x x x
Apa-apaan ini...?
Pemandangan yang mengejutkan dari Kuriu-sensei yang kebingungan ini mulai terasa kurang menyenangkan di mataku. Sebenarnya itu bukan metafora; ada sesuatu yang menyerupai kilatan tiba-tiba menerangi ruangan ini.
Ketika kulihat sumber cahaya tersebut, ternyata berasal dari kamera smartphone yang sedang dipegang oleh orang yang memasang senyum puas: Chigusa Yuu...Apa-apaan ini?
Aku bukanlah satu-satunya orang yang berpikir seperti itu. Ekspresi dari Kuriu-sensei itu juga menggambarkan sebuah keputusasaan.
"Kuriu-sensei, bisakah anda jelaskan dengan detail ada apa ini?"
Chigusa mengatakannya sambil menunjuk ke arah lantai. Menunjuk ke tumpukan pakaian dalam yang berada di atas lantai.
"Err, uh, Chigusa-san. Ini, umm..."
Kuriu-sensei yang sedang merangkak keluar dari tumpukan pakaian dalam, berusaha mengucapkan beberapa kata yang sebenarnya tidak bisa dikatakan sebuah kata-kata, tapi Chigusa terus tersenyum, seperti tidak bosan-bosannya mendengarkan hal itu. Dengan ekspresi puas, dia menekan kembali tombol HP-nya dan mengambil gambar. Benar-benar senyum yang jahat.
Kuriu-sensei menggonggong seperti anjing laut dan dengan patuhnya duduk di kursi. Dia seperti hendak menangis saja.
"Sebelum kita mulai, bisakah anda lepas celana dalam itu dari kepala anda?" kata Chigusa.
Sambil menyeka air matanya, Kuriu-sensei secara perlahan mengambil celana dalam itu dari kepalanya dan melipatnya. Setelah melihatnya dengan seksama, Chigusa kemudian mengambil gambar lagi dengan HP-nya.
"Anda sudah tahu situasinya, bukan?" dia mengatakan itu secara perlahan, "Sekarang, bisakah anda jelaskan?"
"Aku tidak melakukan sesuatu yang salah...Ini hanya, umm..."
Seperti kehilangan lidahnya karena diancam oleh bukti foto-foto itu, Kuriu-sensei seperti kehilangan fokusnya.
Chigusa mendesah kesal dan menunjuk ke arah lantai.
"Lalu bagaimana dengan tumpukan pakaian dalam ini? Ini jelas-jelas bukan milik anda, bukan? Dari sekilas saja saya langsung tahu kalau tidak ada satupun pakaian dalam disini adalah ukuran anda, Sensei."
"Itu adalah, umm, transaksi yang adil. Kami sudah sepakat. Para gadis ini juga mendapatkan uang yang layak, dan umm..."
"Anda tadi menyebutkan nama Shia, tapi bukankah Shia-san ini dilaporkan menghilang oleh keluarganya? Kenapa menyebutkan namanya? Dan juga, apa penjelasan anda dengan banyaknya sepatu disini? Apakah ini menjelaskan denah ruangan yang tidak biasa di rumah ini? Apa kombinasi nomor brangkas anda?"
Interograsi Chigusa ini tidak ada hubungannya. Dia bertanya banyak sekali dalam waktu yang singkat, sehingga aku bisa merasa kalau dia menanyakan pertanyaan yang tidak ada hubungannya!
"Kalau kau membahas soal Shia-chan dan yang lainnya...Mereka ada disana."
Bahu Kuriu-sensei merendah seperti paham maksudnya, dan dia menunjuk ke ruangan lain yang berada di sisi lain dinding ini.
Jadi dia mulai bicara, huh...? Kekuatan dari intimidasi memang tidak boleh diremehkan. Fakta kalau Chigusa menekannya dengan setiap detail membuat jawaban Kuriu-sensei disertai nada ketakutan yang luar biasa.
Tapi ada satu hal dimana aku sendiri masih merasa kurang puas.
"...Umm, kenapa anda bisa sampai sejauh ini?"
"Ini sebenarnya masalah mudah. Kuriu-sensei ini sangat menyukai pakaian dalam dari para gadis yang manis. Dia itu sama sepertimu, Haruma-san."
Maksudku itu, pertanyaan untuk Kuriu-sensei, tapi malah dijawab oleh Chigusa. Dia juga menunjuk dengan jari telunjuknya seperti melakukan sesuatu yang benar...Maksudku, well, aku jelas-jelas tidak membenci celana dalam gadis!
Kuriu-sensei hanya mengangguk dengan lemah seperti sebuah boneka yang benangnya sudah dipotong. Dia seperti kehilangan sifat tenang dan cerianya; dia bahkan tampak menyedihkan. Sikap Chigusa yang biasanya mungkin juga sama saja.
"Kenapa anda tidak mengatakan satupun hal kepada saya...? Jika saja saya tahu betapa menderitanya anda, saya mungkin bisa melakukan sesuatu untuk anda, Sensei!"
Chigusa mengatakannya ke Sensei dengan lembut. Suaranya, juga, terdengar perhatian dan menggugah.
"Ini sangat memalukan dan aku merasa kurang nyaman mengenai ini, tapi dulu aku memang pernah menjual beberapa pakaian dalamku kepada orang seperti anda! Tergantung harganya, aku mungkin juga telah menciptakan pasar eksklusif yang siap beroperasi dengan stok tanpa batas!"
"Err, sebenarnya bukan begitu..."
Kenapa kata-katanya tadi terkesan seperti sebuah penawaran bisnis? Dia melihat ke arah Kuriu-sensei, berharap untuk meyakinkannya, berharap dia berbicara, berharap dia bisa menggugah hatinya. Sensei sendiri, tersenyum kecut.
"Maaf, sebenarnya ini di luar topik. Tapi kau bukan tipeku, Chigusa-san..."
"Maaf, bisa anda ulangi lagi?!" Chigusa seperti terguncang hebat.
"Umm, Sensei, harusnya anda dan Chigusa tidak membicarakan ini..."
"Memang, ini keluar dari topiknya. Aku jelas-jelas tidak paham hobi atau latar belakang Kuriu-sensei melakukannya. Aku tidak tahu apa maksudnya,"
Chigusa mengatakannya dengan terengah-engah. Wow, setelah menyadari kalau Kuriu-sensei tidak menyukainya, Chigusa langsung membencinya...Begitulah Johannes!
Meski Chigusa mengatakan itu dengan nada becanda, tapi wajah Kuriu-sensei seperti ditutupi bayangan gelap setelah mendengarkan kata-kata itu.
"Kau benar. Tidak ada seorangpun, dan maksudku tidak ada satupun yang memahamiku...Aku hanya melakukan apa yang kusuka tanpa menyebabkan masalah bagi siapapun...Jadi aku menyebarkan gosip legenda perempatan mistis dan mengumpulkan para gadis-gadis di surga ini...Aku hanya ingin hidup bahagia berasama para gadis-gadis yang lugu dan manis..."
Dia mulai memelankan nada suaranya, tapi tepat sebelum mengakhiri kata-katanya dia menaikkan nada suaranya dengan penuh emosi.
"Tidak ada satupun yang memahamiku! Tidak dengan sesuatu yang kuanggap berharga! Tidak ada satupun di duniaku!"
Suara teriakannya seperti menggema di ruangan ini.
Dia punya selera dan hobi yang unik, atau, kau bisa katakan, sebuah penyimpangan seksual. Hal-hal semacam ini pasti tidak akan bisa diterima oleh siapapun. Bagiku, aku sendiri paham semua hal yang Sensei katakan. Jujur saja ya, dia memang orang aneh.
Bahkan jika dia punya banyak hal yang harus dia rahasiakan sendiri, tidak akan ada satu orangpun yang mau memahami sebuah hal yang tidak bisa terpecahkan.
Ruangan ini mulai diliputi kesunyian, tapi Chigusa melangkah ke depan dan berkata dengan suara yang jelas.
"Aku paham perasaan anda, Sensei. Aku paham semuanya."
Kuriu-sensei menatap ke arah Chigusa setelah mendengar kata-katanya. Sensei seperti mengatakan, Kau ini seperti paham saja! Kau ini seperti tahu rasanya menjadi diriku! Aku tidak tahan dengan orang-orang yang mengatakan itu dengan entengnya! Tatapannya penuh emosi, bahkan dengan emosi yang ingin membunuh.
Meski begitu, Chigusa tetap menatap ke arah matanya. Tatapan mata kebenciannya yang sedari tadi dia pasang telah hilang, kini berganti dengan sebuah tatapan mata yang jujur. Dia memilih kata-katanya dengan bijak.
"Dunia ini memang berpikiran sempit. Dunia ini arogan. Dunia ini kejam. Dunia ini tidak akan mengakui orang yang tidak bertindak sesuai dengan keinginannya."
Kuriu-sensei terlihat terkejut dengan kata-kata Chigusa. Tapi setelah kata-kata bijak tadi, Chigusa belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
"Dunia ini tidak bersahabat dengan kita. Dunia ini menertawakan kita, sinis kepada kita, dan menolak eksistensi kita. Dunia ini melempar kita ke kawah gunung berapi ataupun dasar lautan. Di dunia ini, kita, yang memutuskan kalau kita berbeda dari yang lainnya, adalah seorang penyendiri."
Kata-kata yang Chigusa katakan itu memang benar.
Dunia ini memang memiliki pikiran yang sempit.
Dunia ini tidak menyukai subjektivitas dan memaksakan objektivitas di satu jalur. Semua orang mengatakan: "kau harus melihatnya lebih objektif", "Dewasalah", dan "Pikirkan juga perasaan orang lain."
Dunia ini tidak mentoleransi kesalahan, keganjilan ataupun fenomena-fenomena tidak terjelaskan; hanya menganggap subjektivitas dari kaum mayoritas sebagai pendapat objektif. Siapa yang menolak akan diasingkan, ditolak, dan dieksekusi, dan siapa yang menerima objektivitas itu akan terus hidup. Sebuah pengecualian ataupun hal yang terlalu cantik akan dianggap sebuah kekuatan yang dapat menghancurkan. Tanpa mempedulikan apakah adil atau tidak, mereka mengenalkan diri mereka terang-terangan dan menghancurkan semua perdamaian yang ada.
Oleh karena itulah dunia ini menolak mereka. Jika ada eksistensi yang lebih tinggi dari mereka, maka akan dibuang dari komunitas. Dengan membuat malu dan menghina mereka yang terlihat lebih baik, dunia ini merasakan semacam kepuasan. Asal mau membuang semua harapan dan pemahaman masing-masing, maka dunia mau menerimamu.
Karena itulah, lebih daripada yang lain, Chigusa ini hanyalah korban dari dunia ini.
"Memang tidak banyak yang bisa kami, yang ditolak oleh dunia ini, lakukan untukmu." Chigusa memotong kata-katanya sambil melihatku dari balik bahunya.
Untuk sejenak, Chigusa dan diriku saling menatap satu sama lain dan mengangguk. Bersama-sama, kami membuka mulut kami dan menceritakan sebuah cerita tentang masa depan dunia ini. Tentang sebuah dunia yang kuyakin sendiri Chigusa dan diriku telah memilih ini sejak disini dan seterusnya.
Kami bersama-sama membuka mulut kami.
"Ketika dunia ini sudah seperti ini, satu-satunya hal yang bisa kau lakukan adalah setuju untuk tidak setuju."
"Ketika dunia ini sudah seperti ini, satu-satunya hal yang bisa kau lakukan adalah membakar habis semuanya."
Yang terakhir tadi jelas-jelas diluar topik.
"Kenapa kau menyimpulkan seperti itu...?" Akupun bertanya kepadanya.
"W-Well, tahulah, aku ini biasanya benar. Jadi dunia ini pastilah salah..." dia menjelaskannya dengan nada malu-malu.
Dia memang sangat manis dengan wajah yang memerah dan sedikit melambaikan tangannya, tapi sayangnya, itu tidak banyak menjelaskan sesuatu.
Sambil melihat percakapan kami, Kuriu-sensei tersenyum untuk pertamakalinya sejak tadi. Dia tertawa sambil memegangi perutnya seperti tidak mampu menahan itu.
Mungkin dia berusaha untuk menyembunyikan rasa malunya, Chigusa pura-pura batuk dan membuka mulutnya.
"Me-Memang benar kalau dunia ini adalah dunia yang tidak berguna, tapi...bukan berarti kita harus membuangnya begitu saja. Kalau bisa sekalian tutup kedua matamu juga, well, jangan pergi kesana, mungkin akan ada orang-orang di dekatmu yang akan datang dan membantumu.
Chigusa mengatakan itu sambil sedikit melirik ke arahku. Akupun sedikit mengangguk untuk membalasnya.
Ya ampun. Chigusa sampai menutup matanya ketika mengatakan kemunculanku tadi, well, sudahlah tidak perlu dibahas. Akupun mulai melihat ke arah Chigusa. Tidak ada gunanya kita membahas kekurangan masing-masing. Pada akhirnya hanya akan mendesak kita di suatu sudut dan menekan tombol emosi masing-masing.
"Kau benar sekali...Kau mungkin tidak cocok, tapi kaulah yang terbaik pada saat itu..." kata Kuriu-sensei sambil mengusap matanya.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar