x Chapter I x
Akhirnya aku
bisa melepaskan diriku dari keyboard laptop ini dan berbaring di lantai.
Aku sudah
menyelesaikan sebagian besar proyek penelitian ini. Sekarang yang tersisa
hanyalah membuat presentasinya.
Begitulah,
tapi proyek ini bukanlah milikku. Tugas musim panas dari sekolahku hanyalah PR
matematika yang akan kuselesaikan dengan mencontek hasil kerja orang lain.
Bukanlah masalah besar bagiku, karena aku ini sudah memutuskan untuk kuliah di
universitas swasta, jurusan Liberal Art, jadi matematika bukanlah hal yang
penting. Proyek penelitian ini bukanlah milikku, tapi Komachi, adik
perempuanku.
Dan orang
yang sedang kita bicarakan ini, sedang berbaring di sebelahku, seperti mencoba
untuk memulihkan diri dari kelelahan belajar. Dia sedang bermain-main dengan
kucing tercinta kami, Kamakura, dengan meremas-remas cakarnya.
Dasar bocah brengsek...bagaimana bisa dia
melakukan itu sementara di sampingnya ada orang yang menjadi budak atas
pekerjaan miliknya...? Jangan sampai membuatku meremas cakarmu!
Well, aku tidak mau
mengganggu konsentrasi ujiannya, jadi aku akan berusaha memberikan apapun yang
kubisa untuk membantunya. Istilah ‘tidak ada gunanya kecuali kau lakukan
sendiri tugasmu’ sebenarnya adalah hal yang benar, tapi logika semacam itu
tidak berlaku bagi adikku. Moralitas dan logika tidaklah berarti baginya, itu
hanyalah kumpulan hal-hal kecil. Arti sebenarnya dari ‘adik perempuan’ adalah
kombinasi dari ‘wanita’ dan ‘cukup sampai disitu’.
Dengan kata
lain, awal mula dan masa depan dari semua wanita ini berasal dari adik perempuan.
Seperti alpha dan omega, begitu kata mereka.
Begitulah
dari awal sampai akhir. Mungkin bisa disebut juga kalau itu adalah evolusi
akhir dari semua wanita. Berdiri paling tinggi diantara para wanita berarti
berdiri di atas seluruh umat manusia; mustahil aku bisa melawan musuh yang
seperti itu. Oleh karena itulah, kami menciptakan teori ‘Ultimate Little
Sisters’.
Oleh karena
itulah, aku akhirnya mengerjakan separuh tugas proyek dari Komachi...Apa-apaan dengan ‘oleh karena itu’? Well,
coba kita ubah menjadi begini saja? ‘Belajar
bagaimana memanfaatkan orang
berdasarkan hubungan pribadi sehingga mereka bisa membantumu’ terkesan
lebih baik.
Ketika
hal-hal tersebut bermunculan di kepalaku, akupun melihat frustasi ke arah
keyboard itu, dan akhirnya laporan proyek idiot dan tidak menyenangkan ini
selesai.
Sekarang, tinggal menambahkan nama ‘Hikigaya
Komachi’ di laporan ini.
Terakhir, ‘menekan
ENTER, BAM!’ klik ‘save document’. Akupun mendorong laptopnya ke arah Komachi.
“Selesai.
Coba lihat dulu untuk memastikannya.”
“Mmmm.”
Komachi
menggulingkan badannya menuju sebelahku.
Komachi
melihat ke arah layar, mengangguk, dan terdiam.
“...Onii-chan.”
Komachi secara perlahan membuka mulutnya. Suaranya sangat tajam, dan aku
sendiri belum pernah mendengarnya berkata seperti ini. Sangat dalam, dengan
senyum yang menakutkan.
“Kira-kira
tulisan ini apa?”
“U-Um...Kupikir
aku bisa menulis sesuatu yang terkesan itu memang sifat Komachi, jadi...”
akupun membalasnya dengan spontan.
Bahu Komachi
bergetar ketika mendengar jawabanku.
“Sifat
Komachi...O-Onii-chan, apa kau pikir aku selama ini seperti itu...? Aku sangat
terkejut! Sangat terkejut!”
Dia
memegangi kepalanya dengan kedua tangannya dan berguling-guling di lantai sambil
menggerutu. Aku hanya diam saja melihatnya seperti itu karena pemandangan manis
tersebut, hingga dia melompat dan menunjukkan jarinya ke arahku.
“Bagaimana
mungkin ini terdengar seperti aku yang menulisnya!? Maksudku, dua kalimat
terakhir itu terlihat jelas kalau kau yang menulisnya, Onii-chan!”
Oh oke, kurasa paragraf ini memang ide yang
buruk... Tidak, sebenarnya, aku sudah merasa kalau yang kutulis itu memang
agak memaksa. Tunggu dulu, jadi kalau begitu separuh paragrafnya memang
terkesan Komachi-sekali? Ini mengejutkanku.
“Oke, oke,
aku akan perbaiki itu. Hanya dua kalimat saja, bukan? Oke, oke. Meski ini bukan
pekerjaanku, tapi aku akan tutup mulut dan mengerjakannya.”
“Stop!
Jangan sekali-kali kau bersikap seperti budak perusahaan ketika berurusan
denganku!”
Komachi
menaruh kedua tangannya di pinggang sambil marah-marah, tapi dia terlihat
mendesah kesal. Dia lalu menggerutu seperti mengerti situasinya.
“...Ya
sudahlah, ini memang awalnya tugasku, aku akan mengerjakan sisanya. Terima
kasih sudah membantuku sejauh ini.”
Ketika dia
menunjukkan sisi dirinya yang mengagumkan itu, membuatku gatal ingin
menyelesaikan laporan miliknya itu. Mungkin ini terdengar bukan seperti diriku,
tapi harusnya aku mengerjakan itu dengan serius setelah menerima pekerjaan tersebut,
meski aku sendiri orang yang malas.
“Ya...tahulah.
Aku memang agak memaksakan di separuh paragraf terakhirnya, jadi itulah yang
terjadi...Maaf, biarkan aku membantumu sebisaku.”
Mata Komachi
terlihat berbinar-binar. Dia terlihat seperti ‘yamapikaryaa’. Kata itu berarti ‘Iriomote
cat’ di sekitar sini. Yamapikaryaa!
“Aku tahu
kau akan mengatakan itu, Onii-chan! Oleh karena itulah aku menyayangimu,
Onii-chan!”
“Yeah, yeah,
aku sayang, sayang, sayang, sangat menyayangimu juga.”
Dia mulai
memunculkan banyak sekali Komachi poin seperti biasanya, meskipun ini agak
menggangguku, tapi aku tetap melakukannya. Lagipula, aku yang mengerjakan
sebagian besar tugas laporannya, jadi aku harusnya yang menulis itu sampai
selesai.
Ketika aku menulis
ulang penjelasannya, kucing kami mulai mendekatiku dan duduk di depan layar.
Kenapa kucing selalu dengan santainya duduk
di depan TV dan di atas koran...?
“Komachi.”
“Siap Pak!”
Komachi
memberikan hormat dan langsung melakukan tindakan untuk memindahkan Kamakura.
Ketika dia
mengangkatnya, Kamakura menjulurkan kakinya seperti berusaha kabur. Persis
seperti orang yang punya rambut lembut, bulu-bulu kucing juga lembut dan halus.
Komachi
dengan cepat membuatnya lengah dengan menggelitiki lehernya, setelah itu dia
mulai mengelusnya. Dari kepala hingga ekor dengan menggumamkan lagu.
“Fufufu. Kau
ini kucing yang nakal jika kau pikir bisa mengganggu kami.”
“Dia
sebenarnya cukup tua jika melihat umurnya.”
Sebenarnya,
umur Kamakura berapa sih? Dia dulu sekitar 4 atau 5 tahun ketika menjadi bagian
keluarga ini. Kalau dikonversi menjadi umur manusia, maka umurnya kurang lebih
sama seperti umur Hiratsuka-sensei. Aku ingin memperkenalkan kucing kami ini
kepadanya.
Akupun
menyerahkan laporan proyek yang sudah selesai itu ke Komachi dan mulai
memikirkan urusanku sendiri.
Jam
menunjukkan kalau sebentar lagi akan masuk jam 11. Aku harus bersiap-siap untuk
pergi ke kelas bimbingan belajar hingga sore.
Ketika aku
sedang mengganti bajuku, interkom rumah ini berbunyi.
Apakah itu
kiriman ulang paket yang kuminta dari Amazon? Kalau dipikir-pikir, mereka ini selalu datang dimana aku tidak ada di
rumah, apa kalian ini ninja atau semacamnya?
Ketika aku membuka
pintu sambil memegang stempel di tangan satunya, ada seseorang yang tidak
terduga berdiri disana.
“Y-Yahallo.”
Rambut
berwarna coklat muda yang dimodel sanggul, memakai pakaian musim panas, dan
membawa sebuah tas besar dengan kedua tangannya, Yuigahama Yui berdiri sambil
menoleh ke arah sekitarnya.
“Y-Yeah...”
Pemandangan
tidak terduga ini membuatku terdiam. Kami berdua terdiam seperti tahu apa yang
kami rasakan, sambil berpikir harus bersikap apa dengan situasi ini.
Kalau
berbicara tentang orang yang datang ke rumah kami hingga hari ini, orang yang
bisa terpikirkan olehku adalah jasa kurir dan nenek tua yang bertetangga dengan
kami, dia biasanya memberikan barang titipan yang dikirimkan ketika rumah kami
kosong. Oleh karena itu, sangat sulit diterima logika jika ada seseorang dari
sekolahku datang ke rumahku. Mungkin kalau dianalogikan, seperti melihat rusa
bertanduk di sebuah akuarium. Satu-satunya tempat dimana kau bisa melihat rusa
bertanduk itu di padang rumput, kebun binatang, atau dunia Ultimate Muscle 2.
Akupun
memegangi pintuku, pura-pura bersikap tenang, dan berkata, “Ada perlu sesuatu?”
Ini harusnya
menjadi kunjungan kedua Yuigahama ke rumah kami. Kunjungan pertama ketika dia
hendak berterima kasih kepadaku mengenai insiden kecelakaan itu. Tapi, aku
tidak menemuinya.
“U-Um...apa
Komachi-chan ada di rumah?”
Dia
sepertinya membuat janji dengan Komachi.
“Komachiii,
ada temanmu datang!”
Akupun
memanggil Komachi seperti seorang ibu dan dia datang menuju pintu. Ternyata,
dia sudah berganti pakaian. Bukannya kamu
tadi cuma memakai kaos panjang saja di rumah?
“Hei Yui-san, selamat
datang. Masuk, masuk, jangan malu-malu.”
“Oke, terima
kasih. Ma-maafkan aku sudah mengganggu...”
Yuigahama
mengatakan itu sambil ragu-ragu apakah mau masuk atau tidak, dia lalu menghirup
napas dalam-dalam. Dia lalu melangkah masuk seperti menyiapkan dirinya akan
sesuatu. Rumah gue bukan semacam dungeon
terakhir di RPG atau semacam itu.
Sambil
berjalan masuk ke rumah kami, Yuigahama menoleh kesana-kemari. Ayolah, kau tidak perlu menyentuh beruang
yang terbuat dari kayu itu.
Rumah orang
lain tidak hanya sesuatu yang misterius, tapi seperti sebuah negara lain. Aku
cukup yakin kalau kau akan mengalami semacam ‘culture shock’ ketika memasuki
budaya yang berbeda. Yuigahama melihat ke hal-hal yang paling normal sekalipun,
seperti tangga, jendela, dan dinding. Dia seperti, “ohh” atau “wooow” yang
membuatku merasa takut.
Bahkan
ketika kami tiba di ruang keluarga di lantai dua, Yuigahama masih menoleh
kesana-kemari, lalu pandanganya terhenti di rak buku. Dia lalu menyentuh
sebentar rak buku tersebut dengan hati-hati dan berkata.
“Whhoa,
banyak sekali bukunya.”
“Baik ayahku
dan Onii-chan adalah kutu buku, jadi jumlah buku ini akan terus bertambah
banyak di masa mendatang.”
Komachi
menjawabnya dari dapur.
Aku tidak merasa kalau buku-buku di rak ini
sangat banyak, lagipula kau ini tidak terlihat seperti seorang penggemar
buku...
Sangat jarang sekali
ada orang datang ke rumah kami.
Kami ini
menggambarkan bagaimana keluarga modern di Jepang saat ini; kedua orang tua
sibuk bekerja dan tidak sering bersosialisasi dengan para tetangga. Meski kita
pada akhirnya bertemu mereka, biasanya kita hanya sekedar menyapa dan yang kita
tahu hanya sebatas nama masing-masing.
Karena
itulah, aku tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan tamu. Tidak ada yang
bisa kulakukan karena aku sendiri bukanlah manusia yang terlibat dalam
peradaban semacam itu. Aku mungkin hanya sekedar orang yang tahu bagaimana cara
memperlakukan abu jenazah ayahku kelak. Oh wow, aku ini seperti tokoh terkenal.
Hanya pikiran-pikiran konyol, tapi pria yang mengatakan dengan bangga, “Tapi
hei, bahkan Edison sendiri tidak bagus dalam belajar!” tidak hanya buruk dalam
belajar, tapi pria itu juga buruk dalam segala hal. Itulah yang akan kau
ketahui jika mempelajarinya lebih jauh.
“Mm...”
Akupun
menggumamkan, “duduk saja dulu?” ke Yuigahama.
Situasi ini
sungguh aneh karena aku sendiri tidak tahu bagaimana cara memperlakukan tamu.
Ini seperti anak desa yang menawarkan payung kepada gadis kota di tengah hujan.
Sial, aku mungkin akan langsung saja berteriak kepadanya, “Haha! Rumahmu pasti banyak
hantunya”!
“Te-Terima
kasih.”
Ketika
Yuigahama duduk, Komachi datang dari dapur dan menaruh minuman di meja. Ada
beberapa es teh barley di meja ini.
“Jadi, ada
perlu apa kesini?” tanyaku yang tidak tahu ada apa dia kesini.
Lalu, Yuigahama
dengan perlahan membuka tas yang dia taruh di pangkuannya sejak tadi.
“Um, aku
meminta pertolongan Komachi-chan soal Sabure...” kata Yuigahama sambil membuka
tasnya.
Ketika
terbuka, seekor makhluk berbulu yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata
melompat keluar ke arahku. Bulunya berwarna coklat muda, dengan mata bulat yang
manis, kaki yang pendek, dan juga ekor yang mengibas. Jika aku berada di jaman
yang benar, maka makhluk dengan ciri seperti di atas; anjing.
Anjing milik
Yuigahama, Sabure, langsung melompat ke arahku. Lu kira gue apaan, Friskies MonPetit? Dia lalu berlari-lari di
ruangan ini seperti meluapkan seluruh energinya.
Sabure lalu
melompat dan menghantamku! Sangat efektif! Hachiman hampir pingsan!
Sabure
melompat ke arahku dengan energi yang luar biasa, menjilatiku sebisanya seperti
tertanam di kepalanya, “Hachiman, jilat, jilat” dan aku berusaha menjauhkannya
dariku. Akupun mengangkatnya dan yang kulihat hanyalah kibasan ekornya.
“Apa-apaan dia ini...? Huh? Bulunya terlihat lebih
pendek dari yang kulihat terakhir kali?”
Kalau
dibandingkan dengan 2 bulan lalu, bulunya lebih pendek. Apa dia baru saja
menggunakan jurus Beast Spear atau sejenisnya?
“Ah, benar.
Sabure bulunya panjang-panjang, jadi kami mencukurnya awal musim panas ini.”
“Oh begitu
ya...”
Maksudku,
tidak masalah, apakah modelnya Somersault, Uppercut, ataupun Spinning
Piledriver.
“Jadi,
mengapa kau bawa makhluk ini kesini?”
Akupun
melepas Sabure dari tanganku, tapi dia terus berlarian di sekitar kakiku dan
tidak berniat untuk menjauh dariku. Dia sangat memaksa sekali, aku sendiri tidak
tahu harus melakukan apa, mungkin woof, woof, woof’d.
Akupun
menatap Yuigahama dengan kesal berharap dia akan melakukan sesuatu dengan itu,
dan Yuigahama memanggilnya.
“Sabure,
kesini.”
Setelah dia
mendekatinya, dia menggendongnya dan berkata.
“Keluargaku
mau pergi liburan musim panas sebentar lagi.”
Liburan keluarga, huh...? Kata-kata
tersebut memang agak nostalgia.
Meski ini
bukanlah topik yang bisa kau bicarakan ketika kau sudah menjadi siswa SMA, tapi
sekali lagi, aku ini tidak punya seorangpun untuk diajak mengobrol, begitulah.
“Keluargamu
tampaknya akrab sekali. Tidak seperti keluargaku “
“Hanya saja
Onii-chan memutuskan untuk di rumah saja, benar tidak?” kata Komachi, langsung
memotong jawabanku.
Yuigahama
menggumamkan sesuatu sambil terkesima, “Begitulah Hikki...”
Dia seperti
menghormati jalan hidupku. Oh hei,
mungkinkah kau bisa menilai orang dengan baik? Begitulah pikirku, tapi
ternyata dia menatapku dengan kasihan.
“...Bukan
begitu. Itu karena aku sering menolak ajakan kedua orangtuaku ketika SMP dulu.
Setelah itu, aku tidak ikut acara mereka lagi.”
Aku tidak
berada dalam fase ‘remaja pemberontak’, tapi liburan bersama keluarga terlihat
memalukan. Oleh karena itu, aku menolak ajakan mereka, tapi ayahku terlihat
senang sekali ketika aku menolaknya...
Well, persetan dengan ayahku itu. Sekarang
yang menjadi topik pembicaraan di ruangan ini adalah liburan keluarga
Yuigahama.
“Jadi ada
apa dengan liburan keluargamu?”
“Ah, ya,
jadi selama kami menjalani liburan, kami berharap bisa menitipkan Sabure disini
atau semacam itu.”
Yuigahama
lalu melihat ke arahku dan menambahkan, “Apa kalian tidak keberatan?”
Meski aku
adalah orang Jepang yang sanggup mengatakan “TIDAK” kepada mayoritas permintaan,
melihat Komachi tersenyum semanis itu ketika mengelus Sabure membuatku sulit
untuk menolaknya.
Tapi aku
tidak bisa mengatakan begitu saja, “Oke, oke”. Karena ketika aku sudah
memberikan jawabannya, jika aku menyesalinya maka aku tidak bisa merubahnya
lagi.
“...Kenapa
menitipkan ke kami sedangkan rumah kami ini sangat jauh dari rumahmu?”
Karena yang
kita bahas ini Yuigahama, aku yakin dia punya banyak teman dekat yang bisa
dimintai tolong. Kalau tidak salah, belakangan ini grupnya ramai membicarakan
tentang hotel-hotel yang menerima tamu yang membawa binatang peliharaan.
“Masalahnya,
Yumiko dan Hina tidak pernah punya binatang peliharaan. Lalu, aku juga sudah
meminta tolong ke Yukinon, tapi dia bilang di rumahnya sedang ada kesibukan,
jadi...”
Yuigahama
mengatakan itu dengan ragu-ragu.
Well,
sebenarnya Yukinoshita takut dengan anjing, jadi aku sangat yakin kalau dia
akan menolak meskipun dia tidak sedang ada di rumah...Ah, tidak, mungkin saja
dia akan bilang, “serahkan padaku” dan menerima itu. Lalu dia akan selalu
ketakutan ketika tiba waktunya untuk memberi makan Sabure. Sambil membayangkan
skenario menyenangkan itu, Komachi yang menyadari sikap diam Yuigahama bertanya
lebih lanjut.
“Apa terjadi
sesuatu dengan Yukino-san?”
Ketika
ditanya, Yuigahama gugup. Dia lalu menatapku dengan ragu.
“Be-Benar...Hikki,
apa kau pernah menghubungi Yukinon?”
“Enggak lah, aku bahkan tidak punya nomor
HP-nya.”
Aku ini
tidak punya merpati pembawa pesan, juga aku tidak pernah mencoba mengirimkan
surat di dalam botol dan membiarkan lautan yang membawa suratku ke dirinya,
jadi aku tidak punya satupun cara untuk menghubunginya. Akupun bertanya ke
Komachi dengan ekspresi wajah yang berkata “kalau kamu?”, dan dia mencondongkan
kepalanya.
“Aku
belakangan ini sering mengiriminya SMS dan menelponnya.”
“Memangnya
ada yang aneh?”
“Ketika aku
menelponnya, yang menjawab hanyalah mesin penerima dan dia akan mengirimiku SMS
sebagai balasannya. Lalu dia membalas SMS-ku lama sekali...Juga, SMS balasannya
terlihat tidak semangat atau bisa dibilang seadanya daripada waktu-waktu
sebelumnya...Ketika aku mencoba mengajaknya pergi keluar, entah mengapa, dia
belakangan ini selalu mengatakan sedang sibuk...”
“Haha...”
Dia jelas-jelas berusaha menghindarimu.
Maksudku, itulah yang para gadis sekelasku lakukan ketika aku mengirimi mereka
SMS, begitulah yang ingin kukatakan, tapi aku menghentikan niatku itu.
Lagipula,
Yuigahama pasti sadar jika ada seseorang yang berusaha menjauh darinya. Dia
adalah ahli dalam membaca suasana dan menyesuaikan diri dengan suasananya, jadi
mustahil dia tidak melihat hal-hal mendasar seperti itu.
“Aku kadang
berpikir apa aku pernah berbuat salah kepadanya...”
Yuigahama
mengatakan itu dengan suara tawa yang pelan.
“Kau
harusnya tidak terganggu dengan hal-hal kecil seperti itu. Mungkin dia memang
benar-benar punya banyak kesibukan di rumah. Ketika sudah masuk sekolah lagi,
semuanya akan kembali seperti biasanya.”
Meskipun itu terdengar aneh karena aku
biasanya tidak mengatakan hal-hal semacam itu, aku mencoba mencairkan
suasananya. Aku memang sangat ahli untuk menutupi hal-hal semacam ini. Ini
semacam mengatakan ‘penuh kebohongan’ yang terdiri lebih dari 800 kebohongan.
Malahan, aku ingin itu bisa merepresentasikan 80 ribu kebohongan.
Tapi
sejujurnya, dia tidak benar-benar berbohong. Memang benar kalau banyak hal
terjadi di rumahnya.
Waktu itu kami berpisah setelah pulang dari
perkemahan.
Setelah itu, Yukinoshita dijemput oleh
kakaknya, Haruno-san, dan kita tidak pernah bertemu lagi sejak saat itu.
Tapi mobil yang dipakai oleh kakak
Yukinoshita untuk menjemputnya membuatku mengalami flasback.
Setahun yang lalu, Yuigahama dan diriku
terlibat dalam sebuah kecelakaan. Aku ditabrak mobil yang dikemudikan oleh
sopir. Aku sendiri
tidak yakin apakah mobil waktu kecelakaan itu adalah mobil yang sama dengan dua
minggu lalu. Yang tampil di kepalaku hanyalah ingatan yang samar-samar.
Tidak ada satupun bukti yang meyakinkan itu.
Keterangan saksi mata, pengakuan, analisis, tidak ada satupun dari itu.
Dalam
suasana ruangan yang suram ini, yang bergerak hanyalah waktu.
Setelah
kata-kataku yang mencurigakan tadi, Yuigahama terus menatapku dengan ragu.
“Ka-Kau
pikir begitu...?”
“Entahlah.”
“Apa-apaan
itu? Jawabanmu tidak jelas.”
Yuigahama
tersenyum seperti orang bodoh.
Jujur, aku tidak tahu apapun.
Aku tidak tahu Yukinoshita Yukino.
Tentunya, aku hanya tahu dia luarnya seperti
apa; aku tahu namanya, aku tahu wajahnya, seberapa bagus nilai-nilai
akademisnya, mengapa dia tidak dekat dengan orang-orang, mengapa dia menyukai
kucing dan Pan-san, mengapa kata-katanya begitu tajam, dan mengapa dia
kadang-kadang bersikap tanpa berpikir panjang.
Aku hanya tahu itu saja tentang dirinya.
Tapi tahu sebanyak itu tidak bisa dikatakan aku
kenal dirinya. Sama halnya dengan bagaimana orang-orang tidak memahamiku, aku
juga tidak mengenal mereka. Itu adalah kata-kata yang harus aku camkan dengan
baik.
Sebenarnya, seberapa dalam pengetahuan yang
kau butuhkan agar kau bisa dibilang ‘kenal’ dengan seseorang?
Ketika aku mulai jatuh
lebih dalam di labirin pikiran, sebuah suara gonggongan kecil dan berisik
terdengar olehku.
Ketika
kulihat, ada suara rendah yang menggerutu setelahnya. Tampaknya Sabure dan
Kamakura seperti hendak mengintimidasi satu sama lain, diantara Komachi.
Kamakura
menunjukkan sebuah peringatan agar Saburo tidak mendekatinya, tapi dia tidak
peduli dan mulai mengejarnya. Komachi hanya melihatnya saja tanpa berusaha
menghentikan mereka.
Apa drama semacam ini akan terjadi sementara
waktu di rumah ini...? Akupun menatap Yuigahama dengan ekspresi yang
jengkel dan Yuigahama mengatakan maaf.
“A-Ahaha,
ma-maaf. Kami sempat memikirkan untuk menyewa hotel yang memperbolehkan membawa
peliharaan, tapi mereka sudah penuh di musim seperti ini.”
“Kalau
begitu, disitulah kita akan membantu, Onii-chan.”
Komachi
memegangi dadanya sambil berkata “ta-dah!” dan tertawa kecil. Kenapa kau pura-pura terlihat bisa
diandalkan? Apa kau ini semacam kapten kapal?
Hmph, well,
karena dia sering SMS Yuigahama, tampaknya kejadian ini sudah diskenariokan
dengan baik olehnya.
“Maksudku,
jika kita tidak melakukannya, tidak ada jaminan kesempatan serupa akan datang
lagi di musim panas selanjutnya. Ini peluangmu!” Komachi menggumamkan itu.
Aku merasa
kalau matanya mulai dipenuhi bintang-bintang yang bersinar, tapi lebih
berbintang daripada mata Zaimokuza ketika mengatakan kata favoritnya, “peluang!”.
Apa mungkin dia seperti itu karena pengaruhku? Aku berharap kalau diriku tidak
akan populer...Aku ini adalah korban.
“...Ya
sudah, kalau Komachi tidak mempermasalahkan itu.”
Kita ini
sedang membicarakan adikku yang pintar. Dia kemungkinan besar sudah mencapai
kata sepakat dengan Ibu soal ini. Setelah Ibu ditaklukkan, yang tersisa
hanyalah ayah yang mudah ditaklukkan dengan sedikit sikap manjanya.
Dalam
keluarga Hikigaya, anak tertua tidak punya kekuatan untuk memutuskan sesuatu.
Struktur tertinggi dalam keluarga ini adalah Ibuku, kemudian Komachi, lalu Ayahku,
dan terakhir aku. Oh, tapi posisi tertinggi dipegang oleh kucing, oke? Mereka
hanya melihat manusia sebagai pelayannya.
“Ngomong-ngomong,
kami tidak ada masalah soal itu, tapi bagaimana soal makanannya? Pita Woof?
Frontline? Jangan bilang kalau kamu juga mau Pedigree untuknya? Kami tidak
punya uang untuk itu, asal kau tahu saja.”
“Mengapa kau
bisa tahu sampai sejauh itu...? Tunggu, Frontline itu agar dia tidak memiliki
kutu! Aku sekarang mulai khawatir...” Yuigahama mulai diselimuti keraguan.
Komachi lalu
tersenyum untuk menenangkannya.
“Jangan
khawatir, kami dulu pernah pelihara anjing.”
“Be-Benarkah?”
“Begitulah”
kataku.
Itu adalah
cerita lama. Ingatanku agak kacau, tapi aku merasa kalau orang tuaku atau
Komachi yang merawat anjing itu.
Yuigahama
lalu tersenyum.
“Ohh, itu
cukup mengejutkan.”
“Kakakku ini
menyukai kucing dan anjing. Dia hanya benci kepada manusia...”
Apa aku ini semacam detektif dari dunia lain
atau semacamnya...?
Tapi,
Komachi tidak salah. Memang benar aku tidak membenci kucing ataupun anjing.
Tapi kalau ada campuran dari kedua hewan itu, boleh juga.
Hanya saja, saat ini aku lebih suka dengan
kucing.
Tuan-tuan
semuanya, aku suka sekali kucing. Tuan-tuan semuanya, aku suka sekali kucing.
Aku suka kucing American dengan rambut pendek. Aku suka kucing toroiseshell.
Aku suka kucing sphinx. Aku suka ragdolls. Aku suka American curl. Aku suka
Scottish fold. Aku suka kucing persian. Singapura. Juga kucing Russian blue.
Kucing
jalanan, kucing yang ada di kamar tidur, kucing di atap rumah, kucing di atas
kulkas, kucing di bawah kamar tidur, di beranda, di dalam kotak karton, di
dalam kantong, di bahu seseorang, dan di matras tidur.
Aku menyukai kucing yang berada di manapun.
...Sebenarnya, aku paling benci bajingan yang suka mengkasari kucing.
Aku ingin orang yang tidak menghargai kehidupan agar mati saja. Aku sangat
benci orang yang tidak mensyukuri kehidupan!
Ketika aku
berusaha memancarkan amarahku, Yuigahama tersenyum lega.
“Kurasa aku
tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Lagipula, Sabure tampaknya menyukai Hikki.”
“Jangan
berharap banyak. Aku adalah tipe orang yang lebih suka diawasi daripada
mengawasi. Kau bahkan bisa memanggilku sebagai profesional dalam hal ‘diolah’.”
Aku sudah
hidup selama 17 tahun seperti ini, jadi hidup dengan cara yang berbeda bukanlah
pilihan yang perlu ditanyakan kepadaku. Karena cara hidupku ini sudah tertanam
sampai remaja, mustahil aku bisa mengubahnya.
Ketika aku
menjawab sambil menyentuh perut Sabure di sebelahku, Komachi langsung
menariknya menjauh dariku.
“Ngomong-ngomong,
serahkan Sabure-chan padaku! Aku akan merawatnya dengan baik sehingga dia akan
lebih betah denganku!”
Komachi
tampaknya termotivasi untuk mengambil alih Sabure.
“Oh, aku
tidak begitu yakin soal itu, tapi...Oke, tolong rawat dia untukku.”
Yuigahama
dengan ekspresi ragunya, membungkuk. Dia lalu melihat arlojinya untuk
memastikan waktunya.
“Ah, aku
harus pergi sekarang. Keluargaku sudah menungguku.”
“Oke, oke,
sampai jumpa.”
Aku melihat
keduanya pergi ke bawah lewat tangga, diriku sendiri hanya memeriksa tas yang
digunakan untuk membawa Sabure, yang sengaja ditinggalkan Yuigahama. Dalam tas
tersebut ada makanan anjing dan kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk merawat
Sabure. Ngomong-ngomong, makanan anjingnya bermerk Science Diet. Tampaknya
anjing ini hidup jauh lebih enak daripada diriku...
Sedang
Sabure sendiri, anjing yang menjadi pembicaraan kita, sedang mengendus-endus
sesuatu sambil berjalan mengelilingi ruangan ini. Ahh, mungkin dia bereaksi
seperti itu karena mencium bau kucing di sekitar sini?
Sedang
Kamakura, apa dia pergi? Dia ternyata ada di atas kulkas dan melihat ke arah
Sabure dan diriku dengan mata setengah tertutup.
Dia bukannya
benci Sabure atau tidak tertarik. Dia hanya mencoba menjaga jarak karena dia
belum mengenalnya.
Tatapannya
seperti dia sedang membuat garis yang tidak boleh dilewati, akupun teringat
sesuatu.
Ada sesuatu yang baru saja teringat dengan
jelas di kepalaku, kejadian waktu kami merayakan ulang tahun Yuigahama di klub.
Sore yang cerah di tengah musim penghujan.
Seorang gadis dengan senyumnya yang kesepian, diterangi cahaya matahari senja
dari belakang tubuhnya.
Waktu itu, di sedang menggambar sebuah garis.
Sebuah garis yang menandakan kalau gadis itu
berbeda dari kami berdua, para korban.
Sebenarnya, garis apa yang dia gambar itu?
Sekarang aku akhirnya paham garis apa yang
dia gambar waktu itu.
x Chapter I | END x
Kedatangan Yui pertamakali ke rumah Hachiman sebenarnya dijelaskan di vol 1 chapter 6 oleh Komachi.
Setahun lalu, Yui pernah datang untuk berterimakasih, tapi Hachiman sedang tidur, sehingga Yui membuat janji ke Komachi kalau dia akan berterimakasih secara langsung di sekolah. Sayangnya, Yui berbohong dalam hal ini, dan Hachiman tidak menceritakan kebenaran itu kepada Komachi.
...
Ternyata, selama ini Komachi sering SMS dan telepon Yukino...
...
Semua hal yang Hachiman katakan tentang Yukino, sebenarnya banyak yang Yui sendiri tidak ketahui.
...
Hachiman sebenarnya sudah sadar kalau Yukino adalah penumpang mobil yang menabraknya sejak vol 4 chapter 8.
...
Kemungkinan besar Yukino menutup dirinya dari Komachi dan Yui selama liburan musim panas karena merasa bersalah dengan Hachiman. Yukino yakin Hachiman sadar kalau itu adalah mobil yang menabraknya setahun lalu, ketika Haruno menjemputnya di sekolah, vol 4 chapter 8.
Yukino memilih untuk menjaga jarak karena tidak ingin rumit seperti insiden nice girl Yui-Hachiman di vol 2 chapter 5. Yukino tidak ingin Hachiman melihatnya baik dan berbicara kepadanya karena ada hutang budi sebagai penumpang mobil tersebut.
Meski kebenarannya, Hachiman di vol 6 chapter 5 memutuskan untuk merelakan masa lalu antara dirinya dan Yukino dan move on.
...
Gk suka anjing malah di suruh ngerawat anjing 😑😑😑
BalasHapusSable anjing
HapusWkwk
HapusBtw soal yukino yg menggambar garis, itu mungkin merujuk waktu yukino bilang hachiman dan yui ini hanya korban, yg salah ada penabrak itu... Probably
BalasHapus