x x x
" Berita Terkini. Jam 9.00 waktu Jepang, Perdana Mentri Tenkawa menggelar konferensi pers. Memberitahukan tentang kondisi terkini kepada masyarakat, mengenai jatuhnya pesawat militer Amerika Serikat."
" Berita Siang. Sekitar jam 10.30 waktu Jepang, Perdana Mentri Tenkawa meninggal dunia di rumah sakit. Menurut rilis resmi dari pemerintah, ketika berada di rumah sakit, Perdana Mentri Tenkawa sempat menunjuk Sekretaris Kabinet, Rindou, untuk bertindak sebagai Perdana Mentri Sementara..."
" Berita Petang. Jam 7 malam waktu Jepang, PM sementara, Rindou mengumumkan kalau seluruh menteri mengundurkan diri karena situasi yang begitu mendadak. Nagatachou saat ini sangat ragu dan tidak mempercayainya. Yamamoto-san terlihat di layar..."
x x x
Kami akhirnya kabur bersama.
Sejujurnya, kami melakukan itu karena kami tidak punya baju ganti, tapi ini adalah pertamakalinya bagiku kabur dari sekolah dengan keinginan sendiri. Sejak aku kenal Haruma-san, aku sering mengalami hal-hal pertama dalam hidupku.
"Kau buruk sekali, Haruma-san."
"Umm, bisakah kau berhenti membuatnya seolah-olah aku yang membawamu kesini? Jelas-jelas kamu yang membawaku..." Haruma-san mengatakan itu sambil menutupi tawanya.
Dia tiba-tiba terdiam ketika kami tiba di depan rumahku.
"Mungkin ini pertamakalinya bagimu masuk ke rumah lawan jenis?" akupun bertanya kepadanya.
Dia mengatakan dengan pelan, respon yang tidak begitu jelas. Kupikir itu lucu, jadi aku tertawa kecil. Ada satu hal dimana aku pertama kali merasakannya, yaitu aku memiliki semacam perasaan yang tidak bisa kujelaskan tentang dirinya.
Ketika kubuka pintu rumahku, Misa yang berada di ruang keluarga menolehkan kepalanya ke arahku.
"Kenapa kau basah sekali? Ini buruk sekali!" dia mengatakan itu dengan panik sambil tergesa-gesa ke arah kami.
Meskipun pakaian kami mulai kering karena perjalanan dari sekolah ke rumah, rambut dan pakaianku sendiri masih terasa lembab. Masih terlihat ada air yang menetes ke lantai.
Misa lalu berjalan menuju kamar mandi dan mengambilkan handuk.
"Kami diserang kerumunan massa. Sangat berbahaya di luar sana, jadi kau lebih baik tidak pergi keluar, Misa." akupun mengatakan itu.
"Ya ampun, kau tidak bisa mengatakan itu kepadaku!" Misa mengembungkan pipinya seperti seorang malaikat.
Dia lalu menoleh ke arah Haruma-san seperti melihatnya untuk pertama kali. Dia tampaknya cepat sekali sadar dengan keberadaannya daripada kebanyakan orang begitulah malaikatku.
Ada suasana aneh diantara mereka, jadi aku berusaha memecahkan kesunyian ini.
"Ahem, Haruma-san. Ini adikku, Misa. Dia manis seperti diriku, benar tidak?"
"Yep, dia memang manis." Haruma-san mengangguk.
Dia terlihat tercengang ke arah Misa. Ini bisa dikatakan waktu yang lama karena dia tidak menoleh ke arahku lagi. Mungkinkah dia ini sebenarnya ada sifat menyimpang seperti loli+con? Pria ini sudah tidak bisa tertolong lagi.
"Misa, orang ini mungkin tidak akan ada hubungannya dengan hidupmu lagi setelah ini. Pastikan kau mengamati perilakunya dengan baik untuk pengalaman."
"Kau begitu lagi, Onee-chan!" Misa lalu tertawa, sebelum melihat ke arah Haruma-san dengan kebingungan. "Mungkinkah dia?! Apa pria ini anu-nya Onee-chan...heh heh?"
"...Ah yang benar saja, Misa."
Belakangan ini, adikku ini sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau salah paham. Mungkinkah karena dia sekarang ini umurnya sudah dikatakan cukup untuk menikah? Akupun memberikan kode kepada Misa untuk mendekatiku.
"Ada apaaa?"
Setelah dia datang kepadaku, melihatku dengan tanda tanya, akupun memeluknya. Air mulai menetes dari lenganku ke Misa.
"Eeek ?!" Misa yang basah mulai berteriak. Lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatapku dengan ekspresi yang cantik. "Kau harusnya mandi saja dulu! Ya ampun!"
"Kau benar. Kalau begitu, mau mandi bersama?"
"Urk."
Akupun mengepalkan tanganku, membuat Haruma-san yang disebelahku ini tiba-tiba kikuk dan pura-pura batuk. Kedua mata kami bertemu, seketika kami berdua paham.
"Apa-apaan batukmu tadi...? Yang memintaku mandi ini adikku!"
"Ka-Kau tidak usah memberitahuku dua kali. Bahkan, bukankah normal jika diriku gelisah?"
"Kurang lebih begitu, tapi reaksimu agak berlebihan. Apa kau membayangkan sesuatu?"
"Aku sudah berhenti berharap dari orang lain sejak kelas 2 SMP. Sudah kau pergi saja mandi sana!"
Akupun tertawa. "Wajahmu itu jelas-jelas memerah."
"Heeei, apa kamu dengar yang kukatakan? Oh, apa yang membuatmu berpikir bisa mengatakan ini dan itu soal diriku seperti bossku? Meski kuakui, kau memang cocok untuk itu!"
Ketika kami berdua berbicara, Misa terlihat bersin-bersin.
"Ya ampun," kataku. "Maaf ya, tapi aku akan mandi dulu. Tunggu saja di ruang keluarga dan anggap rumah sendiri."
"...Mhmm."
Haruma-san mulai berjalan ke ruang keluarga sambil menggigil, seperti seekor domba. Akupun memanggilnya dan memberinya handuk.
"Oh aku lupa, kamar mandi kami ini punya dua pintu: satunya menuju wastafel, dan satunya adalah kamar ganti yang menyatu dengan kamar mandi. Pintu yang ke wastafel itu sama seperti tangan yang kugunakan untuk memegang mangkuk nasi, dan pintu yang menuju ke kamar ganti adalah tangan yang biasa kupakai untuk memegang sumpit."
"Mhmm...ah, oke."
"Awas kalau kau pura-pura lupa dan mengintip kami!"
"Enggak bakalan."
"Memang harusnya begitu. Kau paham, tidak? Apapun itu akan tetap salah kalau mereka salah. Karena itulah mereka menjadi salah."
"Kau pikir aku ini siapa...? Dachou?"
Haruma-san membunyikan suara klik dari lidahnya seperti merasa jengkel.
Mungkin saja dia adalah jenis laki-laki yang tidak suka terus-menerus diperingatkan. Aku bisa melihat dengan jelas kalau dia seperti sedang senang. Dia harusnya terlihat seperti pria yang setahun lebih tua dariku, tapi tindakannya kepadaku seperti pria yang lebih muda dariku.
Aku tahu lebih banyak tentangnya dari apa yang kutahu dari pertemuan pertama kita. Aku ingin tahu lagi tentang dirinya di masa depan. Apakah Haruma-san akan menunjukkan kepadaku tentang sisi lainnya.
Dengan perasaan puas, akupun menuju ke kamar mandi dan masuk ke pintu kamar ganti.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar