x x x
Mandi bersama Misa seperti ini, merupakan kebiasaan sehari-hari
Misa bisa dikatakan memiliki tubuh mungil bagi seseorang dengan usia seperti itu. Tulang belakangnya bisa terlihat jelas dari punggungnya, dan ketika kusentuh dengan tanganku, aku bisa merasakan kalau gadis ini masih dalam pertumbuhan. Dia butuh daging yang lebih banyak untuk tulang-tulangnya, tapi mungkin memang genetiknya yang membuatnya terlihat seperti ini.
Setelah menyirami tubuhnya, akupun menyentuh rambutnya. Ketika aku mulai mencuci rambutnya
"Ada apa...?"
"Pria yang bersamamu itu, umm
"Kusaoka Haruma-san."
"Benar, soal Kusaoka-senpai. Aku penasaran dengannya..."
Begitulah Haruma-san. Bahkan Misa, sang malaikat, tidak bisa menahan dirinya ketika membahas dia. Mungkin aku harusnya mengusirnya keluar setelah kondisiku membaik.
"Tolong jawab dengan serius." Misa lalu menoleh. "Onee-chan, apa kau berpacaran dengan Kusaoka-senpai?" dia mengatakan itu seperti mengharapkan sesuatu.
"Ya Tuhan. Kau ini ternyata tumbuh dengan cepat..." akupun secara spontan mendesah.
"Ayolah! Beritahu aku!"
"...Tapi jika salah satu diantara kita merasa begitu dan yang lain tidak, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi."
Haruma-san menyukaiku, sedang aku sendiri tidak bisa melihatnya sebagai seorang pria yang seharusnya, jadi cinta Haruma-san ini hanya sepihak. Tolong jangan menangis ya, Haruma-san!
"Ohhh, begitu ya..." Misa tampak kecewa. "Aku tadi berpikir akan sangat bagus sekali jika dia memang pacarmu..."
"Ya ampun, apa dia memang terlihat menarik bagimu?"
"Tidak, tidak sama sekali. Tapi kupikir kau menyukai tipe orang seperti itu, Onee-chan."
Apa adikku ini baru saja mengatakan kalau aku menyukai tipe pria yang tidak normal? Sungguh menghina sekali.
Sambil menarik-narik ujung handuk dengan jari-jari kecil kakinya, Misa mengatakan sesuatu dengan pelan.
"Tahu tidak, Onee-chan. Kau selalu mengatakan kepadaku kalau aku harusnya memikirkan tentang diriku sendiri. Kupikir, kau juga harusnya menyisihkan waktumu dan berpikir tentang dirimu sendiri."
"...Aku juga sering memikirkan diriku sendiri, lebih dari yang kau pikir, Misa."
"Kupikir begitu. Entah apa yang kau pikirkan. Kau itu sangat pintar soal menyembunyikan perasaanmu sendiri, Onee-chan. Kau ini orang yang baik." Misa lalu menatapku dari posisi duduknya yang bersebelahan denganku. "Apapun yang dikatakan orang lain, kau adalah seorang malaikat, Onee-chan!" dia menekankan itu.
Aku bisa mendengar sebuah suara. Suara yang aneh. Apa karena shampoonya? Mungkin karena aku ini sedang memberikan shampoo ke rambutnya.
"Suara itu, apa ada masalah, Onee-chan? Apa perutmu bermasalah?"
"...Oh bukan, aku hanya sedikit lapar, itu saja. Ayo kita makan sesuatu yang mewah setelah ini."
"Yep!" Misa tertawa.
Akupun menggerakkan jari-jemariku diantara rambutnya. Aku berusaha menahan diriku untuk tidak memeluknya; aku harus bisa.
Saking harus menahannya, akupun menekan terlalu keras ke botol shampoonya, ternyata shampoonya sudah habis. Kira-kira aku punya stok shampoo yang cukup, tidak?
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar