Selasa, 07 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 4 : Tiba-Tiba, Request-Request Berdatangan Ke Klub -1


x x x




  Setelah mendengar pintu diketuk, seluruh tatapan mata di ruangan ini mengarah ke arah pintu Klub.

  Isshiki yang awalnya hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba kembali ke kursinya setelah beberapa kali menoleh ke arah kami dan pintu tersebut. Well, aku sendiri paham bagaimana anehnya situasi dimana ketika kau hendak keluar dari ruangan dan bertemu dengan tamu yang hendak masuk ke ruangan tersebut.

  Tidak lama kemudian, terdengar suara dari balik dinding tipis yang berada di sampingku ini.

  “Ini bukannya kita butuh bantuan mereka...”

  “Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Lagipula, aku sendiri tidak tahu banyak soal itu.”

  Suara-suara yang familiar tersebut terdengar seperti berasal dari orang yang suka mengatakan sesuatu apa adanya dengan seseorang yang terdengar gengsi dan punya kekuasaan.

  Lalu terdengar lagi suara pintu yang diketuk, hanya saja, kali ini suara ketukannya terdengar lebih berirama dari sebelumnya.

  “Silakan masuk,” jawab Yukinoshita.

  Pintu tersebut dibuka, dan Ebina-san terlihat muncul di balik pintu tersebut.

  “Halo halo! Apa kalian ada waktu?”

  “Hina? Oh, tentu, masuk, masuk saja!” Yuigahama memberi tanda dengan mengibas-ngibaskan tangannya, sementara Ebina-san mengangguk untuk membalasnya.

  Memang, semakin cepat kau masuk ke dalam, maka semakin sedikit angin yang masuk ke ruangan ini. Asal kau tahu saja, kursiku ini dekat dengan pintu...

  “Maaf sudah mengganggu,” Ebina-san memberikan salam yang ramah ketika masuk ke ruangan ini.

  Mengikuti dari belakang, dengan ekspresi yang gelap dan memalingkan pandangannya dari kami, Miura.

  “Apa ada yang bisa kami bantu?” tanya Yukinoshita.

  Ekspresi Miura terlihat kesal ketika melihat Isshiki. “Kenapa kau ada disini?”

  “Oh, itu ya, itulah yang hendak kukatakan...Atau sejenis itu!” Isshiki membalas balik, sementara Miura sedang bermain-main dengan ujung rambutnya dengan memasang wajah yang kesal.

  Oh, suasana yang terlihat aneh...Begitulah pikirku. Seperti memiliki pandangan yang sama, Yuigahama mencoba menengahi.

  “Umm, apa dengan adanya orang yang lebih banyak akan membuatmu sulit untuk berbicara?”

  “Tidak, tidak juga...” jawab Miura.

  Sikapnya masih terlihat ketus. Ini jelas-jelas memberitahu kita kalau dia tidak akan dengan mudah menceritakan masalahnya kepada kami.

  “Kami bisa mengusirkan Isshiki jika kau mau,” akupun menawarkan diri.

  “Huh!? Kenapa begitu!?”

  Bukankah kamu ini bukan anggota Klub ini? Keberadaanmu disini saja sudah menimbulkan situasi abnormal, tahu tidak?

  “Begini, begini, Yumiko. Fokus saja dengan apa yang hendak kau bicarakan, oke? Kurasa tidak terlalu detail tidak masalah?”

  Ebina-san menepuk-nepuk bahu Miura untuk menenangkannya.

  Yuigahama lalu tersenyum ke Isshiki.

  “Ya begitulah, mungkin saja, Iroha-chan punya ide-ide yang bisa membantu.”

  Isshiki mulai terlihat kesal karena diperlakukan seperti orang asing, meski aku sudah menggeleng-gelengkan kepalaku dan memberi tanda ke Yuigahama, dia malah menerimanya dan tersenyum kepadanya.

  “Ya sudah, ayo kita mulai saja,” kata Yukinoshita, mulai membuka pembicaraan ini.

  Setelah menatap Isshiki untuk beberapa lama, Miura lalu berhenti menatapnya. Dia lalu bermain-main dengan ujung rambutnya dan mulai berbicara.

  “...Well, tahu tidak? Aku sedang berpikir untuk membuat coklat...Umm, kita sendiri akan menghadapi ujian tahun depan...Jadi ini akan menjadi Valentine terakhir kami atau sejenis itu.”

  Nada suaranya ketika mendekati akhir kalimat tadi mulai terkesan gugup dan malu-malu. Wajahnya terlihat memerah.

  Entah mengapa, aku melihat semacam emosi yang mendalam di balik kata-katanya itu, meski mungkin saja penilaianku itu salah.

  Begitulah, Valentine kali ini adalah Valentine terakhir kami sebagai siswa SMA. Mungkin Valentine selanjutnya akan memiliki makna yang berbeda-beda dalam kehidupan kami.

  “...Jadi, aku memutuskan untuk mencoba membuatnya atau sejenis itu,” Miura menambahkan lagi sambil bermain-main dengan ujung rambutnya, mungkin untuk menyembunyikan rasa malunya.

  Kata-katanya tadi yang dikeluarkan olehnya sambil bermain-main dengan ujung rambutnya, memang memberikan alasan yang masuk akal. Kata-katanya tadi memang sebuah hal yang mudah kita pahami, sebagai remaja, mungkin akan sulit dipahami jika kita sudah menginjak dewasa.

  Bagi mereka, Valentine kali ini adalah Valentine terakhir mereka.

  Begitulah, mungkin tidak semua orang bisa bersimpati dengan apa yang Miura rasakan. Misalnya Isshiki yang masih akan punya satu kali lagi Valentine, jadi dia tidak merasakan emosi yang mendalam ketika mendengarnya. Mulutnya terlihat terbuka begitu saja seperti tidak paham mengapa Miura merasa itu adalah hal yang penting baginya.

  Yukinoshita lalu terlihat seperti memikirkan sesuatu dan menaruh tangannya di dagu.

  Tetapi berbeda dengan Yuigahama. Dia terus-terusan menatap tajam ke arah Miura.

  “...Yumiko, bukannya kamu tadi bilang kalau belajar membuat coklat di momen seperti ini seperti sikap yang terburu-buru?”

  “...Ka-Kalau itu – “ Miura kehilangan kata-kata, lalu berusaha memalingkan pandangannya. Tapi Yuigahama terus menatapnya dan tidak mau kehilangannya.

  Ebina-san lalu mencoba menengahi Yuigahama yang terlihat kecewa.

  “Begini, begini, memangnya apa masalahnya? Kupikir belajar membuat coklat bagi siapa saja akan terdengar bagus.”

  “Siapa saja? Apa kau berniat untuk membuatnya juga, Hina?” tanya Yuigahama, seperti terkejut mendengar jawabannya.

  “Yep. Well, mungkin lebih tepatnya aku akan menemani Yumiko atau sejenis itu. Kurasa tidak ada ruginya jika aku ikut belajar juga.”

  “Ohh, itu cukup mengejutkan...”

  “Benarkah? Seperti, jika aku bisa membuatnya, akan sangat berguna buat dijual di event seperti Comiket,” kata Ebina-san.

  “Oh ho...?”

  ...Coklat yang dijual? Dijual, huh? Hmm? Akupun melihat ke Ebina-san, merasa kalau kata-katanya tadi cukup aneh, lalu dia berbalik menatapku.

  Sebuah tatapan yang terlihat dibalik lensanya seperti bertanya kepadaku apakah ada sesuatu yang salah. Akupun menggelengkan kepalaku.

  Umumnya, benda-benda buatan sendiri, entah untuk dijual atau sebagai hadiah, biasanya dipakai sebagai simbol untuk menggambarkan hubungan yang lebih dalam daripada sekedar hubungan teman. Ebina-san harusnya paham soal ini, meski begitu, dia tetap berniat untuk membuat coklat.

  Dengan kata lain, setidaknya, meski kecil, dia memikirkan tentang seseorang...

  ...Lumayan juga usahamu, Tobe. Kau ternyata sudah membuat perkembangan disini. Sekali lagi, aku sendiri tidak tahu apakah Tobe orang yang akan hendak dia beri karena bagiku Tobe sendiri terlihat seperti orang asing. Maksudku, serius, siapa sih Tobe?

  Dengan pikiran-pikiran semacam itu mulai bermain-main di kepalaku, aku merasakan sedikit kehangatan mulai mengisi hatiku ketika melihat Ebina-san. Lalu, kedua alisnya tiba-tiba bergerak. Dia lalu memasang ekspresi busuk dan kacamatanya terlihat bersinar-sinar.

  “Yeah, kau juga harusnya belajar membuat coklat! Kupikir kau harusnya mencoba memberi Hayato-kun bro-chocolate, Hikitani-kun!”

  “Yeah terima kasih, tapi aku tidak berminat...”

  Sial, tampaknya Ebina-san tidak akan berpindah mode dalam waktu dekat...Ngomong-ngomong, apa yang barusan dia katakan? Bro-choco? Tomo-choco? Apa-apaan itu? Kakek dari Chibi Maruko?

  “Bukannya dia sendiri bilang tidak akan menerima dari siapapun?”

  “Jelas diterima kalau itu dari seorang pria!”

  Kurasa aku sudah melakukan kesalahan besar dengan bertanya hal seperti itu.

  Dengan terpaksa, kami harus mendengar ocehan Ebina-san ini...Lagipula, orang yang biasanya menghentikan Ebina-san terlihat sedang mencemaskan sesuatu, dia terus-terusan bermain-main dengan ujung rambutnya.

  Untuk sementara waktu, aku tidak mempedulikan Ebina-san, yang terus-terusan bercerita tentang bro-chocho dan homo-choho.

  Isshiki yang duduk di sebelahnya, tampak menyilangkan lengannya dan menggerutu.

  “Benar juga. Kurasa itu akan mempersulit kita karena sejak awal dia sudah memberitahu orang-orang kalau dia tidak akan menerima apapun.”

  Yep – tunggu dulu, bukan begitu, masalahnya bukan begitu, tapi kita ini sama-sama pria...Tunggu dulu, kalau dipikir-pikir, memang ada benarnya kalau dia mungkin akan dengan senang hati menerima coklat dari pria karena tidak akan memberinya masalah...Tapi tunggu dulu!? Jelas-jelas akan ada masalah lain yang muncul dari adegan itu! Dan ujung-ujungnya hanya akan memberiku sebuah nasib buruk lainnya!

  “Jadi kita harus bagaimana...?”

  “Haa...Mana gue tahu!”

  Ketika Isshiki dan Miura sama-sama mendesah kesal, mereka kemudian saling melihat satu sama lain. Kedua tatapan mereka seperti kumpulan kembang api yang siap disulut...


  Ya ampun, ini menakutkan sekali...







x Chapter IV Part 1 | END x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar