Sabtu, 03 Desember 2016

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 2 Chapter 3 : Ashizuka Fujio. UTOPIA - Perang Dunia Terakhir. Tsuruya Printing -3







  Dengan dipandu tuan rumah, kami menuju ke sebuah ruangan bergaya Jepang yang baru saja kulihat dari luar tadi. Aku bisa melihat dinding-dinding yang menyatu dengan pintu dan tampak sekilas ruangan yang mungkin menjadi dapur rumah ini. Di dindingnya, ada rak buku. Buku-buku yang Suzaki bawa ke Toko Biblia, kemungkinan besar diambil dari tempat ini.

  Tidak hanya jendela yang menghadap ke arah barat, ada juga pintu kaca yang berada di selatan dan menunjukkan pemandangan halaman yang dipenuhi semak belukar. Mungkin, pemandangan yang seperti inilah yang terlihat selama bertahun-tahun dari ruangan ini, memberiku semacam suasana yang aneh     seolah-olah waktu itu sendiri sedang berhenti di ruangan ini.

  Kami lalu duduk, Shioriko sendiri menaruh posisi kakinya di samping dengan kakinya yang cedera berada di atas tatami kuning. Ruangan ini tampak sangat rapi sehingga aku merasa tidak ada orang lain selain dirinya yang tinggal di ruangan ini. Semacam ada perasaan kurang nyaman atas penghuni ruangan ini sebelumnya.

  "Ini sebenarnya adalah rumah orangtuaku...Dulu, aku tinggal disini bersama ayahku."

  Suzaki menjelaskan itu ketika dia kembali dari dapur dan menaruh tiga cangkir teh yang berada di nampan ke depan kami. Uap panas dari teh hijau di cangkir mulai terlihat di depanku.

  "Ayahku tinggal disini sejak lama, bahkan sampai aku lulus SMA dan bisa hidup mandiri...Dia lalu terkena stroke dan meninggal September lalu."

  "Maaf, saya turut berdukacita mendengar hal itu."

  Shioriko merendahkan kepalanya, dan akupun demikian. Meski begitu, aku tidak paham apa alasannya menceritakan hal itu.  Apa sih hubungan ceritanya itu dengan Perang Dunia Terakhir, dan Ibu dari Shioriko?

  "Ketika aku sedang membersihkan apartemen dan menyusun ulang barang-barang peninggalan ayahku, aku teringat tentang sesuatu yang terus menggangguku sejak aku masih kecil dulu. Sesuatu yang selalu membuatku penasaran, dan agar bisa menemukan kebenarannya, aku memutuskan untuk melakukan rencana yang kujalankan tadi di toko kalian."

  Suzaki tiba-tiba berdiri. Dia lalu menghadap ke arah Shioriko.

  "Darimana kau tahu apartemen ini hanya dengan alamat yang seperti itu? Pastinya kau tidak memeriksa satu-persatu rumah-rumah di area sekitar sini, bukan?"

  "Oh itu...? Bagaimana ya..."

  "Kumohon...Beritahu aku dahulu bagaimana caramu menemukan rumah ini!"

  Karena merasa dipaksa olehnya, Shioriko menjelaskan lagi mengapa dia bisa menemukan rumahnya. Kedua mata Suzaki tampak bersinar terang disertai anggukan ketika mendengarkan setiap detail yang Shiorika katakan. Setelah selesai, Suzaki lalu menatap ke arah rak buku yang kosong itu.

  "Begitu ya..."

  Dia lalu mengangguk.

  "Ternyata dulu itu bukanlah sekedar beruntung atau kebetulan saja. Ternyata ceritanya benar adanya."

  "Apa maksud anda dengan dulu itu?" Tanya Shioriko.

  "Itu sekitar 30 tahun lalu, Ayahku pergi ke Toko Buku Antik Biblia dan membeli beberapa buku. Dia meninggalkan buku-bukunya di toko dan pulang ke rumah dengan menulis alamatnya hanya tanggung seperti halnya diriku hari ini. Meski begitu, Ibumu menemukan apartemen ini dan mengembalikan buku itu ke kami. Aku masih mempertanyakan bagaimana dia bisa melakukan itu? Aku tidak bisa menemukan jawabannya meski sudah berpikir sangat keras."

  Shioriko tampak tertegun sejenak ketika Suzaki mengatakan Ibumu, tapi Suzaki sendiri tampak tidak menyadarinya.

  "Aku juga pernah mengunjungi Toko milikmu beberapa tahun lalu dan Ayahmu yang menangani Toko itu sendirian...Apa orangtuamu sudah tidak bersama lagi?"

  "...Ya."

  Dia menjawabnya dengan nada yang kering. Yang kudengar, Ibunya menghilang, tapi bisa juga mereka sebenarnya sudah bercerai dan berpisah baik-baik tanpa diketahui Ayaka.

  "Memangnya, Ibumu sekarang dimana?"

  "Aku tidak tahu..."

  "Begitu ya..."

  Suzaki lalu mendesah.

  "Ayahku juga tidak tahu bagaimana Ibumu bisa menemukan apartemen ini. Aku sendiri sudah menyerah menemukan kebenarannya, tapi sekitar 10 hari lalu, aku naik Kereta Yokosuka, secara kebetulan aku melihat Tokomu di dekat Stasiun Kita-Kamakura. Lalu aku melihat seorang wanita yang mirip dengan wanita yang datang ke tempat kami 30 tahun lalu, wanita itu sedang menaruh papan nama Toko dengan gembira."

  Wajah Shioriko tampak memerah.

  Kemungkinan besar, itu ketika kami hendak membeli buku di Rumah Akiho. Waktu itu dia memang berada di depan toko, menungguku yang sedang mengambil mobil di tempat parkir. Jadi itu ya yang dia lakukan.

  "Dari sekilas saja, aku langsung tahu kalau wanita itu adalah putrinya. Aku lalu berpikir, jika dia benar-benar putrinya, dia pasti bisa melakukan hal yang sama persis dengan yang dilakukan Ibunya dulu. Aku ingin meminta maaf atas hal ini terlebih dahulu."

  Suzaki mengatakannya sambil merendahkan kepalanya. Sederhananya, ini adalah sebuah tes apakah hal yang sama akan terjadi jika dia menciptakan situasi yang sama untuk menguji kemampuannya. Ada satu hal yang kumengerti     Ibu Shioriko memiliki kemampuan tentang buku-buku yang luar biasa     sama seperti kemampuan putrinya. Atau tepatnya, Shioriko mewarisi kemampuan itu dari Ibunya.

  Shioriko sendiri tidak banyak merespon permintaan maaf Suzaki; Dia seperti tertarik akan sesuatu yang lain.

  "...Ibuku datang kesini tidak hanya sekedar untuk mengirimkan buku-buku Ayah anda tiga puluh tahun lalu, benar tidak?"

  Shioriko menanyakan itu dengan nada yang serius. Terdengar seperti sebuah konfirmasi daripada sebuah pertanyaan.

  "Terlebih lagi, Ayah anda tiba-tiba pergi begitu saja dari Toko meski dia datang ke Toko karena hendak menjual buku-bukunya...Apakah ini juga ada hubungannya?...Misalnya berhubungan dengan Perang Dunia Terakhir?"

  Kalau dipikir-pikir, pertanyaan tersebut memang masih belum terjawab.

  Suzaki, yang kedua matanya sejak tadi terlihat terpukau, kini memasang senyuman di wajahnya.

  "Kau benar-benar mirip sekali dengan Ibumu...Itu benar. Yang ingin kubicarakan kali ini adalah tentang Perang Dunia Terakhir."

  Suzaki lalu berdiri dan membuka pintu yang menyatu dengan dinding di dekatnya.

  "Woah..."

  Secara tidak sengaja, aku mengucapkan kekagumanku.

  Disana banyak sekali buku-buku karya Fujiko Fujio. Obake no Q-Tarou, Doraemon, Kaibutsu-kun, P-Man, dan lain-lain. Bahkan banyak sekali volume dan judul yang sama disana, setiap bukunya dibungkus sampul vinyl untuk keamanan penyimpanan. Disana juga ada Kiteretsu Encyclopedia yang kusukai.

  Jika aku yang masih SD ada disini, aku akan sangat bahagia sekali. Ini seperti surga bagi siapapun fans Fujiko.

  "Ayahku dan diriku mengoleksi manga karya Fujiko Fujio...Yang kau lihat disini adalah koleksi karya-karyanya."

  Shioriko dan diriku melihat rak tersebut dari atas hingga bawah. Mayoritas koleksinya ini adalah buku manga yang disampul dengan vinyl, tapi disana juga ada majalah bulanan CoroCoro yang ditaruh di rak terbawah.

  "Dia bahkan punya CoroCoro...?"

  Kubisikkan pertanyaanku itu ke Shioriko; Sepertinya, itu satu-satunya majalah yang ada di rak tersebut.

  "Majalah bulanan CoroCoro memang sengaja dibuat untuk menerbitkan karya-karya Fujiko Fujio. Majalah itu punya hak penerbitan atas seluruh karya mangakanya, artinya karya-karya spektakulernya seperti Doraemon dan lain-lain bisa dibaca di satu majalah saja. Edisi awal dari CoroCoro disini bisa berharga mahal di Toko Buku Bekas."

  Dia menjelaskan itu dengan nada yang antusias.

  "Edisi pertama CoroCoro terbit ketika aku masih kecil dulu. Waktu itu aku masih SD ketika Doraemon menjadi booming, tapi Ayahku sendiri sudah menjadi fans Fujiko Fujio sejak pertamakali mereka debut."

  Mungkin merasa senang dengan jawabannya, Suzaki kemudian mengatakan itu. Jelas sekali, Ayahnya menjadi fans dari mangaka yang debutnya terjadi beberapa dekade lalu. Akupun tidak terkejut jika anaknya juga memiliki obsesi yang sama.

  "...Dan ini adalah buku yang Ayahku anggap sebagai harta terbesarnya."

  Dia lalu mengambil keluar sebuah buku tua dari rak tersebut.

  Sepertinya, buku itu disampul oleh beberapa lapis vinyl.

  "Ah."

  Shioriko lalu menegakkan posisinya dan mencondongkan tubuhnya. Ini adalah pertamakalinya aku melihatnya bergerak begitu cepat.

  Sampulnya menggambarkan sebuah robot berwarna hijau yang berdiri di samping anak laki-laki yang memegang senjata. Judulnya, UTOPIA: Perang Dunia Terakhir, tercetak disana. Akupun mencondongkan tubuhku untuk melihatnya. Ini adalah buku cerita bergambar yang sangat langka. Aku mungkin tidak akan pernah punya kesempatan lagi di hidupku untuk melihat hal yang seperti ini.

  "...Bolehkah jika saya memeriksanya?"

  Shioriko mengatakannya dengan gugup.

  "Tentu saja. Aku memang mengharapkan Biblia untuk memeriksanya."

  Dengan hati-hati, Suzaki mengambil buku itu keluar dari plastik vinyl, dan memberikannya ke Shioriko. Ujung-ujung dari buku itu tampak menguning, tapi sampulnya jika dilihat secara garis besar, bisa dibilang tidak mengalami kerusakan. Bahkan seorang amatir sepertiku bisa tahu kalau buku ini berada dalam kondisi yang baik.

  Harganya tertulis dengan samar-samar di punggung buku, 130Yen. Tidak akan ada yang menyangka kalau itu akan seharga ratusan ribu Yen 60 tahun kemudian.

  Untuk mengkonfirmasi itu, Shioriko mulai membalik-balik halamannya. Dua halaman pertama yang berwarna memang menarik perhatian siapapun yang membukanya. Untuk mencari info tentang terbitan manga ini, Shioriko membuka-buka halaman terakhirnya, tapi tangannya terhenti di dua halaman terakhir manga ini.

  "Ini..."

  Ada sebuah label dari Toko Buku Antik Biblia tertulis disana. Di bawah judul Perang Dunia Terakhir, tertulis harganya disana, 2000Yen.

  "Bu-Buku ini pernah dijual di Toko kami?"

  Tapi buku ini hanya seharga 2000Yen.

  Shioriko lalu mengamati dengan cermat label tersebut dan mendekatkan kedua matanya.

  "Ini tulisan tangan Ibuku," dia menggumamkan itu.

  "Ayahku membeli buku ini dari Biblia 30 tahun lalu..."

  Suzaki lalu mulai berbicara, dia lalu mencoba untuk mengingat sesuatu dengan tatapan matanya yang seolah-olah menatap sesuatu di kejauhan.

  "Satu-satunya alasan dia lari begitu saja dari Toko ketika tengah menilai buku-bukunya...Karena itu."







x Chapter III Part 3 | END x

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar