Minggu, 25 Desember 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 Chapter 5 : Sederhananya, Zaimokuza Yoshiteru itu agak gila -2





  Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku membawa pulang satu salinan manuskrip novel Zaimokuza. Diputuskan, kalau kita akan membaca novel itu malam ini.

  Kalau aku diberi kuasa untuk memberikan gambaran umum tentang light novel karya Zaimokuza ini, mungkin aku akan menyebutnya seperti novel aksi para siswa sekolahan dengan kekuatan super.

  Lokasinya berada di beberapa kota kecil di Jepang, di sebuah tempat dimana diselimuti kegelapan, dan ada pertempuran antara organisasi rahasia dan pemilik kekuatan super yang diwariskan secara turun-temurun. Di tengah-tengah konflik itu, ada seorang anak laki-laki yang memperoleh kekuatan tersembunyinya dan mulai mengalah mengalahkan musuhnya satu-persatu.

  Setelah aku selesai membaca novel itu, ternyata matahari tampak mulai bersinar di timur.

  Hasilnya, aku tertidur di jam pelajaran sekolah. Meski begitu, setelah jam pelajaran keenam dan pengarahan dari Wali Kelas, aku langsung menuju ke ruangan Klub.

  "Hei! Tunggu, tunggu dulu!"

  Ketika hendak menginjakkan kakiku ke gedung khusus, aku mendengar suara yang memanggilku, sehingga akupun membalikkan badanku. Yuigahama ternyata sedang mengejarku; suara tas ransel yang mengantam bahu mulai terdengar setiap dia melangkahkan kakinya.

  "Hikki, kau terlihat tidak dalam kondisi yang baik. Apa ada sesuatu?"

  "Ah, well, maksudku, membaca manuskrip itu dalam waktu yang lama akan merasa kelelahan...Aku sangat kurang tidur hari ini. Tapi kenapa kau bisa terlihat baik-baik saja setelah membaca itu?"

  "Eh?"

  Yuigahama mengedipkan matanya beberapa kali.

  "...Ah...Ka-Kau benar. Aku benar-benar kurang tidur hari ini..."

  "Kau pasti tidak membaca itu di rumah ya, benar tidak...?"

  Yuigahama lalu memalingkan pandangannya ke jendela dan menggumamkan lagu, seperti tidak mendengarkan pertanyaanku barusan, tapi aku bisa melihat keringat dingin yang mulai turun di wajahnya, dan mulai merambat ke lehernya.

  Apa nantinya keringatnya akan membuat blus seragamnya transparan?








x x x








  Kubuku pintu ruangan Klub dan mendapati pemandangan langka dari Yukinoshita yang sedang tertidur di kursinya.

  "Kerja bagus semalam."

  Meski aku memanggilnya dengan sapaan itu, Yukinoshita masih tertidur dan menarik napasnya dengan perlahan; dia masih tertidur pulas. Wajahnya yang tampak tersenyum kecil itu sangat jauh dari tampilan kesehariannya, gadis yang bersikap sangat tegas, ini membuat detak jantungku semakin kencang saja.

  Pemandangan ini hampir saja membuatku ingin berdiri terus seperti ini, dan melihatnya tertidur seperti itu selamanya. Rambut hitamnya itu, berkibar kesana-kemari; kulitnya yang putih mulus itu; matanya yang lebar dan cantik; bibir manisnya yang berwarna pink...

  Bibirnya tampak mulai bergerak.

  "...Aku terkejut. Melihat sekilas wajahmu saja langsung membuatku terbangun."

  Uwah...Kurasa aku baru saja terbangun juga. Dia berusaha menipuku dengan tampilannya yang cantik, jadi aku hampir saja kehilangan kontrol. Aku akan dengan senang hati membuat gadis ini tertidur...selamanya.

  Yukinoshita lalu menguap dengan gaya yang mirip kucing dan merenggangkan tubuhnya, lalu menaikkan kedua tangannya ke atas.

  "Dari tampilanmu saat ini, sepertinya semalam terjadi pertempuran yang luar biasa, benar tidak?"

  "Ya, sudah lama aku tidak begadang...Lagipula, aku belum pernah membaca sesuatu yang semacam ini. Aku sendiri masih kesulitan untuk mengatakan suka terhadap manuskrip ini."

  "Yeah. Menurutku manuskripnya tidak terlalu bagus."

  "Kau tidak membacanya sama sekali. Cepat baca sekarang! Kampret."

  Mendengarkan kata-kataku, Yuigahama malah mengumpat dan mengambil manuskrip dari tasnya. Tidak ada satupun kusut ataupun lipatan dalam manuskrip miliknya; kondisinya seperti baru di print. Kemudian Yuigahama mulai membuka-buka halamannya dengan sangat cepat.

  Dia memasang ekspresi kebosanan di wajahnya...Yuigahama yang sedari tadi membaca manuskrip itu kemudian berkata.

  "Ini tidak seperti light novel kebanyakan. Kurasa banyak sekali light novel karya dari para pemula yang jauh lebih bagus dari ini."

  Aku tahu betul kalau komentar semacam itu yang sangat tidak diinginkan oleh Zaimokuza. Yukinoshita lalu mengatakan sesuatu kepadaku.

  "Apa yang biasa kau baca belakangan di ruangan Klub adalah novel-novel yang semacam ini?"

  "Yeah, yang kubaca belakangan ini ceritanya sangat bagus. Kusarankan untuk mencoba terbitan GaGa   "

  "Mungkin kalau aku ada waktu."

  Sepertinya, trend "orang-orang yang mengatakan itu biasanya tidak akan mau membacanya" akan diaplikasikan dengan baik disini...Lalu, kudengar suara ketukan dari pintu.

  "Permisi, saya masuk ya..."

  Zaimokuza lalu masuk ke dalam ruangan dan menambahkan sesuatu.

  "Oke, sekarang silakan kalian utarakan komentar terhadap manuskripku."

  Zaimokuza langsung duduk di kursi dan menyilangkan lengannya, bergaya seolah-olah seperti pemilik ruangan ini. Dia seperti menebarkan aura superior semacam "Gue Emang Hebat". Ekspresi wajahnya dipenuhi rasa percaya diri yang tinggi.

  Tapi, Yukinoshita, yang duduk di seberangnya, tampak memasang ekspresi yang sebaliknya.

  "Pertama-tama, aku ingin meminta maaf. Aku benar-benar tidak paham novel-novel yang semacam ini, tapi..."

  Ketika Yukinoshita mengatakan itu, Zaimokuza memasang ekspresi tenang.

  "Tidak masalah. Bahkan orang selevel diriku saja masih mau mendengarkan pendapat dari rakyat jelata. Silakan katakan pendapatmu."

  "Begitu ya."

  Yukinoshita hanya menjawabnya singkat dan mulai menarik napas yang dalam.

  "Membaca manuskrip ini membuatku bosan. Malahan, semakin lama dibaca, hanya membuat diriku merasa bertambah tidak nyaman. Kalau kau tanya seperti apa level bosan yang kudapatkan, akan kujawab kalau levelnya diluar imajinasi manusia."

  "Oofgh!"

  Zaimokuza langsung terkapar dalam sekali serang...

  Kursinya mulai goyah dan seperti hendak kehilangan keseimbangan, tapi Zaimokuza seperti berhasil menyeimbangkan dirinya kembali dan berhasil duduk dengan stabil.

  "H-Hmm...Ya sudah, sebagai masukan saja, apa kau mau memberitahuku tentang bagian mana saja yang dirasa membosankan?"

  "Pertama, tata bahasanya sangat kacau sekali. Kenapa kau banyak sekali membolak-balik urutan katanya? Apa kau tidak tahu bagaimana caranya menggunakan partikel kata yang benar? Apa kau tidak diajari caranya semasa SD dulu?"

