan mata seperti hewan liar yang diikat. Atau seperti detektif yang mencari petunjuk. Kurasa aku harus mengatakan sesuatu.

  "Dengarkan aku, nona adik ipar..." kataku. Komachi lalu menatapku.

  "Ada apa dengan adik ipar? Aku ini adik kandungmu."

  "Ya kamu itu yang bersikap seperti adik ipar. Kenapa kau merasa terganggu dengan ini? Kau bersikap seperti gadis yang cemburu dan mengekang kebebasan pacarmu. Apa kau sedang jatuh cinta kepadaku? Tahu tidak, tidak ada yang suka dengan gadis semacam itu!"

  Komachi lalu tersenyum.

  "Tahu tidak, kakakku yang sampah..." dia mengatakannya dengan nada yang kurang menyenangkan. Hmm...Ah, kurasa aku paham. Mungkin terasa menyakitkan mendengarkan kata-kata itu dari seorang pria yang tidak pernah punya pacar. Tapi tampaknya Komachi mengatakan sesuatu yang berbeda.

  "Aku khawatir tentangmu, Onii-chan. Aku sih tidak masalah kamu tidak populer di kalangan para gadis. Skenario terburuknya, aku akan merawatmu hingga tua. Tapi jika kau menjadi terlalu populer, kau akan menjadi rebutan, dan itu adalah masalah."

  "Nah, itu tidak akan terjadi." jawabku. Komachi lalu terlihat mendesah kesal.

  "Kalau kau ketahuan ketika aku sedang tidak memperhatikan, aku tidak akan bisa menolongmu lagi." Komachi  mengatakan itu dan secara perlahan mencondongkan kepalanya, seperti dia selama ini sudah melakukan banyak hal kepadaku.

  "Berhentilah mengkhawatirkan diriku sebegitunya."

  Tidak ada yang akan berubah jika kau mengawasiku ataupun tidak.

  "Jangan khawatir. Diriku dan Orimoto tidak ada sesuatu yang spesial. Kau menganggap masalah ini terlalu serius. Apa kamu ada masalah dengan dia?"

  Akupun teringat sikap anehnya tadi ketika dia bertemu dengan kami berdua di depan pagar. Aku merasakan kalau sikapnya sangat berbeda. Ataukah itu hanya imajinasiku saja? Komachi punya skill komunikasi yang bagus dan memperlakukan semua orang dengan ramah. Itu terlihat jelas ketika dia berbicara dengan Yukinoshita dan Yuigahama, bahkan terhadap Haruno-san, jadi aku pikir dia bisa berbicara dengan baik dengan orang yang tidak dia kenal. Bahkan ketika perkemahan musim panas lalu, Komachi yang masih duduk di kelas 3 SMP, bisa akrab dengan kami dan teman-teman Hayama. Oleh karena itulah, aku tidak bisa memahami apa masalahnya dengan Orimoto. Bagi Komachi yang memperlakukan sesuatu sangat serius...Biasanya karena ada seseorang yang sedang menginjak ranjau darat dari orang lain. Tapi mustahil untuk menarik kembali kata-katamu, yang bisa kau lakukan adalah menambahkan kata-kata tadi dan memperbaikinya.

  "Apa kamu tidak menyukai Orimoto?

  Aku sebenarnya berusaha menyembunyikan pertanyaan "Apa kau benci dia?". 

  "Bukan begitu. Aku tidak membenci Orimoto-senpai, sebaliknya aku suka orang yang terbuka seperti dirinya."

  Tentu saja. Orang-orang sejenis Orimoto tidak akan bisa dibenci oleh Komachi. Dan akupun mulai memikirkan banyak hal...

  "Tapi orang-orang di sekitarnya itu loh...seperti...mereka kesannya orang-orang enggak bener." Komachi mengatakannya sambil menundukkan kepalanya. 

  Karena itu, aku tidak bisa melihat ekspresinya. Ah, itukah alasan Komachi menjaga jarak dengan Orimoto.  Meski jawabannya putus-putus, ini sudah cukup menjelaskan apa yang ingin dia katakan. Kupikir cerita lucu soal diriku yang menembak Orimoto telah menyebar luas. Tidak ada yang mengejutkan soal Komachi, yang sekolah di SMP yang sama, mendengarkan gosip itu juga. Dia mungkin tidak suka orang-orang yang menertawakan kakaknya yang sudah ditolak. Dia mungkin merasa malu dan punya kenangan buruk sooal itu. Dia memang tidak mengatakan itu dengan jelas tapi aku bisa melihat itu dari kebiasaannya.

  Orimoto memang punya banyak teman, dengan kata lain dia punya banyak orang untuk berkomunikasi. Banyak orang berarti akan ada banyak jaringan komunikasi yang terlibat, termasuk orang yang pintar menghasut orang dari gosip. Entah-siapa-namanya-Machi, siswi SMA Kaihin, adalah orang sejenis itu. Menyebarkan ke satu orang, maka seluruh teman-temannya akan tahu.

  "Maaf ya," kataku.

  Aku harusnya menyadari ini dan mengatakan itu. Mungkin ini sudah telat untuk mengatakannya. Jadi ini bukanlah sebuah permintaan maaf, tapi sebuah janji.

