Kamis, 31 Desember 2015

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 5 : Kusaoka Haruma 3



x  x  x





  Ketika gadis yang menemani Suzaku Reiji berada di pintu keluar ruang guru, dia membiarkan pintu ruang guru terbuka lebar dan berdiri disana sambil menatap tajam ke arah Chigusa. Sedari tadi dia mengeluarkan suara aneh yang terdengar seperti “Reijiii, Reijiii,” seperti suara yang berasal dari monster berkepala dua. Ohh, jadi begitukah suara mengerang dari monster jika terdengar telinga manusia? Meski entah mengapa, aku merasa dia sedang sedih karena harus pergi lebih dulu. Kupikir lirikan yang disertai erangan hanya ada di Pokemon.

  Tapi, mengapa disuruh pulang duluan kok malah menggerutu?

  Aku ini sudah meniru gadis ini...Entah siapa namanya. Oh begini saja, mari kita panggiil dia Gyarumi-chan. Aku sudah meniru ‘Buku panduan bersikap seperti Gyarumi-chan’ dan membuat Chigusa agar cepat pulang ke rumah. Aku sudah mencoba segalanya: mempercepat langkahku di lorong, pura-pura terbatuk, menghentakkan kakiku dan mondar-mandir ruang guru.

  Tapi mustahil bagi Chigusa untuk terpengaruh. Mungkinkah aku harusnya menatapnya dengan tajam dan menggerutu “Johanneeees, Johanneeees” dengan suara yang sendu dan menusuknya...Ketika aku sedang bimbang, aku mendengar suara di sampingku.

  “Hei.”

  Ada di ujung penglihatanku, aku melihat Gyarumi-senpai bermain dengan HP-nya. Apa dia baru saja berbicara kepadaku? Tapi jika “Hei” adalah singkatan dari “Hei, HP-ku tidak ada yang kirim SMS/ habis baterai/ habis paketan internet! Jadi aku mengobrol dengan diriku sendiri...” Begitulah pikirku, dengan menerapkan pendekatan wait and see, aku menunggu Gyarumi-senpai untuk menegakkan pandangannya dari layar HP dan memanggilku dengan lebih jelas.

  “Huh? Kamu cuekin gue? Jengkelin tauuuk!

  Aku berusaha menghirup napasku dengan perlahan. “Maaf”.

  Oh begitu, jadi dia berbicara padaku? Kupikir dia semacam artis Ikuzo, tapi sekali lagi, mustahil dia tahu itu. Maksudku, rata-rata para gadis SMA tidak akan tahu siapa Ikuzo. Jangan lupa kalau Gyarumi-senpai tampaknya tidak tahu apa yang semua orang tahu: aturan untuk melihat ke orang yang kau ajak bicara.

  Ketika dia membuka mulutnya, dia menggoyang-goyangkan dagunya ke arah Chigusa.

  “Hei kamu, kamu dekat dengan dia ya?”

  “Tidak, aku tidak bisa mengatakan kalau kami ini dekat.”

  Aku menjawabnya dengan jelas dan sopan.

  “Terserah lu dech.”

  Gyarumi-senpai mengatakannya dengan sinis, tampak tidak mempercayai kata-kataku. Lalu senyum yang menjijikkan diperlihatkan olehnya.

  “Tapi tahu tidak, lu tuh lebih baik secepatnya lupain dia dech.”

  Aku memiringkan kepalaku dan memberikan ekspresi tanda tanya melalui tatapan mataku. Setelah itu, Gyarumi-chan berubah menjadi berapi-api, kedua lubang hidungnya terlihat mengembang.

  “Aku pernah dengar gosip-gosip jelek soal dia. Seperti, dia itu cewek nakal.”

  Well, itu pastinya begitu.

  “Dia tuh cuma pura-pura sok imut.”

  Aku sangat setuju.

  “Dia tuh jengkelin kalau bahas soal uang.”

  Itu juga.

  “Tambahan lagi, tau nggak lu? Dia tuh ngincer Reiji.”

  Well, kalau itu tidak.

  Setelah beberapa hari bersama Chigusa Yuu, aku tahu betul seperti apa karakternya. Gosip jelek yang Gyarumi-senpai ceritakan itu 80% benar. Tunggu dulu, Gyarumi-senpai, ada bagian dari gosipnya yang berasal dari opini pribadi saja, benar tidak...?

  Tapi, bagian akhir tentang dia menyukai seseorang adalah sesuatu yang tidak bisa kuterima. Maksudku, Chigusa Yuu itu sendiri tidak akan pernah menyukai siapapun. Dia selalu menganggap kalau dirinya adalah yang tertinggi.

  Oleh karena itu, gosip ‘ngincer’ Suzaku-senpai atau siapapun itu mungkin hanyalah rumor yang disebar para gadis yang sebenarnya iri dan cemburu. Kalau gosip yang lain, kurasa aku sendiri tidak bisa membantahnya.

  “Kalau dipikir-pikir, Suzaku-senpai sangat populer ya?”

  Sebenarnya aku masa bodoh dengan Suzaku Reiji, tapi gara-gara kepopuleran seseorang bisa membuat terjadinya perang antar kucing liar merupakan hal yang sangat mengagumkan bagiku.

  “Ya iyalah! Memangnya ada cowok lain yang kayak dia?”

  Gyarumi-senpai tertawa cekikikan sambil menepuk dadanya. Jujur saja, saya tidak tahu apa yang sedang Gyarumi-senpai banggakan. Jadi apakah si Reiji ini adalah sebuah properti yang dibagi rata oleh para gadis?

  “Jadi kau sedang berpacaran dengannya?”

  “...Gak juga sich. Aku tuh udah sering deketin dia, tapi tahulah Reiji, seperti, orangnya tertutup? Ya begitulah yang dirasakan orang-orang pada saat ini.”

  Sikapnya langsung berubah total: bahunya melemah dan dia tidak sanggup untuk melihat ke mataku.

  Oh jadi begini. Jadi dia bersikeras menunggunya dekat pintu untuk pulang bersama adalah salah satu usahanya untuk cari perhatian. Kalau melihat kata-katanya barusan, tampaknya ada gadis-gadis lainnya yang juga sedang berusaha menjadikan Suzaku Reiji pacarnya. Sayangnya bagi Gyarumi-senpai, usahanya tidak akan membuahkan hasil...Hatinya tampaknya akan terluka lagi...

  Di lain pihak, situasi dimana Suzaku Reiji menjadi pria populer di kalangan para gadis adalah sesuatu yang bisa kupahami. Dia terlihat tampan. Dia tinggi dan atletis. Selain tampilannya yang bagus, dia juga tidak terlihat sembrono, bahkan cara bicaranya terasa menenangkan.

  Akupun secara spontan mengatakan “Sungguh mengagumkan”.

  Tampilan itu selalu menjadi pertimbangan utama ketika membahas orang-orang. Aku bahkan menilai para pria di kelasku dari penampilan mereka. Memang itu menyakitkanku! Tapi mau bagaimana lagi, tetap kunilai! Itu seperti ada sebuah tombak yang juga sedang menusukku.

  Ketika aku menatap ke arah Suzaku Reiji, Gyarumi-senpai tiba-tiba berkata.

  “Huh? Jangan bilang kalau kamu ini tipe orang yang iri dengan Reiji atau semacamnya? Lucu lo! Tapi menakutkan. Suzaku tuh seperti Phoenix, mustahil bisa dibandingin, tahu tidak?”

  Belakangan ini, ada sebutan di internet tentang gyaru yang bersikap baik ke otaku dan penyendiri, tapi realitasnya tidak begitu. Siapapun yang percaya kalau sebutan itu benar adanya, biasanya adalah orang-orang yang memaksa para pembaca manga dan light novel untuk membuang buku mereka dan bermain di luar ruangan.
[note: Gyaru itu sebutan slang untuk gadis di Jepang. Tapi jika diserap ke bahasa kita, mungkin lebih tepat kita sebut cewek. Tapi ada yang lebih tepat lagi, yaitu cabe-cabean. Jadi kalau Haruma mengatakan Gyarumi-senpai, artinya mbak cabe-cabean.”]

  Menurutku, alasan sebutan itu ada karena kawan-kawan seperjuanganku sudah menyadari, kalau di dunia nyata, baik gadis yang masih lugu ataupun yang misterius, sebenarnya adalah pelacur nakal, dan mereka sudah membuat sebuah sebutan makhluk hidup yang bernama gyaru menjadi tipe orang tertentu.

  Well, itu artinya, di dunia nyata, gadis lugu, gadis misterius, gadis kutu buku, dan tentunya, gyaru adalah cewek pelacur yang dingin terhadap orang-orang yang terbuang dari sosialnya. Tidak ada pengecualian.

  “Hei, ngomong-ngomong soal ngincer, bagaimana pendapatmu soal Kuriu-sensei?”

  “Kuryuu apaan? Oh, dia...Reiji enggak bakalan mau sama dia...”

  Gyarumi-senpai mengatakannya, seperti ada semacam kebencian di nadanya.

  “Setiap dia terlibat kegiatan dengan kita, dia seperti kepanasan. Sangat mengganggu.”

  “Kepanasan?”

  Aku menggumamkan kata-katanya. Ini tidak cocok dengan image Kuriu-sensei.

  Kalau kau tanya aku, Kuriu-sensei adalah orang yang fokus dalam bekerja. Dia itu tenang, lembut, pantat semok, dan dada gede. Tapi kepanasan...? Tolong beritahu aku, Gyaruumi-chan! Aku bertanya kepada Gyarumi-senpai dengan tatapan mataku, tapi dia hanya mulai memainkan ujung rambutnya seperti sedang kesulitan untuk mengatakannya.

  “Dia tuh, kayak, lebay atau semacamnya?”

  Kosakatanya, sangat jelek!

  Tapi, aku tampaknya mengerti apa yang hendak dia katakan. Berapi-api, overprotektif, kepo atau ingin tahu...sesuatu semacam itu? Tampaknya aku mengerti maksudnya. Terima kasih, mbak Gyarumin.

  Ini adalah momen dimana pembicaraanku dengan Gyarumi-senpai harus berakhir. Dengan desahan kesal, Gyarumi-senpai mulai memainkan layar HP-nya sekali lagi. Tampaknya dia mulai bosan denganku. Aku minta maaf karena sudah menjadi pembuang waktu luangnya yang buruk.


  Dan hasilnya, akupun tidak ada yang bisa kulakukan, jadi aku melihat ke arah Chigusa dari kejauhan, menirukan tayangan iklan “anak laki-laki yang menatap terompet di etalase”.








x  x  x




Tidak ada komentar:

Posting Komentar