x x x
Kusaoka-san
mempertunjukkan penyelidikannya yang taktis sedari tadi. Kurasa aku tahu
alasannya. Kalau dia tidak bekerja dengan serius untuk memperoleh poin minimal,
Johannes poinku akan terus berkurang.
Secara tidak
sengaja, terkuak kalau Kuriu-sensei bukanlah orang jahat dari caranya
menggerakkan kedua mata dan tangannya ketika dia berbicara. Dia bersikap
seperti tidak tertarik untuk menggoda lawan jenisnya. Jika dia disebut sebagai
produk dari sosial sekitarnya, dia harusnya memperhatikan Kusaoka-san, dalam
situasi ini adalah satu-satunya pria disini, dan yang dia lakukan dari tadi
seperti menganggap tidak ada Kusaoka-san disini.
“Oke, jadi
sensei sering menggunakan ruang konseling. Bagaimana dengan guru yang lain? Apa
anda, umm, pernah melakukan kegiatan konseling siswa bersama guru lain?”
“Para siswa
kebanyakan tidak mau guru yang lain tahu masalah mereka, jadi aku berusaha yang
terbaik menjaga kerahasiaan masalah konseling.”
Kusaoka-san
mengeluarkan suara yang bernada penuh ketertarikan.
“Mereka
tidak ingin orang lain tahu, jadi isi pembicaraannya dirahasiakan, begitu ya.”
“Tentunya,
jika para siswa yang hendak konseling punya kepercayaan yang tinggi kepadaku,
aku pastinya tidak akan menggunakan ruangan itu...”
Mengesampingkan rendahnya ketertarikannya kepada dirinya sebagai seorang
pria, jawaban yang dia berikan sangat sopan dan halus. Setiap dia selesai
menjawab, dia sejenak melirik ke arahku, mengedipkan matanya berkali-kali. Dia
seperti memperbaiki nada suaranya sehingga aku bisa mendengarnya dengan jelas,
seperti melakukannya demi diriku.
Seperti aku
ini adalah satu-satunya orang yang ada di dunia ini.
Kalau
begini, maka ada kemungkinan kalau Kusaoka-san tidak dianggapnya sebagai
manusia. Bahkan, bisa jadi kemungkinan besar. Sayang sekali, Kuriu-sensei telah
menghancurkan anggapanku kepadanya kalau dia adalah orang yang baik.
Ketika aku
menatap ke arah Kusaoka-san, yang selama ini tidak dianggap oleh kejamnya
dunia, pintu ruang konseling terbuka.
“Kuriu-sensei,
pekerjaan kami sudah selesai,”
Sebuah suara
yang menyejukkan terdengar.
Dari ruang
konseling muncul pria tampan yang dapat mencuri perhatian siapapun.
Dia punya
alis yang bagus, dan mata yang menyejukkan. Diantara hidung hingga dagu,
terdapat bibir yang terlihat seperti mahakarya pahatan seniman terkenal.
Kakinya panjang, terlihat selaras dengan tinggi tubuhnya. Aku seperti tidak
percaya kalau Kusaoka atau siapapun-san berasal dari komposisi sel yang sama.
Bahkan dunia sel itu sendiri bisa menghasilkan hasil yang jauh berbeda.
“Aduh, maaf
sudah mengganggu pembicaraan kalian disini.”
Bahkan
ketika dia membungkukkan kepalanya seperti menentramkan. Dia menatap ke arahh
kami dan...
“Terima
kasih, Chigusa-kun. Kau sudah banyak membantu adik perempuanku. Bagaimana
kabarnya Misa-chan?”
Kami tidak
pernah berbicara denganku secara langsung, dan diapun tahu wajah dan namaku.
Dia tampak sangat teliti sekali.
Inilah yang
terjadi jika kau bertemu Ketua OSIS – Suzaku Reiji-san.
Seorang pria
popuuler, dia bergabung dengan kepengurusan OSIS sejak kelas satu dan menjadi
ketuanya di kelas dua. Di kelas tiga, tidak ada satupun kandidat yang muncul
untuk menantangnya di pemilihan, jadi dia terpilih lagi tanpa adanya pemungutan
suara. Bahkan pernah ada gosip kalau dia menerima banyak sekali coklat
valentine dari siswi SMA-SMA lain dan mahasiswi Universitas-Universitas lain,
saking banyaknya sampai-sampai coklatnya diangkut dengan minitruck.
Tiba-tiba,
ini cocok sekali. Aku sangat paham soal ini.
Suzaku-san...Pastinya adalah orang yang jahat!
Siapapun
yang bahkan punya 1% peluang untuk menjadi soulmateku
pastilah orang jahat!Kalau tidak, berarti dia punya kelemahan di kehidupan
sosial seperti punya kaki bengkak mirip atlit ataupun bau-bau gay!
“Reijiiii,
siapa dia?”
Suara manja
dari seorang gadis terdengar memanggilnya dari belakang.
Si gadis,
yang memakai make-up yang populer disebut dengan gaya Shibuya, berdiri di
sebelah Suzaku-san dan menatap tajam ke arahku seperti sedang memeriksaku.
Mungkinkah dia yang menjadi kelemahan Suzaku-san? Tapi dia kok lebih mirip
bebannya saja.
“Oh, dia ini
kakak dari teman adikku, bisa disebut begitu. Aku masih harus mengerjakan
beberapa tugas setelah ini, jadi bisakah kau pergi ke locker sepatu duluan?”
“...Terseraaaah
dech.”
Sambil
menatapku dengan penuh aura intimidasi, dia keluar dari ruang guru, diiringi
suara menggerutunya yang seperti banteng.
“Maaf ya.
Dia sebenarnya bukan gadis yang jahat, dia hanya kurang bagus ketika menyapa
orang yang tidak dikenalnya.”
Suzaku
tersenyum sembari meminta maaf.
Kebetulan
dia memberitahuku, dari daftar Laporan Johannes ada info kalau banyak gadis
yang bersedia menjadi Sekretaris OSIS ataupun mengisi jabatan Pembantu Umum
OSIS, atau sejenis itu. Mungkin ada hubungannya dengan suatu hal dari dirinya
yang membuat para gadis ingin lebih dekat dengannya, dengan cara apapun. Dasar
orang jahat. Aku harus buru-buru dan menyiapkan sebuah topik dadakan untuk menginvestigasinya.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar