x x x
Gadis yang
baik akan bersinar cerah di sudut ruang guru, bahkan ketika larut malam tiba.
Kuriu-sensei
mempersilakan kami duduk di kursi tamu yang berada di salah satu sudut ruang
guru. Setelah menyajikan kami teh, dia duduk dengan kursi menghadap ke arah
kita. Punggungnya membelakangi pintu yang menuju ruang konseling.
Kuriu-sensei
sebenarnya tidak pernah berbicara denganku, tapi dari yang kudengar dari
percakapannya dengan Kusaoka-san, dia adalah wali kelasnya. Bahkan orang
sepertinya punya kenalan seperti itu. Cukup luar biasa apa yang bisa dilakukan
sekolah terhadap orang-orang ini.
“Oh begitu
ya, jadi pada awalnya gerbang sekolah memang terbuka...Itu memang bisa
dimaklumi. Apa guru yang pulang terakhir tadi lupa untuk menutup gerbangnya ya?”
Nada
suaranya yang menenangkan, dicampur dengan kelembutan, aroma parfumnya, membuat
telingaku geli.
Rambutnya,
dia menyelipkan satu atau dua poninya ke belakang telinganya, menggambarkan
sebuah jebakan lalat yang merayu pria muda untuk bermain dengan api. Blusnya
yang berwarna merah muda dibiarkan terbuka, menunjukkan lekukan dadanya yang
kurang cocok dengan image member keagamaan tertentu. ketika dia menebarkan aura
menarik yang ditujukan ke lawan jenisnya, dia menggerak-gerakkan tubuhnya
secara tidak sadar agar menghipnotis targetnya untuk menatap terus ke belahan
dadanya.
“Sekarang,
Kusaoka-san, mengenai keperluanmu...”
Napasnya
yang mendesah, menggambarkan karakter wanita dewasa, terus menyebarkan auranya
di ruangan ini. Tiba-tiba, ini cocok sekali. Jadi dia adalah orang yang bertipe
seperti itu.
Aku sangat
memahaminya.
Kuriu-sensei...Pastinya bukanlah orang yang jahat!
Hanya
mendengarkan tentang dirinya, beberapa wanita pasti akan menghakiminya dengan
mengatakan kalau dia adalah wanita yang sengaja tebar pesona dan menggoda
laki-laki, tapi di dunia ini hal yang paling tidak ada gunanya adalah rasa
cemburu dari wanita. Daripada membahas seberapa gendut diantara mereka dan
menjadikannya bahasan, mereka harusnya berkaca ke dirinya dulu sehingga mereka
tidak menghakimi orang lain seenaknya. Bahkan orang lemah sepertiku tidak
pernah mengatakan satupun hal buruk kepada orang lain semenjak aku lahir. Aku sudah
memberikan yang terbaik untuk tidak memanggil orang lain babi.
“Anu,
kakakku kehilangan smartphone-nya tadi.”
Si
babi...tidak, Kusaoka-san berbicara seperti yang sudah kita rencanakan.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar