x x x
Nama Kuriu-sensei tertulis di bagian nama pengirim. Aku hanya bisa membayangkan satu orang dengan nama itu. Wali kelas Haruma-san yang kita temui tempo hari di sekolah.
"...Aneh..."
"Sangat janggal sekali..."
Kami berdua terdiam, kemudian Haruma-san dan diriku saling menatap satu sama lain dan mengangguk. Tanpa adanya satupun kata yang keluar, kami bisa melihat apa yang dipikirkan oleh orang lain. Kami, yang sudah menempuh banyak sekali cobaan untuk mempelajari sikap satu sama lain, memahami ini lebih daripada yang lain.
Kami lalu membuka mulut kami secara bersamaan.
"Perempatan jalan antah-berantah."
"Adik tercintaku, Misa."
Kami sangat berbeda satu sama lain.
Kami membuat ekspresi yang terkejut, hanya Haruma-san yang meresponnya dengan hal yang tidak masuk akal.
"Ayolah, dia tempo hari menyebutkan soal gosip perempatan jalan mistis itu! Dia bilang kalau ada orang yang menyebarkan gosip itu, tapi ini jelas-jelas kalau dia sendiri yang menyebarkannya!"
Kesimpulan tergesa-gesa itu tidak ada hubungannya dengan topik utama ini, tidak sekalipun menyerempet topiknya...
Yang terpenting, fakta bahwa Kuriu-sensei mengajak Misa-ku yang tercinta adalah perkembangan yang tidak diduga-duga. Kira-kira sejak kapan mereka mulai saling SMS seperti ini?
"Err, dia mungkin hanya terlalu peduli saja kepadanya," kata Haruma-san.
"Apa jaman sekarang masih ada guru seperti itu? Guru yang sangat antusias untuk memperhatikan siswanya di luar sekolah mungkin sudah ditangkap polisi ataupun punah sejak abad lalu."
[note: Ini menyindir manga Great Teacher Onizuka, era 90-an.]
Bukan itu saja. Aku menggerutu dengan keras.
"Aneh sekali kalau dia meminta ini untuk dirahasiakan dariku. Jika dia ingin melibatkan sesuatu terhadap satu-satunya hal yang berarti bagiku di dunia ini, maka dia harus meminta ijin dariku terlebih dahulu, benar tidak?"
"Yang kau katakan tadi adalah hal yang idiot, tapi logikanya benar, setidaknya begitu."
Haruma-san menyilangkan lengannya dan menepuk-nepuk keningnya. Lalu dia berkata, "Oke, katakanlah yang kau katakan itu benar, apa yang Kuriu-sensei inginkan? Kenapa dia ingin mengajak adikmu pergi dan merahasiakannya darimu?"
"Dia tampaknya tahu kalau Misa tidak punya uang..."
Kami lalu melirik lagi ke layar HP yang berisi SMS tersebut. Ada satu hal lagi.
"Pakaian dalam ganti..."
Pakaian dalam? Haruma-san menggumamkannya pelan, dimana aku teringat tentang pembicaraan bisnis celana dalam bekas tempo hari. Lintah darat sainganku ini juga berbisnis celana dalam bekas.
"Aku tidak tahu apa yang Kuriu-sensei rencanakan, tapi ini sangat dekat tentang kebenaran penyelidikan kita ketika malam hari di sekolah."
"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan kalau Kuriu-sensei bukan tersangkanya?"
"Itu hanya kata-kata psikologis saja, Haruma-san."
"Hmm?"
"Kalau waktu itu aku mengatakan orang itu tersangkanya, maka aku seperti mengungkapkan kekesalanku karena sesama wanita: Aku ingin mengalahkan orang itu!"
Merasa diriku lemah tidak berdaya, akupun memeluk bahuku ini karena takut, dimana Haruma-san mungkin akan kecewa dan marah-marah. Mungkin dia merasa ada konflik batin antara alasan kemanusiaan dengan insting seekor hewan liar.
Dan disinilah. Aku memberinya kehangatan hatiku. Rambutnya berdiri seperti amarah dari hewan buas. Karena dia kehilangan dompetnya, jadi kubiarkan dia singgah di kebun bungaku ini, aku harusnya memberikannya kebebasan untuk pergi.
"Misa itu gadis yang lugu, jadi dia pasti akan menurut begitu saja apa kata gurunya. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu ini! Haruma-san, peliharaanku, ayo kita pergi dan menginvestigasi ini!"
"Apa-apaan kata-katamu tadi? Kenapa kau menjadi majikanku?"
Untuk jaga-jaga, aku menghapus SMS itu, lalu berdiri.
"Misa, aku akan pergi keluar sebentar! Jika aku pulang telat, kau tidur saja dahulu?"
"Baiklah. Aku akan menunggui markas, kalian bermesraan saja dengan tenang." dia mengatakan suara lembutnya itu dari arah dapur.
Akupun mengangguk, lalu melihat dari balik bahuku ke Haruma-san. Dia harusnya bersiap-siap untuk pergi, tapi entah mengapa dia hanya duduk bermalas-malasan disana.
Kalau sudah begini, aku kumpulkan seluruh keberanianku untuk meminta sesuatu darinya.
"Aku ada waktu luang setelah ini." akupun berhenti sejenak. "Haruma-san, kau ada waktu luang?"
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar