Rabu, 08 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 4 : Tiba-Tiba, Request-Request Berdatangan Ke Klub -2

x x x




  Aku pergi menuju lantai pertama untuk membeli sesuatu di Mesin Penjual Minuman yang ada di depan Kantin, dimana aku bisa membeli sekaleng MAX COFFEE dengan sekali klik.

  Akupun mengembuskan napasku dengan berat ketika mengambil minuman itu.

  Bagi seorang pria, aku hanya bisa duduk tenggelam menyaksikan pertempuran tiada akhir antara Isshiki dan Miura. Saking tenggelamnya, aku merasa lama-lama bisa terlihat mirip dengan Slenderman yang ada di mitos-mitos dunia barat sana.

  Setelah itu aku pergi ke toilet. Keluar dari toilet, aku berjalan kembali ke ruangan Klub, untuk meminum kopiku agar energiku yang hilang bisa kembali. Ketika aku berjalan di tangga, aku melihat seseorang yang sedang berputar-putar di depan pintu Klub.

  Dia terus menatap ke arah pintu tersebut, dirinya yang berputar-putar tersebut membuat rambut biru ponitailnya seperti melambai-lambai.

  "...Eh, apa yang kau lakukan disini?" Akhirnya kuputuskan untuk memanggilnya saja karena sikapnya ini terlalu mencurigakan.

  Dia terlihat seperti hendak melompat saja ketika terkejut mendengarkan panggilanku.

  Saking gugupnya, dia mulai mirip dengan seekor kucing gunung. Aku harusnya memanfaatkan momen ini untuk memanggilnya dan menggunakan kaleng kopiku sebagai umpan, tapi kurasa ini bukan momen yang tepat untuk bersantai-santai dengan memberi makan hewan liar.

  Yang harusnya kulakukan adalah memanggil namanya, bukan malah memprovokasinya! Umm, mari kita lihat...Kurasa Kawa-sesuatu sudah cukup bagus. Heeei, Kawa-sesuatu-san. Aku mencoba memanggilnya dalam hati, berusaha mencari tahu apa keperluannya.

  "Apa kau ada sesuatu?"

  Mendengar pertanyaan itu, Kawa-sesuatu-san bernapas lega. Lalu dia memberi tanda kepadaku dengan tangannya untuk mengikutinya ke arah ujung lorong. Oh benar, namanya adalah Kawasaki Saki. Aku tahu itu.

  Sambil menatap ke arah ruangan Klub, dia bertanya.

  "A-Apa kau ada waktu?"

  "Uh, kenapa tidak masuk saja ke dalam? Disini dingin sekali."

  Dugaanku, dia ada keperluan dengan Klub Relawan. Kalau tahu seperti ini, jujur saja aku ingin secepatnya kembali ke ruangan yang hangat itu. Tapi Kawasaki berhenti sejenak untuk memikirkan sesuatu, lalu dia mengibas-ngibaskan tangannya.

  "Huh...? Tunggu, disini saja tidak apa-apa! Aku tidak masalah disini! Sebenarnya aku ada perlu dengan Yukinoshita, itu saja..."

  Lalu kenapa kau tidak tanya langsung ke orangnya saja?

  "Yukinoshita ada di dalam kalau kau ada perlu dengannya. Jadi kenapa kita tidak masuk saja ke dalam? Aku bisa sakit karena kedingingan disini."

  Lorong gedung khusus diselimuti udara yang sangat dingin, mungkin ini dikarenakan jendela lorong yang dibiarkan terbuka untuk ventilasi udara. Sensasi dingin mulai menjalar di tubuhku, dan mulai dari kakiku. Suara jendela yang berderit mulai terdengar, mungkin karena adanya angin yang bertiup, dimana aku merasa suara derit jendela itu melambangkan kalau mereka sendiri juga sedang kedinginan.

  "Aku...Aku sendiri tidak merasa dingin atau semacamnya..." kata Kawasaki, lalu dia memalingkan wajahnya dariku.

  Kau mungkin iya, tapi aku tidak...Akan ada masalah jika aku jatuh sakit karena ini. Misalnya menularkan flu ke Komachi, atau berbaring di rumah seharian dirawat oleh Komachi, ini bisa menimbulkan gosip-gosip yang tidak menyenangkan.

  Kudengar, kata warga Chiba tulen, cara terbaik untuk menyembuhkan flu adalah memakan bawang sebanyak-banyaknya, dicampur dengan berbagai rempah-rempah. Setelah itu, sekaleng hangat MAX COFFEE ditambah tidur yang cukup akan menyembuhkanmu. Di hari berikutnya, tanpa sadar kau akan berbaring di rumah sakit. Karena itulah, aku berpikir untuk tinggal saja di rumah untuk menghindari terkena flu.

  Kalau tidak salah, di rumah Kawasaki juga ada siswa yang hendak ujian. Adiknya, Kawasaki Taishi, akan kena tular flu dari Kawasaki Saki. Lalu, di sekolah dia akan menulari Komachi. Jika sudah seperti itu, maka tidak ada cara lain selain mengotori tanganku dengan darah dan dosa...

  "Sudahlah, masuk saja ke dalam," tiba-tiba suaraku meninggi.

  Mungkin itu dikarenakan munculnya perasaan jengkel yang tiba-tiba ketika ada serangga beracun yang bernama Taishi, mulai terbayang di kepalaku sedang berusaha mendekati Komachi.

  Kawasaki akhirnya menurut. "Y-Ya sudah kalau kau maunya begitu..."

  Selama kau mengerti, baguslah. Aku tidak mau mengambil peluang sekecil apapun yang bisa membuat Komachi menjadi sakit.

  "Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa membiarkanmu sakit juga," kataku, sambil membukakan pintu.

  Aku mengangguk kepadanya untuk memberikan tanda agar dia masuk ke dalam. Melihat ekspresiku yang seperti itu, dia lalu berjalan melewatiku dan menoleh sebentar.

  "...Ba-Baiklah," katanya.

  Nada suaranya barusan tampak kontras dengan tampilannya yang mengintimidasi.

  Dia mungkin terlihat seperti gadis nakal jika kau melihatnya sekilas, tapi sejujurnya, dia adalah gadis baik yang bisa kau temukan dimana saja. Begitulah pikirku, sambil mengikutinya masuk ke dalam ruangan.

  "Selamat datang, Hikki...Huh, Saki?"

  Yuigahama melihat ke arah kami dengan tatapan penuh tanda tanya.

  "Ah, yeah..."

  Karena responnya yang aneh barusan, Kawasaki mulai menjadi pusat perhatian semua orang di ruangan ini.

  Yukinoshita tampak hanya terus menatapnya sementara Isshiki terlihat ketakutan. Tidak, tidak, Kawa-sesuatu mungkin terlihat menakutkan, tapi sebenarnya dia tidak begitu, oke?

  Ebina-san, di lain pihak, tiba-tiba memanggilnya.

  "Oh, halo yang disana, Saki-Saki. Halo halo!"

  "Jangan panggil aku Saki-Saki." jawab Kawasaki dengan ketus.

  Untuk menenangkannya, Yuigahama memberinya kursi untuk duduk.

  "Sangat jarang melihatmu mampir kesini, Saki...Kalau tidak salah, ini pertamakalinya kau kesini, benar tidak?"

  Mereka pasti cukup dekat setelah darmawisata tempo hari karena sekarang mereka sudah memanggilnya Saki. Aku tidak bisa menahan air mataku ketika mengetahui kalau Kawa-sesuatu Saki akhirnya punya seseorang yang mau memanggil nama depannya, Saki. Belakangan ini, aku merasa kalau emosiku seperti mudah sekali meluap, bahkan melihat tokoh-tokoh anime Precure yang muncul tiap minggunya sudah cukup untuk membuatku menangis.

  Yep, yep, melihat para gadis terlihat akrab adalah hal yang indah. Begitulah pikirku, sambil berusaha membuat tubuhku terasa hangat. Sementara itu, Yukinoshita mempersiapkan teh di gelas kertas dan bertanya.

  "Jadi, apa keperluanmu hari ini?"

  "Te-Terima kasih...Um..."

  Meski Kawasaki memulai pembicaraannya, tapi dia tidak bisa meneruskannya. Oh ya, kalau tidak salah dia memang ingin membicarakan sesuatu dengan Yukinoshita. Kawasaki terlihat gugup, seperti tidak tahu bagaimana harus menjawab itu. Dia lalu dipotong oleh suara kuku yang mengetuk-ngetuk meja di sebelahnya.

  Dari asal suara tersebut, Miura tampak terlihat kesal. Tapi Kawasaki, tidak mempedulikannya dan hanya menatapnya dengan rendah, Miura-pun melakukan hal yang sama dengannya.

  "Heloo, maaf saja ya, mereka ini belum selesai dengan urusanku."

  "Ha? Yang kulihat dari tadi kau hanya diam dan meminum teh saja, bukan begitu?"

  Kutarik lagi kata-kataku tadi. Kawasaki memang menakutkan...

  Miura dan Kawasaki saling menatap tajam, keduanya seperti tidak mau berkedip sedikitpun. Kurasa ada semacam chemistry yang buruk diantara kalian berdua? Melihat keduanya membuat Isshiki seperti membeku.

  Melihat situasi yang panas itu, Ebina-san berusaha menengahi.

  "Oke, oke, tenang dulu. Saki-Saki, kau kesini karena ada perlu, benar tidak? Kalau tidak keberatan, bolehkah kami juga ikut mendengarnya?"

  "Kurasa, harusnya kamilah yang mengatakan itu..."

  "Intinya, tidak keberatan kami mendengarnya juga, hmm?" tanya Ebina-san, tampaknya dia tidak mempedulikan keluhan dari Yukinoshita.

  Kawasaki lalu menatap ke arah Yukinoshita, Yuigahama, dan terakhir diriku. Dia lalu mulai berbicara.

  "Well, aku punya permintaan mengenai membuat coklat..."

  Seketika, Miura langsung menimpali.

  "Memangnya ada apa dengan itu, apa kau berencana untuk memberikan coklat ke seseorang? Itu lucu sekali."

  "Ah?"

  "Ha?"

  Mereka berdua, sekali lagi, saling menatap tajam.

  "...Jangan samakan diriku dengan dirimu ya! Kuberi tahu saja, aku tidak tertarik dengan coklat sebagaimana tujuanmu dengan coklat itu."

  "Ha?"

  "Ah?"

  ...Tolong kalian hentikan itu! Cepat segera berbaikan!

  Setelah melihat pertengkaran mereka, Yukinoshita mendesah dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajah kecewamu itu tidak berarti banyak karena kau juga kurang lebih sama seperti mereka...Oh, tapi, belakangan ini, Yukinon yang suka menebas hati orang lain jarang terdengar aksinya.

  Isshiki hanya bisa menggumam ketakutan, melihat kedua gadis yang tidak mau mengalah tersebut.

  "Senpai, kenalanmu ternyata orang-orang aneh semua..."

  "Ha?"

  "Ah?"

  Seperti merasa ditatap oleh mereka berdua, Isshiki langsung bersembunyi di belakangku.

  Ingat kalau dulu aku pernah mengatakan sesuatu tentang menginjak ranjau darat...? Kau ini bersikap seperti kucing bodoh saja, tahu tidak...

  Lagipula, aku juga sama takutnya denganmu melihat mereka berdua!






x Chapter IV Part 2 | END x

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar