Selasa, 28 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 7.5 Special | Vol 3 chapter 7 : Taktik Dari Hikigaya Komachi -2

  Setelah berhari-hari dihinggapi oleh perasaan bosan...

x x x









  Tempat arcade.

  Bagi para siswa SMA, itu adalah tempat yang sangat familiar bagi mereka. Karena memiliki rombongan sendiri, suara dari para pasangan kencan dan rombongan lain di tempat ini tidak terasa mengganggumu. Dengan bersama rombongan sendiri, kau merasa kalau kau seperti dibentengi sesuatu terhadap dunia luar, membuatmu bisa merasa santai dan nyaman. Karena suasana ramai seperti inilah seseorang yang berada disini merasa seperti menjadi bagian dari keramaian ini, bahkan orang sepertiku saja bisa merasa santai berada disini.

  "Tempat ini berisik sekali...Sebenarnya, apa yang harus kita lakukan di tempat seperti ini?"

  Yukinoshita melihat ke arah sekitarnya seperti tidak familiar dengan tempat seperti ini. Seingatku, tempo hari kami berdua pernah pergi ke tempat arcade di Lalaport, tapi arcade di Lalaport memang didesain untuk hiburan keluarga, dimana tempatnya didesain lebih tenang dan nyaman. Jadi, tempat arcade seperti ini yang ramai dan berisik mungkin merupakan pengalaman pertama baginya.

  "Untuk sementara, kita coba lihat-lihat dulu."

  Tidak ada gunanya jika kita hanya berdiri dan diam di arena arcade. Kusarankan kepada yang lainnya dan kita putuskan untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat sebentar. Sambil berjalan ke sekitar kami, Yuigahama seperti menyadari sesuatu dan menunjuk ke arah tersebut.

  "Ah, itu sepertinya seru."

  "Oh, itu terlihat bagus sekali!"

  Aku melihat ke arah dimana Komachi dan Yuigahama menunjuk.

  "Fumu, Mahjong Fight Club, huh?"

  "Huh, lebih asik main secara online, kau bisa melawan pemain-pemain terbaik di seluruh negeri."

  Game jaman sekarang, mayoritas dimainkan secara online. Memang akan terasa lebih bagus jika ada yang memperhatikan mereka yang tidak punya teman dan mereka yang ingin kabur ke hutan dan tidak punya tempat yang dituju.

  "Apa yang akan kita lakukan? Komachi-chan, apa kau mau bermain mahjong?"

  "Ayo saja! Aku ingin bermain dengan Yui-san! Memakai mode turnamen nasional!"

  "Kalian lebih baik tidak usah main itu. Kalian sepertinya sangat ahli soal itu, jadi hentikan saja."

  Juga, sepertinya kakak dari Yukinoshita, Haruno-san, terlihat seperti orang yang menyukai susunan setnya sementara Kawasesuatu-san tampaknya sangat tangguh dalam menyusun setnya. Sepertinya, semua orang tampak kuat dalam sesuatu...

  Sementara aku memikirkan itu, Yukinoshita terus menatap ke arah meja permainan mahjong dari kejauhan dan menggumamkan sesuatu.

  "Apa mahjong itu sesuatu yang dimainkan oleh perempuan? Entah mengapa aku merasa kalau mahjong memberikan kesan seperti itu."

  "Kurasa begitu. Memang kesannya seperti sebuah permainan yang dimainkan oleh para pria. Pria-pria yang memainkannya terkesan maskulin dan keren..."

  Seperti kata Totsuka barusan, membayangkan para pria sedang bermain mahjong adalah hal yang sangat mudah. Jadi sesuatu seperti malam hari ketika darmawisata, kau akan sering melihat adanya permainan mahjong di kamar para pria.

  Sama seperti mereka, aku juga bermain mahjong. Begitulah, tapi aku hanya tahu cara bermainnya, sedang aku sendiri tidak tahu cara menghitung poinnya. Aku sendiri tidak tahu harus belajar ke siapa karena tidak ada yang mau bermain mahjong denganku. Tapi karena adanya komputer, maka menghitung poin bukanlah masalah lagi.

  Tampaknya, aku secara tidak sadar mulai menikmati pemandangan di stand mahjong ini. Komachi yang memperhatikan sikapku ini mulai tersenyum seperti seekor kucing.

  "Ah, mahjong yang biasanya disukai oleh Onii-chan adalah yang seperti itu, bukan? Mahjong dimana yang kalah harus melepaskan bajunya."

  "Hei, idiot, jangan banyak bicara! Berhentilah membicarakan itu di tempat seperti ini. Totsuka mungkin saja mendengar itu, sialan!"

  Jangan menyebarkan gosip-gosip negatif seperti Onii-chan bermain game ini dengan aturan yang tidak waras, oke?

  Kalau begini, Totsuka nantinya akan membenciku dan wajahnya yang memerah itu akan berkata, "Ma-Mau bagaimana lagi, huh? Ha-Hachiman kan cowok dan..." Apa coba yang harus kulakukan jika dia mengatakan itu dengan wajah yang memerah? Aku seperti mau mati saja, atau mungkin, aku mulai membayangkan seorang gadis manis yang sedang berada di ladang kubis yang sedang beradegan porno dan itu tidak disensor!

  Tapi aku sedang beruntung karena Totsuka tidak mendengarnya. Setelah merasa lega, aku merasa kalau Yukinoshita sedang menatapku dengan dingin seperti ada seseorang yang menuangkan air dingin ke punggungku.

  "...Kau harusnya juga mempertimbangkan efek itu jika didengar kami."

  Entah apa dia marah atau merasa jijik sehingga dia menatapku seperti itu. Kau menakutkan sekali. Karena dia terlihat menakutkan, aku memalingkan pandanganku dari Yukinoshita dan yang kulihat saat ini adalah Yuigahama yang sedang memberikan tanda kepadaku untuk mendekat ke arahnya.

  "Ah, coba lihat, lihat disana. Sepertinya perempuan juga suka main mahjong, lihat yang itu...Dan, huh...?"

  Tertarik dengan apa yang dilihatnya, aku mulai melihat ke tempat yang sedang dia lihat. Ternyata, aku melihat sosok dari seseorang yang sedang memancarkan aura yang sangat menyedihkan.

  "Oh, tampaknya aku mendapatkan set yang bagus kali ini. Tampaknya aku sangat dicintai oleh mahjong hari ini. Tapiiiii kenapa tidak ada pria yang mau mencintaiku, huuuh? Oh, ini Pon, Kan, Shin, hanya becanda, hahaha, haaa..."

  Asap rokok yang diembuskannya mulai menutupi wajahnya, meski begitu, aku sangat yakin dengan identitas dari sosok ini.

  "Itu Hira...Tsuka...Sensei..."

  Bahu Yuigahama terlihat bergetar ketika menyebutkan nama itu.

  Tampaknya setelah Hiratsuka-sensei kabur di depan kami tadi, dimana kami sedang bingung menentukan kemana kami akan pergi, dia pergi ke tempat arcade dan bermain mahjong untuk menghibur hatinya. Zaimokuza lalu terlihat menaruh tangannya di dada dan membetulkan pakaiannya, sementara Totsuka sendiri mulai memalingkan pandangannya dengan ekspresi yang penuh dengan rasa simpati.

  Berkebalikan dengan suasana yang harusnya ceria, ternyata dia menebarkan aura menyedihkan ke sekitarnya.

  Uuugh, aku benar-benar tidak ingin berbicara dengannya.

  Ketika aku mulai khawatir  apakah aku harus menyapanya atau pura-pura tidak kenal, Yukinoshita mendorongku dari belakang.

  "Hei, bukankah itu Wali Kelasmu, benar tidak?"

  "Jangan dorong aku. Juga, jangan memaksaku untuk melakukan itu, oke?"

  Sejak kapan diputuskan kalau aku yang melakukannya, huh? Sekali kau terlihat peduli dengannya, dia akan terus mengoceh dan mengoceh, jadi aku sangat malas untuk terlibat dalam hal ini, tahu tidak?

  Sementara itu, terdengar sebuah suara dari belakangku.

  "Seorang guru wanita yang single dan sedang patah hati...Hah! Kurasa yang ini juga bisa! Selama berada dalam penanganan Komachi, maka kemungkinan itu akan selalu ada! Semakin banyak calonnya memang semakin bagus..."

  Ketika kulihat, Komachi seperti sedang menghitung sesuatu karena dia terlihat melipat jari-jarinya dengan perlahan. Setelah itu, dia menaikkan tangannya dan berjalan ke depan.

  "Serahkan soal ini kepada Komachi!"

  Setelah dia mengatakan itu, Komachi bergegas menuju arah Hiratsuka-sensei.

  "Dia tiba-tiba lari sambil tersenyum dengan lebar."

  Seperti kata Yukinoshita barusan, Komachi tersenyum sambil mengatakan "nehehe". Kurasa ekspresinya yang seperti itu cukup familiar denganku.

  "Ketika dia tersenyum seperti itu, tidak akan terjadi sesuatu yang bagus setelahnya..."

  "Aah, sepertinya aku paham maksudmu..."

  Yuigahama tersenyum kecut. Maaf ya adikku itu selalu merepotkanmu.

  "Benar kan...? Well, tapi itu juga yang membuatnya terlihat manis."

  "Dasar siscon..."

  Yuigahama mengatakan itu dengan ekspresi yang terkejut. Memangnya apa yang salah dengan itu? Aku ini sebenarnya bukan siscon, aku hanya berusaha menunjukkan betapa besar cintaku ini kepada adikku.

  Dan adik tercintaku itu sedang mengendap-endap di belakang Hiratsuka-sensei, lalu dia memanggilnya dengan suara yang se-enerjik mungkin.

  "Seeeeensei♪."

  "Mm? W-Whoa, adiknya Hikigaya...A-Ada apa ini?"

  Hiratsuka-sensei tampak kaget dan membuat suara yang cukup berisik karena tidak menduga kalau akan ada seseorang yang memanggilnya. Melihat lehernya itu membuatku mulai membayangkan bagaimana punggungnya. Mungkin ini tidak ada hubungannya, tapi kalau melihatnya dari belakang, dia ternyata cukup erotis.

  Kalau kakaknya saja tidak tahu apa rencana yang ada di kepala adiknya, apalagi lawan bicara dari adikku saat ini. Komachi langsung berbicara ke Hiratsuka-sensei sambil berusaha tetap dekat dengannya.

  "Bukan, bukan itu. Kebetulan, Komachi dan yang lainnya datang kesini untuk bermain. Jadi, Komachi berpikir untuk mengajak Sensei bergabung bersama kami. Atau mungkin lebih tepatnya, kakakku itu butuh seseorang yang bisa mengawasinya untuk saat ini atau sejenis itu."

  "Fu, Fumu. Be-Begitu kah...? Ya sudah kalau begitu."

  Hiratsuka-sensei memberikan persetujuannya, dan dia terbujuk oleh Komachi. Yukinoshita yang sedari tadi melihat interaksi mereka berdua, terdengar sedang mengembuskan napasnya.

  "Sepertinya mereka sudah selesai."

  "Oke, mulai dari depan, ayo kita bersenang-senang!"

  Ketika dia mengatakan itu, Yuigahama bergegas bergabung bersama Hiratsuka-sensei dan Komachi. Sedang di belakangnya, Totsuka dan Zaimokuza juga mulai bergabung. Sedang diriku dan Yukinoshita yang tertinggal di belakang, hanya bisa melihat satu sama lain, mengembuskan napas kami yang berat, lalu dengan terpaksa mengikuti mereka dari belakang.







x x x








  Kami lalu memutuskan untuk berjalan dari pintu depan dan berkeliling area arcade.

  Banyak stand permainan yang dihiasi lampu-lampu yang sangat terang, juga diiringi oleh suara musik latar yang keras bercampur dengan suara-suara riuh dari orang-orang yang menikmati tempat ini.

  Dan diantara suara riuh tersebut, terdengar jelas sebuah suara yang sangat antusias.

  "Oh, bagaimana kalau ini!? Balapan Kuda, Shining Star Horse!"

  Zaimokuza mengatakan itu menggunakan volume suara orang yang sedang berteriak keras. Mungkin karena terpancing oleh itu, aku juga meresponnya dengan suara yang cukup keras.

  "Balapan Kuda, huh...?"

  "Oh, kau terdengar tidak tertarik. Kurasa pria-pria yang tidak berguna itu lebih suka bermain judi daripada ini, huh?"

  Hiratsuka-sensei mengatakan itu dengan ekspresi terkejut.

  "Sensei, saya sudah memutuskan kalau saya tidak akan mau berjudi. Juga, saya ini bukanlah pria yang tidak berguna..."

  Asal tahu saja, nilai akademisku sangat bagus, dan aku ini tergolong siswa yang rajin di kelas. Meski begitu, aku sendiri tidak punya seorangpun yang bisa kuajak bicara di kelas. Karena itulah, jika ada tugas diskusi Bahasa Inggris, merupakan sesuatu yang buruk bagiku. Kenapa bisa begitu? Karena orang yang duduk di sebelahku langsung menyibukkan dirinya dengan bermain HP dan tidak mempedulikanku; begituah situasinya. Maksudku, setidaknya tolong beritahu aku dulu! Katakan sesuatu seperti, "Sebenarnya kita tidak perlu melakukan diskusi ini, benar tidak?". Salah, itu juga buruk. Menceritakan banyak sekali hal-hal buruk dalam Bahasa Jepang saja sudah membuatku terlihat memiliki kemampuan Bahasa Jepang yang lebih buruk daripada Bahasa Inggrisku.

  Mungkin lebih tepat jika aku dikatakan mirip orang tidak berguna daripada disebut orang tidak berguna. Sayangnya, aku bukanlah satu-satunya orang yang berpikir seperti itu karena Yukinoshita tiba-tiba tersenyum tanpa alasan tertentu seperti sudah siap untuk menyindirku.

  "Kurasa lebih tepat jika mengatakan berjudi itu adalah cara hidupmu saat ini. Dan persentase taruhannya juga cukup tinggi."

  "Jangan seenaknya saja menyebut hidup orang lain itu seperti sebuah persentase. Lagipula, suami rumahan adalah jalan hidup yang super stabil."

  "Itu malah jelas-jelas cara hidup yang berjudi..."

  Yuigahama mengatakan pendapatnya dengan jujur sambil memasang ekspresi takut akan sesuatu.

  Sebenarnya tidak begitu, serius ini...Hanya saja, aku belum benar-benar bertemu dengan gadis yang ditakdirkan untuk itu...

  Ini bukanlah salahku . Ini semua sudah suratan takdir.

  "Kalau begitu, bagaimana kalau itu?"

  Huh? Apa maksudmu gadis yang ditakdirkan untukku? Atau begitulah pikirku, tapi yang baru saja mengatakan itu adalah Totsuka. Yang sedang Totsuka tunjuk adalah tempat permainan Medal Game. Umm, inti permainannya adalah kau masukkan bolanya dari atas, dan biarkan jatuh ke bawah. Ini bukan Medal Game yang bolanya tidak akan keluar jika kau tidak menang hompimpa, tapi ini adalah Medal Game dimana bolanya yang dibiarkan jatuh ke bawah itu disebut Pusher atau sejenis itu.

  Ini adalah permainan dimana inti permainannya dibiarkan berjalan secara otomatis, jadi kurasa tidak akan butuh waktu lama untuk mencari tahu bagaimana cara memainkannya. Kadang, ini adalah permainan yang sering dijadikan permainan favorit dalam kencan.

  Begini saja, sederhananya, ini adalah game yang bisa dimainkan sendirian ataupun dengan orang lain.

  Entah mengapa, Zaimokuza pura-pura batuk sambil mengatakan "Kepukon" dan dengan bangga membuka mulutnya.

  "Fumu. Medal Game? Sungguh naif, sungguh naif! Orang selevel diriku tidak akan bisa menikmati permainan level bocah seperti ini!"

  "Jadi dengan kata lain, ini adalah sebuah game dimana kau tinggal memasukkan medal dan biarkan medalnya jatuh ke bawah begitu saja. Ini berarti sebuah game yang cukup sederhana, benar tidak?"

  Cara Yukinoshita berbicara barusan seperti memberitahuku kalau dia cukup tertarik, dia sendiri seperti membayangkan kalau permainan ini juga dimainkan oleh anak-anak.

  "Oke, sekarang begini saja, semua orang harus mencobanya. Meski terlihat sederhana, kau bisa ketagihan untuk memainkan ini."

  Mendengarkan mereka berdua, Hiratsuka-sensei mencoba menengahi sambil memasang senyum yang kecut.

  Well, game seperti ini kupikir adalah sebuah game yang harus kau mainkan setidaknya sekali dalam hidupmu.



 

x Vol 7.5 Special Part 2 | END x







  Sepertinya, judul special chapter ini adalah Komachi yang berencana untuk mengumpulkan semua calon potensial untuk menjadi pacar Hachiman.

  ...

  Gadis yang ditakdirkan untuk Hachiman, sesuai monolog Hachiman disini, baru benar-benar muncul di vol 10.5 chapter 1. Yukinoshita Yukino mengurungkan niatnya untuk menjadi Ibu Rumah Tangga. Artinya, Yukino berpikir untuk terus bekerja karena calon suaminya pria brengsek (suami rumahan).

  Lucunya, setelah mendengar Yukino yang sengaja merubah masa depannya karena calon suaminya brengsek, Hachiman berubah pikiran dan mulai berpikir untuk bekerja di masa depan.

  ...

  Jika melihat tujuan Komachi selama ini adalah agar Hachiman punya pacar dan berusaha menghilangkan cita-cita brengsek menjadi suami rumahan, bisa jadi usaha Komachi selama ini membuahkan hasil di volume-volume terbaru Oregairu.

  ...

  Sebenarnya, baik Yukino dan Hachiman pura-pura mengingkari diri mereka sendiri kalau mereka berdua pernah ke tempat arcade di Lalaport. Dilihat dari sisi manapun, tempat arcade bagi keluarga ataupun anak muda, tetaplah tempat arcade.

  Yang membuat mereka pura-pura terpesona dan tidak familiar dengan tempat arcade karena mereka berusaha menyembunyikan fakta kalau mereka berdua pernah kencan di Lalaport. Akan ada tanda tanya besar, terutama dari Yui dan Komachi jika Yukino mengatakan pernah ke tempat serupa, dan mereka tahu kalau ternyata Yukino pergi kesana dengan Hachiman. Meski, Komachi sendiri yang set jebakan kencan itu.

  Belum lagi, jika boneka Pan-san dari (membeli) mesin crane ketahuan. Yeah, bukan kencan. Yeah, tidak pernah ke tempat arcade. Yeah, tidak menikmati tempat arcade. Ooh, saya percaya...

  ...

  Bermain mahjong di malam darmawisata juga merupakan kata-kata Watari tentang contoh masa muda. Itu terjadi di vol 7 chapter 6, sayangnya bukan Hachiman. Tetapi Hayama, Ooka, Tobe, dan Yamato.

  ...

  Hmm, jadi Hiratsuka-sensei itu Wali Kelas 2F...Ini menjelaskan mengapa sukarelawan perkemahan musim panas berasal dari kelas 2F saja, tentunya selain Klub Relawan yang memang menjadi Klub Hiratsuka-sensei.

  ...

  Sepertinya, Yui tahu alasan dibalik sikap Komachi yang pro-aktif kepadanya, yaitu ingin mengenalkan Hachiman dengannya. Namun pertanyaannya, apakah Yukino tahu kalau Komachi punya rencana seperti itu dengannya?

  Dari vol 5 chapter 1, Komachi dan Yukino ternyata sering SMS dan hang out bersama. Mungkin saja, Yukino sebenarnya tahu maksud Komachi selama ini. Bukankah kita juga melihat sikap yang sama ditunjukkan oleh Haruno...Yang selalu membuat suasana Yukino-Hachiman ketika mereka bersama-sama...




x x x




1 komentar: