Selasa, 29 September 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 5 Chapter 6 : Dan begitulah, Yuigahama Yui menghilang dalam keramaian






x Chapter VI x






  Di luar sana, kamu pasti akan sering mendengar kata-kata seperti, "kita sudah tidak lagi terhubung dengan komunitas" atau "hubungan kita dengan para tetangga terlihat memburuk".

  Dulu    Sebenarnya bukan hal yang sangat lama    Aku tidak pernah merasa dekat dengan yang namanya komunitas lokal. Mungkin karena ketika orang menyebutkan kata itu, aku sendiri tidak tahu maksudnya apa. Jika mereka menyebutkan itu adalah sebuah komunitas dimana pemimpin-pemimpinnya berasal dari orang lokal seperti walikota, aku sendiri tidak tahu wajah mereka seperti apa. Di SMP, aku sering mendapatkan tugas setelah pulang sekolah, membersihkan lingkungan sekitar sambil meneriakkan slogan "Mari kita bersihkan sampah demi kebaikan komunitas lokal". Tetapi pada akhirnya itu hanya berakhir menjadi sekedar acara untuk menghabiskan waktu luangku, karena sejujurnya aku sangat sulit sekali untuk mengerjakan sesuatu yang perintahnya berasal dari orang-orang yang aku tidak kenal.

  Meski begitu, akan ada waktunya ketika kita akhirnya merasakan keberadaan dari "komunitas lokal" tersebut.

  Dan itu adalah hari ini.

  Seharian ini, aku bisa mendengar orang-orang berbincang-bincang dengan penuh semangat. Dan seluruh kota sepertinya terkena semacam getaran seperti baru saja bangun dari tidur panjangnya.

  Setelah aku meninggalkan rumah, aku bisa merasakan suasana tersebut seperti cahaya matahari yang menyinari sore ini.

  Dalam perjalanan menuju stasiun, banyak sekali orang yang menuju arah yang sama denganku. Wanita berpakaian Yukata terlihat mencolok di keramaian ini.

  Di kereta, aku dikelilingi sekumpulan pria dan wanita yang terlihat memiliki hubungan keluarga dan membawa semacam perbekalan. Aku pakai earphoneku di telingaku dan berdiri disana seperti tidak melihat apapun, dan perlahan-lahan melihat eksistensiku mulai tersudut oleh tekanan ini.

  Untuk beberapa menit, aku mencoba bernapas secara diam-diam sehingga tidak ada yang menyadari keberadaanku. Kereta sudah melewati beberapa stasiun dan stasiun selanjutnya adalah pemberhentianku.

  Ternyata aku adalah satu-satunya orang di gerbong ini yang keluar dari kereta di stasiun ini. Orang-orang yang hendak masuk ke gerbong, jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang keluar. Setelah melihat kejadian "pintu kereta tertutup dengan cepat", aku berjalan menuju gerbang tiket.
[Note: Kejadian unik ketika kereta MRT Jepang di jam ramai, orang yang antri masuk kereta jumlahnya terlalu banyak sehingga petugas stasiun mendorong mereka masuk dari belakang sebelum pintunya tertutup. Bisa anda katakan, ini semacam memasukkan paksa pakaian anda ke koper yang kekecilan.]

  Ya ampun...Tampaknya aku akan menjalani hari yang sia-sia. Mau bagaimana lagi, lihat saja keramaian kereta yang seperti tadi...

  Aku sudah tiba di tempat perjanjian satu menit sebelum waktunya.


  Kupikir dia seharusnya berada disini sekarang...Aku mencoba untuk melihat sekitarku, tetapi aku tidak melihat ada tanda-tanda keberadaannya. Aku bahkan tidak melihat Bulbasaur atau Squirtle.
[Note: Bulbasaur dan Squirtle adalah monster di Pokemon]

  Aku bersandar di tembok dan beberapa orang yang terlihat familiar dari sekolahku melewatiku. Tentunya, aku tidak memanggil mereka ataupun mereka memanggilku karena kita bukanlah teman atau semacamnya.

  Baik laki-laki dan perempuan keduanya memakai yukata dan jinbei. Ketika aku melihat siswa-siswa satu sekolahku itu, aku melihat seorang gadis berjalan menuju ke arahku dari pintu masuk sebelah utara dengan suara sandalnya yang cukup mengganggu.
[Note : Yukata adalah baju tradisional Jepang, berbeda dengan kimono, Yukata terlihat lebih sederhana dan terbuat dari katun. Jinbei adalah pakaian tradisional dari jepang yang biasanya dipakai oleh pria. Baik Yukata dan Jinbei adalah pakaian tradisional yang dipakai ketika musim panas. Sangat lumrah melihat kedua pakaian ini dipakai di festival musim panas.]

  Dia memakai Yukata berwarna peach dengan motif bunga-bunga yang bermekaran dan tampilannya terlihat menarik. Rambutnya diikat dari yang biasanya bermodel chinese bun style.


  Dia tampaknya tidak terbiasa untuk memakai sandal, jadi ketika dia berjalan ke arahku tampak seperti hendak terjatuh, aku sendiri secara spontan mempersiapkan diriku untuk kemungkinan dia akan terjatuh.

  "Oh, Hikki. Ada beberapa masalah tadi...Jadi aku agak telat..." Dia tersenyum, seperti malu-malu dan hendak meminta maaf.

  "Nah, santai saja."

  Entah mengapa, suasananya sunyi ketika aku melihatnya. Yuigahama menatap ke arah lantai sambil memutar-mutar rambutnya. Apa kamu ini Hamtaro atau sejenisnya?

  "Um, uh...yukata itu terlihat bagus."


  Kenapa aku malah memuji yukatanya? Ini adalah momen dimana kamu harusnya memuji orangnya! Tapi tampaknya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut tentang apa maksudku yang sebenarnya karena dia terlihat paham maksudku. "Te-te-terima kasih."

  Kesunyian berlanjut lagi. Apa-apaan ini? Satu-satunya yang terlintas ketika ada adegan sunyi adalah filmnya Steven Seagal...

  Aku mencoba membuat pembicaraan agar suasana ini cair. "...Kupikir ini saatnya kita pergi."

  "...Oke."

  Ketika aku mulai berjalan, terdengar suara langkah kaki tepat di belakangku.

  Kami melewati gerbang tiket dan menunggu keretanya datang. Yuigahama dari tadi hanya melihat ke bawah dan tidak mengatakan sepatah katapun.

  Aku sebenarnya adalah orang yang tidak keberatan jika suasananya sunyi.

  Tetapi ini sangat aneh jika Yuigahama tiba-tiba menjadi pendiam. Menimbang biasanya dia sangat ramai membahas hal-hal idiot, aku takut kali ini dia marah kepadaku atau semacam itu. Sementara itu, aku mencoba membahas topik-topik random untuk memulai pembicaraan.

  "Hei, kenapa kita mesti bertemu di stasiun? Bukankah bertemu di lokasi festivalnya terdengar lebih mudah?"

  "...Itu mungkin sulit bagi kita untuk bertemu di festival karena banyak sekali orang disana."

  "Kan bisa menggunakan HP."

  "Sangat sulit melewati keramaian untuk mencari orang, oke? Lagipula, agak membosankan jika bertemu di festivalnya."

  "Siapa peduli jika itu membosankan? Kita tidak mendapatkan makanan yang tidak enak atau semacamnya..."

  "Ya ampun, kenapa itu menjadi masalah!? Apa ada hal lain yang ingin kamu komplain lagi?"

  "Tidak..."

  Tampaknya dia marah...

  Sekarang kesunyian terjadi lagi. Tetapi ketika aku menyadari posisi kita cukup berdekatan, aku mulai pura-pura melihat sekitar sambil berusaha menjauhkan posisi kita.


  "Apa kamu    "

  "Apa kamu    "

  Kami berdua tiba-tiba berbicara.

  Yuigahama memberiku tanda untukku berbicara terlebih dahulu.

  "...Apa kamu biasa pergi ke Festival Kembang Api?"

  "Ah, iya. Aku biasanya pergi setiap tahun dengan teman-temanku."

  "Ohh..."

  Ketika aku menjawabnya, kereta yang kami tunggu sudah tiba.

  Kondisi dalam gerbong tampaknya dipenuhi orang-orang yang hendak ke festival. Tentunya, bisa terlihat dengan jelas mereka memakai Yukata, tikar, dan parasol.

  Ketika tinggal satu stasiun lagi, kami berdua berdiri di depan pintu.

  "Jadi, apa yang ingin kau katakan tadi?"

  "Oh, benar...Apa kamu pernah ke Festival Kembang Api sebelumnya?"

  Dia tampaknya ingin membuatku berpikir "kita memikirkan hal yang sama, huh?" dimana itu adalah hal yang sia-sia dan membuatku serasa ingin mati saja. Um, bisakah kamu hentikan senyuman itu? Karena itu bisa menulariku. Seperti sebuah wabah penyakit.

  Aku mencoba melihat ke arah arlojiku. Masih jam empat sore...


  "Aku dulu pernah pergi bersama keluargaku sekali, ketika masih SD dulu."


  "Oh, oke..."

  Percakapan kembali sunyi.

  Ketika pemandangan Menara Pelabuhan mulai terlihat, kereta tiba-tiba mengerem.

  "Hyah!"

  Ada sebuah teriakan kecil, suara sandal kayu yang membentur, dan aroma yang manis. Aku bisa merasakan sesuatu yang lembut sedang menyentuh bahuku.

  Aku berpikir kalau dia tidak terbiasa menggunakan sandal. Dia kehilangan keseimbangannya dan berpegangan ke bahuku. Sehingga secara natural, aku berusaha memeganginya agar tidak terjatuh.

  "....."

  "....."

  Wajah kami sekarang terlihat sangat dekat. Pipi Yuigahama mendadak memerah dan dia tiba-tiba menjauh dariku. "Ma-maaf."

  "Tidak masalah, lagipula memang situasinya berdesakan...."

  Aku berusaha memalingkan wajahku, pura-pura melihat pemandangan dibalik jendela. Dimana Yuigahama tidak akan bisa melihatku, aku mengembuskan napas panjangku. Dan sekarang aku mulai berkeringat.

  I-Ini membuatku gugup sekali...Phew, hampir saja. Jika aku pria yang lain, aku mungkin akan mulai menyukai dirinya.

  Tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Lagipula, aku tidak mau lagi salah paham, salah tangkap, atau menduga-duga lagi. "Pria yang tidak populer" punya kebiasaan untuk percaya diri tentang dirinya dan gadis populer ketika ada sebuah kejadian yang bisa diartikan lebih.

  Aku tidak percaya dengan kebetulan, takdir, atau 'sudah digariskan'. Aku hanya percaya dengan perintah atasan. Tapi aku tidak berpikir kalau menjadi dewasa seperti itu adalah bagus. Yeah, aku juga tidak ingin bekerja...

  Stasiun dimana kita keluar terlihat dipenuhi oleh banyak sekali orang dan suara yang bising.


  Pemandangan dari Menara Pelabuhan Chiba terlihat bercahaya dengan terang ditemani matahari senja.

  Semua orang terlihat tertawa dan gembira.

  Di jalanan, banyak sekali stan makanan dengan standar Takoyaki dan Okonomiyaki, minimarket dan toko minuman, dan restoran-restoran yang menawarkan kepada calon pelanggannya tempat makan disertai pemandangan terbaik untuk melihat kembang api.

  Ini adalah suasana musim panas di Jepang.

  Mungkin memang sudah tertanam secara genetik di setiap orang Jepang, bahkan aku sendiri tampaknya mulai merasa antusias.


  Gorden dari Festival Kembang Api bagi warga Chiba akan segera digelar.







*   *   *





  Jarak Festivalnya tidak jauh dari Stasiun. Tidak jauh dari sana juga, terdapat taman. Tetapi dengan banyaknya orang disini, kami tidak bisa bergerak leluasa seperti harapan kami.

  Tempat berkumpul di taman yang biasanya senggang terlihat dipenuhi dengan orang-orang.

  Angin laut yang bertiup diantara keramaian ini membuat tubuh terasa sejuk.

  Aku melihat waktu, dan ini masih jam 6 sore. Kembang Apinya dijadwalkan dimulai jam 7.30 malam.

  Sampai saat itu, apa yang harus kami lakukan...? Aku menoleh ke Yuigahama untuk memperoleh jawabannya. "Tampaknya kita masih punya waktu yang tersisa. Apa yang harus kita lakukan? Pulang?"

  "Kita tidak akan pulang! Bagaimana bisa kamu mengatakan itu dengan santainya!?"

  Oops, kebiasaan burukku tiba-tiba muncul. Entah mengapa, tidak tahu waktu dan situasinya, prioritas utamaku adalah pulang ke rumah dengan selamat.

  "Jadi, kita akan melakukan apa?"

  Tepat ketika aku hendak menambahkan "Ayo kita pulang?", Yuigahama mengambil HP dari dompetnya.

  "Um, jadi Komachi mengirimiku pesan tentang barang-barang yang dia inginkan sebagai rasa terima kasih." Yuigahama menekan-nekan tombol di HPnya dan menunjukkannya kepadaku. Dekorasi yang mengganggu dan emotikon-emotikon di HPnya terasa sangat menggangguku, tetapi aku tidak mempedulikannya dan fokus ke layarnya.

  

  Daftar Belanjaan Komachi:

  Yakisoba - 400Yen

  Manisan Kapas - 500Yen

  Ramune - 300Yen

  Takoyaki - 500Yen

  Kenangan menonton Kembang Api - Tak ternilai.




  Apa-apaan yang terakhir tadi?

  Ketika aku membayangkan dia menulisnya dengan ekspresi wajah yang senang, onii-chan tiba-tiba merasa malu...

  Yuigahama tampaknya melihat ekspresiku tadi dan tertawa "ahaha". Sungguh memalukan! Onii-chan, ini sungguh memalukan!

  Meski begitu, dia tampaknya memang merencanakan sesuatu lagi denganku kali ini...Ketika aku mencoba memikirkannya, entahlah, kuanggap saja Komachi sedang berusaha peduli dengan kondisiku. Tetapi pikiran itu bisa membuat topik pentingnya terlupakan, yaitu apa yang sedang dia rencanakan di festival ini.

  Mungkin, aku terlalu sensitif. Sangat sensitif sehingga bertingkah overacting.

  Mungkin, 80% pria di dunia ini akan berpikir, 'mungkinkah gadis di sampingku ini sedang menyukaiku?' Dan ketika kamu mengumpulkan jawaban-jawaban itu, kau akan mengatakan 'kemungkinan besar iya'.

  Tetapi aku tidak mempercayai hal-hal seperti itu, pastinya aku juga tidak mempercayai diriku sendiri.

  Aku mengembuskan napasku dan mengatakan. "Baiklah, kupikir kita beli saja dalam perjalanan..."

  "Oke."

  Yuigahama berjalan dengan sandalnya dan memasang ekspresi ceria, entah karena pesan dari Komachi atau karena suasana festivalnya.

  Aku bisa mendengarnya menggumam setiap dia berjalan di keramaian ini.

  Lautan orang mulai terlihat padat menuju plaza di taman.

  Banyak sekali stan berdiri di pinggir jalan, dan kebanyakan dipenuhi dengan pelanggannya.

  Aku tampaknya ingat betul bagaimana lezatnya makanan-makanan di stan ini.

  Yuigahama menarik lengan bajuku, matanya berbinar-binar. "Hei, hei, apa yang harus kita makan dahulu? Permen apel? Permen apel duluan, benar?"

  "Itu bahkan tidak ada di daftarnya..."

  Tampaknya prioritasnya bukan membeli lagi; tetapi ingin makan...

  Yuigahama menatap terus ke arah permen apel dan menggumam, tetapi dia lalu melihat ke arah layar HPnya. "Jadi, kita akan beli apa dulu?"

  "Pertama-tama, kita harus membeli barang yang keadaannya akan tetap utuh meskipun agak lama. Jadi kita akan ke    "

  "Oh wow! Kamu bisa memenangkan PS3 disini!"

  Ketika aku berusaha untuk bergerak, dia menarik lengan bajuku. Yuigahama tampaknya tertarik dengan stan atraksi 'memancing harta karun'. Lagipula, selain PS3, tidak ada hadiah lain yang terlihat menarik disana.

  "Tidak, aku ragu itu...Ngomong-ngomong, tolong dengarkan kata-kataku."

  "Huh? Tetapi ada benang yang mengarah ke hadiah PS3-nya..."

  "Yeah, mungkin ada. Tetapi kita tidak tahu mana yang mengarah kesana."

  Benang yang terikat dengan harta yang dipancing itu terhubung dengan berbagai hadiah dan berkumpul di satu titik dimana di titik itu berpencar lagi ke segala arah. Entah mekanisme apa yang mereka persiapkan, aku sendiri tidak tahu.

  "Selalu ingat, cara mereka membuat hadiah terbaik terlihat paling mencolok jelas sebuah jebakan. Selalu ada sesuatu dibalik hal-hal yang terlihat menarik. Masuk akal tidak?"

  "Uh, masuk akal dari mana? Orang-orang dari dunia lain?"

  Ketika kami membicarakan hal itu, orang tua yang menjaga stan atraksi ini menatap ke arahku.

  Aku segera meninggalkan tempat itu dan pergi ke stan lainnya.

  Kupikir kita sebaiknya mulai dengan manisan kapas.

  Di stan manisan kapas, mesin yang membentuk manisan tersebut menebarkan aroma manis di udara, memunculkan kapas-kapas putih dan menyatukannya menjadi bagian yang besar.


  Kapas tersebut dimasukkan ke dalam tas plastik dan disegel. Plastik pembungkusnya mengingatkanku tentang mainan Toei yang pembungkusnya memiliki karakter anime dan berkemungkinan mendapatkan uang langsung di dalam kemasan jika beruntung.
[Note: Toei adalah perusahaan mainan terkemuka di Jepang. Saat ini mereka memiliki kerjasama dengan franchise Kamen Rider, Sentai, dll]

  Tidak ada yang berubah meskipun generasi sudah berbeda; dan kupikir inilah yang kurasakan ketika masih kecil dulu. Yuigahama yang berumuran sama denganku tampaknya sangat bernostalgia dan melihat manisan kapas tersebut dengan mata yang berbinar. "Oh wow, ini seperti nostalgia!? Hei, kita beli yang mana?"

  "Mereka semua sama saja. Aku ambil yang ini. Pak, saya beli yang ini!"

  Aku menunjuk ke plastik manisan kapas yang berwarna pink dan memberikan 500Yen kepada penjualnya.

  Setelah membeli manisan kapas, kami membeli ramune dan takoyaki.
[Note: Ramune adalah minuman soda yang cara dibukanya dengan menekan kelereng di penutupnya. Biasanya menjadi minuman favorit di musim panas, terutama festival. Contoh minuman ini bisa anda lihat di anime Glasslip episode 1. Takoyaki adalah makanan campuran tepung, bawang, dll dan diisi dengan potongan daging gurita, ikan, dll. Dipanggang di atas loyang khusus berbentuk bola. Biasanya disajikan dengan saus di atasnya. Anda bisa melihat takoyaki seperti apa di Anime Nisekoi season 1 episode 17]

  "Selanjutnya, yakisoba?"
[Note: Yakisoba adalah mie goreng dengan ditambah daging, biasanya daging babi, wortel, rumput laut, jahe, dan bawang. Biasanya ramai ketika festival musim panas dan festival budaya di SMA. Selain itu, Yakisoba juga sering menjadi bahan isi dari roti, seperti hotdog, dan banyak dijual di supermarket ataupun kantin sekolah.]

  "Benar. Kalau tidak salah aku melihatnya disekitar sana tadi..."

  Tepat ketika aku membalikkan badanku, aku memperhatikan kalau ada beberapa orang sedang melihat ke arah kami. Mereka melambaikan tangannya dan mendekati kami.

  "Oh hey, itu Yui-chan."

  "Oh, Sagamin." Yuigahama menjawabnya balik dengan lambaian tangan kecil dan mendekati mereka. Baik kedua pihak, seperti menirukan hal yang sama.

  Oh ho, jadi ini yang mereka sebut dengan "meniru". Dengan meniru gerakan dari pihak yang lain, itu akan membuat hubungan menjadi lebih mudah.

  Tapi...siapa mereka?

  Dalam situasi ini, aku sebaiknya menyatu dengan latar belakang dan menghilangkan kehadiranku disini.


  Tahukah anda? Ketika para gadis saling memanggil satu sama lain, ada perbedaan perilaku yang menunjukkan posisi mereka. Yuigahama terlihat memiliki hubungan pertemanan yang kurang erat. Di lain pihak, aku melihat Sagamin atau entah siapa namanya tidak melihatnya dengan hubungan yang baik dan menjaga jarak.

  Jadi, siapa mereka?

  Mereka tampaknya punya pikiran yang sama terhadap diriku ketika mereka melihat Yuigahama dan mengharapkan penjelasan darinya.


  "Um..."

  "Ah, benar. Dia adalah Hikigaya-kun, sekelas dengan kita. Dan ini adalah Sagami Minami-chan, juga sekelas dengan kita."

  Ohh, jadi kita sekelas. Sekarang dia menyebutkan itu, aku berusaha mengingat-ingat tentang dirinya. Lalu aku sedikit membungkuk untuk tanda perkenalan.

  Pada saat itu, kedua mata kami bertemu.

  "Pfft."

  Pada saat itu, ekspresi Sagami terlihat sedikit angkuh.

  "Oh, jadi begini ya! Jadi kalian berdua datang bersama, ya? Ya ampun, lihat saja kami, kami hanya sekumpulan gadis yang melihat Festival Kembang Api! Kalian terlihat serasi, aku serasa ingin menikmati masa mudaku juga!"

  "...Ahaha! Apa yang kau katakan tadi, kita bukan sedang berkencan atau semacamnya! Kami tidak memiliki hubungan seperti itu~" Yuigahama berusaha menolak ide itu, lalu dia tertawa seakan-akan menikmati pembicaraan itu.

  Tapi aku malas untuk ikut pura-pura tertawa.

  Barusan saja, senyum yang Sagami lakukan. Aku sepertinya familiar dengan itu.


  Itu bukanlah senyum atau tertawa.

  Itu seperti pernyataan merendahkan.

  Gadis ini, sepertinya berpikir 'jadi seperti ini pria selera Yuigahama Yui?', lalu tertawa ke arahnya.

  "Ehh, ayolah, tidak perlu segitunya. Ini kan lagi liburan musim panas, jadi tidak perlu disembunyikan segala."

  Senyumnya mulai menunjukkan jati dirinya, dia menatapku seperti sedang mengevaluasiku. Itu sudah cukup untuk membuktikan kalau senyumnya tadi hanyalah basa-basi belaka, sebuah kebekuan yang membuat jantungku berhenti.

  Semakin beku jantungku ini, semakin jelas aku berpikir tentangnya.

  Sekali lagi, aku tadi hampir salah paham.

  Sagami Minami dan diriku tidak mungkin bisa bersama. Kami tidak mengenal satu sama lain.

  Jadi apa cara tercepat untuk mengerti orang yang tidak kau kenal baik?

  Yaitu dengan melabeli mereka.

  Alat yang diperlukan bagi dirinya untuk mengerti orang seperti diriku adalah 'Dimana kasta diriku dalam sosial sekitar?'. Sejujurnya, ini tidak terbatas ke Sagami; semua orang juga begitu.


  Sebelum mengenal seseorang secara dekat, mereka akan mencari tahu di grup mana orang tersebut berada sehari-harinya, tempat mereka, posisi mereka, dan gelar atau jabatan mereka. Di sekolah dan sosial sekitar, sangat normal jika kamu menilai kualitas manusia berdasarkan hal-hal itu. Tetapi ketika kamu hendak melamar pekerjaan, kamu sudah melakukan kesalahan besar ketika berpikir kalau perusahaan yang kautuju hanya ingin melihat catatan akademis milikmu sebagai pertimbangan.

  Aku dulu pernah berpikir kalau Yuigahama adalah seseorang yang sering berkomunikasi dengan grup-grup di kasta yang berbeda, tetapi dia pada dasarnya berada di grup kasta teratas di kelas, bahkan di sekolah.

  Lalu dia terlihat bersama dengan diriku; dimana aku selama ini hidup di kasta terbawah. Jika kamu mengesampingkan fakta kalau aku bersama Yukinoshita, maka dengan sekali lihat kamu sudah paham; kecuali kalau ada kegiatan mendesak, Yuigahama tidak akan mungkin berinteraksi dengan seseorang seperti diriku.

  Sialan...Dalam Festival Kembang Api yang besar seperti ini, siswa-siswa dari SMA terdekat pasti akan berkumpul disini. Aku harusnya sadar ini sejak awal.

  Situasi saat ini adalah sesuatu seperti 'perkenalan sosial ala para gadis'. Pria yang dibawa para gadis akan menunjukkan simbol status mereka. Di saat yang sama, tas yang mereka bawa dan merk baju mereka akan dipakai untuk menunjukkan harga mereka.

  Jika yang Yuigahama bawa adalah Hayama, sepertinya reaksi mereka akan jauh berbeda. Bisa jadi mereka akan memuji-muji Yuigahama seperti sebuah 'wawancara dengan pahlawan' di acara TV. Tetapi karena bersamaku, maka akan diperlakukan seperti sebuah pengadilan.

  Aku tidak pernah berpikir kalau kita semua hidup dalam dunia yang berbeda. Membayangkan betapa nyamannya hidup kita jika memang bisa memiliki dunia masing-masing. Dunia ini sangat menyiksa karena kita hidup dengan memalsukan semuanya.

  Aku bisa membuat senyum mereka lebih baik, tetapi hanya terjadi jika aku meninggalkan mereka, meski senyum Yuigahama dan mereka terlihat menyedihkan.

  "Tampaknya antrian Yakisobanya sudah dibuka, aku akan pergi mengantri disana."

  "Ah, oke. Aku akan segera kesana." Yuigahama menjawabnya dengan senyum seperti meminta maaf. Aku meninggalkan tempat itu dengan secepatnya.

  Semakin cepat aku mengeliminasi faktor yang membuat Yuigahama ditertawakan, maka akan membuat situasinya semakin baik. Meski aku masih bisa mendengar secara samar-samar apa yang Yuigahama dan Sagami bicarakan di belakangku, aku tidak tertarik dengan obrolan mereka dan melanjutkan jalanku.

  Menggunakan indra penciumanku untuk mencari sumber bau yakisoba, aku menemukan stan penjualnya.

  Setelah yakisoba milikku selesai, aku membayar yakisoba itu dan melihat Yuigahama datang ke arahku.

  "Maaf..." kata Yuigahama, terlihat suasananya agak aneh. Dia tidak punya alasan untuk minta maaf kepadaku. Karena itu, aku tidak tahu bagaimana harus meresponnya.

  "...Permen Apel."
[Note: Permen Apel ini awalnya berasal dari USA pada awal 1900-an, awalnya menjadi ciri khas pesta Halloween. Lalu Jepang mengadopsinya menjadi ciri khas perayaan musim panas. Berupa buah apel yang dilapisi manisan dari gula, sirup jagung, kayu manis, dll.]

  "Huh?" Yuigahama mengedipkan matanya.

  Aku berusaha memperjelasnya. "Kau tadi bilang ingin beli itu, benar?"

  "Y-Yeah! Aku ingin sekali! Aku akan memberimu separuh, Hikki!"

  "Aku tidak ingin."

  Sebenarnya aku mau saja kalau itu dipotong setengah menggunakan pisau. Selain itu, aku tidak ingin mencicipinya, terasa agak aneh, tahu tidak...

  Ngomong-ngomong, kita sepertinya sudah membeli semua yang ada di daftar ini.


  Sepertinya kembang api akan segera dimulai. Aku tidak perlu memeriksa waktunya karena aku bisa tahu dari suasana orang-orang di sekitar kita.






*   *   *





  Ketika matahari tenggelam sepenuhnya di Teluk Tokyo, langit seperti bermandikan cahaya biru gelap. Bulan terlihat secara jelas seperti sedang antusias menunggu kembang apinya dimulai.

  Plaza taman ini, jalannya diisi oleh stan-stan yang berjejer, seperti menjadi tempat utama dan diisi oleh banyak sekali orang-orang.

  Ketika aku berpikir dimana akan menaruh tikar karena penuh dengan orang-orang, ternyata ada banyak sekali rombongan yang sudah menaruh tikarnya sejak siang dan sekarang sedang berpesta sake, anak-anak mereka sedang menangis tidak jauh dari mereka, dan suara-suara ramai mulai mengisi tempat ini.

  Tampaknya, tidak ada tempat yang tersedia bagi kita untuk melihat kembang api itu.

  Kalau aku sendirian, aku bisa mencari sendiri tempat duduk untuk melihat kembang api dari kejauhan, tetapi karena kali ini aku bersama seseorang, maka cerita kali ini berbeda.

  Kami memutuskan untuk mencari tempat terbuka dimana kami berdua bisa duduk, karena berdiri merupakan posisi terburuk untuk melihat kembang api ini.

  Meski begitu, kami tidak punya tikar, juga kertas koran. Aku tidak bisa membiarkan Yuigahama duduk di atas tanah karena dia memakai Yukata. Aku mempertimbangkan untuk duduk di bangku taman, tetapi semuanya sudah terisi orang-orang yang memiliki pikiran sama denganku.

  Tidak ada tempat untuk pergi. Bukankah ini persis seperti ketika mengikuti event-event di sekolah?
  
  "Yikes, tampaknya ramai sekali ya?" kata Yuigahama sambil tersenyum. Anda benar sekali.

  "Jika aku tahu seperti ini jadinya, aku mungkin akan membawa tikar kesini."


  "Ya ampun, kamu mengatakannya seperti ini salahku saja...Maaf deh, harusnya kuberitahu dahulu, gitu?"

  "...Bukan begitu. Aku sudah lama tidak kesini, jadi aku tidak berpikir sampai sejauh itu. Jadi aku yang salah."

  Mata Yuigahama menatapku dengan tatapan idiot khas miliknya.

  "Apa...?"

  "...Tahu tidak, Hikki. Tumben sekali kamu peduli dengan orang lain?"

  "Huh? Apa kamu idiot? Aku ini memang super peduli. Aku sangat peduli sehingga aku tidak ingin mengganggu orang lain dengan berdiri melihat kembang api."

  Aku tidak ingin berbicara dengan siapapun, aku memilih untuk berjalan di belakang daripada di samping, dan menghindari mengundang orang, jadi aku tidak mengganggu kegiatan mereka. Aku sangat ahli dalam peduli terhadap orang lain.

  "Ahaha, itu bukan maksudku...Maksudku tadi, kamu tumben baik atau semacam itu?"


  "Oh ya? Bagus kalau kamu sadar. Aku memang orang baik. Aku sudah menjalani banyak sekali hal buruk dalam hidupku, tetapi aku tidak pergi untuk balas dendam ke satu orang. Jika aku berubah menjadi orang normal, dunia ini akan berakhir. Jadi, kamu bisa menyebutku penyelamat dunia ini."
[Note: Mencopy cerita Naruto dimana Sasuke menjadi masalah utama di cerita karena meninggalkan desa untuk balas dendam ke Itachi.]

  "Orang normal tidak bisa menghancurkan dunia! Mereka juga malas untuk melakukan hal-hal seperti itu!"

  Wow, tumben dia berpikir logis.

  "Yeah, terserah kau saja. Ngomong-ngomong, tampaknya ada ruang terbuka disana, ayo pergi kesana."


  "Oke."

  Meski kita mulai berjalan ke depan, banyak sekali orang-orang yang terburu-buru ke stan penjual dan toilet sebelum kembang api dimulai, jadi perjalanan ke arah yang dituju bisa dikatakan sangat macet.

  Yuigahama berusaha menembus kerumunan orang sambil berkata, "maaf", "permisi", "maafkan saya".

  Ohh, skillnya cukup terlatih...

  "Tampaknya kita menemukan sebuah tempat dengan sedikit orang."


  "Bukankah ini area untuk tamu yang membayar?"

  Ketika dia mengatakannya, aku melihat sekitarku dan ternyata banyak sekali pita berwarna kuning yang bertuliskan "bukan untuk umum".

  Taman ini areanya dikelilingi oleh pohon, jika di tempat biasanya, maka akan sedikit kesulitan melihat kembang apinya. Tetapi area di depanku ini terletak di bukit kecil, pastinya pemandangan dari sana terlihat spektakuler.

  Tampaknya aku bisa melihat petugas keamanan sedang berpatroli di area tersebut.

  Skenario seperti ini sering kulihat di film, dikejar-kejar oleh petugas keamanan ketika melangkah masuk ke area berbayar ini.

  "Tampaknya kita harus mencari tempat lain..."

  Jalan di sepanjang pita kuning ini tampaknya tidak terlalu ramai, jadi aku menganggukkan kepalaku ke Yuigahama dan mulai berjalan.

  "Huuuh? Hikigaya-kun?!"

  Udara yang terasa elegan dan diselimuti warna biru kegelapan dari langit, disitu terlihat seorang gadis dengan Yukata berhiaskan lily yang elegan dan bermotif bunga musim gugur.

  Dia adalah Yukinoshita Haruno.

  Dia berada di dalam area yang dibatasi oleh pita kuning tersebut.

  Dia terlihat sedang dilayani oleh orang-orang di sekitarnya. Tempat duduknya seperti didesain mirip sebuah singgasana yang diduduki oleh seorang kaisar.







*   *   *








  Ketika jam menunjukkan 7.40 malam, ada sebuah pengumuman yang mengatakan bahwa jadwal kembang apinya akan diundur 10 menit lagi.

  Terdengar suara tepuk tangan dan siulan entah dari mana. Kalau mereka berada di dekatku, mungkin saja aku akan menghajar mereka. Biasanya 50% para pria akan bersiul saja dengan santainya seperti mengatakan rasa bosannya akan menunggu, tetapi mereka tidak sadar kalau mereka sangat menganggu.

  Area berbayar ini adalah sebuah bukit kecil yang mengarah ke area dimana kembang api akan ditembakkan, memberimu sebuah pemandangan yang sangat jelas dan tidak terganggu oleh pepohonan.

  Sebenarnya kami tidak boleh masuk daerah ini kecuali telah membeli tiket sebelumnya, tetapi Haruno-san memberikan ijin kepada petugas dan meminta mereka untuk menunjukkan jalan ke tempat Haruno-san.

  "Aku disini sebagai perwakilan dari ayahku, dan aku mulai bosan dengan semua acara ramah-tamah yang harus kulakukan seharian tadi. Jadi, aku sangat senang bisa melihatmu disini, Hikigaya-kun."

  "Benar. Perwakilan? Kedengarannya sesuatu yang luar biasa." Aku menatapnya sambil melewati separuh ucapannya yang dia katakan tadi.

  Haruno tersenyum. "Ufufu, ya bisa kaukatakan kalau kita sedang duduk di kursi VIP. Kamu tidak akan bisa mendapatkannya secara normal."

  Haruno-san mengatakannya dengan santai seperti anak kecil.

  Sikapnya yang blak-blakan itu bisa jadi salah satu kharismanya. Beberapa waktu lalu, dia memberitahu orang-orang yang berkumpul di sekitarnya, "Maafkan saya karena harus meninggalkan kalian dulu, teman-temanku yang terlambat tampaknya sudah datang". Dia mengatakan itu dan semua orang tampak percaya saja dengannya.

  Yang terpenting, ketika dia mengundang kita, para petugas keamanan menurut begitu saja tanpa bertanya lebih lanjut. Tampaknya menjadi VIP adalah sesuatu 'banget'.



  "Whoa, apa VIP itu semacam selebritis?" kata Yuigahama seperti terkesan atau bisa jadi terlihat bodoh di depannya.

  Haruno-san tertawa kecil. 

  "Yep. Kalian tahu pekerjaan ayahku, bukan? Dia bisa dibilang sangat berpengaruh dalam event-event tahunan kota seperti ini."

  "Apa anggota DPRD Propinsi memang memiliki pengaruh yang besar terhadap event kota seperti ini?"

  "Oh, kamu tajam sekali. Kamu memang sesuatu sekali, Hikigaya-kun. Tetapi memang, ini lebih ke pengaruh perusahaan-perusahaan milik ayahku daripada pengaruh posisinya di DPRD."

  Kalau tidak salah, dia pemilik perusahaan konstruksi industri. Jika berhubungan dengan fasilitas publik, maka dia tentu sangat berpengaruh. Dalam pemilihan parlemen tempo dulu, penting untuk memiliki tiga hal ini. Tiga hal itu yaitu keuangan, elektabilitas, dan harapan yang bisa kulihat dimiliki olehnya. Ngomong-ngomong, maksud inti dari ketiga hal tersebut adalah dana; atau bisa dikatakan uang tunai juga. Juga, tiga hal yang harus dimiliki oleh istriku kelak, yaitu "membayar tagihan", "memasak", dan "menjadi ibu". Apa kita sedang membicarakan sebuah rencana pernikahan atau bagaimana?



  Ketika Walikota sedang memberikan sambutan dan ramah-tamah dengan beberapa grup undangan, Haruno-san mempersilakan kami duduk di dekatnya. Kami menerima tawarannya setelah mengucapkan terima kasih.

  Kami lalu sedikit membungkuk untuk menunjukkan rasa terima kasih kami.

  Aku sebenarnya ingin duduk dengan nyaman, tetapi dengan adanya Haruno-san di sebelahku, aku tidak bisa duduk dengan tenang; lebih tepatnya karena ketakutan dengan kepribadiannya daripada karena gugup duduk di samping wanita cantik yang lebih tua. Aku bisa melihat sesuatu yang lebih gelap sedang berkeliaran di dalam dirinya, dimana aku sendiri sangat tidak ingin berurusan dengan itu.

  Tiba-tiba, Haruno-san berbisik ke telingaku. 

  "Aku cuma mengingatkan...Selingkuh itu bukanlah hal yang bagus, kamu harus tahu itu."

  "Tidak, ini bukan selingkuh..." jawabku.

  Ketika aku menjawabnya, ekspresi hangat Haruno-san berubah.

  "Yang benar...? Awas kalau ketahuan lagi olehku!"

  "O-O-Ow!"

  Dia menjewer telingaku. Aku berusaha menghindari damage lebih lanjut dengan berusaha menjauhkan posisiku darinya.

  "Santai saja, aku tidak serius menjewermu kok..."

  Sial, aku tidak suka disakiti, oke? Bagaimana aku bisa dikatakan sedang selingkuh?

  Ketika aku berhasil menghindari serangan Haruno-san, orang penting atau entah siapa itu telah selesai memberikan sambutannya dan kembang api ronde pertama akan segera dimulai.

  Ditemani musik, sebuah ledakan keras berbentuk bintang terbentuk seperti sebuah bunga besar di langit malam. Berlapis-lapis warna merah, kuning, orange, melebar dan menghilang di kegelapan langit malam.

  "Hoh..."

  Ketika suara ledakannya agak mengecil, Haruno-san membetulkan posisi tempat duduknya.

  "U-Um!"

  Dia sepertinya hendak mencari timing untuk berbicara sejak tadi. "Umm...Apa kamu Sesuatu-Gahama-chan?"

  "Yuigahama."

  "Ah, benar. Maaf, maaf."

  Haruno-san tampaknya tidak bermaksud untuk menghinanya atau semacam itu. Tetapi itu jelas memiliki suatu tujuan...Dia adalah orang yang tidak akan melupakan sebuah nama setelah mendengarnya. Lagipula, spesifikasi dirinya setara dengan Yukinoshita; atau bisa jadi, dia memiliki spesifikasi di atasnya. Aku tidak berhenti berpikir kalau kata-katanya itu selalu memiliki maksud terselubung.

  Aku menatap ke arah Haruno-san untuk melihat apakah aku bisa menebak apa maksudnya, lalu dia tertawa kecil melihatku.

  Bulu kudukku berdiri melihatnya. Dia tersenyum seperti tahu apa yang sedang kupikirkan. Dan fakta bahwa ini berasal dari seorang gadis cantik membuat hal ini sungguh mengerikan.

  "Apa Yukinon ada disini juga?"

  "Jika kamu mencari Yukino-chan, kupikir dia sedang ada di rumah sekarang. Biasanya untuk urusan penampilan keluarga di publik sudah diserahkan kepadaku. Ingat tidak kalau aku kesini sebagai perwakilan ayahku? Jadi ini sebenarnya sebuah undangan yang tidak bisa disepelekan." Haruno-san menunjuk dirinya dan tersenyum. "Ini adalah pekerjaanku sebagai anak gadis tertua di keluarga untuk menghadiri event seperti ini. Itu adalah apa yang sudah diputuskan oleh Ibu kita sejak dulu."

  Aku pernah ingat kalau Yukinoshita mengatakan hal yang sama sebelumnya, kalau pekerjaan utama kakaknya adalah mewakili keluarga dan dia hanyalah sebagai cadangan saja.
[Note : Volume 4 Chapter 5, adegan di hutan antara Yukino dan Hachiman.]

  Jadi dengan kata lain, Haruno-san adalah pewaris resmi bisnis dari ayahnya? Kupikir sangat normal jika saudara tertua diwarisi bisnis keluarga.

  Tapi, tampaknya ada sesuatu yang kurang disini.

  "Apa ini sesuatu yang Yukinon tidak bisa hadiri?"

  Benar, Haruno-san menjadi pewaris memang masuk akal. Tetapi itu bukanlah alasan bagi Yukinoshita tidak boleh hadir.

  Haruno-san tersenyum dengan ekspresi suram. "Mm. Well, itu sudah diputuskan oleh Ibu kami...Lagipula, bukankah lebih mudah dimengerti jika pengaturannya seperti ini, benar tidak?"

  "Memang, kalian berdua terlihat sama, jadi jika cuma anda yang hadir, maka anda tidak akan mendapatkan salah paham dari undangan lainnya, tetapi..." Yuigahama tampaknya ingin mengatakan bahwa itu bukan masalah utamanya.

  Maksud utamanya adalah bagaimana mereka mencerminkan keluarganya bagi masyarakat sekitar. Menunjukkan ke semua orang bahwa bisnis mereka sejak dulu sudah punya pewaris tunggal, berarti orang-orang tidak perlu meributkan lagi siapa yang akan melanjutkan bisnisnya. Malah orang-orang akan melihatnya negatif jika seluruh keluarga datang, dan orang-orang berpikir kalau pewaris selanjutnya siapa. Mereka seperti keluarga seorang samurai atau sejenis itu.

  Haruno-san menaruh jarinya di pipinya dan mengembuskan napas yang berat. "Kau tahu, Ibu kami orangnya sangat memaksa dan menakutkan."

  "Huh? Bahkan lebih menakutkan dari Yukinoshita?"

  "Eh? Masa Yukino-chan menakutkan?"

  Setelah menatapku dengan tatapan intens, dia tertawa, "Ahahaha!" Dibandingkan dengan semua tawa palsu yang dia tunjukkan selama ini, kali ini dia tampak betul-betul tertawa.

  Haruno-san menghapus air mata dari matanya setelah mengatur napasnya sehabis tertawa puas. "Ya ampun, kamu sungguh kasar, Hikigaya-kun. Masa kamu menganggap gadis yang manis itu seperti tadi?"

  Dia lalu tersenyum, menggerakkan wajahnya mendekatiku, lalu membisikkan sesuatu di telingaku, "Ibuku lebih menakutkan dariku."

  "...Apa beliau manusia?"

  Kita sebut saja Yukinoshita adalah pengecualian, tetapi Ibunya lebih menakutkan dari Haruno-san? Ini buruk sekali, benar? Kita tidak membicarakan kekuatan dari armor baja disini, karena itu adalah Gundam.

  "Ibuku adalah tipe orang yang memutuskan semua hal dan memaksa orang-orang untuk mengikutinya, jadi kita mau tidak mau harus berkompromi dengannya...Dan Yukino-chan lemah terhadap hal itu."

  Lemah bukanlah kata yang tepat. Mungkin bisa mengatakannya dengan halus, "agak lemah".

  "Mungkin karena itulah kami sangat terkejut ketika dia mengatakan ingin hidup sendirian setelah memasuki SMA."

  "Jadi Yukinon mulai hidup sendirian setelah masuk SMA?"

  "Yep, yep. Dia bukanlah tipe anak yang akan mengatakan hal-hal egois seperti itu, tetapi Ayah sangat senang mendengarnya sehingga berani menyewakan apartemen untuknya."

  Ahh, mengapa semua ayah di dunia ini sangat lemah terhadap putri mereka?



  "Ibu menentangnya waktu itu, dan aku sendiri yakin dia tidak mau menerima hal itu sampai sekarang."

  "Yukinoshita tampaknya memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya."

  "Oh, jadi kamu ternyata tertarik dengan calon ayah mertuamu?"

  "Um, kamu tadi bilang Gifu, tetapi aku sendiri tidak yakin apakah kamu membahas bagian dari Shiga atau tidak. Dan juga, aku tidak tertarik tentang itu."
[Note: Di LN Haruno mengatakan Gifu, bisa berarti kota atau mertua. Shiga adalah semacam propinsi.]

  "Mmhmm, dua belas poin untukmu."

  Tidak seperti penampilannya yang cantik, cara dia memberi nilai sungguh jelek.

  "Aku tidak berpikir kalau dia punya hubungan yang baik dengan Ayah adalah hal yang tepat. Ibu adalah orang yang punya keinginan kuat, jadi kupikir ayahku hanya berusaha menyenangkannya saja."

  Aku sempat berpikir kalau mereka memainkan sesuatu seperti "polisi baik, dan polisi jahat".

  "Tentunya, Yukino-chan dan diriku memahami hal itu, jadi kami berusaha menjaga agar situasinya tetap kondusif."

  Haruno-san tersenyum melihat responku, dan dia berbicara kepada Yuigahama.

  "Jadi, kalian berdua sedang kencan? Jika begitu, aku meminta maaf kalau sudah mengganggumu."


  "O-Oh tidak, ini bukan seperti itu..."

  Haruno-san tidak melewatkan peluang itu untuk memperhatikan sikap Yuigahama.

  "Ohh...Sangat mencurigakan jika kamu terlihat malu-malu. Tetapi jika itu memang sebuah kencan..."

  Nada yang melemah...

  Di sekeliling kami mulai berubah menjadi lebih gelap karena cahaya dari kembang api yang meredup. Aku tidak bisa melihat mata dari Haruno-san. Meski begitu, tidak ada keraguan bahwa cahaya di matanya terlihat jauh lebih gelap daripada langit malam.



  "...Yukino-chan tidak terpilih lagi."



  Dia mengatakannya dengan menggumam dan suara yang kecil.

  Kembang api ditembakkan lagi, suaranya seperti melemahkan suara kecil Haruno-san.

  Suara dari bubuk mesiu tercium karena embusan angin laut.

  Dan tiba-tiba, Haruno-san tersenyum.

  "Um, hanya saja..."

  Yuigahama mencoba menjelaskan, tetapi ada kembang api ditembakkan di saat yang bersamaan.

  "Hm? Ada apa tadi?" Dia mencoba bertanya sambil tersenyum.

  "Ah, tidak, um...lupakan saja." Yuigahama menelan kata-katanya kembali dan pembicaran itu terhenti disitu.

  Suara dari kembang api kembali berbunyi dan cahaya mulai menerangi langit. Haruno-san kemudian bertepuk tangan melihatnya.

  Sikapnya itu adalah sikap dimana Yukinoshita tidak akan mau melakukannya...Well, aku sebenarnya tidak begitu yakin karena bisa jadi aku selama ini hanya melihat luarnya saja dari dirinya.

  Meskipun mereka dari luar terlihat sama, di hati mereka yang terdalam, mereka tampak berbeda. Tetapi entah mengapa, aku melihat baik kedua saudari ini seperti memiliki sebuah hal yang sama. Meskipun aku pikir itu cukup aneh.

  "Ahh...Yukinoshita-san, apa kamu    " aku ingat kalau dia pernah memintaku memanggilnya dengan Haruno-san, tetapi entah mengapa, aku memilih memanggil nama belakangnya. Kami bukanlah dua orang yang sangat dekat sehingga aku bisa memanggilnya dengan nama depannya.

  Ketika aku memanggilnya, Haruno-san tersenyum. 

  "Hm? Kamu bisa memanggilku Haruno. Bahkan boleh jika memanggilku Onee-chan. Tapi aku sendiri, ingin kau memanggilku dengan nama yang terakhir tadi."

  "Ha, ha, ha..." aku tertawa kering mendengarnya. Awas suatu hari nanti benar-benar kupanggil dengan nama itu!



  "...Yukinoshita-san, apa kamu    "

  "Haha, jadi kamu keras kepala ya? Manisnya."

  Sial, orang ini memang sulit sekali dihadapi...



  Orang-orang yang berusia lebih tua darimu memang menakutkan. Perbedaan usia seperti Hiratsuka-sensei memang masalah yang berbeda, dan aku bisa melihatnya sebagai orang yang benar-benar dewasa. Tetapi ketika dengan orang yang lebih tua 2-3 tahun dariku, mereka terlihat berbeda.

  "Yukinoshita-san, kamu alumni dari sekolah kita, benar?"

  "Mmhmm, itu benar. Aku tiga tahun lebih tua darimu Hikigaya-kun," kata Haruno-san dengan santai.

  Yuigahama mengangguk seperti sangat tertarik. "Jadi usia kakak Yukinon adalah 20 tahun?"

  "Hampir. Aku masih 19 tahun. Aku lahir di akhir tahun    juga, kau bisa memanggilku Haruno. Itu terlalu panjang, atau kalau kamu mau, kamu bisa memanggilku Harunon♪!"

  Kamu terdengar seperti penghangat tangan, Harunon. Yuigahama tersenyum kecil mendengarnya.

  "O-Oke, Haruno-san kalau begitu..."

  Kembang apinya berhenti dan berganti ke acara selanjutnya.

  Kembang api yang ditembakkan tadi dimainkan bersamaan dengan musik dan berbentuk hati, seperti mensimbolkan sesuatu.

  Dalam jeda ini, sepertinya memberikan waktu sejenak bagi orang-orang untuk ke toko ataupun ke toilet.

  Suara obrolan mulai menghiasi suasana di tempat ini.

  Di meja, ada beberapa makanan kecil yang disiapkan untuk VIP.

  Yuigahama dan Haruno-san seperti menikmati obrolan mereka sementara aku terjebak di tengah-tengah keduanya.

  "Jadi, anda mahasiswa, Haruno-san?"

  "Yep. Aku mahasiswa Universitas Negeri dekat sini di Fakultas MIPA."

  "Wow...berarti anda orang yang pintar...Tidak heran sih karena anda saudara dari Yukinon."

  "Sebenarnya aku ingin ke universitas yang lain, tetapi orang tuaku menyuruhku kesana. Mau bagaimana lagi."

  Memang masuk akal. Kalau kamu sudah ditunjuk untuk menjadi pewaris perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah lokal, menjadi mahasiswa di universitas lokal merupakan keputusan yang bijak.

  Tetapi disini jelas ada sesuatu yang salah disini. Ketika pembicaraan mulai melibatkan 3 orang atau lebih, pembicaraan sejenis ini biasanya sering muncul. Bagiku, kecuali mulutku sedang dipenuhi makanan, aku sendiri tidak mau membuka mulutku seperti kejadian sebelumnya. Jadi untuk saat ini, rencana terbaikku adalah makan dan diam saja. Mmm, Yakisoba ini terlihat enak. Yep, sausnya memang cocok dengan laki-laki sepertiku.

  "Oh, berarti kalian berdua masuk ke universitas yang sama."

  Pertanyaan spontan Yuigahama tadi membuat Haruno-san terdiam. Terdengar bunyi kembang api dilanjutkan lagi, tetapi kesunyian ini membuatku terganggu.

  "...Ahh, jadi Yukino-chan juga hendak memilih Universitas Negeri dan Fakultas MIPA juga?"

  Senyumannya, entah mengapa, seperti merasa konyol mendengar hal itu.

  Mungkin karena aku melihat Yukinoshita Haruno dengan persepsiku selama ini. Haruno-san mungkin menjadi contoh bagi Yukinoshita.

  "Jadi dia tidak jauh berbeda dari biasanya, huh...? Selalu mencoba mengejarku, selalu berusaha melebihiku..."

  Matanya terlihat nostalgia dan lembut. Tetapi dari kata-katanya, aku bisa merasakan sebuah kengerian yang tersembunyi.

  Aku mulai berpikir kalau ini sudah menjadi kebiasaan burukku untuk secara spontan melihat maksud-maksud terselubung dari sikap seseorang.

  Tetapi di momen seperti ini, bahkan bukan aku saja, pasti orang lain bisa melihat sesuatu darinya.

  Yuigahama menggenggam tangannya yang berada dekat lututnya. "Um..."

  "Mm?"

  Ketika Yuigahama terlihat seperti berusaha mengatakan maksudnya, Haruno-san memiringkan kepalanya dengan santai.

  "...Haruno-san...Apa anda sedang memiliki hubungan yang buruk dengan Yukinon?"

  "Oh, apa maksudmu? Tentu saja tidak. Aku sangat menyayangi Yukino-chan."

  Dia menjawabnya tanpa berpikir terlebih dahulu. Setelah mengatakan kata-katanya, dia tersenyum dengan hangat.

  Kata-katanya dikatakan dengan timing sempurna sehingga tidak memperbolehkan adanya interupsi.

  Dan karena itulah aku berpikir kalau dia merasa telah diserang.

  "Bagaimana mungkin aku tidak melihat kalau adikku sangat manis ketika dia selalu berusaha mengejarku?"

  'Selalu mengejarku' apakah itu artinya selama ini Yukinoshita terus kalah ke Haruno-san?



  Akan terlihat kasar jika seorang yang sudah sering menang melihat rendah ke penantangnya yang selalu kalah dan mempermalukannya, seperti melawan anak kecil.

  Dengan wajah cantiknya yang sempurna dan tidak menunjukkan tanda-tanda kekejamannya, Haruno-san tersenyum ke Yuigahama. "Bagaimana denganmu, Yuigahama-chan? Apa kamu menyukai Yukino-chan?"

  Yuigahama tampak kebingungan ketika ditanya langsung seperti itu. "A-Aku sangat suka kepadanya! Dia sangat keren, sangat jujur, dan bisa diandalkan. Oh, tetapi dia bisa sangat aneh dan manis, seperti saat dia mengantuk, aku merasakan hal yang lucu darinya. Juga, dia seperti sulit dimengerti...Umm, dan, dan. Ahh, ahaha. Aku sepertinya mengatakan hal-hal yang aneh ya?"

  Yuigahama membuat senyuman yang lucu dengan cahaya kembang api menerangi pipinya.

  "Oh...Aku senang mendengarnya."

  Untuk sejenak, Haruno-san menunjukkan ekspresi yang bisa disebut menyayangi. Tetapi untuk orang ini, tampaknya sangat janggal melihatnya seperti itu.

  "Tapi itulah yang dikatakan orang-orang saat pertama melihatnya. Tetapi mereka akhirnya sama saja. Mereka cemburu ke Yukino-chan, membencinya, menolaknya, lalu kemudian menjauhinya...Aku harap kamu berbeda dari mereka."

  Ekspresi senyumannya terlihat sangat manis sehingga hendak menusuk seseorang, sangat menakutkan.

  "...Aku," kata Yuigahama, seperti sedang tertekan, tetapi melanjutkan. "Tidak akan melakukan sesuatu seperti itu."

  Haruno lalu memalingkan pandangannya ke arahku dan menatapku dari balik bahunya. "Hikigaya-kun, kamu paham apa maksudku tadi?"

  "Ya, kurang lebih begitu."

  Mustahil aku tidak mengerti itu.

  Aku sudah menyaksikan lebih dari cukup. Yukinoshita bukanlah satu-satunya orang; orang yang dikucilkan oleh grup-grup sekitarnya. Dia tidak dikucilkan secara langsung karena dia terlihat menonjol, tetapi itu tinggal menunggu waktu saja.

  Tinggal dibuang ke pinggir, dan yang tersisa hanya membusuk oleh hujan dan angin yang menerpanya.

  "Benar, benar. Aku benar-benar suka mata itu," kata Haruno-san.

  Aku melihat ke arah Haruno-san dan kedua mata kami bertemu. Matanya terlihat cukup dingin dan membuat bulu kudukku berdiri. Tiba-tiba, dia tersenyum. "Hehe, kamu memang sesuatu, Hikigaya-kun. Aku menyukai bagaimana caramu melihat sesuatu dan tahu kapan untuk menyerah."

  Aku tidak merasa kalau dia memujiku sama sekali.

  Dan juga tidak ada gunanya menebak apa maksud perkataannya karena orang ini selalu memiliki maksud tersembunyi dibalik kata-katanya.

  Kamu harusnya tidak percaya begitu saja dengan orang yang mengatakan hal-hal positif tentangmu, dibanding dengan yang lain, dan mereka bilang menyukai itu. "aku menyukaimu" dan "aku, menyukaimu" adalah hal yang berbeda. Sumber: diriku ketika SMP. Aku tidak akan jatuh ke trik yang sama.

  "Jadi bagaimana denganmu, Hikigaya-kun? Apa kamu menyukai Yukino-chan?"

  "Aku diajarkan oleh Ibuku untuk tidak melabeli orang dengan kata suka ataupun tidak suka." ketika aku menjawabnya, Haruno-san terlihat tertawa lebar.

  Waktu semakin larut, begitu juga Festival Kembang Api.

  Sebuah ledakan berwarna emas terlihat di langit.

  Akhir dari Festival Kembang Api adalah ledakan berwarna emas yang diiringi oleh tepuk tangan yang meriah.

  "Oke, tampaknya kembang api sudah selesai." Haruno-san mengatakannya sambil berdiri. "Aku akan segera pulang ke rumah sebelum terjebak macet."

  Matanya seperti bertanya kepada kita tentang rencana selanjutnya. Melihat ke arahnya, Yuigahama berdiri dan menghadap ke arahku. "Kita sebaiknya pulang juga."

  "Benar."

  Ketika membayangkan bagaimana macetnya dan penuh kerumunan orang, membuatku berpikir kalau pilihan kita untuk segera pulang mengikuti saran Haruno-san adalah pilihan terbaik.

  Entah mengapa, kami bertiga mulai berjalan bersama.

  Kami berjalan lewat jalan kecil menuju tempat parkir di samping area berbayar tadi. Tampaknya kita bisa menghindari keramaian jika mengambil jalan ini.

  Ketika kami tiba di tempat parkir, sebuah limosin mendekati kami.

  Apa Haruno-san memanggil mobil ini? Ataukah sopir mobil ini memang sangat terlatih untuk sigap dan siap sedia ketika Haruno-san tiba di tempat parkir?

  Limosin tersebut berhenti tepat di sebelah kanan kami.

  "Aku bisa mengantarkan kalian pulang jika kalian bersedia?"

  "U-Um..." Yuigahama melihat ke arahku ketika ragu untuk memutuskan.

  Aku menatap ke arah limosin itu, tidak menjawabnya. Aku sepertinya sangat familiar dan mungkin tidak salah ingat; ini adalah limosin waktu itu.


  "Kamu tidak akan menemukan bekas goresan disana meskipun melihatnya terus."



  Haruno-san tersenyum.

  Namun, Yuigahama dan diriku tidak memahami senyumannya. Kesunyian terjadi akibat hal yang membingungkan ini, Haruno-san kemudian menahan tawanya. "H-Huh? Yukino-chan tidak memberitahumu? Aku membayangkan jika aku telah melakukan sesuatu yang jahat kepadanya."

  Suara maaf terdengar. Dia tampaknya tidak berbohong, tetapi suasananya memang sangat sulit.

  "Kalau begitu...ini berarti..."

  Aku mendengar suara bisikan dari Yuigahama.

  Aku dengan mudah tahu kelanjutan kata-katanya. Jadi, Yukinoshita memang tahu kejadian itu.

  Haruno-san tampaknya tidak mengharapkan reaksi kami dan mencoba untuk mencairkan suasananya. "Ah, jangan salah paham dulu. Itu bukan salah Yukino-chan."

  Aku...tahu itu. Yukinoshita belum melakukan salah apapun kepadaku. Karena Yukinoshita akan selalu melakukan tindakannya berdasarkan kebenaran.

  "Dia hanya kebetulan menumpang mobil itu, jadi tidak ada yang salah dengan itu. Apakah kamu baik-baik saja, Hikigaya-kun?" Haruno-san seperti sedang mengkonfirmasi sesuatu kepadaku.

  Itu sudah terpikirkan sejak awal di kepalaku, tetapi itu tidak mengubah apapun. Tidak peduli seperti apa dia terlibat, kebenarannya tidak berubah.

  "Kupikir begitu. Dia bukanlah penyebab kecelakaan itu. Dia sebenarnya tidak terlibat."

  Suaraku terlihat agak serak dari biasanya. Malam yang begitu panas dan lembab, tapi aku merasa kalau suhu tubuhku seperti terjun bebas.

  Mulai terdengar suara sandal kayu dan langkah-langkah kaki lainnya menuju ke arahku. Seperti sedang didorong oleh langkah-langkah itu, aku mulai mengatakan suara dengan hangat. "Lagipula, aku sudah menganggapnya selesai dari dulu! Aku punya kebijakan untuk tidak terjebak masa lalu, jika begitu, maka hidupku akan gelap selamanya, jadi benar..."

  H-Huh? Mengapa suaraku mulai hilang di akhir!? Trauma masa lalu memang cukup menyakitkan.

  "Oh baiklah. Karena sudah selesai, jadi tidak ada masalah sekarang, benar?" Haruno-san terlihat lega. Tapi karena itu, suasana hatiku menjadi lebih baik.

  "...Oke, kalau begitu aku pulang dulu," kataku.

  "Tentu."

  Dia membiarkan kami begitu saja, tidak berbasa-basi untuk menghentikan kita.

  Ketika supirnya melihat kita selesai mengobrol, dia langsung keluar dan membuka pintunya. Haruno-san berterima kasih kepadanya dengan suara kecil dan masuk ke limosin. "Oke, Hikigaya-kun, sampai jumpa lagi."

  Dia melambaikan tangannya dengan ceria kepadaku, tapi jujur saja, dia bukanlah orang yang kuinginkan untuk sering bertemu.

  Setelah itu, supirnya menutup pintunya dan kembali ke balik kemudi. Limosin itu secara perlahan meninggalkan tempat ini.

  Lalu, Yuigahama dan diriku mulai berjalan dengan terdiam. Tampaknya butuh waktu sejenak bagi kita untuk mengatakan sesuatu.






*  *  *






  Sebenarnya masih ada rangkaian acara lain di Festival, tetapi banyak orang tampaknya memiliki ide yang sama dengan kami, jadi stasiunnya sudah ramai ketika kami berada disana.

  Karena adanya Festival, kereta menjadi agak terlambat dari biasanya. Ketika kami berhasil masuk ke kereta, gerbong sudah dipenuhi orang sehingga kami tidak bisa duduk. Maka, Yuigahama dan diriku berdiri di depan pintu.

  Stasiun yang akan dituju oleh Yuigahama adalah stasiun selanjutnya. Bagi diriku, pemberhentianku masih 3 stasiun lagi. Sebenarnya kalau dihitung secara realistis, jarak antar stasiun tidaklah sejauh yang kau kira.

  Kurang dari lima menit, suara pengumuman memberitahu kepada penumpang kalau kita akan sampai di stasiun selanjutnya.

  "...Hei."

  Baik diriku dan Yuigahama hanya terdiam dari tadi hingga dia membuka mulutnya. Lalu dia melanjutkan, "Hikki...Apa kamu dengar itu dari Yukinon?"

  Dia seperti bertanya hal yang sudah dia ketahui jawabannya.

  "Tidak, aku tidak mendengarnya."

  "Oh, oke. U-Um...Ah."

  Kereta telah berhenti di stasiun. Pintu terbuka dan udara dingin dari suasana malam Kota Chiba mulai masuk ke gerbong.

  Yuigahama terlihat bingung antara melihat ke arah luar dan diriku. Tetapi bel telah berbunyi yang memberitahu kalau pintu akan segera ditutup.

  Tidak ada waktu lagi berpikir dan mengkhawatirkan yang lain. Aku keluar begitu saja dari kereta. Yuigahama mengikuti diriku dan bertanya dengan nada terkejut, "Apa kamu yakin mau turun disini?"

  "Agak aneh mengakhiri pembicaraan seperti tadi...Apa-apaan tadi? Apa kamu sengaja membuatnya berhenti seperti itu?"

  "Tentu saja tidak! Aku hanya kesulitan mengatakan sesuatu!"

  Aku tidak mengatakan itu kalau hanya penilaianku, tetapi lihat bagaimana dia meminta maaf dengan ekspresi malu-malu. Sungguh licik. Kamu licik sekali, Yuigahama-san.

  "...Aku akan mengantarkanmu pulang."

  "Terima kasih..." dia mengatakan terima kasih atas tawaranku.

  Tampaknya, rumahnya tidak jauh dari stasiun. Tetapi karena dia tampaknya tidak terbiasa memakai sandal kayu itu, tempo jalannya tidak secepat biasanya.

  Kami berdua berjalan menyusuri jalan yang sepi, seperti hanya terdengar langkah dari kedua kaki kita saja di sepanjang jalan.

  "Kalau kamu sendiri, apa kamu dengar sesuatu darinya?" tanyaku, melanjutkan pembicaraan yang tadi.

  Yuigahama secara perlahan mencondongkan kepalanya. "...Tahu enggak? Kupikir ada sesuatu yang kadang kita tidak bisa menceritakannya begitu saja. Dan kalau kau kehilangan peluang itu, itu akan semakin membuatmu kesulitan untuk...Maksudku, aku juga seperti itu..."

  Belakangan ini, mengenai kecelakaan itu. Yuigahama hanya mengaku kepadaku setahun setelahnya, tetapi itupun karena aku yang membukanya lebih dulu.

  "Ketika kamu mencoba mempersiapkan dirimu atau memikirkan hal itu, maka hanya akan membuatmu semakin jauh dan jauh."

  Yeah, mungkin aku bisa paham itu. Tampaknya memang jauh lebih mudah kalau kamu bisa mengatakannya dengan normal.

  Dan untuk meminta maaf atau menyesali, itu bahkan lebih sulit. Tidak hanya kalau itu sulit untuk dikatakan, karena semakin lama kau memikirkannya, maka kamu semakin kesulitan untuk mencari kata-kata yang tepat. Tapi ada juga hal-hal yang tidak bisa kau katakan di momen tertentu.

  "Lagipula, mungkin Yukinon tidak bisa mengatakan sesuatu karena masalah keluarganya. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Haruno-san tampaknya cukup menakutkan..."

  Dia tidak benar-benar membelanya.

  Meski begitu, mungkin benar adanya kalau melihat keluarga Yukinoshita yang sangat tertutup, mungkin memang sulit sekali untuk mengatakan sesuatu. Status sosial dari keluarganya, kakak perempuannya, dan harus melebihi kakaknya, Ibunya.

  Aku merasa telah terjadi sesuatu disana.

  Itu yang kurasakan, tetapi, well, itu bukanlah masalah dimana orang luar sepertiku harus terlibat tentang masalah keluarga orang lain.

  "Aku pikir kita tidak boleh terlibat lebih dalam masalah domestik orang lain." kataku.

  Yuigahama lalu berpikir sejenak. "Do-domestik...Oh, seperti DV?"

  "Jangan mengatakan sesuatu yang kau tidak tahu."

  "Jadi itu DV!?"

  "Well, begini saja. Kita sebaiknya tidak mencampuri lebih jauh urusan keluarganya atau tentang kecelakaan itu?"

  "Apa kita tetap seperti ini dan pura-pura tidak tahu...?" Yuigahama melihat ke arah kakinya, seperti kurang yakin.

  Aku berhenti agar tetap segaris dengan Yuigahama yang juga menghentikan langkahnya.

  "Aku tidak berpikir kalau tidak tahu adalah hal buruk. Semakin kau tahu, semakin banyak masalah yang kaudapat."

  Semakin tahu orangnya seperti apa, maka kamu beresiko untuk peduli membawa beban yang dipikul olehnya. Ada banyak hal yang bisa membuatmu bahagia selama kamu tidak mengetahuinya. Bukankah yang terpenting adalah bagaimana agar bahagia?

  Semua orang hidup dengan curang dan membohongi orang lain dalam takaran tertentu.

  Oleh karena itu orang akan terluka oleh sebuah kebenaran. Karena kebenaran itu akan menghancurkan kedamaian seseorang.

  Beberapa detik suasana di tempat ini menjadi sunyi.

  Tampaknya dia memakainya untuk berpikir. "Tetapi...aku ingin mengenalnya lebih jauh...aku ingin kita kenal lebih baik dan lebih dekat. Jika ada yang mendapat masalah, aku ingin membantu."

  Yuigahama mulai berjalan seperti hendak memimpin.

  Dengan agak telat, aku mengikuti langkahnya.

  "Hikki. Jika Yukinon dalam masalah, bantu dia. Oke?"

  "....."

  Aku tidak mampu menemukan kata-kata untuk menjawab requestnya.

  Meski aku diberi waktu yang cukup untuk membalasnya, aku tidak akan punya jawaban yang sama dengan Yuigahama.

  Karena aku tidak punya keinginan untuk melangkah dari garis yang sudah kutetapkan. Aku belum pernah melintasi garis itu sampai sekarang, dan tidak berencana untuk melintasi.

  "Tidak, kupikir itu tidak akan terjadi."

  Apakah Yukinoshita nantinya mendapat masalah, dia lalu meminta pertolonganku, atau aku sendiri yang secara sadar melewati garis itu.

  Ketika aku mengatakan itu di pikiranku, Yuigahama menatap langit yang berbintang. Suara sandal kayunya berbunyi dan dia menendang kerikil di dekat kakinya. "Meski begitu, kamu nantinya pasti akan menolongnya, Hikki."

  "Kamu tidak mungkin tahu apa yang terjadi di masa depan."

  Sebelum pertanyaanku selanjutnya terucap, Yuigahama membalikkan badannya ke arahku.

  "Maksudku, kau membantuku, bukan begitu?"

  "Sudah kukatakan sebelumnya. Itu hanya kebetulan. Aku sendiri tidak tahu kalau aku membantumu. Oleh karena itu, aku tidak membantumu sama sekali."

  Oleh karena itu. Rasa balas budi, rasa percaya, atau apapun sejenis itu.

  Mereka semua hanyalah ilusi yang menciptakan salah paham.

  Sebuah tugas dimana orang lain juga bisa melakukannya bukanlah sesuatu yang bisa meyakinkanku. Mengevaluasi sikap dan sifat seseorang adalah hal yang berbeda. Seberapa baik seseorang berdasarkan satu saja perbuatan baik, menurutku adalah sebuah kesalahan besar. Oleh karena itu, kepercayaan sentimental Yuigahama itu adalah salah.

  "Jangan mengharapkan hal-hal seperti itu dariku."

  Karena kau akan kecewa. Oleh karena itu kau sebaiknya tidak mengharapkan apapun dariku sejak awal.

  Yuigahama dan diriku mulai melanjutkan perjalanan kami dengan sebuah jarak diantara kita. Suara langkah kaki kami seperti bergemuruh di jalanan kota ini.

  Suara langkah kaki yang tidak selaras terus berlanjut, dan ketidakselarasan itu tiba-tiba terhenti.

  Yuigahama tiba-tiba berhenti dan kita berjarak cukup dekat.

  Dia lalu membalikkan badannya ke arahku dan membelakangi cahaya bulan.

  "Bahkan jika kecelakaan tidak terjadi, Hikki pasti akan membantuku. Dan misalnya, kita masih akan pergi melihat kembang api seperti ini."

  "Tidak...itu tidak akan terjadi...lagipula, aku tidak punya alasan untuk membantumu."

  Tidak ada gunanya mengandai-andai hal yang belum pasti.

  Tidak ada "jika" dalam hidup ini.

  Hidup hanya memiliki kata "lalu".

  Aku melihat air mata mulai muncul dari sudut matanya, aku bisa melihat sebuah refleksi cahaya lampu jalan dari sudut matanya.

  "Tidak, itu tidak benar. Kau katakan sendiri, Hikki. Meskipun kecelakaan tidak terjadi, kamu akan tetap menjadi penyendiri...Dan kamu tahu perasaanku? Aku juga mengkhawatirkan diriku yang tidak mengatakannya kepadamu, lalu suatu kejadian membuatku terbawa ke Klub Relawan. Dan disanalah aku bertemu denganmu, Hikki."

  Pipa-pipa impian seperti itu bisa terjadi dengan aneh dan terasa cocok dengan realitas sehingga aku tidak tahu harus menolak ataupun ingin berdebat dengan itu. Jika Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku bertemu dalam kesempatan yang lain, apakah mungkin kita akan memiliki semacam hubungan seperti sekarang?

  Ketika aku memikirkannya, Yuigahama melanjutkan kata-katanya, suaranya seperti penuh dengan emosi. "Lagipula, Hikki akan muncul dan melakukan solusi yang tidak berguna dan tolol miliknya. Maka kau pasti akan menolongku. Dan kemudian    "

  Terdengar suara yang memotong kata-katanya.

  Seketika, suasana mendadak sunyi.

  Aku curiga dengan suara yang memotong tadi, aku melihat ke depan dan kedua mataku bertemu dengan Yuigahama.

  "Dan kemudian, aku yakin aku akan..."

  Bzzzz.

  Aku mampu mendengar suara getaran itu. HP-nya bergetar.

  "Ah..." Yuigahama menatap ke arah dompet di tangannya. Tetapi dia tidak mempedulikannya dan melanjutkan kata-katanya. "Aku yakin kalau aku..."

  "Kamu yakin kalau tidak ingin mengangkat itu?" kataku, berusaha menghentikannya untuk melanjutkan kata-katanya.

  Yuigahama menatap ke arah dompetnya di dekat tangannya dan meremasnya. Tetapi tidak lama kemudian, dia mengambil teleponnya dan tertawa kecil dengan malu-malu.

  "...ini dari Ibuku."

  Dia memintaku menunggu sebentar, mengambil jarak beberapa langkah dariku, dan menjawab teleponnya.

  "Uh huh. Uh huh. Aku hampir sampai dirumah. Uh huh. Oke. Huh? Aku baik-baik saja! Aku tidak butuh itu! Aku akan segera sampai di rumah, ya ampun!"

  Yuigahama tampaknya sedang membicarakan sesuatu lalu menutup telponnya secara sepihak. Setelah menatap HPnya sebentar, lalu dia menaruhnya kembali ke dompetnya.

  "Rumahku ada disana, jadi aku tidak apa-apa disini saja. Terima kasih sudah mengantarkanku...S-Sampai jumpa!"

  "Begitukah..."

  "Uh huh. Selamat malam."

  Dia melambaikan tangannya dengan sebuah "bye bye" dan aku membalasnya dengan anggukan kecil.

  "Yeah, sampai jumpa."

  Yuigahama secara terburu-buru berjalan ke rumahnya tanpa menunggu responku. Aku sempat khawatir kalau dia akan terjatuh, tetapi ketika dia sudah menghilang di gedung apartemennya, aku berjalan pergi.

  Aku berjalan melewati distrik perbelanjaan selama perjalanan dan aku merasakan aura festival masih terasa disini. Beberapa grup anak muda sedang mabuk dan tertidur disana-sini.
[Note: Di Jepang, sangat lumrah ada warga ketiduran di fasilitas umum. Kebanyakan mereka karena terlalu lelah bekerja ataupun mabuk sehabis pulang kerja. Karena sudah tidak mampu berjalan lagi, mereka tertidur di pinggir jalan, trotoar, taman, dll ]

  Aku berusaha menghindari mereka dan berjalan menyusuri jalan ini, mengambil jalur yang berbeda dan bergegas.

  Ketika trotoar sudah terlihat sepi dan dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi, mobil-mobil terlihat berlalu-lalang begitu saja. Lampu dari mobil-mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi di jalur sebelahku sangat terang sehingga aku terpaksa memalingkan pandanganku dan berhenti.

  Meski begitu, itu hanya sebentar saja.

  Pandangan mataku tampaknya harus segera memandang lurus ke depan.
  






x Chapter VI | END x

Menuju Chapter VII



  Jawaban Hachiman atas perasaan Yui kembali terjawab dalam monolognya ketika menolong Yui yang hampir jatuh ketika kereta mengerem. Jika aku pria yang lain, aku mungkin sudah jatuh hati padanya.

  Monolog serupa muncul dari Hachiman di vol 3 chapter 6, Hachiman menilai cinta Yui kepadanya tidaklah tulus karena berasal dari aksinya yang menolong anjing Yui.

  ...

  Hachiman mengatakan dengan jalas syarat istrinya kelak. Bisa membayar tagihan rumah tangga, bisa memasak, dan bisa mengurus anak.

  Ada dua gadis dalam novel ini yang memiliki ketiga kualifikasi tersebut. Pertama, Kawasaki Saki. Meski tidak berasal dari keluarga berada, Saki tidak segan untuk bekerja demi kehidupan keluarganya. Gadis kedua, adalah Yukino, kualifikasi bisa mengurus anak baru dia dapatkan dari Hachiman di vol 11 chapter 5.

  Lucunya, syarat gadis bisa memasak juga diucapkan sekali lagi oleh Hachiman di vol 11 chapter 2.

  ...

  Percakapan Yui dengan Hachiman setelah pulang dari Festival.

  Yui mengulangi lagi kesalahannya di vol 3 chapter 6, menganggap Hachiman sebagai orang baik yang akan menolong siapa saja. Hachiman tidak ingin dirinya dianggap sebagai nice guy. Hachiman menginginkan dirinya dilihat secara utuh sebagai Hikigaya Hachiman, bukan pria baik.

  ...

  Sikap Hachiman yang memotong perkataan Yui dan memintanya untuk mengangkat telepon tersebut sangat tidak wajar. Karena di vol 4 chapter 2, Hachiman sendiri tidak mengangkat telepon yang masuk ke HP-nya berkali-kali, bahkan setelah dia tahu kalau itu telepon dari Hiratsuka-sensei. Jika teleponnya sendiri tidak dipedulikan, mengapa harus peduli dengan telepon orang lain?

  Ini terjawab di vol 7 chapter 7, Hachiman bisa tahu kalau suasana sebelum terjadi penembakan seperti apa, ketika menimpali pernyataan Yukino dan menebaknya kalau itu dari pengalaman pribadi.

  Sederhananya, Hachiman tahu kalau Yui hendak menembaknya. Yui sekali lagi menganggap Hachiman sebagai pria baik penyelamat anjingnya. Dan jawabannya sudah diberikan di monolog ketika menolong Yui yang hampir jatuh di kereta. Ditolak.

  Mengapa Hachiman memilih untuk menggagalkan ini, daripada membiarkan Yui menembaknya? Pertama, Yui tetap melihatnya sebagai nice guy meskipun Hachiman sudah menjelaskannya dua kali, di vol 2 chapter 5 dan vol 3 chapter 6, dan Yui mengulanginya lagi disini, artinya Hachiman kemungkinan besar merasa ini adalah hal yang percuma, menjelaskan ke Yui, lalu dia akan mengulanginya lagi.

  Kedua, monolog Hachiman di vol 3 chapter 3 ketika tahu kalau pertemanan Yukino dan Yui dipertaruhkan ketika hubungan Hachiman dengan Yui memburuk. Ini artinya, jika Yui patah hati lagi, maka Yukino-Yui akan memburuk.






5 komentar:

  1. Min kata "yukino-chan tidak di pilih lagi" yang di ucapkan haruno, apakah kesalah pahaman haruno yang mengira coklat pertemanannya ke hayama waktu sd min. Mohon penjelasaannya! Karna gue masih baru baca ln.nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum mengucapkan itu, Haruno membahas soal suksesi kepemimpinan perusahaan keluarga dimana Ibunya sudah memutuskan untuk menjadikan Haruno penerus di usaha keluarga. Lalu, Haruno membahas apakah Yui berpacaran dengan Hachiman? Kalau benar, maka Yukino tidak terpilih untuk kedua-kalinya.

      Tidak terpilih pertama mengacu ke penerus memimpin perusahaan keluarga, dimana kalah dari Haruno. Kedua (lagi), mengacu ke urusan cinta dimana Yui berpacaran dengan Hachiman.

      Hapus
  2. Owh makasih penjelasannya min

    BalasHapus
  3. Di jepang orang mabuk di jalan adalah karyawan, orang kantoran yg mengusir penat dari seminggu penuh belerja

    Di Indonesia, orang mabuk ya preman, anak jalanan, begal yg mengusir stress kerena tidak bekerja

    BalasHapus