Selasa, 27 Desember 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 Chapter 6 : Rupanya, akan ada kegiatan bersama Totsuka Saika -2







  Setiap memasuki bulan yang berbeda, maka itu artinya akan ada aktivitas yang berbeda di Pelajaran Olahraga.

  Di sekolahku, Pelajaran Olahraga digabung dengan tiga kelas yang lain, dan 60 anak laki-laki yang ikut Pelajaran Olahraga itu akan dibagi menjadi dua aktivitas yang berbeda.

  Bulan lalu, kami harus memilih antara Bola Voli atau Atletik. Bulan ini, kami harus memilih antara Tenis atau Sepakbola.

  Biasanya, karena Zaimokuza dan diriku adalah fantasista, maka kami adalah pemain Sepakbola yang brilian, sayangnya kami ini hanya jago dalam skill individu saja. Karena itulah, kami merasa kalau kehadiran kami di tim Sepakbola akan terasa kurang produktif, jadi kami memutuskan untuk memilih Tenis. Dan sebenarnya...Aku ini adalah pria yang meninggalkan Sepakbola untuk selamanya karena cedera di kaki kiriku. Bukannya aku sejak awal ada minat dengan sepakbola...

  Kampretnya, sepertinya terlalu banyak orang yang ingin bermain Tenis tahun ini. Setelah hom-pim-pa yang berhasil kumenangkan dengan susah payah, akhirnya aku bisa survive di bagian Tenis sedangkan Zaimokuza dibuang ke bagian Sepakbola.

  "Hmph, Hachiman...Sangat disayangkan pada akhirnya aku tidak bisa mempertontonkankan Teknik Sepakan Bola Melengkung Ajaib milikku. Tanpamu...Dengan siapa nantinya aku akan berpasangan untuk melatih umpan bola-bola?"

  Itu membuatku merasa bersimpati dengannya: Zaimokuza sudah berubah dari sikapnya yang biasanya penuh percaya diri menjadi sikap yang putus asa.

  Memangnya siapa yang mau berpasangan denganmu? Itu juga berlaku kepadaku.

  Akhirnya, aktivitas Tenis dimulai.

  Aku sudah melakukan pemanasan sambil mendengarkan instruksi tentang permainan Tenis dari Guru Olahraga kami, Pak Atsugi.

  "Oke, semuanya coba latihan memukul sekarang! Berpasangan, tiap anak berada di sisi net yang berbeda!"

  Setelah Pak Atsugi mengatakan itu, semua orang berpencar dan membentuk grup-grup kecil. Mereka lalu berada di sisi net yang berbeda.

  Kampret, kenapa mereka cepat sekali mencari pasangannya? Mereka bahkan tidak perlu menoleh untuk mencari pasangan! Apa mereka sudah sangat ahli dalam umpan tanpa melirik atau sejenisnya?

  Radar penyendiriku tampak aktif, melihat sebuah peluang dimana seorang penyendiri bisa beraksi.

  Percaya atau tidak: Aku sudah menciptakan trik khusus untuk momen yang seperti ini.

  "Umm, Pak, saya merasa kurang enak badan saat ini, bisa tidak saya berlatih sendirian dengan memakai tembok? Saya tidak ingin merepotkan siswa lain."

  Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban Pak Atsugi, aku langsung berjalan menuju tembok dan mulai memukul bola ke arah tersebut. Pak Atsugi mungkin merasa kalau dia sudah melewatkan momen yang terbaik untuk menjawab permintaanku tadi, jadi dia merasa tidak perlu memperpanjang masalah tersebut.

  Ini sungguh sempurna...

  Pernyataan semacam "sedang tidak enak badan" dan "tidak ingin merepotkan orang lain" memiliki efek yang sinergis, dan memakai kedua kalimat itu bisa memberikan kesan kalau aku sebenarnya sudah berusaha sebaik mungkin.

  Ini semacam itu : Kata-kata ampuh yang kutemukan setelah menjalani banyak sekali jam pelajaran olahraga dimana aku diminta untuk "berpasangan dengan siapapun sesuka kalian".

  Mungkin aku harusnya mengajari Zaimokuza soal ini...Aku yakin dia akan menangis haru mendengar saranku itu.

  Kukejar arah bola itu dan memukulnya lagi ke arah tembok, mengulang hal tersebut beberapa kali. Waktu berlalu begitu saja ketika aku melakukan aktivitas monoton tersebut.

  Aku mendengar teriakan di sekitarku yang menandakan kalau para pria sedang bertukar pukulan Tenis di lapangan.

  "Uryahhh! Ohh?! Barusan itu pukulan yang bagus, benar tidak?! Benar-benar luar biasa, benar tidak?!"

  "Barusan itu keren! Mustahil ada orang yang bisa memukul seperti itu! Luar biasa!"

  Teriakan mereka seperti memberitahu orang-orang di sekitarnya kalau mereka sedang bersenang-senang.

  Banyak bacot lu Kampret, mati aja lo!

  Itulah yang kupikirkan. Ketika aku membalikkan badanku, aku melihat Hayama.

  Pasangan Hayama     atau, lebih tepatnya, dia sedang berada di grup yang berisi empat orang     terdiri dari dia, pria berambut pirang yang sering terlihat bersamanya di kelas, dan dua pria lagi yang tidak kukenal. Mungkin mereka berasal dari kelas C atau kelas I atau entah apa itu...Mereka tampak berlatih dengan gaya yang lebih keren dari grup yang lain.

  "Woahh!"

  Pria pirang itu gagal mengembalikan bola yang Hayama pukul dan berteriak. Orang-orang yang disekitar mereka mulai menoleh ke arah mereka, seperti mencari tahu tentang apa yang sedang terjadi.

  "Hayama-kun, pukulan barusan itu levelnya jauh berbeda! Apa barusan bolanya melengkung? Melengkung kan, benar tidak?!"

  "Ahh, kurasa aku tadi memukulnya terlalu sembrono...Maaf ya, tadi memang salahku."

  Hayama menaikkan tangannya untuk meminta maaf, tapi kata-katanya itu serasa ditelan oleh reaksi pria pirang yang berlebihan itu.

  "Serius ini?! Pukulanmu bisa melengkung seperti itu?! Hayama benar-benar jago, amfun dah! Jago banget!"

  "Haha, benarkah?"

  Hayama menimpali, dan tertawa dengan lepas. Di saat yang bersamaan, sepasang tim Tenis lainnya yang berada di dekat Hayama juga berbicara.

  "Kalau tidak salah, Hayama-kun juga bagus di Tenis, benar tidak? Pukulanmu barusan itu...Bisa ajari aku tidak?"

  Pria yang baru saja mengatakan itu adalah anak laki-laki yang rambutnya berwarna coklat dan tampangnya seperti orang plin-plan. Mungkin, dia juga sekelas denganku. Aku tidak tahu siapa namanya, jadi kemungkinan besar dia adalah orang yang tidak penting.

  Dalam sekejap saja, kuartet grup Hayama kini menjadi sextet. Sekarang, mereka menjadi sebuah gerombolan di Pelajaran Olahraga...Ngomong-ngomong, kata sextet barusan terdengar seperti sexaroid, benar tidak? Yeah, yeah, nakal sekali...

  Begitulah akhirnya Kelas Tenis ini menjadi Kerajaan Hayama. Membuatmu merasa seperti tidak seharusnya berada di kelas jika tidak menjadi bagian dari grup mereka. Biasanya, siapapun yang berada di luar grup tersebut hanya bisa melihat dengan diam saja. Selamat tinggal kebebasan mengatakan pendapat...

  Kegaduhan dari grup Hayama ini memberikan kesan yang kuat, tapi Hayama sendiri bukanlah sumber dari suara gaduh tersebut     lebih tepatnya, orang-orang di sekitar Hayama-lah pelakunya. Lebih spesifik lagi, laki-laki berambut pirang tersebut, yang secara sukarela menjadi Penasehat Kerajaan Hayama, adalah orang yang paling berisik.

  "PUKULAN MANTAB!"

  Lihat kan? Dia benar-benar berisik.

  Bola yang dipukul pria pirang itu tidak tepat sasaran sama sekali, malahan melebar jauh menuju luar lapangan, menuju salah satu sudut yang suram di Lapangan Tenis ini. Sederhananya, bolanya terbang ke arahku.

  "Ah, maaf, salah gue! U-Umm...Hi...? Hikitani-kun? Hikitani-kun, bisakah kau ambilkan bolanya?"

  Kampret, siapa sih orang yang bernama Hikitani?

  Tapi aku sendiri tidak berminat untuk menanyakan itu, jadi kuambil saja bola yang menggelinding ke arahku itu dan melemparnya kembali.

  "Terima kasih ya."

  Hayama tersenyum ramah ke arahku dan melambaikan tangannya.

  Akupun mengangguk saja untuk merespon sikapnya itu.

  ...Anjriiiit, ngapain barusan gue mengangguk?

  Tampaknya, aku secara otomatis berpikir kalau level Hayama berada di atasku...Bahkan jika memikirkan adegan tadi dengan standarku, barusan itu terlihat terlalu patuh. Saking patuhnya, membuatku berpikir seolah-olah aku ini sudah kalah dengannya...

  Kubuang perasaan suram barusan dan mulai lagi kegiatanku untuk memukul bola ke tembok.

  Tembok yang rata dan mulus ini adalah hal yang sangat penting dalam perjalanan masa muda seseorang.

  ...Ngomong-ngomong, kenapa tembok rata ini sering dipakai sebagai istilah dada kecil?

  Dengan memakai teori yang berbeda, tembok rata ini seperti roh Tanuki, dan tembok itu sendiri adalah Tanuki yang sedang mempertontonkan kemaluannya. Jadi tembok semacam apa itu? Temboknya jika disentuh, akan terasa lembut sekali...Dengan kata lain, cukup paradoks, ketika kau menyindir seorang gadis dengan mengatakan dadanya seperti tembok rata, bukankah dengan kata lain kau sedang mengatakan kalau dadanya itu sangat lembut? QED, terbukti dengan logis. Teori Kampret.

  Meski begitu, aku yakin kalau Hayama tidak akan pernah menyimpulkan hal yang seperti itu. Teori yang luar biasa barusan hanya bisa dihasilkan oleh pemikiranku yang langka.

  Okelah, anggap saja pertandingan Tenis-ku dengan tembok kali ini berakhir imbang...Yup, kurasa begitu.








x Chapter VI Part 2 | END x




  Anda sedang membaca asal-usul mengapa Hachiman tidak menyukai Tobe...

  .......

  Kemungkinan dua orang yang datang mendekati Hayama adalah Oda atau Tahara...Nyahaha!

  .......

  Sebenarnya, teori Hachiman tentang dada rata adalah dada yang lembut itu ada kaitannya dengan vol 1 chapter 1, dimana dia mengkomentari dada Yukino yang rata.

  Mungkinkah Hachiman ini karakter penggemar dada rata? Nyahaha!

1 komentar: