Senin, 06 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 3 : Mulai Saat Ini Dan Seterusnya, Pasti Ada Sesuatu Yang Terselubung Dari Permintaan Isshiki Iroha - 3

x x x





  Setelah membuka pintu klub, kami memasuki ruangan yang diselimuti udara yang nyaman.

  Lebih sedikit orang yang ada di ruangan ini, jika dibandingkan dengan di kelas. Meski begitu, aku lebih nyaman berada disini. Mungkin saja itu karena efek dari cahaya matahari yang menembus masuk ruangan klub di gedung khusus.

  Disinari cahaya matahari, duduk di tempat yang biasanya, Yukinoshita Yukino.

  Dia melihat ke arah kami ketika sedang membaca buku, mengibaskan rambutnya ke depan, dan tersenyum.

  "Halo."

  "Sup."

  "Yahallo, Yukinon."

  Yuigahama meresponnya dengan menaikkan tangannya sementara aku hanya membalasnya dengan sapaan yang biasa, setelah itu kami duduk di kursi kami masing-masing.

  Tanpa adanya orang yang menyuruh, tanpa adanya orang yang memaksaku, dan tanpa adanya komplain dengan posisi kursiku, aku telah memutuskan kalau akan ada ruang kosong diantara kursiku dengan kedua gadis itu, dan itulah kursiku, tempat dimana diriku berada.

  Dan itu adalah alasan yang cukup untuk membuatku merasakan sebuah ketidaknyamanan dari sebuah pemandangan yang tidak normal ini.

  "Senpai, kau lama sekaliiiiiii."

  "Kenapa kau ada disini lagi...?"

  Sedang tiduran merebahkan bagian atas tubuhnya di meja, Ketua OSIS sekolah ini, Isshiki Iroha. Bahasa tubuhnya, entah ekspresinya yang kesal atau caranya memalingkan wajahnya, semuanya terasa seperti sebuah taktik yang licik...Tidak, serius ini, aku tidak percaya kalau dia bisa tiba disini lebih awal dari diriku dan Yuigahama. Apa dia semacam gadis yang bisa bergerak secepat angin?

  "Tadi sudah kutanya apa dia ada keperluan sehingga datang kesini, tapi katanya dia ingin menunggu kalian berdua datang. Jadi, dia menunggu kalian daritadi."

  Yukinoshita mengatakan itu, bercampur dengan desahan. Dia lalu memandangnya dengan lebih dingin dari biasanya. Meski begitu, dia tidak lupa untuk menyajikan teh untuknya. Banyak sekali cara untuk bersikap ramah ke tamu dimana aku sendiri ingin membuat Collection!

  Sedang Isshiki sendiri, dia tidak mempedulikan tatapan Yukinoshita yang dingin itu. dia malah mendekatiku, menaruh kedua tangannya di mulut, dan berbisik.

  "Yukinoshita-senpai awalnya tersenyum manis kepadaku ketika aku baru sampai disini, tapi dia tiba-tiba bersikap dingin kepadaku setelahnya...Dia selalu seperti itu setiap kali aku datang kesini."

  Ahh, benarkah...Well, ahaha, setiap kali Isshiki muncul, dia pasti membawa sebuah masalah. Tidak, serius ini, kenapa kau ada disini? Kupikir begitu. Lalu, kudengar suara batuk.

  "...Isshiki-san?"

  Yukinoshita menatapnya dengan memasang senyum. Uh oh, senyum yang itu! Senyum Yukinon yang menakutkan!

  "Y-Yaaa! Maafkan aku, tapi aku benar-benar ada perlu kesini!"

  Isshiki lalu berlari ke belakangku dan berlindung dibalikku, seperti dugaanku, mungkin itu adalah sikapnya untuk lari dari senyum itu. Hei, hentikan itu, senyummu itu juga menakutkanku juga, tahu tidak?

  "Be-Begini, tenang dulu. Iroha-chan, apa kau kesini karena ada keperluan yang menyangkut kegiatan OSIS?" Yuigahama mencoba menengahi.

  Dengan ekspresi senang, dia berkata.

  "Yui-senpai, kau ini baik sekali!" dia lalu kembali ke tempatnya.

  Akupun menatapnya sembari memberi tanda untuk mengatakan apa keperluannya.

  "Masalahnya adalah, aku merasa kalau aku punya banyak waktu luang dari yang kuperkirakan, atau sejenisnya?"

  "Huh?"

  Yak, kita kembali ke omong kosong ini lagi...Aku menatapnya dengan kesal tapi Isshiki tampak tidak mempedulikanku. Dia lalu menaruh jari telunjuknya di dagu dan dengan manisnya dia memiringkan kepalanya.

  "Maksudku tidak ada lagi event sekolah setelah ini dan Wakil Ketua sudah mengerjakan hal-hal kecil dari pekerjaanku. Yang tersisa untukku hanyalah stempel sana-sini di laporan keuangan akhir tahun."

  Begitulah. Aku sendiri tidak begitu tahu tentang pekerjaan Pengurus OSIS, tapi ternyata, pekerjaan semacam itu-kah yang mereka kerjakan, huh? Siswa kelas 3 juga sibuk dengan ujian sementara staff administrasi sekolah sibuk dengan penerimaan siswa baru. Sisanya, tidak ada yang dikerjakan lagi.

  "Karena itulah, ketika tidak ada lagi yang dikerjakan, aku memutuskan untuk memberikan istirahat bagi para Pengurus OSIS."

  Ohh, ternyata dia manajer dari perusahaan putih...Kebetulan, Klub ini memaksaku untuk hadir di ruangan ini meski tidak ada pekerjaan saat ini, aku yakin kalau Klub ini adalah perusahaan hitam!

  Ngomong-ngomong, manajer perusahaan hitam itu, sedang menganggukkan kepalanya, menaruh tangannya di dagu.

  "Bukannya kau sendiri punya Klub yang harus kau hadiri?"

  Yukinoshita menanyakan itu sambil memiringkan kepalanya.

  Wajah Isshiki tiba-tiba memerah dan dia memalingkan wajahnya.

  "...Sebenarnya waktu-waktu seperti ini di Klub Sepakbola terasa sangat dingin."

  Dia harusnya malu, bukannya malah bicara seperti itu dengan santainya. Yukinoshita menyentuh keningnya sendiri seperti mendapatkan sakit kepala, sementara Yuigahama hanya bisa tertawa mendengarnya.

  "A-Ahahaha...Jadi, apa keperluanmu?" tanya Yuigahama.

  Lalu, Isshiki pura-pura batuk dan menghadap ke arahku.

  "Jadi Senpai, sebenarnya aku tidak begitu peduli sih, tapi apa kau suka makanan manis?"

  "Kalau kau sedang membicarakan Hayama, aku yakin kalau dia akan senang memakan apapun yang kau berikan kepadanya."

  Aku sudah paham kebiasaan Isshiki yang semacam ini. Aku langsung berinisiatif menjawab itu dan membuat wajahnya memerah. Mendengar itu, Yuigahama seperti teringat akan sesuatu.

  "Oh, tapi sepertinya Hayato-kun tidak mau menerima coklat dari siapapun."

  "Ehhh, kenapa begitu?"

  "...Entahlah?" Yuigahama memiringkan kepalanya karena bingung.

  Lalu, Yukinoshita mengembuskan napasnya.

  "Bukankah sudah jelas kalau itu akan menimbulkan gosip? Waktu SD dulu, siswa-siswa sekelas besoknya langsung menggosipkan itu..."

  "...Ahh."

  "...Ahhhh, kurasa aku mulai paham."

  Isshiki dan Yuigahama mengangguk. Yep, yep, aku juga tampaknya paham.

  Aku bisa membayangkan situasi di kelas esok harinya. Para gadis akan mengobrolkan "Menarik sekali ✩ Ini seperti ujian penyihir di Absentia! Jangan lupa untuk saling berkhianat juga!" Pembicaraan antar gadis biasanya menyindir gadis lainnya. (Pengalaman pribadi).

  Sangat menakutkan, pikirku. Isshiki, yang sudah lama hidup dalam dunia bawah tan     maksudku, kehidupan sosial antar gadis, terlihat mendesah kesal.

  "Baiklah, kalau begitu aku tanya Senpai saja. Jadi Senpai, kau suka makanan manis?"

  "Aneh sekali, kenapa malah aku..."

  Apa kau mengharapkan diriku akan menjawab jujur dari pertanyaan yang sama barusan? Perasaan seperti diperlakukan sebagai figuran olehnya memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Ketika pikiran-pikiran itu sedang berputar di kepalaku, terdengar bunyi kursi yang bergeser. Kulihat, ternyata Yuigahama sedang berdiri.

  "Hikki menyukainya!"

  "Itu benar."

  Di sisi lain, Yukinoshita mengatakan itu sambil tersenyum dan tertawa kecil, entah mengapa. Seperti merasa ada keanehan, Isshiki mengatakan sesuatu.

  "Anah sekali mengapa kalian berdua malah yang menjawabnya, tapi...Kurasa itu jawaban yang bagus!"

  "Benar...Tunggu, memangnya kenapa?"

  "Aku ini sedang membuat survei tentang seberapa manis coklat yang akan kubuat. Setiap orang punya takaran manisnya sendiri, benar tidak?" Isshiki melanjutkan, tidak mempedulikan pertanyaanku.

  Yukinoshita terlihat memiringkan kepalanya.

  "Seberapa manis...Isshiki-san, apa kau berencana untuk membuatnya?"

  "Whoa, itu baru mengejutkan..." kataku.

  Lalu, Isshiki terlihat kesal.

  "Kenapa ekspresimu begitu? Kuberitahu ya, aku ini sangat jago membuat kue."

  "Ya ampun, itu keren sekali. Aku ingin belajar cara membuatnya juga, aku buruk sekali dalam hal itu..."

  Isshiki menepuk-nepuk dadanya sementara Yuigahama malah bersandar di bahunya dan berusaha memeluknya. Hmm, itu lucu sekali, kenapa dadanya tiba-tiba terlihat lebih kecil...Apakah ini semacam ilusi penglihatan atau sejenisnya? Ngomong-ngomong, aku harusnya memesan lebih cepat dan meminta edisi Blue-Ray untuk memperbaiki pemandangan ini.

  Ngomong-ngomong, dalam kasus Yuigahama, dia sebenarnya tidak berada dalam level 'buruk', tapi ah sudahlah. Kurasa itu masalah yang sepele.

  "Yui-senpai, memasak itu adalah masalah perasaan. Ketika kau membuat sesuatu, perasaan yang kau tuang itu adalah apa yang terpenting. Sederhananya, memikirkan kepada siapa orang yang akan kau buat."

  Isshiki menepuk bahu Yuigahama untuk menenangkannya. Lalu, dengan tersenyum, dia berusaha memberinya semkangat.

  "Lagipula, kita ini berhadapan dengan pria yang tidak tahu tentang masakan buatan sendiri. Jadi, coklat buatan sendiri merupakan hal yang mudah. Biayanya tidak mahal dan kau bisa menambahkan apapun yang kau suka untuk mempercantiknya. Para pria pasti akan menyukainya."

  "Alasanmu itu terlalu mengada-ada...Bahkan alasannya murni karena masalah dompet."

  "Mungkin terdengar lebih bermasalah karena cara berpikirnya tidak terdengar salah..."

  "Pendapat kalian tidak membuatku senang sama sekali..."

  Mendengar respon yang seperti itu, bahkan Isshiki sendiri berusaha mengambil jarak. Dia lalu merubah topiknya dengan tiba-tiba.

  "Well, yang tadi itu sebenarnya becanda. Sudah kuduga Senpai akan mengatakan itu...Begitulah, jadi aku ini ingin mencari referensi tentang coklat yang akan kubuat. Jadi Senpai, manis yang seperti apa yang Senpai suka?"

  "Seperti apa katamu...? Kurasa yang seperti ini."

  Aku mengambil sesuatu dari tasku, tentu saja, MAX COFFEE. Kenapa, katamu? Karena ini spesial bagiku.

  Setelah kutaruh kaleng itu di atas meja, ketiganya menatapku.

  Umm, ada apa dengan tatapan skeptis kalian...? Tidak ada seorangpun di Chiba akan sedih ketiika mencicipi rasa manis yang seperti ini. Setidaknya, itulah yang ingin kukatakan, tapi setiap orang tampak ragu denganku...

  Yuigahama menatap kaleng itu dan mengatakan sesuatu dengan pelan.

  "...Aku berani bertaruh kalau orang seperti aku saja bisa membuat yang seperti itu."

  "Mustahil kau bisa. Jangan omong kosong saja dan meremehkan MAX COFFEE. Kalau kau pikir hanya dengan mencampur susu full cream dan gula ke kopi akan membuat rasa yang seperti ini, kau salah. Tidak, serius, bahkan kau tidak perlu mencobanya."

  "Dia tiba-tiba marah!?"

  Tentu saja. Ini adalah level yang berbeda dari sekedar menaruh susu full cream ke kopi. Bahkan, menaruh kopi di sebuah susu full cream terdengar lebih meyakinkan bagiku. Kau tidak akan bisa memperoleh rasa manis seperti itu dengan cara yang biasa. Ini bukanlah sesuatu dimana para amatir bisa melakukannya.

  Isshiki menaruh ujung jarinya di bibir dan membuka mulutnya.

  "Sebenarnya, kupikir-pikir menambahkan itu akan membuat danaku bengkak."

  "Aku tidak tahu berapa banyak danamu, tapi kau akan kekurangan jika kau berpikir bisa dengan dana 130Yen untuk sekaleng benda itu."

  "Sebenarnya tidak masalah. MAX COFFEE akan lebih murah jika kau membelinya di toko yang tepat dan membeli dengan jumlah banyak."

  "Ya ampun Hikki, kau ini seserius apa sih...?"

  "Itulah yang terjadi jika kau tidak punya banyak kesempatan untuk meminum minuman yang manis ini. Tanpa rasa manis ini, maka setiap harinya yang kuminum hanyalah kopi yang pahit." Akupun mengatakan itu dengan kesal.

  Lalu, Yukinoshita mengibaskan rambutnya ke samping dan tersenyum.

  "Yang pahit itu bukanlah minumanmu, tapi pengalaman hidupmu."

  "Yeah, yeah, terserah saja. Tapi rasa sakit yang kuhadapi tidaklah berubah. Kalau begitu, aku hanya ingin menikmati seluruh sisa hidupku ini dengan minum jus yang manis."

  "Sepertinya yang kau bicarakan ini bukan minuman pahit, tapi cerita hidup yang pahit..." Yukinoshita mendesah.

  Bukan, bukan, itu seperti yang kau katakan. Aku memang merasa kalau semua yang kualami saat ini memanglah pahit, bahkan hidup itu sendiri. Jadi seperti yang kukatakan sebelumnya, hidup ini pahit, jadi hidup ini menyakitkan! Akupun memikirkan hal-hal tidak berguna itu di kepalaku.

  Isshiki lalu menggumam. "Benar. Aku juga tidak begitu peduli."

  Kejam sekali. Isshiki lalu meminum habis tehnya, menaruh gelasnya di meja, dan menghadap ke arahku.

  "Aku ingin meminta pendapatmu mengenai coklat pemberian."

  "Coklat pemberian, huh...?"

  Kucoba untuk mencari-cari ingatan tentang hal itu. Sayangnya, aku tidak pernah menerima itu dari orang lain, jadi aku tidak tahu harus mengatakan apa.

  Seperti membaca ekspresiku, Isshiki tersenyum sinis.

  "Ohh, Senpai, kau sepertinya tidak pernah diberi, huh? Bukankah biasanya para pria akan berlomba-lomba untuk menjadi siapa yang menerima coklat paling banyak? Apakah itu tidak melukai harga dirimu sebagai seorang pria jika tidak diberi?"

  "Uh, bukannya aku butuh itu...Memangnya sejak kapan Valentine Day jadi semacam olahraga?"

  Tidak ada yang lebih mudah dan sederhana dari menentukan pemenangnya berdasarkan jumlah, tapi memang itu adalah patokan paling mudah dalam perlombaan.

  Terutama, jika membahas jebakan offside yang bernama coklat pemberian! Itu jelas-jelas kartu merah dalam simulasi. Jadi, apa sih jebakan offside? Aku sendiri tidak tahu apapun soal sepakbola.

  Akupun mulai memikirkan hal-hal tersebut dalam kepalaku. Isshiki tampaknya bisa membaca ekspresiku dan menatapku dengan hangat.

  "Kurasa kalau itu sudah tidak tertolong lagi. Kalau begitu..."

  "Kau tidak perlu khawatir soal dia."

  Isshiki dipotong oleh Yukinoshita. Dia lalu mengibaskan rambutnya dan tersenyum, sedang Isshiki sendiri hanya bisa membuka mulutnya seperti menahan sesuatu.

  "Huh...? Jangan bilang, Yukinoshita-senpai, kalau kau akan..."

  Yukinoshita tidak membiarkannya menyelesaikan kata-kata itu dan tertawa kecil.

  "Karena Hikigaya-kun tidak punya satupun teman laki-laki untuk berlomba dalam hal itu."

  "Oh, masuk akal."

  Akupun menganggukkan kepalaku, sama dengan Isshiki, kita seperti sepasang ayam betina peternakan ayam. Benaaar sekali, ini masuk akal. Tepat setelah aku merasa kalau aku merasa yakin dengan pendapatnya, Yuigahama yang duduk di pinggir, menepuk-nepuk dadanya.

  "Kupikir kau tidak perlu khawatir...Lagipula, Hikki pasti akan mendapatkan coklat...Benar tidak?" dia menatapku.

  Akupun mengangguk.

  "Apaaa...? Maksudmu..."

  Isshiki menatap diriku dan Yuigahama berulang-ulang. Ketika kedua matanya bertemu denganku, akupun tertawa dengan bangga.

  "Hmph, dia benar...Aku punya Komachi."

  Itulah mengapa aku pasti akan dapat coklat! Aku beruntung sekali punya adik perempuan! Selama kau punya adik perempuan, maka kau akan baik-baik saja!

  Tapi, Isshiki memiringkan kepalanya dan mengedip-ngedipkan matanya karena bingung.

  "Huh? Komachi...? Siapa itu? Bukankah itu sejenis beras?"

  "Bukan."

  Apa-apaan tadi? Apa yang dia maksud adalah beras Akitakomachi? Sial, berikan saja aku beras dari JA-Ugo atau beras campuran mereka. Sekali lagi, tolong yang itu, JA-Chiba.

  "Oh, Komachi-chan itu adiknya Hikki." Yuigahama menjelaskan.

  Isshiki kemudian memandangiku dengan tatapan yang menyedihkan.

  "Jadi kau punya adik perempuan, Senpai?"

  "Jelas punya. Dia adalah adik perempuan level top. Bahkan, dia adalah adik perempuan terbaik di dunia."

  Jawaban yang terkesan bangga tersebut membuat Isshiki menatapku dengan curiga. Dia menatapku, kedua matanya terus menatapku dengan tajam, lalu dia memiringkan kepalanya.

  "...Senpai siscon?"

  "Jangan bodoh, jelas tidak," kataku, tapi reaksi orang-orang di sekitarku malah terlihat dingin.

  "...Umm, aku sendiri tidak begitu yakin kalau aku bisa menyangkal itu," kata Yuigahama.

  Yukinoshita hanya melihatku dengan tatapan tidak percaya. Ayolah, bantu aku keluar dari sini.

  Irohasu menganggukkan kepalanya mendengar respon mereka. Lalu, dia menaikkan jari telunjuknya, memindahkan ke dagunya, dan tersenyum licik.

  "Senpai, apa kau ini suka gadis yang lebih muda?"

  "Tidak juga."

  Lebih tua, lebih muda, tidak masalah. Maksudku aku adalah tipe orang yang bermasalah dengan segala usia.

  Aku berusaha menyangkal itu dan Isshiki mengatakan sesuatu.

  "Kalau begitu..."

  Isshiki lalu pura-pura batuk, hanya menatapku sejenak, lalu kemudian memalingkan pandangannya.

  Dia meremas ujung cardigannya sementara tangan lainnya meremas ujung roknya. Dengan mata yang berkaca-kaca, dia melepaskan embusan napasnya yang terasa hangat.

  Lalu, dia mengatakan sesuatu dengan terbata-bata.

  "A-Apa Senpai...Membenci gadis yang lebih muda?"

  Aku...Tidak! Yeah! Kalau kau tanya aku, aku akan menjawab kalau aku menyukai mereka!

  Dengan tatapan yang penuh percaya diri, Yuigahama menatap Isshiki.

  "Tahu tidak, cara bertanyamu-lah yang menjadi masalah..."

  "...Yeah, kurasa begitu."

  Yep, aku setuju dengan itu. Meski, aku mulai terbiasa dengan itu saat ini. Isshiki masih mengharapkan jawabanku dan terus melihatku dengan tatapan penuh harap.

  Sikapnya yang seperti itu membuatku tersenyum kecut.

  Isshiki, sikap, dan cara bicaranya memang mempesona, tapi ada beberapa alasan mengapa sikapnya itu tidak berpengaruh banyak terhadapku. Kalau aku yang dulu, aku pasti akan lupa diri, aku yakin itu. Ada sebuah alasan besar dibalik itu, tapi, itu cukup sederhana.

  "Selama aku punya adik perempuan, aku tidak masalah dengan siapapun, tua atau muda."

  "Itu terdengar seperti terjangkit sebuah penyakit parah yang membuat siscon menjadi penyuka gadis muda!"

  Kata-kata tragis Yuigahama menggema di ruangan ini dan Isshiki mengangguk setuju sambil memasang ekspresi jijik. Sekarang kau membuatku membayangkan bagaimana image Komachi jika dia lebih tua dariku. Akupun melihat ke sekitarku berharap kalau ada seseorang yang membantuku, dan Yukinoshita sedang memiringkan kepalanya seperti memikirkan sesuatu, dia lalu menyilangkan lengannya.

  "Masalahnya adalah apa yang membuat seseorang termasuk dalam kriteria lebih muda. Apakah tingkatan kelas? Tanggal lahir? Apa mereka dikategorikan lebih muda meski lahirnya tidak jauh dari tanggal lahirmu...? Definisi itu agak abu-abu. Kupikir kita harus memastikan itu dulu, benar tidak?" kata Yukinoshita.

  Yuigahama lalu menepuk kedua tangannya.

  "Oh, tapi hei, Hikki sepertinya juga akan cocok dengan gadis yang lebih tua, pasti itu...! Kupikir begitu."

  Dia mengepalkan tangannya, seperti berusaha meremas sesuatu. Tapi aku sendiri tidak memiliki obsesi seperti itu, benar sekali.

  "...Kurasa itu tidak begitu bisa diaplikasikan dalam masalah ini. Kalau kita berbicara tentang beda tahun, kurasa itu tidak begitu masalah."

  Contohnya jika kita melihat dari sudut penghasilan pasangan! Yang terpenting adalah mereka bisa membiayaiku. Dan menurut sudut pandang itu, Komachi adalah yang sempurna. Dia memiliki sebuah bakat yang bagus untuk menjadi perawatku.

  Isshiki lalu menggerutu.

  "Ehh, yakin? Apa Hayama-senpai juga berpikir seperti itu?'

  "Entah kalau itu."

  "Tapi Senpai, dulu bukannya kau pernah bilang kalau menjadi lebih muda adalah sebuah keunggulan, benar tidak?"

  "Yeah, memang benar aku bilang begitu...Lagipula, kau lahir di bulan April, jadi kau sendiri lahir kurang dari setahun jaraknya dariku. Jadi kurasa aku tidak bisa memandangmu sebagai gadis yang lebih muda dariku."

  Jika selisihnya beberapa tahun, mungkin aku bisa merasakan itu. Misalnya kita berbicara jarak usia antara Komachi atau Haruno-san, itu jelas sekali. Hiratsuka-sensei, kalau itu...ah sudahlah. Isshiki hanya berjarak 8 bulan dariku dan 3 bulan dari Yukinoshita. Kurasa begitu. Isshiki tampak tidak sepaham denganku dan hanya mengedip-ngedipkan matanya karena terkejut.

  "Ada apa...?"

  "Oh, tidak...Aku hanya sedikit terkejut."

  Ketika aku mengatakan itu kepadanya, dia terlihat pura-pura bermain-main dengan poninya. Di lain pihak, Yuigahama tiba-tiba memindahkan kursinya dan mengambil jarak yang cukup jauh dariku.

  "Darimana kau bisa tahu tanggal lahirnya!? Itu menakutkan! Kau menakutkan, Hikki...Tidak, serius ini..."

  "...Kau tampaknya tahu banyak." kata Yukinoshita.

  Meski senyumnya mirip Nikkari Aoe yang terlihat seperti senyum yang menyenangkan, sebenarnya dibalik itu ada sebuah tekanan hebat yang bisa kurasakan.

  "Tidak, Isshiki pernah mengatakan itu tempo hari sewaktu dia menceritakan hal-hal yang licik dan tidak berguna..."

  "Apa maksudmu dengan tidak berguna!? Se-Sebenarnya tidak begitu! Bahkan, aku bukanlah satu-satunya orang yang licik disini, kau juga, Senpai!"

  Isshiki tiba-tiba berdiri dan menunjuk jari telunjuknya ke arahku. Sebenarnya, bukan diriku yang bersikap licik, tapi kaulah yang licik disini, Isshiki...

  "Aku ini punya ingatan yang mengagumkan, itulah alasannya...Ngomong-ngomong, bukankah urusanmu sudah selesai? Cepatlah kembali ke Ruang OSIS atau Klub Sepakbola sana!" kataku.

  Isshiki hanya bisa menggerutu kesal sambil berjalan ke arah pintu. Untunglah, gadis ini selalu bersikap seperti itu. Yeah, yeah, kau licik sekali, sangat licik.

  Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku hanya tersenyum sambil melihatnya pergi. Tiba-tiba, pintu Klub diketuk oleh seseorang, tepat di depan Isshiki.




x Chapter III | END x


  

  

  

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar