x x x
Ketika gadis
yang menemani Suzaku Reiji berada di pintu keluar ruang guru, dia membiarkan
pintu ruang guru terbuka lebar dan berdiri disana sambil menatap tajam ke arah
Chigusa. Sedari tadi dia mengeluarkan suara aneh yang terdengar seperti “Reijiii,
Reijiii,” seperti suara yang berasal dari monster berkepala dua. Ohh, jadi begitukah suara mengerang dari
monster jika terdengar telinga manusia? Meski entah mengapa, aku merasa dia
sedang sedih karena harus pergi lebih dulu. Kupikir lirikan yang disertai
erangan hanya ada di Pokemon.
Tapi,
mengapa disuruh pulang duluan kok malah menggerutu?
Aku ini
sudah meniru gadis ini...Entah siapa namanya. Oh begini saja, mari kita
panggiil dia Gyarumi-chan. Aku sudah meniru ‘Buku panduan bersikap seperti
Gyarumi-chan’ dan membuat Chigusa agar cepat pulang ke rumah. Aku sudah mencoba
segalanya: mempercepat langkahku di lorong, pura-pura terbatuk, menghentakkan
kakiku dan mondar-mandir ruang guru.
Tapi
mustahil bagi Chigusa untuk terpengaruh. Mungkinkah aku harusnya menatapnya
dengan tajam dan menggerutu “Johanneeees, Johanneeees” dengan suara yang sendu
dan menusuknya...Ketika aku sedang bimbang, aku mendengar suara di sampingku.
“Hei.”
Ada di ujung
penglihatanku, aku melihat Gyarumi-senpai bermain dengan HP-nya. Apa dia baru
saja berbicara kepadaku? Tapi jika “Hei” adalah singkatan dari “Hei, HP-ku
tidak ada yang kirim SMS/ habis baterai/ habis paketan internet! Jadi aku
mengobrol dengan diriku sendiri...” Begitulah pikirku, dengan menerapkan
pendekatan wait and see, aku menunggu
Gyarumi-senpai untuk menegakkan pandangannya dari layar HP dan memanggilku
dengan lebih jelas.
“Huh? Kamu cuekin gue? Jengkelin tauuuk!”
Aku berusaha
menghirup napasku dengan perlahan. “Maaf”.
Oh begitu,
jadi dia berbicara padaku? Kupikir dia semacam artis Ikuzo, tapi sekali lagi,
mustahil dia tahu itu. Maksudku, rata-rata para gadis SMA tidak akan tahu siapa
Ikuzo. Jangan lupa kalau Gyarumi-senpai tampaknya tidak tahu apa yang semua
orang tahu: aturan untuk melihat ke orang
yang kau ajak bicara.
Ketika dia
membuka mulutnya, dia menggoyang-goyangkan dagunya ke arah Chigusa.
“Hei kamu,
kamu dekat dengan dia ya?”
“Tidak, aku
tidak bisa mengatakan kalau kami ini dekat.”
Aku
menjawabnya dengan jelas dan sopan.
“Terserah lu dech.”
Gyarumi-senpai mengatakannya dengan sinis, tampak tidak mempercayai
kata-kataku. Lalu senyum yang menjijikkan diperlihatkan olehnya.
“Tapi tahu
tidak, lu tuh lebih baik secepatnya
lupain dia dech.”
Aku
memiringkan kepalaku dan memberikan ekspresi tanda tanya melalui tatapan
mataku. Setelah itu, Gyarumi-chan berubah menjadi berapi-api, kedua lubang hidungnya
terlihat mengembang.
“Aku pernah
dengar gosip-gosip jelek soal dia. Seperti, dia itu cewek nakal.”
Well, itu pastinya begitu.
“Dia tuh cuma pura-pura sok imut.”
Aku sangat setuju.
“Dia tuh jengkelin kalau bahas soal uang.”
Itu juga.
“Tambahan
lagi, tau nggak lu? Dia tuh ngincer Reiji.”
Well, kalau itu tidak.
Setelah
beberapa hari bersama Chigusa Yuu, aku tahu betul seperti apa karakternya.
Gosip jelek yang Gyarumi-senpai ceritakan itu 80% benar. Tunggu dulu,
Gyarumi-senpai, ada bagian dari gosipnya yang berasal dari opini pribadi saja,
benar tidak...?
Tapi, bagian
akhir tentang dia menyukai seseorang adalah sesuatu yang tidak bisa kuterima.
Maksudku, Chigusa Yuu itu sendiri tidak akan pernah menyukai siapapun. Dia
selalu menganggap kalau dirinya adalah yang tertinggi.
Oleh karena
itu, gosip ‘ngincer’ Suzaku-senpai
atau siapapun itu mungkin hanyalah rumor yang disebar para gadis yang
sebenarnya iri dan cemburu. Kalau gosip yang lain, kurasa aku sendiri tidak
bisa membantahnya.
“Kalau
dipikir-pikir, Suzaku-senpai sangat populer ya?”
Sebenarnya
aku masa bodoh dengan Suzaku Reiji, tapi gara-gara kepopuleran seseorang bisa
membuat terjadinya perang antar kucing liar merupakan hal yang sangat
mengagumkan bagiku.
“Ya iyalah! Memangnya ada cowok lain yang kayak dia?”
Gyarumi-senpai tertawa cekikikan
sambil menepuk dadanya. Jujur saja, saya tidak tahu apa yang sedang
Gyarumi-senpai banggakan. Jadi apakah si Reiji ini adalah sebuah properti yang
dibagi rata oleh para gadis?
“Jadi kau
sedang berpacaran dengannya?”
“...Gak juga sich. Aku tuh udah sering deketin
dia, tapi tahulah Reiji, seperti,
orangnya tertutup? Ya begitulah yang dirasakan orang-orang pada saat ini.”
Sikapnya
langsung berubah total: bahunya melemah dan dia tidak sanggup untuk melihat ke
mataku.
Oh jadi
begini. Jadi dia bersikeras menunggunya dekat pintu untuk pulang bersama adalah
salah satu usahanya untuk cari perhatian.
Kalau melihat kata-katanya barusan, tampaknya ada gadis-gadis lainnya yang juga
sedang berusaha menjadikan Suzaku Reiji pacarnya. Sayangnya bagi
Gyarumi-senpai, usahanya tidak akan membuahkan hasil...Hatinya tampaknya akan
terluka lagi...
Di lain
pihak, situasi dimana Suzaku Reiji menjadi pria populer di kalangan para gadis
adalah sesuatu yang bisa kupahami. Dia terlihat tampan. Dia tinggi dan atletis.
Selain tampilannya yang bagus, dia juga tidak terlihat sembrono, bahkan cara
bicaranya terasa menenangkan.
Akupun
secara spontan mengatakan “Sungguh mengagumkan”.
Tampilan itu
selalu menjadi pertimbangan utama ketika membahas orang-orang. Aku bahkan
menilai para pria di kelasku dari penampilan mereka. Memang itu menyakitkanku!
Tapi mau bagaimana lagi, tetap kunilai! Itu seperti ada sebuah tombak yang juga
sedang menusukku.
Ketika aku
menatap ke arah Suzaku Reiji, Gyarumi-senpai tiba-tiba berkata.
“Huh? Jangan
bilang kalau kamu ini tipe orang yang iri dengan Reiji atau semacamnya? Lucu lo! Tapi menakutkan. Suzaku tuh seperti Phoenix, mustahil bisa dibandingin, tahu tidak?”
Belakangan
ini, ada sebutan di internet tentang gyaru
yang bersikap baik ke otaku dan penyendiri, tapi realitasnya tidak begitu.
Siapapun yang percaya kalau sebutan itu benar adanya, biasanya adalah
orang-orang yang memaksa para pembaca manga dan light novel untuk membuang buku
mereka dan bermain di luar ruangan.
[note: Gyaru itu sebutan slang untuk gadis di Jepang. Tapi jika diserap ke bahasa kita,
mungkin lebih tepat kita sebut cewek.
Tapi ada yang lebih tepat lagi, yaitu cabe-cabean.
Jadi kalau Haruma mengatakan Gyarumi-senpai, artinya mbak cabe-cabean.”]
Menurutku,
alasan sebutan itu ada karena kawan-kawan
seperjuanganku sudah menyadari, kalau di dunia nyata, baik gadis yang masih
lugu ataupun yang misterius, sebenarnya adalah pelacur nakal, dan mereka sudah membuat sebuah sebutan makhluk
hidup yang bernama gyaru menjadi tipe
orang tertentu.
Well, itu
artinya, di dunia nyata, gadis lugu, gadis misterius, gadis kutu buku, dan
tentunya, gyaru adalah cewek pelacur
yang dingin terhadap orang-orang yang terbuang dari sosialnya. Tidak ada pengecualian.
“Hei,
ngomong-ngomong soal ngincer, bagaimana
pendapatmu soal Kuriu-sensei?”
“Kuryuu apaan? Oh, dia...Reiji enggak bakalan mau sama dia...”
Gyarumi-senpai mengatakannya, seperti ada semacam kebencian di nadanya.
“Setiap dia
terlibat kegiatan dengan kita, dia seperti kepanasan. Sangat mengganggu.”
“Kepanasan?”
Aku
menggumamkan kata-katanya. Ini tidak cocok dengan image Kuriu-sensei.
Kalau kau
tanya aku, Kuriu-sensei adalah orang yang fokus dalam bekerja. Dia itu tenang,
lembut, pantat semok, dan dada gede. Tapi kepanasan...? Tolong beritahu aku, Gyaruumi-chan! Aku
bertanya kepada Gyarumi-senpai dengan tatapan mataku, tapi dia hanya mulai
memainkan ujung rambutnya seperti sedang kesulitan untuk mengatakannya.
“Dia tuh, kayak, lebay atau semacamnya?”
Kosakatanya,
sangat jelek!
Tapi, aku
tampaknya mengerti apa yang hendak dia katakan. Berapi-api, overprotektif, kepo atau ingin tahu...sesuatu semacam
itu? Tampaknya aku mengerti maksudnya. Terima
kasih, mbak Gyarumin.
Ini adalah
momen dimana pembicaraanku dengan Gyarumi-senpai harus berakhir. Dengan desahan
kesal, Gyarumi-senpai mulai memainkan layar HP-nya sekali lagi. Tampaknya dia
mulai bosan denganku. Aku minta maaf karena sudah menjadi pembuang waktu
luangnya yang buruk.
Dan
hasilnya, akupun tidak ada yang bisa kulakukan, jadi aku melihat ke arah
Chigusa dari kejauhan, menirukan tayangan iklan “anak laki-laki yang menatap
terompet di etalase”.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar