Kamis, 01 Desember 2016

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 2 Chapter 3 : Ashizuka Fujio. UTOPIA - Perang Dunia Terakhir. Tsuruya Printing -2








  Sorenya, kami pergi meninggalkan toko dengan mobil van dan meminta adik Shioriko untuk menjaga tokonya.

  Kardus yang berisi buku-buku Pria itu ada di kursi belakang. Karena Ibu Pemilik Toko bersikeras kalau kita tidak boleh meninggalkan buku-buku ini begitu saja di toko, kami akhirnya berniat untuk bertemu pemiliknya. Karena kami sudah selesai menilai buku-bukunya, maka tujuan kami kesana adalah membeli buku-buku ini jika pemiliknya benar-benar berniat untuk menjualnya ke kami. Jika tidak, maka kami tinggal mengembalikan buku-buku ini kepadanya.

  Pria tersebut hanya mengisi sebagian kolom identitas di formulir pembelian   yang ada hanyalah daerah Nishitomi di Kota Fujisawa.  Yang tertulis disana saja hanya alamatnya yang tanggung; bahkan namanya sendiri dan nomor telponnya dibiarkan kosong.

  "Kenapa kita tidak biarkan saja buku-buku itu di Toko untuk sementara, mungkin saja dia kembali di lain hari?"

  Aku menanyakan itu kepadanya sambil mengemudikan mobil van kami.

  "Pria itu pergi meninggalkan Toko atas keinginannya sendiri, artinya dia sendiri juga tidak menginginkan buku-buku itu..."

  Kita tidak tahu apapun tentang Pria tersebut kecuali alamatnya, itupun hanya sebagian. Meskipun kita ke daerah yang dimaksud, aku tidak yakin kalau kita bisa menemukan rumah si Pria tersebut. Andai saja dia menulis lengkap alamatnya...

  "Memang benar, tapi ada juga kemungkinan kalau dia punya buku Perang Dunia Terakhir. Dia tadi jelas-jelas tahu kalau cetakan pertamanya tidak punya sampul asli. Setidaknya, perjalanan kita kali ini bukanlah perjalanan yang sia-sia."

  Baginya yang merasa punya peluang hanya karena kata-kata orang yang tidak dikenal dan itupun kata-kata yang diragukan kebenarannya...Sepertinya, dia merasa ini bisa jadi sebuah kesempatan yang bagus untuk melihat buku langka.

  "Kalau tidak salah, judulnya Perang Dunia Terakhir, benar tidak?  Memangnya buku itu benar-benar langka?"

  "Ya. Judul resminya sebenarnya UTOPIA, dan Perang Dunia Terakhir sebenarnya hanyalah kata-kata tambahan dari penerbitnya...Buku itu adalah karya pertama bagi penulisnya, dan yang kudengar di dunia ini hanya ada sekitar 10 buku. Para penggemar buku menganggap keberadaan buku itu hanya isapan jempol belaka hingga satu buku pernah muncul di toko buku bekas untuk pertamakalinya, di tahun 1980."

  "Ah, jadi bukunya mahal karena terkenal. Lalu, sebenarnya siapa sih pengarangnya?"

  Kalau tidak salah, namanya adalah Ashizuka Fujio. Namanya terdengar aneh dan terasa seperti nama yang sengaja diciptakan dari gabungan nama bermacam-macam mangaka terkenal.

  "Ashizuka Fujio adalah nama pena dari Fujiko Fujio ketika debut pertamakali."

  "Ah..."

  Akupun hanya diam saja dan terkejut. Nama barusan bukanlah nama main-main, bukan pula sebuah nama yang didapat dari menggabungkan beberapa nama.

  Tentu saja, bahkan aku yang seperti ini saja kenal siapa Fujio Fujio. Mungkin lebih tepatnya begini, hanya sedikit saja orang di Jepang yang tidak tahu siapa itu. Itu adalah nama paling terkenal dalam dunia mangaka Jepang, tidak, mungkin tepatnya disebut pasangan mangaka. Meski begitu, mereka pecah kongsi dan kini salah satu dari mereka sudah meninggal dunia.

  Aku sering membeli manga karya mereka dengan uang saku milikku ketika aku masih kecil. Ukuran huruf-huruf dalam manganya agak berbeda, karena itulah aku bisa membacanya dalam waktu lama. Judul favoritku adalah Ensiklopedia Kiteretsu. Kalau tidak salah, judul itu mengudara ketika aku sudah mulai masuk sekolah.

  "Memangnya, bukunya sendiri terbit kapan?"

  "Tahun 1953...Hampir 60 tahun lalu."

  "Ya ampun...Ternyata tua sekali..."

  Itu seperti tahun dimana generasi dari kakekku masih anak-anak. Aku sebenarnya tahu kalau buku ini terbit lama sekali, tapi aku tidak tahu kalau ternyata selama itu.

  "Benar. Kedua mangaka masih remaja ketika menerbitkannya untuk pertamakali. Jaman itu, sangat wajar bagi anak muda diberi kesempatan debut ketika mereka masih remaja, dimana industri manga sendiri seperti masuk dalam babak baru...Para mangaka sendiri jumlahnya sedikit. Bahkan Osamu Tezuka yang dianggap veteran saja waktu itu belum berusia 30 tahun."

  "Tezuka yang namanya dipakai dalam penghargaan Tezuka Osamu Cultural Prize itu?"

  "Nama pena tersebut dipakai dalam nama penghargaan sebagai penghormatan kepada Tezuka Osamu. Itu juga dimaksudkan kalau karakter kaki dalam nama Ashizuka agar lebih rendah dari karakter tangan dalam nama Tezuka. Alasan mengapa penerbit Tsuru Publishing memakai nama Tezuka, karena pasangan mangaka ini mendapatkan rekomendasi dari Osamu Tezuka dan meminta mereka untuk membuat satu volume manga. Ternyata, bantuan dari Osamu Tezuka ini sangat membantu para mangaka yang baru saja memulai debutnya."

  Ketika dia sedang berbicara, mobil sudah masuk area jalan raya. Lalu lintas terlihat padat merayap karena hari ini adalah hari libur.  Sebenarnya tujuan kami tidak jauh dari sini, tapi kita tidak bisa dengan mudahnya pergi kesana dengan cepat. Di sisi jalanan, aku bisa melihat orang-orang yang sedang berlatih di sasana tinju.

  "Shioriko, sepertinya kau tahu banyak tentang manga-manga jaman dulu ya."

  Toko Biblia sendiri sangat jarang berurusan dengan manga kuno, jadi selama ini aku berpikir kalau dia hanya ahli dalam karya-karya tulisan.

  "Sebenarnya aku tidak begitu tahu soal manga..."

  Aku merasakan nada-nada yang  terasa pahit dari suaranya. Aku merasa kalau kalau dia sampai tahu sejauh itu, artinya dia tahu banyak. Keluar dari jalan raya, kami melewati beberapa Kuil besar dan berhenti tepat di depan kompleks perumahan. Kulihat sekali lagi di peta untuk mengkonfirmasi kalau kita berada di area yang tepat.

  "Buset, banyak sekali rumah-rumah disini."

  Kulihat kompleks perumahan disana. Banyak sekali rumahnya. Tidak hanya rumah untuk keluarga, disini juga banyak sekali apartemen.

  "Sepertinya, kita harus memeriksanya satu-persatu..."

  Kalau aku bertemu dengan Pria itu, yang kurasakan pertamakali bukanlah rasa lega karena kita bisa menemukan rumahnya dengan benar. Tentunya, karena kaki Shioriko berada dalam kondisi yang kurang baik, maka dia tidak mungkin ikut kesana-kemari untuk memeriksa. Dan akhirnya pekerjaan itu akan jatuh ke diriku. Memikirkan tentang berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencarinya saja sudah membuatku sedikit depresi.

  "Tunggu dulu...Daripada keluar dan mencari satu-satu, coba cari rumah dengan kriteria ruangan yang akan kuberitahukan kepadamu. Kupikir, itulah cara yang tercepat." kata Shioriko.

  "...Harusnya rumahnya memiliki sebuah ruangan yang besar, dengan jendela menghadap ke arah barat, dengan satu gorden yang tipis. Juga, ruangan itu harusnya dekat area dapur. Jika tebakanku benar, maka rak buku miliknya berada di area dimana sinar matahari akan mudah masuk lewat jendela dan menyinarinya. Pria tersebut harusnya berada di rumah yang seperti itu."

  "Kau tahu dari mana?"

  "Buku-buku yang berada dalam kardus ini punya punggung buku yang kusam dan berdebu. Ini mungkin karena buku-buku ini berada dalam rak buku yang bermandikan cahaya matahari. Ditambah lagi, ada sedikit bau minyak goreng di bukunya. Itu membuatku berpikir kalau buku-buku ini posisinya berada di dekat dapur. Kalau mempertimbangkan bagaimana bau minyak goreng tersebut tidak bisa keluar dari rumah dengan mudah, artinya rumahnya kemungkinan besar adalah bangunan tua."

  "...Oke, itu masuk akal."

  Akupun mengangguk. Kalau dipikir-pikir lagi, itu memang sangat logis.

  "Kau pasti berpikir dengan keras untuk mendapatkan kesimpulan yang seperti itu ya?"

  "Itu karena aku sendiri pernah datang untuk membeli buku di rumah pelanggan dengan ciri-ciri yang kusebutkan tadi. Kondisi buku-bukunya sangat mirip dengan ini."

  Jadi, semua kesimpulannya tadi hanya berdasarkan pengalaman saja. Kubuka pintu van mobil dan keluar. Kurasa, calon-calon rumah si Pria itu kini sudah mulai menyempit.

  Kami lalu berjalan. Karena banyaknya rumah yang bersebelahan satu sama lain, membuatku cukup sulit untuk mencari rumah yang bisa membiarkan cahaya matahari masuk dari jendela barat. Dengan memasang pengecualian untuk bangunan baru, opsinya benar-benar menyempit.

  Mm...?

  Akupun berbelok ke sebuah jalanan yang sepi, dan berhenti di sebuah apartemen berlantai dua. Apartemen tersebut, di salah satu sudut lantai satunya memiliki jendela besar yang menghadap ke barat, dan akupun bisa melihat rak buku dari gorden yang berenda. Adanya saluran ventilasi yang menghitam di dekat jendela tersebut seakan-akan memberitahu kalau di dekatnya ada dapur.

  Meski terlihat menghitam dari luar, ventilasi tersebut tampak tidak sering dibersihkan. Sangat cocok dengan kriteria dari Shioriko.

  "Jadi disini ya..." akupun menggumamkan itu.








x x x








  Aku mencoba menyamakan langkahku dengan Shioriko, dan kita kini menuju ke gedung apartemen itu. Kami lalu melewati gerbang yang berkarat dan berdiri di depan pintu yang jauh dari sudut ruangan tersebut.

  Memangnya, gedung ini sendiri sudah ada sejak kapan? Ada jendela kamar mandi yang ditempeli kotak kayu susu. Disana ada papan nama tua bertuliskan "Suzaki".

  "Benarkah dia ada disini?" aku membisikkan itu ke Shioriko.

  "Malah, kupikir dia sedang menunggu kita."

  "Eh?"

  "Dia pasti meninggalkan buku-buku ini ke kita dan membawa topik Perang Dunia Terakhir dengan maksud-maksud tertentu."

  "Maksud tertentu? Memangnya apa?"

  "Aku sendiri tidak begitu yakin..."

  Aku sendiri merasa ada sesuatu yang tidak benar disini. Jika Pria di dalam bangunan ini merencanakan sesuatu, maka aku harus melindungi Shioriko.

  Dia lalu menekan bel. Akupun mendengar suara orang di dalam rumah yang mendekat ke pintu, dan pintu-pun terbuka secara perlahan. Aku sendiri, mulai meningkatkan kewaspadaanku untuk sekedar jaga-jaga dari kemungkinan terburuk.

  Berdiri di depan kami saat ini, pria paruh baya yang datang ke toko kami sebelumnya.

  "Apa anda Pak Suzaki? Kami kesini hendak membahas tentang buku-buku yang anda tinggalkan sebelumnya di toko kami..."

  Ekspresi gembira muncul dari wajah pria tersebut. Lalu dia menepuk tangan Shioriko, dan memegangi tangannya.

  "Aku tahu...Aku harusnya sudah menduga...Kau bisa menemukan jalanmu kesini..."

  "Eh? Um..."

  Dia lalu melepaskan tangannya dan mempersilakan kami untuk masuk.

  "Silakan, masuk ke dalam...Ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu."

  "Memangnya, anda mau membicarakan apa?"

  Akupun memotongnya.

  Dia tahu kalau kita akan datang kesini untuk mengantarkan bukunya   lebih tepatnya, dia sengaja meninggalkan buku-buku itu di Toko agar kita mencarinya. Aku tidak bisa begitu saja masuk ke rumahnya tanpa mengetahui apa motif dibalik semua itu.

  "Tentu saja, ini tentang karya Ashizuka Fujio, Perang Dunia Terakhir...Tapi tidak hanya tentang itu saja..."

  Suzaki lalu menatap ke arah Shioriko.

  "Aku ingin berbicara tentang Ibumu."







x Chapter III Part 2 | END x

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar