Jumat, 10 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 4 : Tiba-Tiba, Request-Request Berdatangan Ke Klub -4

x x x





  Tidak lama kemudian, Miura dan yang lainnya meninggalkan ruangan Klub. Suasana damai sudah kembali ke ruangan ini dan Yukinoshita mulai mengembuskan napas yang terdengar berat.

  "Entah mengapa, hari ini terasa sangat melelahkan..."

  Sambil meminum teh hitam kami yang baru, kami akhirnya mulai merasakan kenyamanan di ruangan ini.

  "Empat orang klien dalam sehari, ini seperti, rekor kita selama ini, benar tidak?" tanya Yuigahama.

  Well, menyertakan Isshiki sebagai salah satu klien memang terasa agak eneh. Tapi, meski tanpanya, pekerjaan hari ini sudah terasa berat.

  Ruangan kosong ini yang dulunya digunakan sebagai gudang, berubah menjadi sebuah tempat yang ramai. Kursi-kursi yang biasanya disusun bertumpuk di pojokan, kini terlihat disusun mengelilingi meja ini dengan banyak sekali gelas teh ditaruh di atas meja.

  Ruangan Klub ini sudah berubah sejak waktu itu.

  Udara yang hangat, peralatan teh, selimut, dan kumpulan dokumen-dokumen mulai menempati ruangan ini. Beberapa kursi juga mulai diatur sebagai tempat peralatan aktivitas Klub. Tidak lupa juga intensitas cahaya matahari yang masuk ke ruangan ini dan adanya gantungan mantel di dinding ruangan ini.

  Ruangan yang dingin dan menjemukan, kini berubah menjadi ruangan yang hangat ketika akhir musim semi.

  Aku sendiri tidak yakin apakah ini karena pergantian musim, atau mungkin karena ada alasan lain.

  Udara di sekitarku seperti membuatku mengantuk saja, sehingga aku mulai melihat ke arah jendela ruangan ini.

  Menurut prakiraan cuaca, hari ini akan bertiup banyak sekali angin dingin, dan aku bisa melihat tanda-tanda itu dari jendela ruangan ini.

  Suara dari derit kaca jendela dan suara-suara percakapan para gadis di ruangan ini terdengar di telingaku.

  "Tapi, kurasa ini cukup berat."

  Isshiki yang mendengarkan Yukinoshita mengatakan itu sambil menyilangkan lengannya, kini dia juga menyilangkan lengannya dan mendesah.

  "Benar, Miura-senpai terlihat serius tadi, ini memang berat."

  "Yang kumaksud barusan adalah jumlah requesntya..."

  Yuigahama yang tersenyum melihat percakapan keduanya, mulai berbicara.

  "Tapi, kurasa aku mulai paham apa yang dirasakan Hayato-kun saat ini..."

  Apa yang dirasakan Hayama...Tidak, aku benar-benar tidak memahaminya...Akupun melihat Yuigahama dengan penuh tanda tanya, hendak menanyakan apa maksudnya. Yuigahama lalu berpikir sejenak, lalu berbicara.

  "Ah, begini...Bagaimana ya...Aku sendiri susah untuk menjelaskannya, atau mungkin aku yang terlalu banyak memikirkan itu..."

  Sikapnya itu memang wajar. Mendengar itu, Isshiki lalu menganggukkan kepalanya.

  "Ah, itulah Yui-senpai. Orangnya peduli dengan orang lain."

  "Begitu kah...Ahaha...Jadi seperti itukah diriku..."

  Yuigahama tertawa ketika mendengar kata-kata Isshiki, ekspresi wajahnya seperti tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

  Mungkin saja dia hanya malu ketika mendengar orang memujinya. Mungkin saja begitu. Atau bisa juga, dia dalam posisi yang sama dengan Hayama Hayato. Karena mereka berdua orang baik, mereka mungkin menderita karena terlalu khawatir dengan orang lain.

  Kalau dipikir-pikir, Yuigahama juga akrab dengan Hayama, Miura, dan juga Isshiki. Posisinya yang saat ini terperangkap diantara ketiganya memang pernah terlihat di Destiny Land, dan saat ini hanyalah momen lainnya dari situasi yang sama.

  'Ah, ini masalah yang berat...' Mudah sekali bagi orang luar untuk berkomentar seperti itu. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu.

  Aku tidak mengerti mengapa ada orang mau terus-terusan khawatir tentang hubungan orang lain. Tapi, aku merasa memiliki kesamaan dengannya. Aku merasa kalau aku menginginkan sebuah kesimpulan yang jelas.

  Misalnya, jika aku bisa punya pikiran yang selaras dengan Hayama, mungkin semua usaha yang sudah kulakukan sampai saat ini bisa dikatakan sia-sia.

  Hayama Hayato, yang hidup demi memuaskan ekspektasi semua orang, memutuskan untuk hidup seperti itu. Menyelesaikan masalah tanpa masalah. Mendedikasikan hidupnya hanya demi jalan yang seperti itu.

  Ada sesuatu yang tulus dalam sebuah kebohongan.

  Bagi orang baik, akan selalu ada sesuatu dimana orang jahat tidak bisa melakukannya. Mereka biasanya hanya bicara saja, atau mengulang-ulang hal-hal yang sama secara terus-menerus.

  "...Well, bukankah kita bisa memakai sebuah event dan menjadikannya alasan? Seperti sebuah alasan yang bagus untuk meyakinkan Hayama."

  "Huh?"

  Isshiki tampaknya tidak paham apa maksudku dan memiringkan kepalanya sambil melihat ke arahku. Meski sikapnya ini memang manis, tapi jawabanmu tetap menggangguku, Isshiki...

  "Selama kau bisa mengkondisikan dia untuk terpaksa menerima itu, atau lebih tepatnya, sebuah situasi dimana dia bisa terlihat wajar jika menerimanya."

  Mendengarkan jawabanku, bibir Isshiki terlihat bergerak-gerak, seperti tidak paham apa maksudku. Lalu, Yukinoshita menaruh cangkir tehnya ke cawan dan menatapku, memberiku tatapan agar dia saja yang menjelaskannya.

  "Begini, maksud dia yaitu kita memberinya alasan untuk menerima itu?...Jika kau menempatkannya di sebuah lokasi yang tertutup, maka Hayama-kun bisa menerima itu tanpa mendapatkan masalah di kemudian hari."

  "Itu benar, tertutup, atau apalah itu."

  Sebenarnya, apakah itu tertutup, terburuk, atau QP, itu bukanlah masalah. Yang utama adalah Hayama tidak harus khawatir tentang bagaimana pendapat orang terhadap tindakannya itu. Jadi yang harus kita lakukan adalah memastikan kalau itu tidak akan merusak imagenya di depan publik.

  Meski sudah dijelaskan sebanyak itu, Isshiki dan Yuigahama masih tampak bingung karena mereka masih memiringkan kepalanya.

  "Misalnya begini...Jangan katakan kalau ini ada hubungannya dengan Valentine Day. Minta tolong ke dia untuk mencicipinya. Sejenis itu, entah bagaimana cara pelaksanaannya."

  "Oh jadi seperti ini...Terlihat wajar karena semua orang disana semuanya sedang membuat coklat bersama-sama?"

  Yuigahama menarik napas yang dalam ketika mengatakannya, dia tampaknya lega karena paham maksudnya. Hmm, kurasa akan lebih baik jika kau paham tanpa banyak masalah.

  "Ya semacam itulah. Entah apa itu Isshiki atau Miura, selama kau membuatnya bersama-sama Hayama dan memintanya untuk mencicipi, dia pasti tidak punya alasan untuk menolaknya."

  "Begitu ya...Aku mulai paham maksudmu! Aku hanya perlu menyeretnya ke sebuah tempat dimana tidak ada seorangpun yang akan mengganggu kami?"

  "Meski maksudmu tidak salah, tapi tolong perhatikan lagi cara kau mengatakan itu tadi..."

  Mendengarku menyindir Isshiki, Yukinoshita terlihat tersenyum.

  "Meski begitu, pemilik ide ini memang membuktikan sesuatu. Seperti yang kau harapkan dari seorang jenius yang ahli dalam strategi kotor dan menghilang dari tatapan publik."

  "Uh, kau juga harusnya memperhatikan cara bicaramu juga."

  Kadang, kau tidak perlu memuji orang lain secara berlebihan. Ketika memikirkan itu, Yuigahama tiba-tiba menepuk pinggangnya dan berdiri.

 "Kalau begitu, ayo kita lakukan. Kita semua bersama-sama..."

  'Semua?"

  "Yep, semuanya! Sesuatu seperti fondue coklat! Kedengarannya akan menyenangkan, seperti Chocopa!"

  "Cho, copa..? Eh, apa itu?"

  Mungkin ini adalah kali pertama dia mendengar hal itu, Yukinoshita hanya bisa memiringkan kepalanya karena penasaran. Well, menurut deduksiku terhadap apa yang pernah Yuigahama katakan sampai saat ini, chocopa mungkin bisa jadi adalah sebuah singkatan dari chocolate-party atau sebuah pesta untuk membuat kue coklat. Aku ternyata sudah masuk level 2 dari Bahasa Gahama. Aku mungkin punya skor tinggi dalam YUEIC. Jadi, kita akan membuat pesta? Gadis ini...Ya ampun, Yuigahama ini ternyata tipe orang yang suka berpesta, pesta jus, YEAH!

  Yukinoshita masih bingung, tapi Isshiki mala menganggukkan kepalanya dan mengatakan "Ohh".

  "Dengan kata lain, kita akan melakukan semacam event, benar tidak?!"

  "Ya! Seperti itu! Semua orang akan saling membantu jika kita membuat event semacam itu!"

  Yuigahama mencondongkan tubuhnya ke depan karena antusias, sementara Isshiki masih terlihat bingung dengan itu.

  "O, Oke...Begitu ya..."

  Mendengarkan jawaban Yuigahama, ekspresi Isshiki mengatakan kalau dia sendiri tidak yakin dengan itu. Dia lalu menatapku.

  "Bagaimana pendapatmu, Senpai?"

  Sebuah nada yang terdengar biasa-biasa saja. Meski begitu, sikapnya yang tenang, dan ekspresinya yang serius seperti memberitahuku kalau dia bisa melihat apa yang ada dalam hatiku. Ini agak berbeda dari Isshiki yang biasanya. Meski kata-katanya cukup pendek, dia terus menatapku. Mulutnya hanya tertutup dan tidak menunjukkan ada tanda-tanda tersenyum disana.

  "...Setidaknya, kita bisa menyelesaikan semua request sekali jalan. Kalau berpikir dari sudut pandang 'efektivitas', kurasa ide ini tidaklah buruk."

  Meski begitu, agar tidak terjadi kesalahan fatal. Hanya demi alasan ini, aku harus berhati-hati dalam memilih kata-kata.

  "Well, masalah terbesarnya bukan itu, benar tidak?"

  Isshiki lalu tertawa kecil ketika mendengarnya. Lalu, dia menyilangkan lengannya.

  Melihat respon yang aneh tersebut, Yuigahama mulai bertanya sambil bermain-main dengan sanggul rambutnya.

  "A-Apakah ada sesuatu yang salah...?"

  Memotong kata-kata Yui, Isshiki lalu tersenyum, dan menanyakan sebuah pertanyaan terlarang itu kepadanya.

  "Bukan begitu, sebenarnya tidak ada apa-apa...Hanya penasaran saja, bisakah Yui-senpai memasak?"

  "Eh?"

  




x Chapter IV Part 4 | END x

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar