x x x
Pada
akhirnya, marathon terus berjalan sementara diriku hanya ingin terus-terusan
terbaring atau tiduran di jalan.
Setelah
terjatuh, aku berdiam sejenak. Totsuka memang datang membantuku, tapi karena
aku tidak ingin mengganggunya, aku memintanya untuk lari lebih dulu. Aku
akhirnya sampai di garis finish, dengan menyeret kakiku yang terluka.
Untungnya,
aku tidak berada di posisi paling akhir, bisa dibilang aku di rombongan
terakhir. Aku bergabung dengan rombongan ‘kelas bawah’ di marathon ini dan
menggunakan segala keajaiban yang kupunya untuk mencapai garis finish. Meski
sudah sampai di finish, aku masih menoleh ke sekitarku untuk meyakinkan diriku,
“Aku sudah tidak perlu ke garis finish lagi, benar tidak?”. Ngomong-ngomong,
yang menjawab pertanyaanku tadi adalah Zaimokuza yang berlari bersamaku di
rombongan terakhir.
Ketika
berhenti berlari, lututku bergetar karena menyerah, dan ini adalah momen yang
tepat untuk Nico Nico Nii...
Akupun
melihat tubuhku setelah duduk di taman dan ternyata tubuhku dalam kondisi yang
sangat buruk.
Lutut dan
kaki bagian bawahku lecet, celanaku penuh lumpur, pantatku kram, samping
tubuhku kesakitan dari tadi, kalau kau tanya bagian apa dari tubuhku yang tidak
terasa sakit, mungkin aku sendiri akan sulit untuk menjawabnya. Lagipula, aku
sendiri adalah anak yang menjadi beban orang lain, jadi sakit seperti ini tidak
terasa apa-apa, mungkin juga bisa menjadi eksperimen yang bagus untuk
mempelajari sakit.
Jika aku
tidak berusaha memotivasi diriku “Lakukan yang terbaik♥, lakukan
yang terbaik♥”, kurasa
hidupku akan langsung menjadi nol.
Tentunya, tidak ada yang menungguku di garis
finish.
Bisa dibilang, hanya satu guru olahraga yang
ada di garis finish, sedang yang lain tampaknya berkumpul di tengah taman.
Aku
lalu menuju kesana untuk melihat apa yang terjadi, ternyata ada sebuah upacara
penobatan pemenang marathon.
Biasanya, sebuah marathon tidak ada upacara
sejenis ini, tapi kalau melihat Isshiki yang berperan sebagai pembawa acaranya,
kemungkinan besar para pengurus OSIS merencanakan ini secara mendadak.
Ternyata, Isshiki mampu memimpin mereka. Isshiki Iroha memang salah satu orang
yang harus ditakuti.
“Sekarang, karena hasil perlombaan sudah
diperoleh, mari kita sambut juara kita kali ini!”
Isshiki mengatakan itu dengan ceria, memegang
mic yang sepertinya dia bawa dari ruang OSIS. Sementara itu, aku melihat si
Wakil Ketua sedang membetulkan posisi tiang micnya terasa sangat menyedihkan.
Aku melihat sekilas ke area sekitar dan para
siswa siswa kelas 1 dan kelas 2 tampaknya tidak bisa dibedakan secara sekilas
karena kerumunan bercampur menjadi satu di taman ini. Orang-orang dari kelasku
seperti Yuigahama, Miura, Ebina-san, Tobe, dan Totsuka juga ada disini.
Sambil kulihat dari jauh, Isshiki memanggil
juaranya.
“Juara kita kali ini, Hayama Hayato-san,
tolong naik ke atas panggung!”
Setelah Hayama dipanggil, dia lalu berjalan
menuju panggung dan mendapatkan laurel wreath. Para penonton langsung berteriak
histeris. Jujur saja, aku sendiri tidak percaya kalau dia menang...
[note: Laurel Wrath adalah hiasan bunga/tanaman yang biasa dikalungkan di kepala, populer di perlombaan.]
[note: Laurel Wrath adalah hiasan bunga/tanaman yang biasa dikalungkan di kepala, populer di perlombaan.]
“Hayama-senpai, selamat atas kemenangannya!
Saya sejak awal sudah yakin kalau Senpai yang menang looooh!”
“Terima kasih.”
Isshiki memberinya salam dengan kata-kata
yang jelas dan bermakna ganda, sedang Hayama hanya membalasnya dengan senyum.
“Sekarang, tolong berikan komentarnya.”
Setelah menyerahkan mic ke Hayama, para
penonton langsung bertepuk tangan dan diiringi siulan-siulan, ada juga yang berteriak
HA-YA-TO. Tobe hanya meneriakkan “Heeeya”, “Yeaaaaah”, dan “Yeah, yeah, yeah!”
sangat mengganggu.
Hayama melambaikan tangannya kepada penonton
dengan senyum malu-malu dan mulai berbicara.
“Hingga pertengahan marathon tadi,
lawan-lawanku sudah hampir menyalipku. Tapi aku termotivasi oleh kegigihan
rival-rivalku dan support dari semua orang, akhirnya aku bisa menjuarainya.
Terima kasih banyak kepada kalian,” kata Hayama yang mengatakan itu tanpa
ragu-ragu.
Lalu dia terdiam sejenak. Setelah melihat
Miura berada diantara kerumunan penonton, dia melambaikan tangannya ke arahnya.
“Terutama untuk Yumiko dan Iroha...Terima
kasih.”
Lalu, para penonton malah semakin berteriak
histeris. Ooka bersiul menggunakan jarinya sedang Yamato bertepuk tangan.
Sedangkan Miura dan Isshiki, mereka seperti berdiri dengan lemas karena nama
mereka baru saja disebut, tapi tidak lama kemudian mereka seperti bersikap
malu-malu dan wajahnya memerah. Mendengar hal itu, Ebina-san menepuk pundak
Miura dan menggumamkan sesuatu.
Ketika para penonton melihat tatapan hangat
Hayama dan reaksi keduanya, penonton mulai bertambah ramai. Begini ya, jadi ini
maksudnya untuk membuat gosip ini berakhir. Jadi inilah caramu.
Lalu si pemenang itu melanjutkan komentarnya.
“Setelah ini, kami akan fokus ke klub
sepakbola dan melakukan yang terbaik untuk turnamen terakhir kami. Juga, bagi
para anggota klub sepakbola, kulihat banyak dari kalian yang finish dengan
buruk di marathon ini, jadi siap-siap saja latihan selanjutnya akan kubuat menjadi
keras.”
Hayama lalu tersenyum ke arah Tobe dan
grupnya. Tobe lalu berteriak “Whooooa~”.
“Hayato-kuuuun, kau gak boleh gitu laaaaah! Kasi
tau dulu dooong!”
Tobe mengatakan itu dengan gaya bicaranya
sehingga suara mic kalah keras dengannya, para penonton lalu tertawa “dowahaha”.
Dunia macam apa ini...
“Okeee, terima kasih banyak. Itulah juara
kita, Hayama Hayato-san. Oke, sekali lagi berikan tepuk tangannya...Kita tidak
perlu mengurusi juara kedua dan yang lainnya, kan?”
Isshiki tampaknya tanpa sadar micnya masih
menyala ketika menanyakan itu ke Wakil Ketua. Apa-apaan sih yang dia lakukan...?
Isshiki kemudian membetulkan maksudnya dan
Hayama turun ke panggung untuk mengobrol dengan Miura dan yang lainnya.
Jarak diantara keduanya sudah tidak tampak
lagi. Bahkan, Miura seperti malu-malu akan tatapan orang di sekitarnya,
bersembunyi di belakang Yuigahama dan Ebina-san.
Setelah memastikan itu, akupun meninggalkan
area tengah taman.
Ketika aku meninggalkan lokasi, aku bertemu
beberapa grup yang juga sedang meninggalkan area sekitar panggung. Mereka
mengobrolkan sesuatu.
“Yeah, sepertinya gosip itu cuma bohongan!”, “Hayama-kun
dan Miura-san ternyata dekat gitu!”
setelah melirik sebentar ke arah mereka, akupun mulai berjalan, menyeret kakiku
untuk pergi.
“Ouch...”
Akupun duduk di pinggir jalan taman dan mulai
memeriksa lukaku. Bahkan mataku sendiri seperti terluka ketika melihat luka
yang berdarah ini. Luka ini mungkin akan terasa menyengat ketika aku masuk ke
bak mandi.
Uwa....Ketika aku menggerutu kesakitan, akupun
menyentuh lukaku itu secara pelan, dan menggerutu lebih keras dari sebelumnya.
Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Kalau melihat langkahnya,
tampaknya aku tahu siapa itu.
“Hikki!”
“Yo.”
Yuigahama bernapas dengan tersengal-sengal
setelah baru saja berlari ke arah sini. Setelah menarik napas yang dalam, dia
menunjukkan kotak P3K yang dibawanya.
“Kata Hayato-kun, kau mungkin melukai dirimu
sendiri...”
“Huh? Dari mana dia tahu soal ini?”
“Eh...Bukannya kalian berdua lari
bersama-sama? Kata Hayato-kun begitu.”
Yuigahama memiringkan kepalanya dengan
ekspresi penuh tanda tanya.
Memang tadi aku berlari bersamanya, tapi itu
hanya bagian awal marathon saja. Lagipula, aku terjatuh gara-gara kaki sendiri
setelah Hayama jauh meninggalkanku. Darimana Hayama tahu?...Oh! Jangan bilang
kalau Hayama itu Esper?! Hmm.
Ketika memikirkan berbagai hal, Yuigahama duduk
jongkok di depanku dan mengambil beberapa
benda dari kotak P3K.
“Oke, Hikki, taruh kakimu disini.”
Dia menepuk-nepuk jalan di depannya.
“Ah, ini hanya luka ringan, kau tidak
harus...”
Ketika mengatakannya, Yuigahama terlihat
kesal. Sambil memeluk lututnya sendiri, dia melihatku dengan sedih dan tidak
menjawabku sama sekali. Kalau ditatap seperti ini, tampaknya aku hanya bisa
menurut saja....Ya sudah, ini memang tidak melukaiku, mungkin harusnya aku
memperhatikan serius luka ini.
“...Ya sudah, maaf sudah merepotkanmu.”
“Tidak masalah!”
Yuigahama terlihat gembira dan mengangguk.
Sambil menggumamkan sebuah lagu, dia mulai mengeluarkan beberapa benda dari
kotak P3K. Perban, cairan anti kuman, salep, kompres. Ada juga BAND-AID,
KATTOBAND, SABIO...Hei tunggu dulu,
bukankah mereka semua perban?! Kalau dipikir-pikir, kenapa dia mengambil salep
dan kompres?
Ketika aku melihatnya dengan curiga,
Yuigahama mengambil cairan pembersih kuman, diam sejenak seperti mengambil pose
yang serius.
“Eh?”
Ketika aku mengatakan keraguanku itu, cairan
pembersih luka itu disiramkan ke arah lukaku secara langsung.
“Ouch! OUCH!!!! Sangat menyengat sekali! Oi,
itu kasar sekali!”
Melihat diriku yang kesakitan, Yuigahama
hanya mengatakan, “Huh?”. Oi, ada apa dengan tatapan ‘bukankah normal jika
memakai peralatan survival di situasi seperti ini’? Jangan bilang kalau kau ini
mantan dokter di medan perang? Apa kamu ini Dokter Sesuatu-Jack?
“Oh, whoop! Apa terasa sakit sekali?”
“Y-Ya. Sangat...”
Dia terlihat ingin meminta maaf sambil
menyentuh sanggul rambutnya itu. Sementara itu, aku terus meniup lukaku. Meski
meniup luka tidak ada pengaruhnya, kupikir itu setidaknya bisa mengurangi rasa
sakitnya. Ah meski begitu, masih terasa sakit...Air mata mulai datang dari
ujung mataku ini dan Yuigahama melihatku seperti merasa menyesal.
“Ma-Maaf. Biarkan kutangani dengan lebih
hati-hati.”
“Ini, ini tidak masalah...Harusnya aku yang
berterima kasih...”
Setelah mendengarku, Yuigahama membuka
matanya dan tertawa. Kali ini, dengan bantuan penjepit dan kapas, dia mulai
melakukannya lagi. Setiap kali kapas tersebut menyentuh luka, rasanya seperti
seseorang baru saja menggigitku. Di saat yang sama, setiap kejadian seperti ini
terjadi, entah kaki ataupun bagian tubuh yang lain, aku seperti mati rasa.
Jadi agar tidak merasakan itu, akupun
memalingkan pandanganku dari lukaku itu.
Di depanku, aku bisa melihat ujung kepala
dari Yuigahama. Ekspresinya serius. Mulutnya terlihat membentuk garis lurus dan
mulai memasang perban di lukaku dengan mata yang serius.
Mungkin, dia tidak terbiasa melakukan ini.
Perban itu kemudian melingkari lukaku sekali lagi, lalu dua kali. Sanggul
rambutnya bergerak mengikuti gerakannya, aku bisa mencium bau shampoo dan
parfumnya ketika ada angin yang bertiup.
Kami tidak melakukan percakapan apapun. Yang
kulakukan hanyalah menatapnya, melihat bagaimana dia bergerak. Ketika dia
merapikan perban di lukaku, aku bisa melihat bibirnya yang berwarna merah muda
sedang mendendangkan sebuah lagu. Matanya seperti bersinar terang. Tapi, kedua
alisnya bergerak seperti ada sesuatu yang kurang nyaman, gerakannya membentuk
angka 8. Kemudian, ketika hendak menyembunyikan keringat dinginnya, dia menyeka
keringat yang ada di bagian rambut berwarna merah muda di belakang telinganya.
Meski kita tidak berbicara sedikitpun, aku
sendiri tidak merasa bosan karena melihat ekspresinya yang berubah-ubah.
Yuigahama lalu menatapku dengan ragu,
melihatku seperti seekor anak anjing yang baru saja dibully. Oh, apa yang telah
kau lakukan? Akupun melihat perban di lukaku itu. Tampaknya, dia tidak tahu
bagaimana cara mengikat perban. Tampak seperti ikatan yang lusuh, dan jelek.
“A, ahaha...Maaf ya, mungkin aku memang tidak
bagus dalam hal-hal semacam ini...”
Kupikir juga begitu. Gadis ini, bukankah dia
juga buruk dalam memasak? Hmm, tapi dia memang bagus kalau masalah peduli
dengan sesamanya, tapi dia juga bisa konyol di lain waktu.
“Ma, maaf oke? Kalau Yukinon, mungkin dia
akan melakukan ini dengan lebih baik...Hayato-kun bilang tadi dia mau bertemu
Yukinon sebentar lagi. Dia sendiri menyerah di tengah marathon dan sekarang
beristirahat di ruang UKS sekolah.”
Yuigahama menatap khawatir ke arah sekolah.
Seperti yang kuduga, Yukinoshita tidak memiliki stamina yang kuat.
“...Begitu ya. Ah, kurasa tidak masalah, ini
saja cukup...Terima kasih.”
Akupun berterima kasih kepadanya sambil
meyentuh perbannya secara perlahan. Kadang aku sendiri ragu, kata orang, bekas
luka itu seperti medali bagi pria. Kalau begitu, ini adalah sebuah medali
penghargaan yang cocok untukku.
Tapi, Yuigahama tampaknya tidak puas dengan
pekerjaannya, dia lalu menjulurkan tangannya kepadaku.
“Ya sudah...Kubantu berjalan ya.”
Dia lalu menyentuh bahuku, dan menarik
lenganku untuk membantuku berdiri.
Jangan tiba-tiba begitu, aku hampir melompat
karena kaget.
“Kau tidak perlu melakukannya...Aku bisa
berjalan sendiri...”
“Tapi kau kan
terluka...”
Sambil mengatakan itu, Yuigahama berpegangan
ke punggung bajuku.
“Jangan, disitu basah karena keringat, kau
akan kotor.”
Tidak
lupa kalau aku sekarang ini sedang berkeringat juga. Jika kau hendak mendekatiku, setidaknya kau beritahu dulu...Jadi jika
kau mengatakan sesuatu sebagai alasannya, setidaknya aku akan mencari alasan
untuk menolaknya.
Tapi, meski sudah melihatku yang berusaha
menghindarinya, Yuigahama malah mendekatiku.
“Aku tidak peduli tentang hal-hal remeh
seperti itu.”
“Kau tidak, tapi aku iya...Luka ini bukanlah
hal yang serius, jadi aku akan baik-baik saja sendiri.”
Oleh karena itu, akupun melepaskan tangannya
yang menyentuh bajuku. Karenanya, Yuigahama terlihat kesal. Lalu, dia mulai
menggoyang-goyangkan kotak P3K yang dia pegang.
“Hei.”
Setelah dia mengatakan itu, kotak P3K itu
dipukulkan ke lukaku.
“Ouch...”
Akupun berusaha menangis karena sakit yang
luar biasa dan Yuigahama terlihat menggerutu. Lalu dia menarik lenganku dan
memapahku.
“Ternyata benar-benar sakit, ya?”
“Apaan? Kalau tahu, kenapa malah memukulku?”
Tanpa mempedulikan pertanyaanku, Yuigahama
membantuku berjalan. Kalau mengesampingkan kejadian barusan, kurasa aku memang
tidak punya pilihan kecuali mengikuti sarannya...Ya sudahlah, kalau memang
begini nasibku.
Akupun mengikutinya arah langkahnya ke
sekolah.
Lalu, Hayama dan yang lain melewati kami. Dia
menatap ke arahku. Sekilas, Hayama menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Dia sepertinya bertanya kepadaku apakah aku mengerti semua ini.
Ah, aku paham sekarang. Mungkin ini yang kau
katakan sebelumnya, tentang caramu melakukan sesuatu...Tapi, sebelum aku
menganggukkan kepalaku untuk membalasnya, Hayama dipegangi oleh Miura dan
Isshiki di kedua sisi dan langsung ‘dikawal’ oleh mereka berdua.
Semua orang melihat ke Hayama, pusat dari
keramaian ini. Tapi, ada beberapa orang yang menatap ke arah kami dengan
curiga.
Karena itulah, aku merasa tidak nyaman. Hatiku merasa tidak nyaman. Jantungku
ini sekarang seperti berdetak kencang, persis seperti marathon tadi.
“Hei, Hikki.”
Ketika mendengarnya, akupun kaget.
Tanpa melihat ke Yuigahama, akupun memberinya
tanda untuk meneruskan kata-katanya.
“Soal gosip itu...Kupikir, mungkin ada
sesuatu yang bisa kulakukan...Kalau kulakukan, mungkin, mungkin yang lainnya
tidak akan begitu peduli lagi dengan gosip Hayato-kun.”
“...Bisa jadi, tapi bukankah itu hanya akan
menciptakan gosip yang lain lagi?”
Meskipun aku mengatakan itu, aku berusaha
menekan suaraku. Sebaliknya, Yuigahama mencondongkan kepalanya.
“Tidak apa-apa.”
“Tidak begitu...Memang bagus untuk merawat
orang yang terluka dengan baik, tapi kau harus melihat waktu, tempat, dan
suasananya.”
“Bukan begitu, ini bukan karena aku hanya
ingin bersikap baik. Ini bukanlah seperti itu.”
Dia mengatakan kata-kata itu lalu menolehkan
kepalanya ke arahku. Jarak diantara kita berdua cukup dekat dimana pipi kita
hampir bersentuhan, napas kami seperti saling bercampur satu sama lain. Lalu
dia memalingkan wajahnya dan melihat ke arah jalanan, wajahnya terlihat
memerah.
Aku
selalu berakhir dengan ekspektasi seperti ini. Dan akhirnya akan selalu menjadi
salah paham. Aku akan berhenti berekspektasi tanpa perlu mencari tahu lebih
jauh. Oleh karena itu, aku akan selalu membenci gadis yang baik.
Tapi, bagi
para gadis yang bersikap kasar kepadaku, aku sudah tidak lagi membenci mereka.
x Volume E | END x
Jadiii...mana yang benar??,di anime yang mengobati hachiman tu yukino yang kebetulan berada di uks...tp disini..yuigahama yang mengobatinya..tolong jelaskan,gw bingung cok
BalasHapusIni kan versi alternatif bro, cuman spin off yang bener yang versi volume originalnya lah.
Hapus