  "Nghhh...Aku percaya kalau gaya penulisan semacam itu adalah gaya yang mengutamakan kualitas cerita daripada kualitas tata katanya..."

  "Bukankah kau seharusnya mengatakan itu setelah bisa menulis kata-kata dengan standar Bahasa Jepang yang benar? Juga, kau terlalu sering menggunakan furigana. Disini kau menulis kata nouryoku, tapi di bagian yang lain kau menyebutnya chikara...Tidak ada seorangpun yang mengatakan kalau kedua kata itu sama artinya. Misalnya lagi, kau menulis Genkou Hasen, dimana jika diterjemahkan akan menjadi Tebasan Bayangan Merah, tapi kau di bagian lain menyebutnya Tebasan Mimpi Buruk-Berdarah. Jadi pertanyaannya, dari mana tiba-tiba muncul kata Mimpi Buruk?

  "Ufghh! O-Ooo...Kau salah! Belakangan ini, banyak light novel action-supranatural yang memakai furigana..."

  "Pernyataanmu barusan itu hanyalah opini sepihak darimu. Orang lain belum tentu berpendapat sama. Apa kau benar-benar ingin karyamu ini dibaca oleh orang lain? Kalau benar begitu, maka kau harusnya membuat plot ceritanya agak sedikit sulit ditebak. Aku saja sudah bisa menebak ceritanya akan seperti apa di beberapa chapter ke depan dan jika terus membacanya, hanya membuatku merasa kalau ceritanya tidak menarik. Dan juga kenapa heroinenya harus telanjang disini? Padahal tidak ada hubungannya dengan cerita."

  "Hnghhh! Ta-Tapi novel yang tidak ada cerita heroine yang telanjang tidak akan menjual...Jadi kau harus menaruh hal itu di novelmu...Itu saja..."

  "Juga, narasi ceritanya terlalu panjang, dan banyak sekali tulisan kanji yang tidak jelas, itu hanya akan membuatnya sulit untuk dibaca. Tambahan lagi, tidak ada satupun plot cerita di dalam novel ini yang jelas endingnya, semuanya menggantung. Sebelum kita berbicara tentang cara penulisan yang benar, mungkin kau harusnya pergi keluar dan ikut bimbingan tentang bagaimana caranya berpikir logis."

  "Pnnghyahhh!"

  Zaimokuza tiba-tiba menjulurkan kakinya ke depan dan berteriak. Bahunya bergetar hebat, dan dia melihat ke arah langit-langit ruangan dengan tatapan kosong. Sikapnya yang over-reaktif seperti ini sangat mengganggu, jadi dia harus menghentikan ini dengan segera...

  "Coba kita cukupkan dulu. Mungkin akan terjadi sesuatu yang buruk jika kau mengatakan semuanya kepadanya."

  "Padahal aku masih punya banyak sekali komentar yang harus kusampaikan...Ya sudah. Kupikir selanjutnya adalah giliran Yuigahama-san."

  "Eh?! A-Aku?!"

  Yuigahama tampak terkejut, dan wajah Zaimokuza mulai tampak memelas. Kedua matanya seperti hendak menangis saja. Yuigahama mungkin melihat hal itu dan merasa kasihan, sehingga dia akan berpikir bagaimana caranya untuk menyemangatinya. Dia mulai memikirkan sesuatu, seperti mencari-cari kata yang tepat untuk memberinya semangat.

  "U-Umm...Ka-Kau sepertinya tahu banyak sekali kata-kata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca."

  "Uwaaaghhhh!"

  "Kau langsung meng-KO dia..."

  Saran-saran yang diterima novelist, kata-kata semacam itu adalah komentar yang terlarang. Coba kau pikir...Kata-katanya barusan tadi sama saja dengan mengatakan kalau itu adalah satu-satunya hal bagus yang keluar dari novelnya. Ini seperti berada dalam sebuah ruangan diskusi dengan sesi tanya jawab antara pembaca dan penulis light novel, tapi yang ditanyakan bukanlah tentang light novelnya. Ini sama dengan mengatakan kalau karyanya tidak menarik sama sekali.

  "Ka-Kalau begitu...Gilirannya, Hikki."

  Yuigahama tampaknya mencoba kabur ketika dia berdiri dan menawarkanku tempat duduknya yang berada di depan Zaimokuza.

  Sepertinya, dia sudah tidak tahan lagi untuk melihat Zaimokuza secara langsung, sedang Zaimokuza sendiri ekspresinya seperti orang yang hampir terbakar habis, pucat seperti orang mati saja.

  "G-gnnghh...H-Hachiman. Kau memahamiku, benar tidak? Dunia yang kuciptakan ini, ini adalah awal dari sebuah cerita mahakarya light novel...Kau paham itu, benar tidak? Kau paham cerita yang kutulis ini daripada dua orang bodoh yang tidak bisa menghargai karyaku ini...Benar tidak?"

  Yeah...Aku sangat memahaminya.

  Akupun mengangguk. Zaimokuza melihatku dengan tatapan mata yang penuh percaya diri.

  Kupikir, sebagai seorang pria, aku harus memberikan komentar yang sejujurnya. Kutarik napasku dalam-dalam dan mengatakan sesuatunya dengan perlahan.

  "Jadi, kau menjiplak karya siapa kali ini?"

  "Hnghh?! B-bbnggh..Gurgle..."

  Zaimokuza langsung terkapar di lantai dan berguling-guling, tapi langsung berhenti ketika menabrak tembok. Lalu dia hanya diam disana, tidak bergerak sedikitpun. Kedua matanya hanya menatap ke langit-langit, dan diapun mulai menangis. Ini adalah ekspresi wajah dari seorang pria yang siap mati.

  "...Komentarmu-lah yang sebenarnya paling kejam. Barusan itu jauh lebih kejam daripada milikku."

  Yukinoshita tampaknya menyerahkan situasinya kepadaku.

  "...Hei, Hikki..."

  Yuigahama kemudian menyikut bahuku...Sepertinya dia ingin aku untuk melakukan sesuatu terhadap Zaimokuza. Tapi masalahnya, apa yang harus kukatakan kepadanya...? Ketika sedang memikirkannya, aku menyadari sesuatu, aku lupa menyebutkan sesuatu yang paling penting tentang light novel.

  "Begini, yang paling penting itu adalah ilustrasinya. Jadi kau jangan terlalu khawatir soal kualitas tulisannya."






x x x






  Zaimokuza lalu mulai mengatur napasnya, dan secara perlahan berdiri dengan kedua kakinya yang bergetar hebat.

  Dia lalu menepuk-nepuk pakaiannya untuk membersihkannya dari debu, dan melihat ke arahku.

  "...Apa kau...Bersedia membaca karyaku lagi di lain waktu?"

  Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Akupun terdiam, tidak tahu apa maksud dari kata-katanya itu, tapi dia mengulangi lagi...Kali ini dengan suara yang lebih jelas.

  "Apa kalian semua yang ada disini mau membaca lagi karyaku di kemudian hari?"

  Dia menatap ke arahku dan Yukinoshita dengan ekspresi yang berapi-api.

  "Kau ini..."

  "Apa kau ini semacam masokis?"

  Yuigahama yang bersembunyi di belakangku, menatap Zaimokuza dengan jijik. Dia seperti berusaha mengatakan "Dasar mesum, mati saja!". Bukan begitu, Yuigahama...Sebenarnya bukan itu.

  "Apa kau masih berniat untuk menulis lagi setelah yang baru saja kau alami?"

  "Tentu saja. Barusan itu jelas-jelas kritik yang pedas. Itu membuatku ingin mati saja. Sayangnya, aku ini bukan pria populer dan tidak punya teman...Jadi lebih tepatnya, serasa membuatku ingin melihat semua orang mati saja daripada diriku yang mati."

  "Yeah, aku paham itu...Jika seseorang mengatakan komentar semacam itu kepadaku, itu membuatku serasa ingin mati saja."

  Tapi Zaimokuza mengambil kata-kata itu dengan berani, dan masih berdiri dengan tegak di hadapan kami.

  "Tapi...Tapi, kata-kata kalian itu membuatku senang. Sesuatu yang kutulis hanya untuk senang-senang saja dan dibaca orang, dikritik oleh orang...Itu jelas bukanlah hal yang buruk. Aku tidak tahu harus menyebut apa perasaan yang kualami saat ini...Tapi melihat karyaku dibaca orang, benar-benar membuatku senang."

  Setelah mengatakan itu, Zaimokuza tersenyum.

  Itu bukanlah senyuman dari Sang Ahli Pedang...Itu adalah senyuman dari Zaimokuza Yoshiteru.

  Ahh...Begitu ya.

  Orang ini tidak hanya chuunibyou. Tidak, dia juga menderita penyakit demam penulis novel.

  Dia ingin menulis karena dia punya sesuatu untuk diceritakan ke orang lain. Dan jika dia bisa menyentuh hati seseorang dengan cara itu, maka dia merasa senang. Jadi dia memilih untuk menulis, menulis, dan menulis. Bahkan jika tidak ada yang mempedulikan tulisannya, dia akan terus menulis. Itulah yang kusebut sebagai Demam Penulis Novel.

  Dan aku sendiri hanya punya satu jawaban untuk itu.

  "Tentu saja, aku akan membacanya."

  Aku tidak bisa menolaknya. Lagipula, ini adalah kesimpulan akhir dari chuunibyou yang dia idap. Meski orang lain bilang dia gila, meski orang lain menggosipkannya, meski orang lain tidak mempedulikannya, mereka tidak mau mengikuti apapun kata orang lain. Dia tidak mau menyerah, dan dia akan terus bekerja hingga putus asa agar delusinya itu bisa menjadi kenyataan.

  "Ketika manuskrip novel baruku yang lain selesai, aku akan membawanya kesini."

  Zaimokuza mengatakan kata-kata itu, membelakangi kami, dan pergi menuju pintu keluar.

  Pemandangan pintu ruangan Klub yang ditutup olehnya benar-benar terlihat sangat menyenangkan.

  Meski dia benar-benar berbeda jalan, kekanak-kanakan, ataupun salah, kalau dia melihat ada jalan dimana dia bisa menyampaikan pikirannya, maka dia akan melakukannya.

  Jika dia mau berubah hanya karena ada orang yang tidak suka, maka itu hanyalah impian palsu dan dia sudah membohongi dirinya sendiri. Kurasa, Zaimokuza memang lebih baik seperti ini.

  ...Well, kecuali sifatnya yang menjijikkan itu.








x x x








  Beberapa hari telah berlalu.

  Saat ini adalah jam pelajaran ke-enam. Dan pelajaran ke-enam hari ini adalah Pelajaran Olahraga.

  Seperti biasanya, aku berpasangan dengan Zaimokuza. Tidak ada yang berubah darinya.

  "Hachiman. Menurutmu, ilustrator light novel mana yang paling populer saat ini?"

  "Jangan besar kepala dulu      kau bisa memikirkan itu setelah kau memenangkan penghargaan debut."

  "Hmm...Okelah. Jadi masalah terbesarnya saat ini adalah, aku harus memulai debut dimana?"

  "Serius, kenapa kau sekarang sudah berasumsi kalau dirimu pasti menang?"

  "...Kalau novelku laku keras, mungkin ada yang berminat mengadaptasikannya ke anime, dan aku bisa menikahi seiyuu-nya..."

  "Oke cukup...Hentikan delusimu itu. Selesaikan dulu manuskrip-manuskrip kampretmu itu, oke?"

  Obrolanku dengan Zaimokuza di setiap Pelajaran Olahraga, kurang lebih seperti itu. Topik yang lebih terfokus ke light novel, hanyalah satu-satunya hal yang berubah belakangan ini.

  Begitulah, sebenarnya isi dari obrolan kami hanyalah omong kosong saja...Yang kita bicarakan bukanlah hal yang membuat orang bahagia, tidak seperti pasangan lain di Pelajaran Olahraga, kita tidak pernah mengobrolkan sesuatu yang membuat kita tertawa terbahak-bahak.

  Topik obrolan kita bukanlah sesuatu yang keren dan sedang trend; hanya obrolan tentang hal-hal yang menyedihkan.

  Aku sempat berpikir kalau kita hanyalah kumpulan orang idiot saja. Aku benar-benar merasa kalau yang kulakukan dengannya hanyalah membuang-buang waktu saja.

  Meski begitu...Setidaknya itu membuat Pelajaran Olahraga yang kuikuti tidak menjadi sebuah momen yang menyakitkan.

  Kurasa, hanya itulah yang kurasakan.









x Chapter V | END x







  Jika Hachiman masih tetap memaksa kalau dirinya adalah penyendiri yang tidak punya orang teman, maka dia sudah salah besar. Bahkan sejak volume 1 saja dia sudah punya teman, Zaimokuza Yoshiteru.

.......

  Meski hal-hal yang dibicarakan Zaimokuza dan Hachiman bukanlah hal yang membuat mereka tertawa lepas, tapi yang mereka bicarakan dan respon dari Hachiman adalah hal yang jujur. Tidak ada yang menikam dari belakang.

.......

  Di chapter-chapter dan volume selanjutnya, pelajaran olahraga Hachiman akan menjadi hal yang menyenangkan. Terutama, volume 10.

......

  Kisah Zaimokuza yang bercita-cita menikahi seiyuu, mirip manga Bakuman yang terbit tahun 2008. Mungkinkah Watari mengambil referensi disitu?

......

  Jelas sekali, sejak di volume ini, Hachiman benar-benar menyukai Yukino. Bandingkan respon Hachiman terhadap Yui dan Yukino. Satunya hanya sex appeal (Yui), satunya tidak (Yukino). Ini sendiri menyangkal kata-kata Hachiman di awal chapter 5 kalau Yukino adalah #1 orang yang paling dia benci.

  Ini juga menjawab pengakuan Hachiman sendiri di vol 7 chapter 3 kalau dia sudah menyukai seorang gadis sejak volume pertama. Dan ini menjawab siapa gadisnya.

......

  Cerita light novel Zaimokuza ini, kemungkinan besar yang Watari bawa ke rapat tiga penulis LN dan membawa temanya tentang proyek Qualidea.

......

  Monolog Hachiman tentang adegan Yukino yang tertidur itu, berlanjut di vol 9 chapter 8. Bedanya, kali ini Yukino tidak tidur dan menggenggam tangannya. Dan kalimatnya pun sedikit berubah : Hachiman bahagia dan menginginkan adegan itu terus berlangsung selamanya.

......

  Tentu saja Watari tidak perlu khawatir terhadap ilustrasi LN-nya, karena ada Dewa Ponkan8!
  
  

4 komentar:

  1. Saya kira anggapan tentang referensi Watari ke Bakuman terlalu berlebihan. Di Bakuman, sejak awal dia menyukai ceweknya, jauh sebelum cewek itu menyatakan bahwa dia ingin menjadi seiyuu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Para otaku di jepang kayaknya punya impian pengen nikahin seiyuu, termasuk ane jg sih, oh hayami saori. Mangaka conan keknya tuh yg nikahin seiyuu, lupa siapa

      Hapus
  2. Jadi dia tidak berniat menikahi seiyuu, tapi ceweknya.

    BalasHapus
  3. Ini hachiman mau lepas kontrol lagi hahahahahah

    BalasHapus