Rabu, 30 Desember 2015

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 5 : Kusaoka Haruma 2







x  x  x









  Sambil berusaha berakting se-natural mungkin, aku membuka mulutku secara perlahan.

  Saatnya untuk improvisasi.

  Chigusa meminum tehnya dengan santai, ini seperti mengatakan kalau dia menyerahkan semuanya kepadaku. Well, karena aku tidak pernah melihat Chigusa terlibat pembicaraan secara langsung, mungkin situasinya memang akan lebih lancar jika aku yang menangani pembicaraan yang seperti itu. Chigusa, yang hobi salah paham dan memberikan pertanyaan mengancam, merupakan orang yang berada diluar jangkauan, tipe orang yang mustahil untuk bisa punya percakapan normal. Err, ini bukannya aku mengatakan kalau pembicaraan normal merupakan keahlianku juga, tahu tidak?

  Begitulah, aku memang pernah nongkrong dengan orang tapi tidak pernah mengobrolkan sesuatu, malah aku hanya memendam kata-kataku dalam hati saja. Biasanya hanya berupa omong kosong yang tidak pernah kugunakan, tapi kusimpan itu rapat-rapat dalam hatiku.

  Oleh karena itu, selama aku diberi waktu yang cukup untuk mengingat kata-kata tersebut, aku bisa mengucapkannya dengan sedikit berusaha. Masalahnya adalah bagaimana mengucapkannya dengan lancar. Aku terlihat seperti idiot yang berkata dengan pelan dan sedikit.

  Agar aku bisa pulang secepatnya, aku harus memberikan hasil yang bisa membuat Chigusa senang. Sekarang, aku harus mencarikannya petunjuk lokasi kunci dan siapa yang memilikinya di jam sepulang sekolah, tentunya itu termasuk siapa pengguna paling sering ruang konseling itu.

  Aku menatap ke arah area di belakang Kuriu-sensei.

  “Kakakku bilang kalau HP-nya kemungkinan ketinggalan di ruang konseling, bolehkah saya pergi ke dalam memeriksanya? Ataukah ruangannya sedang terkunci?”

  “Si Ketua OSIS sedang menggunakan ruangan itu sekarang, jadi pintunya sedang tidak terkunci...Apa kau mau masuk ke dalam dan memeriksanya?”

  Kuriu-sensei menaruh cangkir tehnya dan seperti hendak berdiri.

  “Oh tidak usah, jika ada yang sedang memakainya, kami tunggu sampai selesai saja.”

  Jika kita masuk ke dalam, akhirnya aku juga yang bertugas untuk mengobrol sambil pura-pura mencari di ruangan itu. Kalau kau tanya aku, itu bodoh sekali. Bahkan, akan sangat nyaman sekali jika  kita tidak bisa masuk ke ruangan itu. Sekarang, waktunya untuk bertanya hal paling berat dari tugasku.

  “Jadi anda yang diserahi kunci ruangan itu, sensei? Saya pikir dipegang Wakasek atau sejenisnya.”

  “Secara aturan sih begitu. Tapi aku diijinkan untuk menggunakannya sepulang sekolah.”

  Kuriu-sensei mengatakan itu seperti dia memberitahukan sebuah rahasia kecilnya kepadaku. Dia juga terlihat tersenyum ke arah Chigusa. Dia seperti mengatakan kalau kami bisa masuk kesana kapanpun.

  Aku sebenarnya tidak keberatan kalau orang bersikap ramah seperti itu. Aku tidak tahu apakah ini ada hubungannya dengan pengaruh kakakku atau tidak, tapi aku sudah menggambarkan sebuah kekejaman, kemalasan, dan paksaan dari wanita dalam sebuah level yang buruk, jadi secara otomatis aku akan merasa curiga ketika ada wanita berbicara, bersikap lembut, dan manis kepadaku. Kecurigaanku merupakan hal yang wajar, sehingga aku merasa ada sesuatu yang salah dari Kuriu-sensei, meskipun dia cantik sih.

  Terima kasih kepada rasa kesalahpahamanku, frase sepulang sekolah entah mengapa terasa ganjil di pikiranku.

  “Tapi diberi tanggung jawab memegang kunci sepulang sekolah terdengar seperti tanggung jawab yang besar. Jadi, mengapa anda, sensei?” tanyaku.

  Kuriu-sensei menaruh tangannya di samping pipinya dan membuka mulutnya. “Mungkin karena aku sering menjadi orang yang pulang terakhir dari sekolah, seperti hari ini misalnya. Aku juga harus berdialog dengan beberapa siswa secara terjadwal...”

  “...Oh, jadi ini adalah tempat pribadi anda ketika malam ya, sensei.” Setelah jeda agak lama. “Ah, pasti sangat nyaman.”

  Mulutku mengatakan satu hal, tapi aku tidak tahu apa maksudnya dengan ‘nyaman’. Maksudku, aku sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghentikan percakapanku.

  Orang-orang biasanya menggunakan setengah frase ketika mereka terjebak dalam sebuah percakapan, ya? “Benar sekali” dan “Tampaknya begitu” adalah kata-kata yang gampang dan mudah diingat. Ketika kau sudah menguasainya, kau selalu bisa kembali tidak peduli yang dibicarakan orang itu macam tai kuda atau bagaimana! Benar sekali, tampaknya begitu.







x  x  x







Tidak ada komentar:

Posting Komentar