  "Well, tidak usah dipikirkan lagi. Sekarang situasiku sudah tidak seperti itu lagi. Aku tidak akan membiarkanmu bersedih. SMA adalah level yang berbeda dari SMP."

  Akupun mengatakan itu sambil menaruh tanganku di kepalanya. Aku tidak ingin masa laluku memberikan beban ke orang lain. Hal terpenting bagiku adalah hidup dengan cara yang diperlukan dan melindungi sekitarku. Aku tidak akan mengatakan apa pikiran dan keinginanku, aku tidak akan sedikitpun memikirkan itu. Mungkin, ketika aku sudah lebih dewasa, aku akan memikirkan lagi soal itu. Mungkin itu sudah terlambat, tapi aku akan selalu ingat momen-momen menyedihkan dan menyakitkan ini.

  Ketika aku menyentuh kepalanya, Komachi terus menatapku dengan tatapan kosongnya. Tampaknya dia masih menyisakan satu tanda tanya besar untukku. Setelah itu, dia melepaskan tanganku dari kepalanya dan mengatakan sesuatu.

  "Ah...begitukah...begitukah yang Onii-chan pikirkan, huh...dengarkan ini Onii-chan."

  Komachi lalu pura-pura batuk untuk membersihkan tenggorokannya, menaikkan jari telunjuknya dan mengatakan sesuatu.

  "Kupikir kau sudah salah paham, jadi kujelaskan lagi. Teman-teman dari Orimoto-senpai sangat menjengkelkanku. Aku tidak menyukai mereka. Tapi melihat mereka itu menjelek-jelekkanmu itu sebenarnya tidak menggangguku sama sekali. Aku bahkan setuju dengan mereka soal itu."

  "Aaaa..."

  Se-setuju?! Komachi lalu melanjutkan.

  "Karena kau ini adalah bahan guyonan bagi semua orang, bahkan diam saja dijadikan bahan ejekan. Bahkan, aku juga menyebarkan gosip-gosip itu juga."

  "Aah..."

  Begitukah?! Aku serasa hancur. Kejam sekali dirimu, Komachi. Akupun merendahkan bahuku dan menatap ke arah lantai. Akupun mulai kesal. Oh, jadi begitukah caramu memperlakukanku? Akupun menatap Komachi dengan Emosi, Komachi-pun menatapku balik.

  "Jadi tidak masalah hal-hal bodoh apapun yang kau lakukan, atau seberapa konyol penampilanmu, aku akan mengakuimu. Aku akan selalu ada di sisimu. Karena aku adalah adikmu."

  Komachi terlihat malu-malu ketika mengatakannya sambil tersenyum manis. Tapi senyumnya terlihat lebih dewasa daripada diriku.

  "Aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh ataupun berpenampilan konyol. Aku sudah paham, baiklah, terima kasih." jawabku.

  Komachi-pun terlihat mengangguk.

  "Baguslah. Lakukan apa yang menurutmu terbaik dan jangan menjadikan diriku sebagai alasan saja. Oke?"

  "Ngomong-ngomong, aku tidak akan melakukan itu."

  Komachi terlihat tersenyum dengan puas.

  "Sekarang, waktunya es krim untukku."

  Dia mengatakan itu dan berdiri dari kotatsu. Lalu, HP-ku bergetar.

  Kulihat itu, dan di layar tertulis ✰★ Yui ★✰. Itu adalah panggilan dari Yuigahama. Akupun menatap ke arah Komachi. Well, aku bisa saja mengangkat telepon ini tapi kata-kata Komachi masih menggema di kepalaku: jangan menjadikan diriku sebagai alasan saja. Aku sering memakai Komachi sebagai alasanku untuk kabur. Tapi aku tidak bisa mengandalkan Komachi terus. Lagipula, aku ingin bicara dengan Komachi karena dia ada di dekatku saat ini. Tidak, aku akan menghadapi ini sendirian.

  Akupun keluar dari ruang keluarga dan berdiri di lorong rumah. Berdiri di atas lantai yang dingin dengan pose kaki seperti seekor Flamingo, akupun bersandar ke dinding rumahku. Aku lalu merasa kalau getaran panggilan HP tersebut masih aktif. Terus bergetar tanpa henti. Akupun mengembuskan napasku dan menekan tombol "jawab".

  "Halo..." kataku. Ngomong-ngomong, aku masih tidak tahu apa yang hendak dia bicarakan; kurasa sudah telat. Tidak ada gunanya memikirkan itu. Akupun memikirkan jawaban-jawaban yang mungkin kukatakan, pastinya hanyalah sebuah kebohongan, tidak kurang tidak lebih. Hanya saja, jawaban yang sudah dipersiapkan memang akan terasa bukan sebuah kebohongan.

  "Ah, Hikki! Ada waktu sebentar?"

  Suara yang familiar terdengar. Akupun berpikir kalau aku tidak perlu menjawabnya dengan jawaban yang sudah kusiapkan, atau juga kukatakan sesuatu yang bohong saja.







x Volume N | END x




  

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar