Sabtu, 04 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 3 : Mulai Saat Ini Dan Seterusnya, Pasti Ada Sesuatu Yang Terselubung Dari Permintaan Isshiki Iroha - 1


x x x






  Waktu berlalu setelah pertemuan di marathon tempo hari, dan tanpa disadari, sudah memasuki bulan Februai. Karena cuaca dingin, jumlah aktivitas yang dijalani juga menyusut, dan aku merasa kalau belakangan ini hari terasa lebih pendek dari biasanya. Setiap harinya hanya bangun tidur, pergi ke sekolah, kembali ke rumah, dan tidur. Mengulangi aktivitas ini selama lima kali maka seminggu akan terlewati dengan mudah.

  Begitulah, meski hidupku sehari-hari terasa membosankan, ada saja yang membuat hariku terasa berbeda. Misalnya beberapa hari lalu, dimana banyak sekali hal yang terjadi. Setelah bingung sana-sini, aku akhirnya terlibat dalam pembuatan sebuah koran, pergi bersama Isshiki dan hal-hal lainnya merupakan kisah-kisah lain di hari tersebut.

  Faktanya, bahkan jika tidak ada seorangpun yang memaksaku, mungkin aku juga akhirnya akan terlibat karena bosan. Jika suatu hari aku memiliki waktu senggang, aku yakin mungkin aku akan menceritakan kisah-kisahku ini. Kurasa ini bisa menjadi cerita yang bagus di masa depan, mungkin aku akan menceritakan itu ke cucu Komachi.

  Meski ini masih sebuah rencana di masa depan, tapi jika aku punya kesempatan, mungkin aku ingin menceritakan itu di sebuah hari yang cerah, dengan cucu Komachi, di beranda rumah.

  "Yosh, Komachi."

  "Aku bukan Komachi. Aku ini cucunya Komachi, Magomachi."

  "Oh, begitu ya. Kalau begitu, Komachi."

  "Ya sudah, panggil Komachi saja tidak apa-apa. Apa ada sesuatu, Kakek Hachiman?"

  "Begini Nak, ketika aku muda, aku adalah orang yang populer. Tahu kenapa? Karena Kakek berkencan dengan adik kelas Kakek yang manis dan licik! Dan juga, apa yang terjadi dengan anak muda jaman sekarang? Mereka benar-benar tidak becus!"

  "Apa Kakek tidak menyukai anak muda?"

  "Aku tidak membenci mereka. Lagipula, merekalah yang membayar uang pensiunku."

  "Alasan yang buruk sekali..."

  "Meski begitu, mereka tetap tidak becus! Ketika aku muda, aku berkencan dengan adik kelas yang manis dan licik, tahu tidak!"

  "Kakek, ini sudah ke-101 kalinya Kakek berbicara hal seperti itu. Kenapa Kakek tidak melamarnya saja? Kakek terus mengulang-ulang itu, apa Kakek tidak ada kerjaan lain waktu muda dulu?"

  "Ouch, barusan itu mengena sekali! Ngomong-ngomong, apa makanannya sudah siap?"

  "Kakek, itu kejadian minggu lalu!"

  "Well, kuharap aku bisa makan masakanmu setiap hari."

  ...Yea, kurasa aku ingin punya pembicaraan yang hangat dengan cucu Komachi yang seperti itu. Apapun yang berbau Komachi pasti manis sekali! Tapi, kalau sudah tiba masanya dengan cucuu Komachi dan sejenisnya, maka itu artinya sudah masuk jaman dimana cangkok sel untuk keturunan mulai umum! Onii-chan tidak akan membiarkanmu menikah dengan siapapun!

  Ini mungkin efek dari dinginnya musim dingin kali ini, sehingga aku mulai terjebak dengan pikiran yang tidak berguna. Kalau dipikir-pikir, aku pernah dengar katanya angka bunuh diri memiliki garis lurus dengan tingkat cuaca dingin di siang hari, ternyata di hari-hari yang seperti ini merupakan momen yang wajar untuk itu. Well, jika aku tidak ada kerjaan seharian, dan akhirnya memikirkan pikiran-pikiran bodoh semacam itu, kurasa tidak heran bunuh diri sering terjadi.

  Misalnya saja, hari ini.

  Dari jendela kelasku, aku bisa melihat awan gelap di langit sana. Melihatnya saja sudah membuatku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

  Dinginnya musim dingin ini masih terasa menusuk dan setiap angin dingin dari utara bertiup, kaca di jendela kelas mulai berderit dengan kencang.

  Setelah jam pelajaran terakhir selesai, suhu terasa turun dengan drastis. Kursiku, yang dekat dengan lorong, sayangnya tidak menerima begitu banyak kehangatan dari pemanas ruangan ini dan ketika ada angin kecil bertiup dari celah pintu, aku mulai menggigil kedinginan.

  Tapi, ketika kulihat ke arah jendela, matahari masih bersinar cukup tinggi. Kupikir harusnya waktu-waktu seperti ini adalah waktu dimana malam terasa lebih panjang dari biasanya.

  Tapi ada juga yang menulis : "Jika musim dingin datang, mungkinkah musim semi masih jauh di belakang?"

  Ketika jam pulang sekolah tiba, suasana di beberapa grup kelas ini mulai menunjukkan tanda-tanda munculnya musim semi.

  Kurang dari sebulan, tanda-tanda kebangkitan para serangga akan muncul di kalender.

  Karena posisi pemanas ruangan yang sangat efektif, tiba-tiba teman-teman sekelasku serasa menghayati perubahan musim ini, tapi kalau merunut kalender, kurasa ini terlalu dini.

  Sebuah grup yang menghuni daerah di dekat jendela terlihat sangat ramai. Seperti biasanya, aku bisa mendengar suara-suara obrolan mereka dengan jelas, ramai seperti biasanya.

  "Bro, kayaknya gue pengen yang manis-manis deh hari ini," kata Tobe, sambil bermain-main dengan ujung rambutnya.

  Lalu Ooka dan Yamato mulai menyenggol lutut mereka seperti tahu apa maksud Tobe.

  "Benar itu."

  "Yo'i."

  Lalu, ketiganya saling menatap satu sama lain.

  "Tahulah...? Mending coklat atau tidak sama sekali, benar nggak?"

  Begitulah kata Tobe, berusaha membuat itu seakan-akan terlihat dramatis. Ketiaganya lalu memasang ekspresi puas dan menatap ke arah para gadis...Hmm, kupikir kita sudah masuk musim semi, tapi kenyataannya kita masih di tengah-tengah musim dingin!

  Tapi reaksi Miura malah terlihat sinis dan dingin dibanding ketiganya.

  "...Ha?"

  Setelah mengatakan "tsk" dengan lidahnya, dia menatap ketiga idiot itu dengan pandangan yang menyedihkan, lalu ketiganya terdiam. Yuigahama dan Ebina-san hanya terlihat memasang senyum yang kecut.

  "Oh ya, kalau tidak salah ini hampir waktunya, huh...?" kata Hayama, seperti berusaha menengahi kedua grup itu. Ooka dan Yamato lalu mengangguk.

  "Kalau Hayato sih santai-santai saja, tapi kita nih yang gawat!"

  "Betul itu."

  Ooka membenarkan itu sementara Yamato hanya mengangguk saja. Kata-katanya itu seperti membahas sesuatu yang gawat saja. Meski begitu, kecemburuan dari si perjaka oportunis ini memang benar-benar sampah sehingga terlihat menyenangkan bagiku. Lalu, Tobe tersenyum sambil menepuk bahu Hayama.

  "Nah, tapi Hayato-kun biasanya tidak menerima apapun."

  "Serius lo!? Sayang banget itu!"

  Ooka berteriak dan membuat Hayama tersenyum. Begitu ya, jadi dia memilih menggunakan obrolan seperti itu sehingga tidak menimbulkan masalah yang tidak diperlukan.

  Tapi, bagi gadis-gadis yang jatuh cinta kepadanya, mungkin fakta itu tidak bisa mereka terima begitu saja. Buktinya, Miura, mendengarkan dengan seksama percakapan mereka sambil pura-pura memasang ekspresi wajah yang kurang tertarik.

  Yuigahama yang melihat itu, berbicara.

  "Tapi hei, memang agak menakutkan jika menerima sesuatu dari seseorang yang tidak kau kenal." Yuigahama mengangguk dan menunjukkan simpatinya.

  Meresponnya, Ebina-san memasang ekspresi yang serius.

  "Tunggu dulu. Jika dia tidak menerima apapun dari para gadis, artinya...Dia akan menerima jika dari pria. Jadi apakah dia akan menerima itu dari Hikitani-kun?"

  Setelah mengatakan itu, Miura menoleh ke arahnya. Apa sih yang dia katakan dengan wajah yang serius itu...? Miura lalu mengambil tisu dan memberikan itu ke Ebina-san.

  "Hina, hidungmu mimisan."

  "Oh, terima kasih, terima kasih."

  Ebina-san berusaha menahan tawanya yang mencurigakan itu sambil menutup hidungnya dengan tisu. Memang, posisi grup yang dekat dengan pemanas ruangan memang bisa dijadikan salah satu faktor, tapi kurasa banyaknya orang yang berkumpul disana merupakan faktor utama mengapa tempat itu terlihat hangat.

  Tidak, mereka bukanlah satu-satunya. Seluruh sudut ruangan ini diselimuti kehangatan yang sama. Suasana antusias tidak terbatas pada trio idiot Tobe dan dua lainnya, tapi grup-grup lainnya di kelas ini.

  Sebenarnya, Valentine Day akan tiba sebentar lagi.

  Dengan kata lain, itu adalah hari dimana kau menerima coklat dari Ibu dan adik perempuanmu.

  Valentine Day adalah hari yang dipenuhi dengan cinta, begitulah kata orang-orang yang tidak memahami ada apa sebenarnya di hari itu. Sebenarnya, itu adalah hari dimana terjadi pertumpahan darah. Ceritanya berawal dari seorang pendeta, yang terjepit dalam sebuah pertikaian antar kelompok. Lagipula, akan ada orang-orang di Chiba yang tidak akan memikirkan coklat ketika mendengar kata Valentine karena mereka akan memikirkan Bobby Valentine.

  Tapi opini orang sepertiku ini tidak akan dianggap penting, mustahil mengubah persepsi umum orang-orang ini. Bahkan, jika aku mengatakan kepada mereka kalau ini Valentine hanyalah konspirasi dunia industri, aku akan dilabeli orang aneh.

  Valentine Day sudah mengakar dalam budaya masyarakat Jepang. Natal juga kurang lebih sama dengan itu. Malahan, Halloween juga diadaptasi menjadi kebudayaan juga. Festival musim panas, Festival Bon Dance, ziarah makam ketika musim gugur juga tidak jauh berbeda.

  Pada dasarnya, itu hanya masalah antara apa kau benci itu atau tidak. Tidak akan ada yang bertanya apakah kau penganut agama atau atheis. Jika kau tidak menyukai itu, apakah itu Natal atau Valentine, kau tinggal berteriak saja, "Aku benci itu!"

  Karena Komachi akan memberiku coklat setiap tahunnya, aku tidak membenci Valentine. Malahan, karena aku mencintai Komachi sebagai kakaknya, itu membuatku sangat antusias menunggu hari itu tiba.

  Kira-kira coklat mahal apa yang akan dia minta sebagai balasannya tahun ini...Ketika aku melibatkan diriku dalam pikiran-pikiran menyenangkan tentang menghabiskan uang untuk adikku, suasana di kelas mulai bertambah ramai.

  "Ya ampun, aku ogah buat itu!"

  "Tidak apa-apa, kau masih punya waktu! Berusahalah! Jangan menyerah!"

  Aku tiba-tiba melihat ke arah para gadis yang duduk di tempat lain, kurasa itu kelompok gadis yang berada di kasta kedua atau ketiga di kelasku, mereka sedang merajut semacam syal atau sweater. Aku merasa seperti mendengarkan pembicaraan antara penulis light novel dengan editornya. Begini, normalnya, kau tidak akan menyelesaikannya. Ini sudah hampir Valentine dan pekerjaanmu baru 10%. Daripada berusaha keras untuk membuatnya selesai tepat waktu, akan lebih produktif jika memperpanjang deadlinenya!

  Meski begitu, aku bukanlah satu-satunya orang yang melihat percakapan itu.

  Miura melihat itu sambil memutar-mutar ujung rambutnya dan mengembuskan napasnya.

  "...Well, buatan sendiri mungkin hasilnya terlihat seperti dibuat dengan buru-buru? Masuk akal jika itu tidak diterima."

  Setelah mendengarkan kata-kata tersebut, seseorang mendesah.

  "Hasilnya terlihat seperti terburu-buru ya...Kurasa begitu..."

  Yuigahama mengelus sanggul rambutnya yang berwarna pink dengan jari-jarinya yang kecil. Dia lalu memasang senyum yang terkesan dipaksa.

  Setelah melihat senyum itu, aku teringat sesuatu.

      Buatan sendiri, huh?

  Memangnya dulu siapa pria penerima kue-kue coklat di requestnya? Ketika memikirkan itu, kedua pasang mata kami bertemu. Yuigahama dan diriku secara spontan memalingkan pandangan kami.

  "Well, yang penting adalah perasaan si pembuatnya, bukan barang pemberiannya."

  Hayama menambahkan.

  "Betul itu bro! Nah, tapi begini? Gue benar-benar setuju soal itu, tahu maksud gue?" Tobe tiba-tiba menyenggol lutut Hayama dan menyatakan kesetujuannya. Berseberangan dengannya, Ebina-san menyilangkan lengannya dan melihat ke arah samping.

  "Tapi itu bukan berarti kau punya alasan untuk tidak belajar membuat coklat yang baik, kau bisa mengecewakan si penerimanya. Karena bahan-bahannya tidak terlalu mahal, bukankah itu akan membuatmu terlihat seperti orang yang tidak mau berusaha? Daripada memberi coklat yang jelek, bukankah lebih baik jika beli saja yang bagus di toko sebagai coklat pemberiannya?"

  "Yeah, betul itu!"

  Setelah Ebina-san mengatakan itu, Tobe mengganti pendapatnya lagi...Ayolah, setidaknya kau berargumen dulu apa bagaimana gitu.

  Diantara suara tawa dan obrolan ceria di grupnya, aku bisa mendengar suara Miura yang terlihat tidak tertarik.

  "...Mmhmm, buatan sendiri, huh?"

  Lalu, dia menatap ke arah Yuigahama.

  "Kalau kau, Yui, apa yang akan kau lakukan?"

  "...Eh? Aku?"

  Kedua mata Yuigahama mengedip. Dia mungkin terkejut mendengar pertanyaan Miura tadi. Aku bisa tahu meski aku duduk jauh dari mereka, kedua mataku juga berubah menjadi hitam-putih, entah mengapa. Hitam-putih, persis seperti siaran TV Hitam-Putih Unjash yang disiarkan Stasiun TV Chiba!

  "Aku...Well, aku sendiri...Tahulah...Umm, ya begitulah!"

  "Ohhhh..."

  Seperti menanggapi respon abu-abu dari Yuigahama, Miura juga meresponnya dengan abu-abu.

  Suara balasan Miura seperti terdengar, "Oh...Jadi kau produser acaraku?"

  Meresponnya, Yuigahama menganggukkan kepalanya, seperti pura-pura tidak terjadi sesuatu. Tapi, kedua pipinya memerah.

  ...Entah mengapa, wajahku juga terasa panas. Meski begitu, aku memalingkan pandanganku segera dari mereka. Aku merasa mungkin mereka sedang membicarakanku atau sejenis itu. Aku merasa sangat malu sehingga tubuhku mulai berkeringat. Alasan mengapa Miura bisa meresponnya dengan cepat mungkin karena dia melihat adegan waktu marathon beberapa hari lalu.

  Kira-kira bagaimana efeknya terhadap orang-orang sekitarnya. Dengan diliputi pertanyaan itu, aku melihat ke sekitar grup Yuigahama.

  Tapi, pemandangan yang terlihat hanyalah pemandangan yang biasanya.

  Ooka dan Yamato berkomentar dengan cerita seperti, "Kira-kira kalian mau memberikan ke siapa?".

  Sementara, Hayama memasang senyum lembut di wajahnya, mencoba becanda diantara jeda obrolan mereka. Tobe lalu bermain-main dengan rambutnya, lalu kedua matanya tiba-tiba melirik ke arahku. Seperti berusaha memotongnya, Ebina-san lalu tertawa dengan keras, lalu dia menatap ke arah Yuigahama.

  "Well, Yui sendiri sudah punya tugas untuk memberi coklat ke kita, benar tidak?"

  "Uh, benar. Memberi coklat! Ke Yumiko! Ke Hina juga!"

  Yuigahama tiba-tiba memeluk lengan Ebina-san dan Miura. Melihat ketiga gadis itu terlihat akrab, Tobe menimpali, "Ehhh!" dan tertawa ke arah trio itu.

  Melihat sikap mereka yang seperti itu, aku merasa lega.

  Saat ini, jika melihat apa yang terjadi di kelas, kurasa aku bisa menyimpulkan kalau ini adalah akhir dari semua masalah tempo hari. Begitulah, gosip di sekitar Hayama Hayato, lalu keterlibatan Yukinoshita Yukino dan Yuigahama Yui, lalu perasaan kurang senang yang Miura Yumiko miliki.

  ...Tapi, sekali lagi, sebuah perasaan yang kurang nyaman menyelimutiku karena tindakan yang gadis itu lakukan tempo hari.

  Begitu juga dengan kebenaran dibalik tindakannya itu, aku lalu memalingkan pandanganku dan berdiri meninggalkan kursiku.





x Chapter III Part I | END x


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar