Rabu, 24 Februari 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Volume T Chapter 4 : Orang yang benar-benar membawa request ternyata datang terlambat ke klub

x x x










  Aku tidak tahu bagaimana gaya hidup dari Hayama Hayato, tapi aku bisa memastikan satu hal. Apa yang Isshiki Iroha khawatirkan menjadi kenyataan. Dia mengatakan kalau gosip itu bisa mengubah lingkungan di sekitar Hayama, dan tampaknya itu benar adanya. Semua orang seperti menggosipkan hal tersebut baik di kelas ataupun di lorong, seperti tidak ada habisnya. Hayama dan Yukinoshita menjadi obrolan utamanya, seperti artis utama pertunjukan ini. Mereka boleh bangga kalau soal itu. Aku juga menyadari meski masuk jam istirahat, teman-teman sekelasku masih saja melirik ke arah Hayama dan Miura, bahkan Yuigahama yang ada di dekat mereka tidak sekalipun mereka lirik. Saat ini, aku sedang menguping pembicaraan para gadis di belakang tempat dudukku.

  “Kira-kira itu benar tidak ya?”

  “Aku penasaran juga. Mungkin memang benar kalau mereka pacaran.”

  “Aku pernah tanya ke gadis kelas E, katanya gosip itu tidak benar.”

  “Yeah, sebenarnya dia hanya tidak enak ikut menggosipkan mereka. Ya dia cuma ingin bersikap baik saja.”

  Mereka tidak mengatakan sesuatu yang konkrit, menyebutkan nama Hayama atau gadis yang digosipkan, tapi itu terdengar jelas bagiku. Gosip seperti ini tidak ada habisnya, belum lagi banyaknya penggemar dan tukang stalker dari orang yang digosipkan. Tapi mereka memang memberi bumbu dalam gosip ini. Oleh karena itu, gosip ini sangat menyenangkan untuk dibicarakan. Gadis yang berusia 17 tahun sangat suka mengobrol, bahkan bisa dibilang maniak, juga berbicara tentang artis-artis yang mereka suka. Para gadis yang entah siapa namanya itu kemudian melanjutkan obrolannya.

  “Huh. Aku tidak pernah menduga kalau ternyata si Yukinoshita itu doyan cowok cakep.”

  “Pastinya begitu. Maksudku, mereka kan tidak begitu kenal baik, jadi yang bisa dinilai ya cuma wajah gantengnya saja, benar tidak?”

  “Tapi kalau begitu, bukankah itu berarti Hayama-kun juga doyannya cewek cakep saja?

  “Bukannya dia memang begitu?”

  Para gadis itu kemudian tertawa. Mereka membicarakannya dengan bisik-bisik, sehingga grup Hayama dan Miura tidak mendengarkannya.

  Jujur saja, aku benci ini. Seperti ada sesuatu sedang menggerayangi tubuhku.

  Ini tidak seperti mendengarkan sesuatu yang kurang menyenangkan, ini seperti mendengarkan suara gangguan serangga atau detik jarum jam di tengah malam. Tidak ada yang bisa kau lakukan kecuali menggigit lidahmu sendiri. Bahkan diriku, yang tidak punya hubungan apapun dengan yang digosipkan, tersinggung juga. Mungkin ini yang dirasakan orang-orang yang menjadi korban gosip. Obrolan-obrolan sampah yang disebarluaskan, seperti sebuah candaan yang buruk, semuanya hanya berdasarkan opini, asumsi, dan fantasi yang dicampur dengan iri hati. Beberapa dari mereka memang tidak ada niatan jahat. Kalau kau mencoba memarahi mereka, mereka akan mengatakan kepadamu kalau kau tidak perlu menanggapinya dengan serius.

  Aku tahu ini karena aku bisa membayangkan hal-hal tersebut. Aku sadar akan hal ini karena aku kenal gadis yang digosipkan itu. Selama ini, Hayama Hayato dan Yukinoshita Yukino telah hidup di dunia dimana mereka menerima banyak sekali perhatian dan ekspektasi dari sekitarnya, dan juga menjadi target iri hati dan kekecewaan mereka yang disekitarnya. Institusi yang dibuat untuk mengawasi para remaja yang disebut sekolah sebenarnya adalah penjara. Siswa-siswa yang populer didorong menuju tempat yang bisa disinari cahaya lampu sorot, sedang yang lain hanya bisa menontonnya tanpa sedikitpun merasa terpaksa, dari posisi yang memang berniat baik sampai penasaran. Dan kadangkala, kerumunan massa itu menghukum mereka. Ini seperti eksperimen penjara Stanford yang tiada habisnya. Tidak ada satupun orang yang diminta untuk ikut campur, tapi akan tetap ada yang ikut campur karena merasa itu kewajibannya. Dan di tengah-tengah keramaian ini, selama ini, ada Yuigahama Yui.

  Para sipir penjara di belakangku ini masih saja mengobrol. Tapi kemudian terdengar suara, suara sesuatu yang menghantam meja. Suasana kemudian menjadi diam. Akupun melihat ke arah suara tersebut. Ternyata Miura: Dia menyilangkan kakinya dan menghentak mejanya dengan kukunya. Wajahnya melihat ke arah Yuigahama, tapi tatapannya diarahkan ke arahku.  Tampilannya memang sangat kuat kalau kau lihat dari ekspresi wajahnya, tapi wajah menakutkannya terlihat lebih mengerikan jika kau lihat dari samping. Tiga kali lebih menakutkan dari biasanya. Bukan diriku yang sedang dia lihat, meski begitu aku tetap memalingkan pandanganku. Hayama, yang duduk di seberangnya, hanya bisa tersenyum kecut. Mereka berdua mungkin tidak mendengar pembicaraan para sipir di belakangku, tapi suasana di kelas ini sudah mengatakan semuanya. Kau bisa merasakan apa yang terjadi tanpa perlu mendengarkan atau melakukan apapun. Miura juga menggunakan metode komunikasi yang sama untuk memberitahu mereka kalau dia tidak senang sama sekali. Para gadis di belakangku tampaknya merasa tidak nyaman untuk tetap tinggal di kelas, jadi mereka berdiri dari kursinya dan berjalan melewatiku untuk keluar dari kelas. Memindahkan markas panitia festival gosip ke toilet, mungkin.

  “Sial, tadi menakutkan sekali! Apa dia mendengar obrolan kita?”

  “Entahlah. Kira-kira apa yang ada di pikirannya saat ini? Dia kan teman dari Yuigahama-san.”

  “Yeah, aku hanya tidak ingin melihat ini menjadi medan pertempuran.”

  “Kamu sendiri mengatakan itu sambil senyum-senyum. Keren sekali.”

  Aku tetap berbaring di mejaku, pura-pura tidak mendengar obrolan mereka. Kalau tidak, aku bisa ditatap Miura lagi. Goresan yang berada di permukaan yang mulus tidak akan hilang dengan mudah. Dan sekali lagi, ada juga teori Butterfly Effect. Dan akupun mencoba bertahan menghadapi situasi ini sambil mendengarkan suara embusan angin dingin yang menabrak jendela.

 






x  x  x








  Angin masih bertiup dengan kencang, bahkan setelah jam pelajaran berakhir. Angin tersebut berasal dari dataran Kanto. Angin yang lembab dan berasal dari laut tertahan oleh pegunungan di daerah Ou, jadi yang kita dapatkan disini adalah angin yang kering. Dan angin kering ini mengetuk-ngetuk jendela ruangan dari luar sana. Tapi di dalamnya, terasa hangat dan lembab. Dan sumber utamanya berasal dari uap panas dari poci teh.

  “Lu ngapain disini lagi?” tanyaku ke Isshiki, yang sedang memegangi gelas kertas dengan kedua tangannya. Mendengarkan pertanyaanku, dia menaruh gelas tersebut di meja. Lalu Isshiki membetulkan kerahnya, merapikan rok dan rambutnya.

  “Ada yang ingin kubicarakan denganmu hari ini,” dia mengatakan itu dengan nada serius. Tapi karena aktivitasnya ‘membetulkan kerah’, aku bisa melihat tulang selangkanya. Caranya merapikan roknya membuat beberapa poin dimana harusnya tidak dilirik pada akhirnya harus dilirik. Dan tampilan wajahnya itu mengesankan seorang gadis yang lugu. Jadi tidak, tampaknya dia tidak akan mengatakan sesuatu yang serius. Dia berhasil mencuri perhatianku, tapi mentalku tetap kuat, jadi aku bisa memalingkan pandanganku dari Isshiki sambil menahan perasaan itu di dadaku.

  “Aku tidak berminat membantu kegiatan OSIS lagi.”

  “Begitu ya...” kata Isshiki, seperti kecewa.

  Tiba-tiba Yukinoshita yang melihat sikap kami berdua ini pura-pura batuk.

  “Kau tidak berencana hendak meminta bantuan kita untuk pekerjaan OSIS, benar tidak?” tanya Yukinoshita sambil tersenyum. Tapi aku merasakan tekanan luar biasa dalam senyumnya itu. Kata-katanya sederhana tapi aku merasa kalau bulu kudukku ini berdiri. Isshiki kemudian membetulkan kata-katanya tadi.

  “Tentu, tadi itu hanya becanda saja! Aku ini sudah benar-benar bekerja!”

  “Jadi apa keperluanmu kesini?” tanya Yukinoshita yang tampak lelah dengan sikap Isshiki ini.

  Dia lalu menaruh tangannya di dagu dan mulai berbicara, seperti mengutarakan apa yang dipikirkannya.

  “Belakangan ini banyak sekali gadis yang mendekati Hayama-senpai.”

  “Apa maksudmu dengan ‘mendekati’?”

  “Well, sederhananya, menembak dia. Atau bisa jadi hanya sekedar unjuk gigi atau memastikan sesuatu,” Isshiki menjawab pertanyaan Yuigahama tadi dengan datar.

  “Apa maksudmu dengan ‘memastikan sesuatu’?” tanya Yukinoshita.

  “Juga bagaimana maksudmu dengan ‘unjuk gigi’?” tambah Yuigahama.

  Mereka berdua menatap Isshiki dengan penuh tanda tanya. Setelah pura-pura batuk, Isshiki memindahkan kursinya dan menghadap ke arahku. Dia menarik napas sebentar dan melihat ke arahku, matanya seperti berbinar-binar.

  “Senpai...apa kamu...punya pacar?” dia menanyakan itu dengan gugup dan wajah yang memerah.

  Isshiki secara tidak terduga menggunakan tangan putih kecilnya itu untuk melepas pita seragamnya. Karena itu aku bisa melihat gerakan-gerakan di balik blusnya. Matanya yang lembab berkedip-kedip kepadaku. Karena adegan yang tidak terduga ini, jantungku berdetak kencang; aku bahkan menelan beberapa udara untuk menenangkan diriku.

  “Ti-tidak...” aku menjawabnya dengan konyol.

  Suasana di ruangan klub ini begitu sunyi. Aku terdiam; begitu pula Yukinoshita dan Yuigahama. Dalam kesunyian ini Isshiki akhirnya tersenyum.

  “Ya sejenis itu.”

  “Lalu apa bedanya? Hei, Hikki?”

  Well...Aku tidak bisa mengatakan itu. Yeah...Ayolah, apa aku becanda! Dia melakukannya dengan sempurna! Bravo, Isshiki!

  “Hikki?...” Yuigahama memanggilku dan akupun menoleh ke arahnya.

  “Dan kenapa kau hanya diam saja?” Yukinoshita bertanya kepadaku dengan senyum yang lebar.

  Hentikan itu, senyummu itu menakutkanku...

  “Well, umm...Aku memahami situasi Hayama, ahem, yeah, betul-betul paham.”

  Jadi para gadis memastikan apakah gosip itu benar atau tidak, dan jika mereka beruntung, mereka bisa menembaknya. Kalau tidak, setidaknya mereka bisa lebih dekat dengan Hayama. Entah mengapa mengingatkanku dengan bonus disk permainan simulasi dimana ada rute karakter baru. Mungkin tidak ada yang lain lagi. Ngomong-ngomong, ini juga salah satu konsekuensi dari adanya gosip sialan ini.

  “Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku.

  “Aku ingin selangkah di depan dalam kompetisi ini.”

  “Hmm...” aku menggumamkan itu, kekaguman dan keterkejutanku meningkat 1.5x dari biasanya.

  Dia cukup keras kepala karena tidak menyerah sampai saat ini, gadis ini.

  “Situasi ini adalah peluang bagus untukku. Biasanya semua orang hanya ingin menembaknya dan itu saja, benar tidak? Lagipula, Hayama-senpai mungkin lelah dengan semua pernyataan perasaan dari para gadis itu. Jadi aku ingin terlihat beda dari mereka dan akan menjadi keju di jebakan tiku...err, maksudku musik bagi telinga.”

  Nah, lu udah telat untuk mengkoreksi! Musik bagi telinga? Apa bagimu musik itu untuk telinga? Well, Isshiki memang punya semua hal-hal yang menarik dalam diri seorang gadis, tapi...Itu bukanlah masalahnya. Aku tidak peduli ada apa dengannya dan Hayama, jadi aku tidak merasa terganggu mendengarkannya. Akupun meyakinkan diriku dengan yang lain. Hmm, tampaknya mereka sedang memasang wajah yang serius.

  “Keju...”

  “Jebakan tikus...”

  Setelah meniru kata-katanya, Yukinoshita dan Yuigahama melihat ke arah Isshiki dengan ekspresi yang serius. Mereka memang terlihat terlalu serius. Akupun merasa kedinginan melihat sikap mereka. Udara disini sangat berbahaya, aku merasakannya. Tapi Isshiki tidak mempedulikan ekspresi mereka...dia sedang melihat ke arah jendela. Mungkin dia sedang melihat para member klub sepakbola sedang latihan di lapangan.

  “Jadi kupikir kalau kami berdua bisa pergi entah kemana, yang menenangkan dan sejenisnya.”

  Satu sisi dari wajah Isshiki tersinari matahari senja. Ekspresinya terlihat sedikit mengkhawatirkan, tapi terlihat lembut. Dia mengatakan itu dengan nada yang biasanya, seolah sedang becanda, tapi meski begitu, terlihat kalau dia benar-benar peduli kepada Hayama. Taktik yang bagus, serius ini. Kupikir pria manapun jantungnya akan berdetak kencang jika kau menunjukkan sisi lainmu yang seperti ini kepada mereka.

  “Kurasa itu bukan ide yang buruk,” kataku sambil tersenyum; wajah Isshiku terlihat senang.

  “Yeah! Hanya saja aku tidak tahu harus pergi kemana.”

  “Kupikir kau lebih tahu soal ini.”

  Kalau kau hendak bertanya, maka kau bertanya ke orang yang salah, kuberitahu saja. Yuigahama mungkin punya kesempatan untuk bertanya-tanya soal info tersebut ke teman-temannya, tapi Yukinoshita dan diriku tidak punya ide tempat apa yang bisa untuk jalan-jalan dan menenangkan. Setelah mendengarkanku, Isshiki tampak menggerutu.

  “Aku sudah mencoba semua yang kutahu. Oleh karena itu aku membutuhkan ide yang baru.”

  “Oh.”

  Kau bergerak dengan cepat sekali! Mungkin kau memang benar-benar member dari TOKIO. Aku benar-benar terkejut. Yuigahama menaruh tangannya di dagu dan memiringkan kepalanya.

  “Jadi kau ingin tahu tempat yang menenangkan dimana orang bisa melupakan semua masalah mereka, seperti itu?”

  “Sederhananya, seperti itu,” Isshiki mengangguk. Yukinoshita akhirnya mengembuskan napasnya.

  “Kalau begitu, mengapa tidak?” dia mengatakan itu seperti kakaknya saja. Isshiki juga tersenyum, karena Yukinoshita terlihat lebih terbuka di momen tersebut.

  “Terima kasih banyak! Kalau menurut Senpai, bagaimana?”

  “Kau ini bertanya ke orang yang salah.”

  Aku tidak punya satupun ide. Mungkin Disney Land bisa dijadikan pilihan, tapi kalau dipikir-pikir orang yang pernah ditolak di lokasi itu tidak akan mau kembali lagi kesana. Meski aku tidak begitu tahu Hayama, tapi dia akan pura-pura menikmati kemanapun dia akan dibawa pergi. Bagaimana rasanya...aku tidak tahu. Ketika aku sedang memikirkan itu, Yuigahama berpindah ke sebelahku bersama kursinya.

  “Hikki, kau punya ide? Hanya sebagai referensi saja...”

  “Aku bukan Hayama,” kataku. Lalu Yukinoshita tersenyum.

  “Memang. Berbeda seperti siang dan malam.”

  “Ya seperti katanya.”

  “Yeah.”

  Meskipun Yukinoshita sedang menertawakanku, aku tidak marah sedikitpun, karena itu fakta. Kupikir fitur-fitur dalam tampilanku ini lumayan, tapi tidak bisa dibandingkan dengan Hayama. Mungkin dasar perbedaannya adalah ‘si gorengan kecil’ itu terus berpikir kalau dirinya itu populer. Sebenarnya tidak begitu, aku memang gorengan kecil, jangan bayangkan yang lebih kecil lagi...Tapi para gadis juga menyukai pria yang seperti itu! Karena itulah aku harus berpikir positif!

  Yukinoshita pura-pura batuk, dan memalingkan wajahnya dariku.

  “Tapi kalau kebalikannya, pendapatmu harusnya ada hubungannya. Kalau kita ambil yang berlawanan dengan pendapatmu, mungkin kita bisa mendapatkan sesuatu yang berguna.”

  “Itu tidak jelas sama sekali.”

  Logika yang aneh. Mengingatkanku tentang Papa Bakabon. Aku ingin berdebat lebih jauh, tapi Yukinoshita dan Yuigahama sedang melihat ke arahku. Jangan menatapku dengan serius, atau aku akan mengatakan hal-hal yang aneh...

  “Aku akan memikirkannya dahulu,” aku mengatakan itu agar mereka berhenti menatapku.

  Aku mendengarkan desahan kesal, seperti campuran antara puas dan kecewa.

  “Kalau begitu, tolong pikirkan dahulu dengan baik,” Isshiki mengatakan itu dengan senyum gembira.

  Enak sekali mengatakan itu! Aku sendiri saja jarang memikirkan tentang diriku, apalagi memikirkanmu? Aku ingin menanyakan ini. Tapi, biar kupikirkan dulu.

  Ngomong-ngomong, sikap Isshiki ke Hayama juga berubah karena gosip itu. Lingkungan di sekitar Hayama juga berubah. Well, bagaimana dengan pihak yang terlibat? Yuigahama sekelas denganku, jadi setidaknya aku sedikit paham tentang dirinya. Kebetulan juga dia paham betul Miura dan Ebina-san, jadi kurasa tidak masalah. Tapi bagaimana dengan orang yang lain? Aku tidak tahu.

  “Ngomong-ngomong, Yukinoshita, apa ada yang berubah gara-gara gosip itu?”

  “Aku? Well, orang-orang jarang mendekatiku ketika di kelas, jadi...”

  Benar juga, kelas 2J dimana Yukinoshita berada adalah kelas Budaya Internasional yang berlokasi di ujung lorong, dengan populasi 90% gadis. Jadi suasana kelasnya berbeda, dan kebanyakan siswa tidak mau mengganggunya. Mungkin karena itulah Yukinoshita merasakan situasi yang lebih baik daripada Hayama. Meski, kupikir itu tidak cukup kuat untuk melindunginya dari gosip itu. Yukinoshita lalu mengambil napas yang cukup panjang.

  “Diantara mereka memang membicarakan diriku di belakang, tapi itulah yang terjadi selama ini. Jadi, aku tidak bisa mengatakan kalau ada yang berubah di kelasku.”

  “Ah, aku paham betul itu! Orang-orang memang sering mengobrolkan mereka yang berprestasi!”

  Tidak, Isshiki, sebenarnya bukan itu...Yukinoshita mengangguk dan menggumam.

  “Hanya saja gosip kali ini tidak sejahat sebelumnya.”

  Kata-kata “sebelumnya” itu terus mengusikku. Masa lalunya yang tidak kuketahui. Atau, masa lalu dirinya yang tidak pernah dia bicarakan. Masa lalu yang membelenggunya. Tapi, apakah aku ini berhak untuk bertanya kepadanya soal itu? Aku ini, hanyalah pengamat, kurasa aku tidak bisa melakukannya. Apakah aku berhak bertanya kepadanya tentang sesuatu yang dia tidak mau bicarakan? Hatiku terus mendorongku untuk menanyakan itu kepadanya tapi tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu klub dua sampai tiga kali. Semua orang melihat ke arah pintu tersebut dan momen untuk menanyakan itu sudah hilang. Pintu lalu terbuka tanpa seijin tuan rumah.

  “Kau ada waktu?” tanya gadis itu, suaranya terkesan marah dan terganggu.

  Si gadis tersebut melihat ke dalam ruangan, dan rambut emasnya itu melambai dengan gerakan yang aneh. Gadis itu adalah Miura Yumiko yang berdiri di depan pintu.

  “Yumiko? Ada apa?” tanya Yuigahama.

  “Aku ingin membicarakan sesuatu.”

  “Oh. Ayo masuk,” jawab Yuigahama.

  Miura mengangguk dan masuk ke ruangan ini tanpa menatap ke Isshiki dengan curiga.

  “Aduh, aku kelupaan kalau ada kerjaan di sekretariat OSIS, aku pergi dulu ya,” Isshiki langsung pamit dan pergi.

  “Bye-bye!” dia mengatakan itu dan menutup pintunya.

  Yuigahama melihat ke arahnya, lalu menawarkan kursi kepada Miura. Dia lalu duduk di seberang meja.

  “Jadi, kau ingin membicarakan apa?”

  “Yeah...well...itu...apa ya?...” Miura mengatakan kata demi kata dengan hati-hati, seperti sulit untuk mengucapkannya.

  Lalu dia mengembuskan napasnya dan melihat lurus ke Yukinoshita dengan tatapan yang tajam, tanpa menunjukkan sedikitpun ekspresi yang ramah. Setelah itu, dia bertanya tentang sesuatu.

  “Apa ada sesuatu antara dirimu dan Hayato?”

  Kalau melihat nada dan ekspresinya, dia kesini hendak membicarakan gosip itu. Gosip kurang ajar itu memang tidak menyebar sebatas kelasku saja...seluruh sekolah sepertinya tahu. Kapan hari Isshiki datang kesini dengan pertanyaan serupa pada hari pertama masuk sekolah setelah liburan, aku harusnya sadar kalau dia bukanlah orang terakhir yang akan mencari tahu kebenaran gosip itu. Miura adalah orang paling dekat dengan Hayama Hayato. Dan dia tidak akan membiarkan gosip itu lewat begitu saja.


  




x Volume T | END x


Tidak ada komentar:

Posting Komentar