Besok adalah
hari dimana darmawisata dimulai.
Kami
mengadakan sebuah rapat di Klub Relawan sebelum berangkat darmawisata.
Pembentukan
grup di darmawisata sudah berjalan sesuai rencana, dan kali ini kami tinggal
menyusun rencana agar Tobe dan Ebina bisa berduaan dengan sukses.
Begitulah,
pada awalnya kupikir keberadaanku ini tidak akan banyak membantu atau aku
sendiri sudah pesimis dari awal. Bukannya aku ingin mengatakan kalau
keberadaanku ini bisa membuat perubahan. Bahkan aku sendiri yakin kalau tidak
akan ada perubahan meskipun aku ikut dalam rencana tersebut.
Sekarang,
kita harus memikirkan sebuah rencana dimana Ebina-san bisa melihat sisi menarik
dari Tobe. Kita akan membuat Tobe menjadi bintang! Jadikan dia bintang, pak
produser!
Karena
itulah, kami mengumpulkan beragam informasi mengenai lokasi-lokasi wisata yang
sekiranya bisa mendukung situasi tersebut. Di atas meja terlihat banyak sekali
majalah pariwisata seperti Jalan, Rurubi, Tabelog, bahkan Gnavi ada disana.
“Sekarang,
mari kita pikirkan!”
Yuigahama
lalu menjejerkan satu-satu majalah wisata tersebut di atas meja.
“Apa-apaan
ini, darimana kau dapat majalah-majalah ini...?”
“Eh?
Beberapa majalah ini dibawa oleh Yukinon, beberapa dari meminjam perpustakaan,
dan beberapa dari Hiratsuka-sensei.”
Okelah
dengan dua sumber pertama tadi, tapi ada apa dengan sumber yang ketiga tadi?
Orang yang terakhir tadi tampaknya memang serius sekali ikut dalam darmawisata
ini, benar tidak..? Ya sudahlah, lagipula itu wajar-wajar saja.
Bahkan, aku
sendiri juga antusias terhadap Kyoto. Aku yakin akan menjadi lebih menyenangkan
jika aku pergi kesana tanpa embel-embel ‘darmawisata’.
Dan
akhirnya, aku mulai membolak-balik halaman majalah tersebut. Tapi, apa-apaan
majalah ini? Halamannya dipenuhi warna merah dan pink seperti warna majalah
untuk para gadis. Apa mereka tidak punya warna halaman yang lebih keren dan
gelap seperti “Perjalanan Wisata Sendirian: Edisi Kyoto”.
Seharusnya,
kita membuat rencana ini bersama member grup darmawisata kami. Dan yang terjadi
saat ini adalah Yuigahama yang merupakan salah satu member grup gadis, dan aku
yang menjadi ‘sukarelawan’ di grup pria diberi tugas untuk membuat seolah-olah
ini memang takdir. Nanti mereka akan mengatakan “Oh, kebetulan sekali rencana
kita sama, memang kebetulan yang kebetulan sekali!”, sehingga kedua grup akan
bersama-sama. Tapi diriku sendiri mengatakan kalau taktik ini tidak akan
berjalan dengan baik.
“Jika kita
bertemu di lokasi yang sama dan jam yang sama, ini akan memberi kesan kalau
pertemuan ini sudah ditakdirkan atau semacam itu!”
Yuigahama
mengatakan itu begitu saja, tapi aku yakin kalau itu tidak akan terjadi.
Apa-apaan dia, pencipta romantisme? Tolong hentikan itu! Jangan membuat
suasananya sengaja menjadi romantis! Lagipula, karena kita diperbolehkan pergi
kemanapun, lalu kita sangat sering berada di lokasi dengan grup para gadis yang
sama, “Oh sial, aku lebih baik berusaha membuat mereka tidak mencurigaiku!”.
Lalu pada akhirnya kami berjalan lebih dulu dan menuju lokasi yang berbeda agar
sekedar membuat mereka tidak curiga kalau kita membuntuti mereka seharian.
Sial!
Tapi
Yuigahama tampaknya tidak mengerti tentang situasi para grup pria jika berada
dalam posisi itu, dia terus mengatakan itu sambil menyusun majalah wisata
tersebut.
“Apa tempat
terbaik untuk dikunjungi~...”
Yuigahama
menggumamkan itu sambil membolak-balik halaman majalah tersebut.
Cara
Yuigahama membaca majalah tersebut dengan sekilas memang menggambarkan dirinya.
Ini kebalikan dari Yukinoshita yang membaca setiap detail karakter tulisan di
halaman tersebut.
“Kupikir
begini...Karena kita masih di tengah-tengah musim gugur, kurasa pergi ke
Arashiyama dan Toufukuji merupakan ide yang bagus. Kalau kita berjalan ke
Toufukuji, di dekatnya ada Fushimi Inari...”
“Kau sangat
detail sekali dalam geografi...kamu sendiri, apa pernah kesana sebelumnya?”
Ketika
kutanya, Yukinoshita menatapku dengan penuh tanda tanya.
“Tidak, aku
belum pernah.”
“Jadi kau
menyimpulkan seperti itu bermodalkan membaca info-infonya saja?”
“Aku mencari
info-info tersebut karena ini pertama kalinya aku pergi kesana. Kalau yang lain
juga pergi kesana juga, kurasa akan lebih bagus, bukan?”
[note: Kalau kita jeli, Yukino sebenarnya ingin ‘berduaan’
dengan Hachiman di Toufukuji. Sehingga Yukino ingin ‘mengarahkan’ jadwal grup
Yui dan Hachiman kesana. Karena sangat jelas yang bakal sibuk jadi ‘mak
comblang’ hanya Yui, sedang Hachiman pasti malas terlibat.]
Yukinoshita
mengatakannya sambil tersenyum.
Di luar
dugaan, kata-katanya sangat penuh dengan harapan dan optimisme.
Yukinoshita
tampak lebih lembut daripada biasanya. Aku yakin Yuigahama berperan dalam
perubahannya itu, dan kurasa ini bukanlah hal yang buruk. Hanya saja, aku sangat berterima kasih jika kau bersikap lebih lembut
kepadaku sehingga aku akan lebih mudah untuk memahamimu. Kata-katamu kepadaku
hingga saat ini masih terdengar tajam, yeah, dirimulah...
“Ah, lihat
ini Hikki! Tampaknya ini tempat yang bagus.”
“Ini bukan
tempat yang cocok untuk kerjaan kita, tapi itu memang tempat yang cocok untuk
membuat dirimu gembira.”
Ketika kami
bertiga membolak-balik halaman majalah tersebut, terdengar bunyi ketukan pintu.
Ketukan
pintu tersebut cukup cepat, sehingga kami sendiri lupa sudah berapa kali pintu
tersebut diketuk.
Lalu
terdengar suara pintu diketuk.
“Silakan
masuk.”
Ketua Klub
Ruangan ini, Yukinoshita, mempersilakan tamu tersebut masuk.
“Permisi...”
Dengan salam
tersebut, orang tersebut membuka pintunya secara perlahan.
Seorang
gadis memasuki ruangan ini.
Gadis ini
memiliki rambut hitam sebahu dan dia memakai kacamata dengan frame berwarna
merah. Kau bisa melihat kedua matanya ketika menatap lensa transparan tersebut,
tubuhnya terlihat kurus. Jika dia duduk di salah satu sudut perpustakaan,
kupikir lukisan pemandangan tersebut akan menjadi sebuah mahakarya.
“Oh, Hina.”
Yuigahama
berdiri begitu saja dan kursinya yang bergeser membuat suara yang berisik.
Lalu, Ebina-san melihat ke arah Yuigahama.
“Hei, Yui.
Haroharo~.”
“Yahallo~!”
...Eh,
apakah itu semacam salam yang dipopulerkan beberapa suku di luar sana? Mungkin
Miura yang setiap harinya menghadapi salam seperti ini, mereka anggap sebagai
tetua desa di sukunya.
“Yukinoshita
dan Hikitani, Haroharo~”
“Halo.”
Aku
menyapanya balik, sementara Yukinoshita menyapanya juga dengan lembut.
“Cukup lama
tidak bertemu. Silakan duduk.”
Ebina-san
lalu duduk di tempat duduk yang Yukinoshita berikan. Dia terlihat melihat
kesana-kemari seperti penasaran tentang tempat ini.
[note: Ebina dan Yukino pernah bertemu dan
bekerjasama di Festival Olahraga, vol 6.5. Pertemuan mereka ada di ruang
konferensi SMA Sobu yang dijadikan tempat panitia. Jadi, ini mungkin
pertamakalinya Ebina ke ruangan Klub.]
Ebina-san
pernah terlibat kegiatan klub ini ketika Perkemahan Musim Panas. Setidaknya,
dia kurang lebih ada gambaran apa yang kami lakukan di klub ini.
“Hmm, jadi
inikah Klub Relawan...”
Dia lalu
mengangguk dan menatap ke arah Yukinoshita.
“Aku ada
sesuatu yang ingin kudiskusikan, jadi aku datang kesini...”
Jadi kau
kesini membawa request. Apa yang ingin Ebina-san diskusikan membuatku
penasaran. Kupikir dia orang yang tidak khawatir akan berbagai hal dan meminta
bantuan orang lain.
Yukinoshita
dan Yuigahama tampak memiliki pemikiran yang sama denganku, jadi kami
membetulkan posisi duduk kami dan bersiap-siap untuk mendengarnya.
“U-um, tahu
tidak...”
Dia lalu
memalingkan pandangan matanya dan terlihat malu-malu. Sepertinya, hal yang akan
dia katakan selanjutnya adalah hal yang agak tabu untuk dibicarakan.
“Aku ingin
mendiskusikan sesuatu mengenai Tobecchi...”
“To,
Tototobecchi!? A-a-ada apa!?”
Kupikir
wajar saja Yuigahama gelagapan menjawab apa yang dikatakan Ebina-san tadi.
Beberapa hari yang lalu, Tobe kesini dan mengatakan kalau dia menyukai
Ebina-san.
Dan akupun
sangat tertarik dengan apa yang akan Ebina-san katakan mengenai Tobe.
Semakin kami
tertarik dan fokus menatapnya, wajah Ebina-san terlihat semakin memerah.
“Um, i-ini
agak sulit untuk kukatakan, tapi...”
Ebina-san
menatap ke arah bawah dengan kedua tangannya seperti meremas-remas ujung
roknya.
Tapi kalau
dipikir-pikir, Ebina-san yang biasanya terlihat enerjik dan sekarang terlihat
malu-malu dan kehilangan kata-katanya, apa sih yang sebenarnya ingin dia
katakan?
...Ja-jangan-jangan, inikah tanda-tanda kemenangan Tobe? Aku jelas tidak
akan memperbolehkannya.
“Soal
Tobecchi...”
“Kenapa
dengan Tobecchi!?”
Yuigahama
langsung merespon cepat. Setelah mengambil napas, Ebina-san membuka matanya dan
mengatakan kepada kami perasaannya yang sebenarnya.
“Tobecchi,
belakangan ini, seperti, terlalu dekat dengan Hayato dan Hikitani, jadi Ooka
dan Yamato terlihat suuuuuper frustasi! Aku ingin melihat hubungan yang lebih ‘hot’
dari ini! Kalau begini terus, akan sangat membahayakan hatiku yang sudah berada
dalam cinta segitiga ini!”
Hanya suara
dari Ebina-san yang menggema di ruangan ini. Kami hanya diam saja menatap
tempat yang kosong, tanpa mengatakan apapun.
Kami benar-benar
tidak tahu harus mengatakan apa.
Lalu,
Yuigahama bertanya lagi.
“Erm...jadi,
apa maksudmu?”
Ebina-san
mengangguk dan menambahkan.
“Belakangan
ini, Tobecchi dan Hikitani sering terlihat mengobrol bersama, tahu tidak? Juga,
grup mereka tampak berbeda dari biasanya dan sering saling melirik satu sama
lain, fufufu...”
Lalu sikap
Ebina-san yang berubah di tengah-tengah penjelasannya itu membuatku
ketakutan...
“Ah, ini
buruk, buruk sekali.”
Setelah
kembali ke dirinya, Ebina-san terlihat berusaha menghapus air liur yang menetes
dari mulutnya. Tanpa adanya Miura disini, tampaknya delusi dari Ebina-san akan
menjadi liar. Sekarang aku mulai berpikir kalau Miura punya sifat keibuan
karena mau ‘merawatnya’ selama ini...Pasti ada yang salah dari Miura yang mau
berteman dengan Ebina-san dan Yuigahama yang suram. Hari ini, adalah pertama
kalinya aku bersimpati kepada Miura yang selama ini tabah untuk tetap berteman
dengan mereka berdua.
Atau
begitulah yang ada di pikiranku, tapi ini bukan saatnya bagiku untuk melamun.
Aku memaksa diriku untuk menatap Ebina-san dan berusaha menyangkal ‘teori’nya.
Namun, dia terlihat senyum-senyum saja dari tadi.
“Aku tidak
tahu kenapa kau terlihat berteman akrab dengannya belakangan ini, tapi...Aku
juga menyadari kalau kalian membuat jarak dengan Ooka dan Yamato.”
Aku tahu dia
menyimpulkan ini dari mana. Grup Hayama yang berisi empat orang sengaja dipecah
menjadi dua agar Totsuka dan diriku bisa bergabung, dan ini terlihat jelas. Aku
yakin kalau teman-teman sekelas yang lain juga menyadari hal ini.
“Ah, itu,
sebenarnya...”
Bagaimana
aku mengatakan ini? Kapan hari Ooka dan Yamato mengatakan setuju dengan rencana
‘Kyoto’, dan masalahnya sekarang bagaimana aku menjelaskan ini ke Ebina-san?
Tapi,
Ebina-san seperti mengisyaratkan aku tidak perlu mengatakan alasanku.
“Hikitani-kun.
Tahu tidak, kalau kamu ingin mengajak mereka, aku ingin kau mengajak semuanya
ikut. Jadi, aku ingin kau juga berteman dengan mereka semua. Sejujurnya, aku
lebih suka kalau kaulah yang diajak oleh mereka bergabung dengan grup.”
“Mustahil
itu...”
Melihat
reaksiku yang mulai shock mendengarnya, Ebina-san lalu memasang wajah sedih.
“Begitu
ya...”
Sudah
mengerti sekarang?
“Jadi kamu
tidak menyukai mereka yang berada di bawahnya, mereka yang berada paling bawah
di grupnya. Maaf kalau kata-kataku ini kurang masuk akal.”
“Bukan,
bukan, bukan begitu, kurasa kau terlalu melenceng jauh.”
Ini bukanlah
hal yang tepat untuk memahami situasi kita. Bukan hanya diriku, tapi Yuigahama
juga terlihat menyerah dengan situasi ini.
Satu-satunya
orang yang masih menaruh perhatian disini adalah Yukinoshita.
Yukinoshita
menutup matanya sambil menyentuh keningnya.
“Jadi, apa
yang kau maksud? Bisakah kau menjelaskannya secara detail?”
Dengan
ekspresi kelelahan, Yukinoshita meminta Ebina-san menjelaskannya lebih lanjut.
Seorang gadis yang berusaha keras adalah hal yang sangat indah. Aku sudah
menyerah berjudi kepala atau ekor dari sebuah koin mengenai situasi ini. Jadi
nona Yukinoshita, tolong berikan yang terbaik untukku!
“Hmm, ini
seperti, aku merasa grup kami ini belakangan terlihat kurang harmonis atau
semacam itu...”
Yuigahama
mencoba memperjelas maksud Ebina-san.
“Oh, itu ya.
Mungkin para pria, Ooka dan Yamato punya masalah yang kompleks, seperti
hubungan antara para pria.”
“Hubungan
antar pria yang kompleks...Ya ampun Yui, kau cukup mesum juga ya...”
“Eh, apa aku
mengatakan sesuatu yang aneh?”
“Nah, yang
kau katakan itu normal. Kau baik-baik saja.”
Tapi yang sedang
tidak waras disini adalah Ebina-san. Dan apa-apaan dia meresponnya dengan wajah
malu-malu?
“Well,
banyak hal terjadi. Aku tidak mau mengatakan kalau aku paham pikiran mereka.
Kau bisa menyimpan masalah itu dan tetap berteman baik dengan mereka.”
“Itu benar.
Tapi, aku merasa seperti ada yang berbeda dari biasanya. Aku tidak ingin
melihat mereka seperti itu.”
Ebina-san
tersenyum ketika mengatakan itu.
“Aku ingin
tetap bersama mereka, mereka yang sama seperti sebelumnya.”
Tampaknya
Ebina-san sangat khawatir tentang hubungannya dengan grupnya belakangan ini.
Ini bukanlah dari sudut pandang seorang fujoshi, tapi dari sudut pandang
dirinya yang biasa juga.
Bersama-sama
dengan semuanya.
Adalah
kata-kata yang palsu, tapi aku yakin banyak sekali orang diluar sana yang
mengharapkan itu. Tapi, apakah sesederhana itu dalam kasus Ebina-san? Aku tidak
bisa membaca apa yang sebenarnya dia inginkan.
Dari situ,
timbul keinginanku untuk mencari tahu makna kata-katanya tersebut dan apa
tujuannya yang sebenarnya.
...Tidak,
aku harusnya berhenti disini. Mencari tahu apa yang tersembunyi dibalik
kata-kata orang adalah kebiasaan burukku.
Ebina-san
lalu menambahkan.
“Kalau
Hikitani masuk ke grup, kurasa itu akan baik-baik saja selama kau mau menerima
mereka. Itu juga bisa membuat mataku bertambah sehat loh!”
[note: Ini sedikit tricky. Kita tahu Hikitani tidak
akan pernah mau gabung grup mereka. Kecuali, Hikitani adalah pacar dari Ebina.]
“Tenang
saja, aku tidak ada niatan seperti itu. Jadi, kau mulailah untuk merawat
penglihatan matamu itu. Kusarankan untuk banyak-banyak makan blueberri atau
semacam itu.”
Kesehatan
matamu itu sebenarnya bukan karena keberadaanku, tapi tergantung dari
imajinasimu terhadap diriku dan seseorang di grupmu...
[note: Hayama x Hachiman!]
“Ya kalau
begitu, aku berharap akan mendapatkan sesuatu yang bagus di darmawisata nanti.”
Ebina tampak
seperti hendak mengeluarkan air liurnya lagi, tapi dia tiba-tiba memperbaiki
sikapnya. Lalu dia menatapku sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Hikitani,
aku mengandalkanmu!”
Setelah mengatakan itu kepadaku, dia berpamitan kepada
keduanya dan pergi.
“Ada apa
tadi...?”
Yukinoshita
mengatakan pertanyaan yang wajar.
“Entahlah.
Kurasa kita hanya harus membuat hubungan grup mereka tampak baik seperti
biasanya. Meskipun, kupikir kita tidak perlu melakukan apapun karena sebenarnya
hubungan mereka baik-baik saja.”
Grup yang
sengaja dipecah sebenarnya bertujuan untuk menyembunyikan fakta kalau itu
dilakukan agar melancarkan skenario film ‘kisah cinta Tobe di Kyoto’. Malahan, sengaja
dipecah itu sendiri sudah membuktikan kekuatan hubungan grup mereka.
Yuigahama
yang tampak paham situasi tersebut, mengangguk setuju.
“Itu benar.
Lagipula, aku tidak begitu paham bagaimana hubungan antara sesama pria.
Ngomong-ngomong, Hikki, bagaimana kau berhubungan dengan sesama teman pria?”
Yuigahama
menanyakan itu, tapi sebelum aku menjawabnya, Yukinoshita menepuk pundak
Yuigahama. Lalu dia mengatakan sesuatu.
“Kupikir itu
terlalu kejam kalau kau bertanya hal seperti itu ke Hikigaya. Yuigahama-san, tolong
tunjukkan simpatimu kepadanya, oke?”
“Kau benar.
Kasihanilah aku!”
Bukankah
bully verbal yang dicampur dengan kata-kata yang terdengar baik akan terasa
lebih menyakitkan?
Apapun itu,
besok adalah hari besar, hari dimulainya darmawisata. Request yang akan
dijalankan di darmawisata itu adalah request Tobe. Dan itu artinya tidak ada
satupun yang perlu dikhawatirkan.
Meski
begitu, kata-katanya tadi tetap menggema di telingaku.
x
x
x
Di rumah,
aku mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibutuhkan di darmawisata.
Dan
begitulah rencananya, tapi yang kurencanakan betul-betul hanyalah membawa baju
ganti saja. Eh, apakah ada hal lain yang memang diperlukan di darmawisata?
Aku
benar-benar tidak bisa memikirkan apapun, jadi aku hanya berdiri saja di depan
lemari pakaianku dan memasukkan beberapa pakaian random yang kulihat disana.
Kalau aku membawa beberapa celana dan kaos kaki, kurasa sudah cukup untuk
beberapa hari.
Selanjutnya
perlengkapan mandi...Bukankah di penginapan sudah disediakan? Kurasa aku bawa
saja untuk jaga-jaga.
Dengan begitu,
kurasa selesai. Memasukkannya ke tas dan selesai.
Kyaa! Aku
seperti sudah terbiasa bepergian, sangat keren! UNO, Kartu Remi, dan Mahjong;
pasti sangat berat bagi semua orang untuk membawa itu. Sepertinya nanti akan
ada orang-orang yang membawa alat permainan yang mudah dibawa.
Aku lalu
membawa koper persiapanku yang sudah diisi itu dan menaruhnya di lantai ruang
keluarga.
Besok akan
berangkat pagi-pagi, jadi aku putuskan untuk tidur lebih awal. Tempat
berkumpulnya di Stasiun Tokyo. Kami akan menuju Kyoto menggunakan Kereta Cepat.
Kalau telat,
maka kau akan ditinggal.
Sebenarnya,
aku bisa naik kereta cepat tersebut sendirian dan memilih kapanpun aku akan
naik. Meskipun harga tiketnya agak menusuk hati, tapi kenyamanan yang
kudapatkan akan setara, bukan? Begini maksudku, kami membayar darmawisata ini
termasuk tiket kereta cepat. Tapi anehnya, kami tidak bisa memilih kapan kami
akan berangkat, aneh bukan? Aku tidak bisa melihat sebuah cinta di dalamnya.
Aku rebahan
saja di sofa dan berpikir apakah aku akan minum MAX COFFEE atau tidak, Komachi
lalu berjalan ke arahku.
“Onii-chan,
kau lupa sesuatu.”
Dia lalu
melemparkan sebuah alat ketika mengatakan itu.
“...Aku
tidak butuh kamera.”
Aku tidak
akan punya kesempatan untuk menggunakannya. Kalau cuma gambar pemandangan, kau
tinggal ke internet dan menemukan gambar-gambar yang lebih bagus.
“Kalau Vita?”
Lalu, dia
membuka koperku dan memasukkan Vita di koper.
“Vita-chan
akan berada di rumah kali ini. Jadi tolong kau rawat dia baik-baik, Komachi.”
“Siap Pak!”
Komachi
membuat ekspresi yang jelek ketika mengangguk dan mengambil Vita-chanku kembali
dari koper...Jangan lupa kembalikan kepadaku setelah darmawisata, oke? Ah,
jangan lupa kalau aku ini hanya meminjamkannya kepadamu, oke? Ini tidak
berakhir seperti seorang adik perempuan meminjam kamus elektronik kakak
laki-lakinya dan berakhir menjadi miliknya, benar tidak?
“Tapi, apa
yang akan kau bawa? Karena kau pasti akan sendirian, jadi kau butuh sesuatu
untuk menghabiskan waktumu...”
Aku sangat
bahagia melihatmu peduli kepadaku, tapi apakah kau terlalu meremehkan
saudaramu?
“E-book
sudah menjadi bagian dariku belakangan ini, jadi kupikir aku akan membaca itu
untuk menghabiskan waktuku.”
Kau terlalu
meremehkanku, Komachi. Kalau soal kegiatan kelasku, hanya modal HP saja sudah
cukup bagiku untuk menghabiskan waktu; bahkan, tanpa bawa apapun juga itu sudah
cukup bagiku.
Kakakmu ini
sering bermain dengan jari-jarinya sendiri di kelas, membentuk katak dan
menggumamkan “croak,croak” sendirian. Tapi aku jelas tidak bisa menceritakannya
hal-hal seperti ini.
“Juga, aku
pergi kesana bukan untuk senang-senang.”
Ketika aku
mengatakannya, Komachi seakan-akan dipenuhi tanda tanya.
“...Jadi Onii-chan pergi Kyoto mau ngapain?’
“Membuat seseorang orang menjadi patah hati, kurasa...”
Entah
mengapa, pandanganku menjadi menjauh. Setiap aku tahu akan begini, ketika aku
tahu kalau akan ada seorang pria yang akan mencoba membuat sebuah memori kelam
di darmawisata, ini akan menjadi 72 jam yang tidak mengenakkan. Tentunya, aku
sangat berpengalaman dalam hal itu.
Tanpa
memikirkan kata-kataku, Komachi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
“Oh, hampir
lupa. Ini dia.”
Sebuah benda
berwarna putih. Pakaian dalam? Oh bukan, ini semacam potongan kertas kecil.
Well, aku sendiri tidak tahu harus merespon bagaimana jika diberi pakaian
dalam.
Tapi,
meskipun adikku ini terkesan jahil dan mengesalkan, dia ternyata sangat peduli
kepadaku. Begitulah, dia memberiku potongan kertas-kertas yang diatur dengan
rapi dan manis.
Rekomendasi
Komachi!
#3 Cinnamon Cookie Dough
(Dari toko pusat atau cabangnya, tidak masalah)
#2 Kertas Minyak Yojiya
(Mama minta dibelikan juga)
#3 Cinnamon Cookie Dough
(Dari toko pusat atau cabangnya, tidak masalah)
#2 Kertas Minyak Yojiya
(Mama minta dibelikan juga)
#1 Tanya ke Komachi sekarang juga!
...Nomor-nomor tersebut berada di kertas yang terpisah dan cukup
mengganggu.
“Apa-apaan
yang nomor satu...?”
“Oleh-oleh
berupa kenangan-kenangan indah dari Onii-chan.”
Komachi tersenyum
manis ketika mengatakannya. Sangat manis...
“Disana
banyak kuil yang konon katanya bisa melancarkan jodoh, jadi kalau di darmawisata nanti Onii-chan jatuh cinta ke seorang gadis, itu bisa menjadi oleh-oleh yang terindah untuk Komachi!”
“Berhentilah
mengurusi masalahku dan belajar sana!”
“Okeeee.
Sekarang, begini, tolong berikan salam dariku kepada mereka untukku.”
“Oke.”
Kurasa
tempat yang harus kukunjungi bertambah jumlahnya...Well, aku bisa membeli
kuenya di stasiun...Sepertinya, aku pernah baca kalau kertas minyak Yojiya dijual
juga di stasiun, jadi aku bisa membeli oleh-olehnya di stasiun semua.
Jadi, tempat
tambahan yang harus kukunjungi nanti...
...Kurasa
aku harus mengunjungi kuil tempat Dewa Belajar berada.
Monolog Hachiman yang menginginkan Yukino agar lebih berterus terang kepadanya.
Ini memang menjadi fokus utama masalah kisah mereka berdua di volume-volume selanjutnya.
...
Yang harus kita pahami disini, alasan Ebina datang ke Klub Relawan sangat tidak masuk akal.
Merasa kalau adanya Totsuka dan Hachiman yang bergabung dengan grup Hayama di darmawisata sebagai sebuah kemunduran.
Jika kita teliti, di vol 6 Ebina memiliki impian untuk memasangkan Hachiman dengan Hayama di Drama Festival Budaya Kelas 2F. Lalu, karena Hachiman sudah bergabung dengan kepanitiaan, Ebina memasangkan Hayama dengan Totsuka.
Fakta kalau ini hanyalah grup darmawisata saja, dan Ooka plus Yamato tetap tidur di kamar Hayama, harusnya ini menjadi sebuah hal yang bagus, jika saya adalah Ebina tentunya.
Ooka dan Yamato tetap berkumpul dengan Hayama dan Tobe, tapi akan ada Totsuka dan Hachiman yang bergabung bersama mereka. Ini jelas sebuah keuntungan.
Dengan ditutup harapan Ebina, yaitu mengandalkan Hachiman, dimana Klub Relawan adalah sebuah Klub yang berisi tiga orang, jelas kita semua tahu apa yang Ebina maksud.
Ebina berharap Hachiman melakukan sesuatu dimana Yui dan Yuigahama tidak bisa. Oke, karena di animenya sudah ditayangkan, jadi ini seperti spoiler saja. Ebina Hina berharap Hachiman bisa melakukan sesuatu dengan permintaannya, dimana itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pria saja.
...
Karena di vol 7 chapter 1, Hayama dan Ebina membicarakan sesuatu di luar kelas, patut diduga kalau kedatangan Ebina ke Klub Relawan ini beserta requestnya plus maksud terselubungnya, juga diketahui oleh Hayama.
...
Keinginan Komachi agar Hachiman jatuh cinta di darmawisata, akan benar-benar terjadi di vol 7 chapter 6.
Ebina gk mau hachiman gabung ke grup hayama mungkin karna ebina suka sama hachiman?,kan kalo hachiman ada di grup hayama terus jadi deket sama kelompoknya nanti bakal awkard sama si tobe, tapi kalo enggak kan ya santuy aja lagian hachiman bukan siapa-siapa nya mereka kalo dia bukan siapa-siapa jadi ebina bisa lebih leluasa ngejar hachiman
BalasHapus