Selasa, 01 September 2015

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 2 : Chigusa Yuu 4



*   *   *







  Kamu bisa membayangkan apa yang terjadi setelah itu.

  Ketika pemikiran-pemikiran semacam itu mulai muncul di pikiranku, air mataku mulai berjatuhan seperti waduk yang bocor.

  Pintu atap gedung sekolah ini tiba-tiba seperti hendak dibuka paksa oleh seseorang yang berada di balik pintu tersebut.

  Aku tidak punya jadwal pertemuan dengan orang lain setelah ini. Kegiatan bisnisku seharusnya sudah berakhir untuk hari ini. Aku berpikir mungkin Maria-san kembali ke tempat ini dengan membawa guru. Itu adalah tindakan yang ilegal dalam perjanjian kita.

  Kalau memang begitu adanya, maka bicara baik-baik tidak akan diperlukan lagi. Tidak peduli seperti apa posisi orang yang sedang diancam, membawa orang dengan kekuasaan yang besar sudah melanggar kesepakatan ini.

  Ketika aku mempersiapkan taktik licik dan gerakan-gerakan terlarang untuk pertempuran yang akan terjadi, aku menyadari bahwa ada beberapa guru disini yang sangat kebal dengan kata-kata, yang mungkin akan memberikanku masalah besar sebentar lagi.

  Hatiku seperti sedang marah saja. Aku sebenarnya tidak gugup. Aku menguatkan jari-jariku, dan bahkan aku belum sempat menyeka air mataku ini.

  Secara perlahan, aku memutar badanku, membuka pintu itu, dan dibaliknya adalah   

  "H-Hey..."

     Seorang siswa dengan wajah yang tidak enak untuk dilihat.

  Kesunyian menyelimuti udara di sekitar kita.

  Aku belum pernah melihat orang ini sebelumnya. Memang, aku belum pernah melihat orang seperti dirinya.

  Entah mengapa, dia sepertinya tidak terlihat seperti orang yang datang kesini untuk meminjam uang. Tempat ini mungkin adalah kantor bagi bisnisku, tapi biasanya sangat jarang ada orang yang datang kesini selain meminjam uang.

  Tipe A: Orang yang sembrono. Tipe B: Orang optimistik. Tipe C: Nihilistik alias orang yang tidak percaya apapun.

  Orang ini mungkin saja berada di luar ketiga kategori tadi.

  Kalau melihat penampilan fisiknya, dia seperti, ah sudahlah. Aku memutuskan untuk tidak membahas tampilannya.

  Yang terpenting, lebih dari segalanya, dia terlihat pintar dan mudah dipahami.

  Jika ada apel dan jeruk dikumpulkan menjadi satu di sebuah kotak kargo, dia adalah tipe orang yang hanya akan melihatnya dari jauh. Tampaknya, orang ini adalah tipe yang seperti itu. Orang yang berpikir kalau buah-buahan dan sayuran tidak jauh berbeda dengan manusia, pastilah bukan orang yang memiliki jiwa yang jahat.

  Dari semua kelebihanku, memiliki mata yang bagus untuk menilai orang adalah kelebihanku yang paling kukagumi. Aku bisa tahu mana orang yang ngotot dengan idealismenya dan tidak hanya dengan melihatnya saja. Bagi gadis cantik dan sempurna seperti diriku, skill ini memang secara alami melekat kepadaku.

  Apa yang dikatakan oleh skill Yuu ini? Aku tidak ragu kalau hati orang ini diselimuti oleh keinginan yang baik.

  Maksudku, lihat saja dirinya.

  Dia adalah jenis pria yang ketika melihat seorang gadis menangis di atap gedung, akan merendahkan nada suaranya dan mengatakan    ya ampun.

  "....."

  Secara spontan, aku memegangi lengannya.

  Untuk sejenak, kupikir dia akan langsung terbuai, tentu saja sebuah ilusi tetaplah sebuah ilusi. Tidak ada alasan bagi siapapun di dunia ini yang tidak merasa terusik melihat seorang gadis cantik yang sedang bersedih.

  "Um..."

  Jarinya sepertinya berusaha melepaskan jariku dan membimbingku ke tempat lain yang lebih mudah untuk menggenggamnya, membuktikan teoriku yang sebelumnya. Karena itu, aku mulai memperkuat cengkeraman tanganku di lengan seragamnya lebih kuat dari sebelumnya.

  "Um...kamu bisa lepaskan itu."

  Suaranya seperti sudah terpengaruh oleh pesonaku.

  Seperti kata guru SD-ku. Guruku yang baik dan yang telah memberikanku tujuan hidup.

  "Er, um...Kamu tahu..."

  Memikirkan tentang apa yang terjadi di masa lalu, membuatku semakin menangis. Jika aku bisa membuat seluruh bisnis peminjaman uang ini lancar selama ini, aku harusnya sekarang sudah bisa membeli sebuah rumah mewah di Hollywood, lengkap dengan kolam renang, bioskop, dan ruang olahraga. Waktu adalah uang. Aku selalu camkan itu baik-baik jika melihat waktuku yang terbuang selama ini.

  "Ka-Kamu tahu...Temanku sudah lama sekali tidak membalas panggilanku...Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan..." Melihat kebaikannya, aku memutuskan untuk mengatakan masalahku kepadanya.

  "Um, itu bukan..."

  Dingin seperti timun, dia memalingkan matanya dariku.

  Aku sesenggukan, hidungku seperti berair. Aku paham sekarang. Waktu adalah hal yang berharga bagiku. Saatnya untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan uangku yang belum kembali itu.

  "Sudah tiga hari berlalu dan dia tidak menjawab telponku..."

  "Mungkin dia kena demam, atau flu, atau mungkin lagi ada masalah keluarga..."

  "Kalau cuma itu kemungkinannya, dia harusnya menjawab panggilanku...Dia selalu begitu sampai tiga hari yang lalu...Kenapa sekarang menjadi begini...?"

  Aku sudah berpengalaman dengan pembayaran yang telat seperti itu. Ketika itu, menelponnya berkali-kali, berbicara empat mata, dan mengirimkan surat kaleng akan memberikan reaksi yang jelas.

  Orang-orang yang tidak mengembalikan uang yang mereka pinjam adalah orang-orang yang tidak layak diperlakukan seperti layaknya manusia.

  "Begitu ya. Jadi dia begitu selama ini. Aku yakin itu pasti membebani pikiranmu. Um...ada sesuatu."

  "Sesuatu apa?"

  "Beri dia waktu satu hari lagi, dan jika dia tetap tidak menelponmu balik, datanglah padaku lagi."

  Kata-katanya barusan ternyata melebihi ekspektasi yang sedang kupikirkan. "Wow...A-Apakah itu tidak apa-apa?"

  "Yeah. Sampai jumpa."

  Meskipun penampilannya terlihat seperti, ya begitulah, sebaiknya kita tidak usah membahasnya, dia tersenyum dengan ceria dan pergi dari tempat ini.

  Seperti yang sudah kuduga, semua mata yang melihat permintaan seorang gadis cantik terlihat sebagai pemandangan tak ternilai bagiku. Kebanyakan awalnya menolak ketika situasi seperti itu terjadi, tetapi orang ini berbeda.

  "Datanglah padaku lagi."

  Dia bahkan mengatakan itu kepadaku.

  Kata dari datanglah padaku lagi biasanya terdengar seperti kata-kata yang biasa, tetapi sebenarnya dibalik kata-kata tersebut ada sebuah konsep yang kompleks. Secara umum, menceritakan permasalahannya sendiri dan menyeret orang lain untuk terlibat masalahnya adalah tindakan yang jahat. Meskipun masalah itu sebenarnya tidak bisa dipecahkan oleh diriku sendiri yang seharusnya dia juga tidak akan bisa memecahkannya juga, bagaimana dia mengatakan kata-kata itu dengan santainya? Seseorang yang mau menolong orang yang baru ditemuinya kemarin sore pastilah orang yang baik.

  Ketika hatinya tertancap Aku akan melakukan apapun untukmu, dia bahkan memintaku untuk menemuinya lagi. Ya ampun, itu cukup menyentuh.

  Aku bulatkan tekadku. Aku akan menjadikan orang ini anak buahku...tidak, aku bisa memanfaatkan kekuatannya   maksudku, menerima supportnya   untuk mencarikanku keberadaan gadis yang membawa kabur uangku.

  Hal yang jauh lebih mengerikan dari cerita mistis adalah manusia itu sendiri. Di dunia ini, tidak ada yang namanya harapan atau impian. Di sebuah kota yang yang telah membetoni hutan rimba sebegitu solidnya, tidak ada sebuah perempatan yang bisa membuatmu lari dari orang yang mengejarmu.

  Ini adalah awal dari cerita perempatan antah-berantah milik kita.





*   *   *






Tidak ada komentar:

Posting Komentar