Selasa, 23 Februari 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Volume T Chapter 3 : Seharusnya, Isshiki Iroha tidak melupakan tentang ranjau darat itu


x x x








  Tiga hari pertama di bulan Januari telah terlewati, dan seluruh gagap gempita tahun baru telah mereda. Kedua orangtuaku, yang sebelumnya punya waktu untuk istirahat, kini pergi bekerja lagi dan menjadi sibuk seperti biasanya. Komachi juga terlihat sedang belajar dengan serius untuk ujiannya. Karena itulah aku dan Kamakura menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi suasana yang menenangkan ini tidak serta merta membuat pikiranku tenang. Suasana yang tenang membuat orang memikirkan hal terburuk yang ada di hati mereka. Ketika kau sedang sibuk, kau tidak ada waktu untuk memikirkan berbagai hal. Ketika kau sedang tidak ada yang bisa kau kerjakan, kau mulai memikirkan tentang masa depanmu dan depresi menghampirimu.

  Ah, aku tidak ingin pergi sekolah ataupun kerja. Pikiran semacam itu pernah datang kepadaku ketika liburan musim dingin. Pikiran itu seperti memberiku petunjuk: waktu untuk santai-santai pada akhirnya akan berakhir. Faktanya, kita semua tahu kalau ini tidak akan bertahan selamanya. Karena kau tahu kalau dirimu tidak punya waktu yang lama, maka pikiranmu terbebani dengan ‘bagaimana caraku untuk menghabiskan waktu tersebut’. Kira-kira apa yang terbayangkan di benak para NEET yang menyadari kalau orangtua mereka sudah beranjak tua? Pikiran semacam itulah yang terpikirkan olehku ketika berbaring di lantai dan menggaruk-garuk perut kucingku ini. Tapi kekuatan yang sebenarnya adalah bisa bertahan dari segala beban tersebut! Aku adalah seorang pengangguran tulen. Kadangkala mereka mengatakan “Saatnya untuk menunjukkan kemampuanmu!”, tuan penulis ranobe. Dengan kata lain, penulis ranobe = pengangguran. QED. Atau Spiral, jika membuatmu merasa itu lebih pas.

  Hari ini aktivitas sekolah kembali seperti biasanya. Karena terbiasa bangun tidur siang selama liburan, aku harus melakukan aktivitas pagi hari dengan terburu-buru. Setelah mencuci muka, membasahi dan merapikan rambutku, aku melihat wajahku di cermin dan merasa kalau udara dingin pagi ini sudah mengusir kantukku.

  Baiklah, ayo kita lakukan yang terbaik untuk hari ini!








x  x  x







  Hari pertama setelah liburan, suasana kelas terasa lebih ramai daripada biasanya. Siswa-siswa yang terlihat antusias mulai menyapa satu sama lain dan mengucapkan selamat tahun baru. Mungkin antusiasme mereka itu terjadi karena menggabungkan antusiasme bertemu teman mereka lagi ditambah dengan suasana tahun baru.

  Setelah jam sekolah usai, suasana antusias tadi itu masih terasa. Banyak sekali siswa yang memilih berada di kelas, mungkin mendiskusikan berbagai macam hal. Grup dari Hayama dan Miura tampak menonjol dalam kelas ini. Grup mereka selalu terdengar sebagai yang paling berisik, tapi khusus hari ini grup mereka jauh lebih berisik dari biasanya. Ooka, Tobe, dan Yamato seperti biasanya, mengobrolkan berbagai macam hal, sedang Hayama duduk di dekat jendela dan melihat ke arah luar, tangannya sedang menopang kepalanya. Kadang, hanya untuk sekedar memberi tahu kalau grupnya eksis, dia mengatakan sesuatu agar obrolan mereka terus berjalan lalu tersenyum. Para gadis, di lain pihak, tampaknya tidak tertarik dengan topik yang dibicarakan grup Hayama dan membicarakan hal yang berbeda. Meski salah satu dari mereka tidak berbicara sama sekali. Dia hanya duduk bersandar di kursinya dan memutar-mutar rambutnya dengan ekspresi datar. Meski, sesekali dia menatap ke arah Ooka dan yang lainnya dengan tajam. Ooka seperti ketakutan akan sesuatu, atau mungkin memang waktu yang normal untuk mengganti topiknya, tapi, seperti mengingat akan sesuatu, dia lalu pura-pura batuk dan bertanya.

  “Ngomong-ngomong, Hayato-kun, apa benar kalau kau itu berpacaran dengan Yukinoshita-san?”

  “Apa?” Miura bereaksi secara spontan.

  Begitu juga dengan diriku. Apa yang barusan kau katakan? Barusan itu...harusnya tidak mungkin terjadi...benar kan? Atau memang benar?

  Mendengarkan kata-kata itu, semuanya terdiam membeku. Sayangnya, waktu bukanlah sesuatu yang bisa membeku seperti itu.

  “Coba kau katakan lagi?!” Miura berdiri dan kursinya bergeser menimbulkan bunyi yang nyaring.

  Semuanya terdiam dan melihat ke arah Miura. Seluruh siswa di kelas ini seperti berubah menjadi air...tenang sekali.

  “N-nah, itu mustahil sekali!” Yuigahama menjawabnya dengan cepat, seperti bisa membaca suasana di kelas ini.

  Ebina-san tampaknya setuju. Tapi ada satu orang lagi yang berbicara.

  “Benar sekali. Aku dengar kalau...” kata Yamato, dengan pelan dan tenang.

  Yamato, yang biasanya tidak disadari eksistensinya di kelas kecuali tinggi dan tubuh yang besar mulai berbicara. Semua orang menunggunya untuk melanjutkan kata-katanya, tapi dia hanya diam saja. Malahan, dia menoleh ke arah Yuigahama. Lalu, seluruh siswa di kelas mengikutinya dan menatap ke arah Yuigahama.

  “A-Apa?....Aku?...” tanyanya sambil menaikkan bahunya.

  Mungkin aku harusnya juga menaikkan bahuku. Apa sih yang Yamato bicarakan? Tapi gosip itu tidak mungkin terjadi...Atau memang terjadi? Akupun melihat satu orang lagi mulai menatap ke arah Yuigahama.

  “Yu...Yui? Eh?...” Dia tampaknya kehabisan udara di paru-parunya, Miura tidak melanjutkan kata-katanya lagi, hanya membuka dan menutup mulutnya seperti ikan. Lalu Yuigahama dan Hayama saling menatap satu sama lain.

  “Tidak-tidak-tidak-tidak-tidak! Mustahil! Gosip itu mustahil terjadi! Maksudku, aku ini...Ngomong-ngomong, yang jelas tidak!” Yuigahama mencoba membela dirinya dengan melambai-lambaikan tangannya.

  “Ya, yang Yui katakan itu benar,” Hayama mengatakan itu dengan tenang; lalu perhatian semua orang di kelas ini tertuju kepadanya.

  Para siswa di kelas ini lalu terdiam lagi. Jadi kata-katanya itu terdengar jelas oleh semua orang disini.

  “Kamu dapat darimana info yang tidak bertanggungjawab seperti itu?”

  Hayama menanyakan itu dan melihat ke arah Ooka dan Yamato; keduanya terlihat ketakutan. Hayama selama ini terlihat ramah dan akrab, tapi sekarang dia menjadi tegas, mereka seperti ketakutan, tidak tahu harus mengatakan apa. Aku bisa melihat kalau keringat mulai berjatuhan dari kening Yamato. Tapi tatapan Hayama dengan jelas mengatakan “Katakan!”. Aku pernah melihat ekspresi wajah Hayama ini kapan hari. Waktu itu di akhir musim gugur, kencan ganda dengan Orimoto dan temannya. Mendapatkan tekanan dari tatapan Hayama, Ooka mulai menarik napas dalam-dalam dan menjelaskan itu.

  “Ti-Tidak ada. Hanya saja...ada gosip...kalau kalian terlihat bersama-sama di Chiba ketika liburan musim dingin.”

  “Yeah. Aku mendengar hal serupa juga,” Yamato mengkonfirmasinya. Hayama terlihat mendesah kesal mendengarnya.

  “Oh, tampaknya aku tahu itu. Maaf ya, memang itu situasi yang jarang terjadi. Waktu itu aku ada keperluan keluarga dan kebetulan bertemu dengan Yui.”

  “Y-Yeah! Benar begitu!” Yuigahama mencoba meyakinkan kata-kata Hayama. Dia lalu tersenyum dan mengangguk.

  “Lagipula, gosip itu mustahil benar adanya. Benar tidak, Tobe?” Hayama menanyakan itu dengan senyumnya yang biasa, lalu menepuk bahu Ooka.

  “Y-Yeah, itu jelas mustahil.”

  “Kalau begitu, semuanya jelas?” tanya Hayama, untuk meyakinkannya, dia menatap ke arah Ooka dan Yamato.

  “Yeah, gosip itu mustahil! Akupun berpikir begitu!”

  “Kau harusnya mengatakan itu sejak awal,” Hayama mengatakan itu sambil berpura-pura memukul wajah Ooka.

  Orang-orang di kelas ini bisa melihat kalau ini hanyalah candaan saja, lalu suasana di kelas ini terlihat tenang kembali. Hayama lalu mengambil tasnya dan berdiri.

  “Kalau begitu, bagaimana kalau kita jalan ke klub?”

  “Yeah, bentar lagi harus ke klub.”

  “Kalau begitu, ayo,” dia mengatakannya dengan lembut.

  Ooka dan Yamato mengikuti Tobe dan mengucapkan selamat tinggal kepada para gadis, lalu pergi. Miura hanya melihat mereka keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun. Dia hanya duduk disana, menggigit bibirnya, sedang jari-jari tangannya memainkan rambutnya. Yuigahama lalu menaruh tangannya di bahu Miura dan melihat ke wajahnya.

  “Sebenarnya, seseorang sedang salah paham. Ada orang lain juga yang sedang bersama kita waktu itu.”

  Lalu Yuigahama menambahkan.

  “Yep. Aku waktu itu sedang pergi berbelanja dan kebetulan bertemu kakak Yukinon. Ternyata dia dan keluarga Hayato-kun berteman baik, jadi mereka memutuskan untuk merayakan tahun baru bersama. Yukinon datang kesana karena dipanggil mereka saja.”

  Apa-apaan penjelasan konyolnya barusan? Seperti menjelaskan ke seorang anak kecil. Ebina-san lalu menyimpulkannya.

  “Begitu ya. Jadi seseorang tidak sengaja melihat mereka datang untuk acara keluarga dan gosip mulai menyebar.”

  “Yeah, mungkin begitu.”

  “Kalian bertiga memang mencolok dari keramaian, jadi mudah saja untuk melihat kalian.”

  Setelah mendengarkan itu, aku berdiri dan keluar dari kelas.






x x x






  Bahkan lorong ini terasa lebih berisik dari biasanya. Liburan musim dingin telah berakhir, jadi semua orang mengobrolkan kegiatan mereka. Bahkan banyak sekali siswa yang mengobrol di depan pintu klub mereka.

  “Hei, kamu dengar tidak? Soal Hayama-kun.”

  “Yeah, aku dengar soal itu! Aku percaya kalau itu.”

  Aku mendengar percakapan semacam itu dari para gadis yang kulewati. Mungkin, seperti kata Ebina-san di kelas, mereka mendengarkanya sepotong-sepotong, lalu menggabungkannya sekehendak hati mereka dan menyebarkannya. Sejujurnya, aku tidak tertarik sedikitpun dengan gosip itu, tapi setiap kali aku mendengarnya, aku merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Mungkin karena gosip ini disebarkan oleh orang yang tidak kuketahui identitasnya. Meski, sebenarnya mereka menyebarkan itu tanpa adanya maksud yang jahat. Mungkin karena dua orang yang digosipkan itu merupakan dua orang yang sering jadi pembicaraan di sekolah ini, jadi gosip itu semakin menambah kenikmatan obrolan mereka. Jadi semua orang terlihat mulai menggosipkan itu tanpa sedikitpun ingin memeriksa sumbernya. Mereka menyebarkan gosip itu tanpa mengkonfirmasi kebenarannya. Biasanya, mereka ini membicarakan gosip hanya untuk menarik perhatian saja, ketika arus pembicaraannya berubah, mereka lalu membaur dengan yang lainnya. Aku tidak menyukai itu. Aku lebih memilih untuk mendengarkan keburukan diriku secara langsung.

  Sambil memikirkan itu, aku mendengarkan suara langkah kaki yang sedang mengejarku dari belakang. Tampaknya itu adalah Yuigahama. Akupun mengurangi kecepatan langkahku sehingga dia bisa mendekatiku. Yuigahama lalu memukulku dari samping dengan tasnya.

  “Kau meninggalkan aku lagi.”

  “Well, bukannya kau sendiri sedang mengobrol.”

  Lagipula, aku tidak punya satupun janji kalau akan pergi denganmu ke klub. Dulu, aku pernah mengiyakan ajakannya di bulan Desember. Tampaknya, ‘iya’ waktu itu masih dianggap valid oleh Yuigahama hingga saat ini.

  “Hei, apa kamu...mendengar pembicaraan kami?”

  Kau mengatakan sesuatunya dengan sangat jelas, bahkan ketika Miura berteriak. Kupikir seluruh siswa di kelas mendengarnya.

  “Ti-Tidak ada apapun! Jujur!” Yuigahama mengatakan itu sambil mengambil beberapa langkah ke depan dan melihat kedua mataku. Kau tidak harus sebegitunya untuk meyakinkanku, tahu tidak?

  “Aku kan ada disana dan melihat apa yang terjadi. Kamu ini lupa apa bagaimana?”

  “Aku tidak lupa...Hanya saja...Maksudku bukan itu.”

  “Gosip hanyalah gosip. Fiksi belaka.”

  “Yeah, tapi...” Yuigahama mengatakan itu dan terhenti.

  “Tapi tahu tidak...Suatu hari nanti mungkin akan menjadi kenyataan bagi Yukinon dan Hayato kun...dan diriku juga...”

  Akupun mencoba membayangkan itu dan masih saja tidak bisa. Yukinoshita adalah kasus khusus, tapi Hayama berpacaran dengan seseorang adalah hal yang mustahil untuk kubayangkan. Kalau Yuigahama, gampang sekali untuk dibayangkan. Dia sangat populer di mata para siswa disini, kalau menurut Tobe. Lagipula, ketika kami membantu kepanitiaan Festival Olahraga, aku sering melihat banyak siswa yang mencoba menarik perhatiannya. Bukannya aku suka memikirkan hal itu. Jadi aku memutuskan untuk mencairkan suasananya.

  “Entah soal itu, hanya saja...Jangan bahas masalah ini di klub, setuju?”

  “Hmm? Kenapa?” Yuigahama menggerutu dan melihat ke arahku.

  “Dia nanti bisa marah, tahu tidak?”

  “Oh, benar juga!”

  Aku sudah mengenal Yukinoshita hampir setahun lamanya. Mudah saja bagiku untuk membayangkan dirinya yang marah. Dia akan benar-benar marah jika tahu gosip tidak bertanggungjawab itu. Yuigahama lalu mengangguk ke arahku, dan membuka pintu klub yang sudah lama tidak kita datangi sejak liburan kemarin.

  





x  x  x







  Suasana klub sudah menjadi hangat sejak kita masuk. Akupun duduk di kursiku. Cake yang Yuigahama beli sudah disiapkan di atas meja, dan dipotong menjadi beberapa bagian.

  “Selamat ulang tahun!”

  “Selamat.”

  “Selamat ulang tahun, Yukinoshita-senpai!”

  Yukinoshita tampaknya malu-malu mendengar kata-kata kami.

  “Te-Terima kasih...Kurasa aku akan menyiapkan tehnya?” Dia menanyakan itu dan mulai membuat teh hitam. Bersamaan dengan suara-suara cangkir dan poci teh, aku mendengar suara yang familiar.

  “Yukinoshita-senpai, jadi ulang tahunmu 3 Januari ya? Ngomong-ngomong, ulang tahunku tanggal 15 April, Senpai.”

  “Gue gak tanya.”

  Apaan sih yang dia lakukan disini? Dia lalu memiringkan kepalanya, dan rambutnya seperti tergantung. Lengan cardigannya memperlihatkan seragam sekolah yang sudah lama dipakai. Di tangan kecilnya itu ada garpu, seperti hendak menginginkan sesuatu. Keberadaan Isshiki Iroha di klub kami ini seperti fenomena yang normal saja. Dia sedang memakan seperempat cake ulang tahun ini dan ditemani satu gelas kertas yang berisi teh hitam. Kau jago sekali kalau masalah beradaptasi. Apa kamu berasal dari TOKIO atau sejenisnya? Dia mungkin akan tetap hidup jika terdampar di pulau tidak berpenghuni.

  “Apa yang kau lakukan disini?”

  “Eh? Well, tahulah. Tidak ada kerjaan di sekretariat OSIS saat ini.”

  “Apa maksudmu dengan ‘tidak ada’? Pasti ada sesuatu yang bisa dikerjakan. Bukannya aku tahu detail soal itu. Kalau begitu, anggap saja aku tidak tahu, pergilah ke klubmu. Kau kan masih manajer di klub sepakbola, apa kau lupa?” kataku.

  Isshiki lalu menepuk bahuku.

  “Eh, memangnya ada masalah apa sih? Oh! Aku datang kesini untuk mengambil barang-barang milik OSIS yang dititipkan waktu Natal kemarin.”

  “Kau hanya membuat-buat alasan itu, benar tidak?”

  Yeah, alasanmu benar-benar meyakinkan...

  “Hmm...”

  Yukinoshita hanya bisa mendesah sedang Yuigahama tersenyum kecut. Sial kau, Irohasu... Kami semua tahu tapi Isshiki bersikap seperti tidak terjadi apapun. Dia seperti Keroyon atau sejenisnya. Tolong taruh dia juga di dekat apotik. Meski begitu, dia merasa kurang nyaman dengan tatapan kami, jadi dia mulai melemparkan topiknya untuk mengalihkan itu.

  “Ah, ngomong-ngomong!” Isshiki tiba-tiba mengganti topiknya sambil tersenyum lebar.

  “Apa benar kalau Hayama-senpai berpacaran dengan Yukinoshita-senpai atau Yui-senpai?”

  “Uogh!” Yuigahama berteriak.

  “...Maaf?” Yukinoshita mengatakan itu.

  Sial. Mengapa Isshiki bisa menginjak ranjau darat seperti itu dengan tenang? Kamu ini siapa sih? Pemeran Hurt Locker?  Meski, kita disini membicarakan Isshiki Iroha. Aku tidak ragu kalau dia mengatakan itu dengan tujuan tertentu. Dan dia datang kesini memang bertujuan untuk menanyakan kebenaran gosip itu.

  “Iroha-chan, tahu tidak...” Yuigahama mulai menjelaskan.

  “Isshiki-san...”

  Suara itu dihentikan oleh nada yang dingin dan menakutkan. Akupun melihat ke arahnya. Senyumnya seperti cahaya dari utara, kedua matanya seperti terbentuk dari balok es. Isshiki jelas-jelas melihat itu dan sekarang ketakutan. Bahkan nada suaranya mengatakan itu.

  “Y-Ya?” Isshiki menjawab itu sambil bersembunyi di belakangku, dia hanya mengintip dari balik bahuku.

  Oi, berhentilah menggunakan orang lain sebagai tameng! Tatapan dingin Yukinoshita diarahkan ke Isshiki.

  “Mustahil itu terjadi, benar tidak?”

  “Te-Tentu! Kupikir juga begitu!”

  “Yeah! Mustahil!” Yuigahama mengkonfirmasi itu.

  “Tidak-tidak, Yui-senpai, kalau gosip tentangmu kurasa bisa saja terjadi,” Isshiki mengatakan itu sambil melambai-lambaikan tangannya...

  “Kenapa?!” Yuigaham mengatakan itu seperti ingin menangis.

  Kau tanya kenapa?...Well, coba kau lihat tampilanmu itu sebagai contoh. Tampilanmu adalah hal yang menakutkan! Serius ini. Ketika aku memikirkan itu, Isshiki kemudian mengatakan sesuatu untuk menenangkan Yuigahama yang kecewa dan Yukinoshita yang marah sambil menggerakkan tangannya.

  “Well...Aku sebenarnya tahu dari awal kalau Yui-senpai atau Yukinoshita-senpai tidak akan berpacaran dengannya. Tapi, aku tertarik dengan gosip itu.”

  “Gosip?” Yukinoshita menanyakan itu dan melihat ke arahku dan Yuigahama.

  “Yeah, orang-orang membicarakan tentang sesuatu,” kataku.

  “Aku juga terkejut. Tahu tidak, yang kemarin kita pergi keluar? Ingat waktu kita bertemu? Tampaknya ada orang yang melihat kita dan mengambil kesimpulan sendiri.”

  “Begitu ya. Gosip memang berasal dari sampah rendahan.”

  Oh ayolah. Kehidupan cinta orang lain selalu menjadi topik utama para siswa SMA. Tidak lupa kalau Hayama, Yuigahama, dan Yukinoshita juga terlihat mencolok sehingga setiap orang sangat senang untuk mendiskusikannya. Isshiki menyukai Hayama, jadi sangat normal baginya untuk memeriksa kebenaran gosip itu. Akupun melihat ke arahnya. Isshiki tampaknya terlihat ragu-ragu, memiringkan kepalanya dan memikirkan sesuatu.

  “Tapi, kurasa itu memang buruk sekali.”

  “Memang. Gosip itu menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang terseret di dalamnya.”

  “Ah, bukan, maksudku bukan begitu,” Isshiki mengatakan itu. Lalu Yukinoshita memiringkan kepalanya.

  “Kalau begitu, apa maksudmu?” tanyanya. Isshiki lalu mengangkat jarinya.

  “Agak sedikit aneh, tapi sampai sekarang bukankah kita belum pernah mendengar soal gosip asmara dari Hayama-senpai?”

  “Benar,” Yuigahama membenarkan itu, melihat ke atap seperti mencari beberapa ide.

  Ah, aku paham. Memang aku tidak pernah mendengar satupun hal tentang kehidupan Hayama. Bukannya aku ingin tahu satupun hal tentang kehidupannya. Tidak ada yang memberitahuku satupun hal soal itu. Jadi yang terpikirkan olehku hanyalah sebatas kecurigaan saja. Sama seperti Google dengan Kokkuri-san.

  “Banyak sekali gadis yang khawatir dengan gosip itu,” Isshiki menggumamkan itu sambil menyilangkan tangannya.

  Yep, tidak ada satupun yang pernah menggosipkan Hayama Hayato berpacaran dengan seseorang. Hayama Hayato...Sejujurnya, akan sangat aneh jika dia punya pacar. Sikapnya yang ramah memang menarik para gadis. Dan kupikir karena itulah banyak para gadis yang sungkan kepadanya. Sekarang, karena ada gosip itu, kemungkinan kalau dia punya pacar adalah jelas. Kira-kira apa lingkungan di sekitarnya akan berubah gara-gara itu?

  “Gosip...Dia sangat kurang beruntung...” Yukinoshita menggumamkan itu tidak ke siapapun. Aku melihat cangkir teh yang dipegangnya seperti bergetar.

  “Oh ayolah! Kau jangan mengkhawatirkan itu! Gosip itu akan hilang dengan sendirinya! Kata orang-orang, gosip akan hilang dalam 49 hari!” Yuigahama mencoba untuk menenangkannya.

  “Sebenarnya 75 hari.”

  Apaan, apa ada orang yang mati?

  “Ngomong-ngomong, mari kita tidak terhanyut oleh itu!” Yuigahama mengatakan itu untuk menenangkan Yukinoshita.

  Memang, yang bisa kita lakukan adalah mendiamkan itu. Mengkonfrontasi orang yang menyebarkan itu adalah hal yang sia-sia.  Tinggal merayap ke tempat gelap dan tidak usah banyak omong. Itu adalah satu-satunya jalan untuk melawan kesalahpahaman dan tidak membuat orang lain tersinggung. Apapun usahamu untuk menghentikannya agar kau tidak terlalu malu, mereka hanya akan menganggapnya hiburan. Lagipula, jika seseorang mencoba untuk membela orang yang dibully, mereka akan menjadi targetnya. Permainan ini harus memiliki pecundang, seperti hompimpa. Orangpun akan tetap digosipkan jika tidak melakukan apapun, tapi kerusakan yang timbul akan diminimalisir. Yukinoshita tampaknya memahami itu dari sikapnya yang mengangguk.”

  “Baiklah.”

  “Bagus sekali,” kata-kata Isshiki mirip dengannya, tapi maknanya berbeda.


  Kau mengkhawatirkanku, jangan lakukan itu lagi! Akupun melihat ke Isshiki. Dia sedang meminum teh, seperti nenek yang duduk di beranda. Dia tidak berencana untuk tetap disini hingga ada kerjaan di OSIS, benar kan?










x  Chapter III | END  x






Tidak ada komentar:

Posting Komentar