Selasa, 22 Desember 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6 Chapter 0 : Sesuai dugaan, drama musikal dari Ebina Hina memanglah busuk


x  x  x







  ....Cerita yang sangaaaaaaat bagus.

  Seandainya saja begitu.

  Aku taruh salinan naskah itu di atas mejaku.

  Semacam kertas tebal dan terkutuk yang memancarkan aura menakutkan seperti tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kalau legenda Necronomicon itu benar adanya, mungkin rasanya seperti ini...

  Di sampulnya tertulis “Drama Musikal – Sang Pangeran Kecil”. Sebuah nama yang cukup memalukan, mirip dengan pembuka sebuah pertandingan tenis.

  Sekarang masuk musim gugur. Di musim gugur, ada Festival Budaya. Festival budaya itu, dimana semua orang bersatu, semacam musim yang melelahkan bagi penyendiri.

  Aku tidak begitu dekat dengan kelasku, tapi kelasku berada saat ini, 2F, mulai menyiapkan diri mereka untuk Festival Budaya.

  Setelah diskusi yang panjang, akhirnya kelas 2F sudah memutuskan. Sebuah keputusan yang lahir dari mayoritas, jadi aku tidak bisa mengatakan apapun soal itu. Entah dimana dan kapanpun, aku selalu menjadi kaum minoritas.

  Setelah berbagai macam ide diajukan, akhirnya satu keputusan diambil.

  Dan itu adalah sebuah drama musikal “Sang Pangeran Kecil”.

  “Sang Pangeran Kecil” adalah novel yang ditulis oleh Saint-Exupery. Kupikir banyak orang sudah tahu ini dari namanya, bahkan jika mereka tidak pernah membacanya. Kadang orang salah kaprah dengan “Sang Pangeran Kari”, sebenarnya itu hal yang berbeda, jadi tolong hati-hati.

  Inti ceritanya begini:

  Sang protagonis, “si narator”, adalah seorang pilot yang mendarat darurat di Gurun Sahara dimana dia bertemu “pangeran kecil”. Setelah melewati banyak percakapan, mereka belajar sesuatu mengenai apa yang benar-benar penting bagi mereka.

  Untuk sesuatu yang katanya merupakan mahakarya internasional, kurasa ini adalah sesuatu yang layak untuk dikerjakan bagi siswa SMA.

  Tapi ada satu hal yang berbeda...Yaitu Ebina Hina akan menjadi penulis naskahnya...

  Dari awalnya saja, setting karakter dan isi cerita akan ditulis oleh Ebina sudah berpotensi untuk menghancurkan jiwaku, tapi aku memberanikan jiwa dan ragaku untuk ini. Ini terjadi ketika “Planet dimana aku akan pergi punya 108 level, tahu tidak!” dan “seorang pilot dan pangeran mesum” bertemu, dan akhirnya aku berhenti membaca lagi.

  Apa sih yang sebenarnya ada di kepala gadis ini...? Aku melihat ke arah Ebina dengan ketakutan. Dia terlihat seperti malu-malu dan canggung.

  “Ini agak memalukan...”

  Tidak, tidak, tidak! Ini saja sudah memalukan, tahu tidak! “Agak” saja masih kurang untuk menggambarkan ini!

  Aku melipat naskah tersebut dan kuputuskan untuk tidak terlibat lebih jauh lagi.

  Suasana suram menyelimuti kelas yang memakai jam konsultasi Wali Kelas untuk diskusi ini.

  “Apa semuanya selesai?”

  Ketika mayoritas siswa terlihat selesai membaca naskah tersebut, Hayama melihat ke seluruh penjuru kelas dan berbicara. Harusnya, ini adalah tugas dari ketua kelas, tapi karena ketua kelasnya cukup naif, dia hanya bisa terdiam membeku karena bacaan yang baru saja dia baca.

  “U-Um...Jadi kita mau bagaimana? Apa ada yang ditanyakan atau usulan yang bisa membuat ini lebih baik, maka...” tanya si ketua kelas.

  Tidak akan ada seorangpun kecuali akhir, tahu tidak...

  Seorang gadis menaikkan tangannya.

  “Apa disini tidak ada peran untuk gadis?”

  “Eh? Buat apa ada?”

  Ebina mengatakan itu sambil memiringkan kepalanya karena bingung. Berhenti dulu, nona yang busuk.

  Dalam “Sang Pangeran Kecil”, tidak ada kemunculan karakter wanita. Tapi kata-kata si bunga mawar mencerminkan wanita, mungkin para gadis bisa menjadi karakter itu. Tapi bunga mawar bukan satu-satunya karakter yang harus dipertimbangkan, ada pula si rubah dan ular. Mungkin ini mirip dengan bagaimana Teater Shiki menampilkan drama “Lion King”.

  Ada lagi yang mengangkat tangannya.

  “Apa ini tidak bertentangan dengan moralitas?”

  “Ini untuk dinikmati oleh segala umur, jadi tidak masalah!”

  Memangnya dia mendiskusikan ratingnya dengan siapa...?

  Tampaknya reaksi siswa di kelas ini khawatir tentang bagaimana kata orang luar tentang drama ini. Oda dan Tahara atau entah itu siapa namanya terlihat sedang tersenyum kecut, sepertinya punya pemahaman yang lain dengan hobi Fujoshi, sementara para gadis, terutama yang tahu tentang apa yang terjadi, sedang kebingungan.

  Diantara orang-orang itu, ada satu orang yang mengangkat tangannya sambil mengatakan hal yang mengganggu “gue, gue, gue mau ngomoong!”

  “Hei, menurut gue ini bagus loh.”

  Whoa Tobe, apa kau sudah menyerah dengan apa kata orang nanti, ya? Seorang anak laki-laki yang sedang jatuh cinta itu sangat sederhana, merasa sedang dicintai, dimana itu sendiri tidaklah normal. Tapi, kurasa semua orang seperti itu. Aku sendiri pernah punya pengalaman waktu SMP: Aku seperti gila saja ketika sedang berjalan pulang sekolah dan tahu kalau gadis di belakangku ini adalah gadis yang kusuka, tapi ketika dia memanggilku ‘stalker’ dari belakang, aku seperti mau menangis saja....Maksudku, semua orang sepertiku kan? Melakukan hal tersebut, maksudku. Aku bukanlah satu-satunya orang, benar tidak...?

  Tobe membalikkan tatapan aneh semua orang disini.

  “Ini pasti meledak, yeah!? Melakukan sesuatu yang gila daripada melakukan hal-hal yang normal menurutku lebih menarik!”

  Teman-teman sekelasku saling menatap satu sama lain, menyadari kalau ini adalah semacam ide, dan mempertimbangkannya.

  ...Well, dia ada benarnya juga. Kalau ini hanya drama musikal biasa, kurasa ini bagus sekali, bukan menjadi visualisasi novel homo. Aku yakin dari judulnya saja akan memberikan kesan berbeda. Kalau mereka akan memainkan para anak laki-laki untuk menyatakan cintanya dengan tampilan yang eksentrik, tentu itu akan menjadi lelucon.

  Ketika melakukan penampilan di sebuah event seperti Festival Budaya, yang terpenting adalah “seru” dan “berbeda dari yang lain”. Kedua kondisi tersebut ada di naskah ini. Tentunya, ini mengesampingkan percintaan homo dalam naskah ini dan mengetahui Ebina adalah penulisnya, harusnya ini OK?

  “Yeah, kurasa kita bisa mengarahkannya ke situ. Lagipula, ini bukannya kita melakukan sesuatu yang serius di event ini...Kujamin soal itu!”

  Ebina adalah tipe orang yang sangat hati-hati. Sekali lagi, untuk orang yang sangat hati-hati dan berakhir seperti ini, sebuah ketakutan mulai mengetuk diriku.

  “Well, begini saja, bagaimana kalau kita kesampingkan dulu tentang naskah ini...Bagaimana kalau kita buat ini menjadi pertunjukan yang lucu?”

  Hayama bertanya, tapi tidak ada satupun yang terlihat keberatan.

  Well, ini adalah Festival Budaya. Membuatnya terlihat lucu daripada terlihat serius adalah keputusan yang tepat. Melakukannya dengan serius akan terlihat memalukan dan kalaupun gagal, pasti akan dimaklumi kalau kita melakukannya dengan lucu-lucuan.

  Mungkin akan menjadi pertunjukan yang menyenangkan jika memikirkan hal-hal tersebut.

  “Oke, kalau begitu kita akan melakukan itu,” kata Hayama.

  Semua orang memberinya tepuk tangan. Dan di momen itulah bel berbunyi.

  Setelah menghabiskan jam bebas dari Wali Kelas, kelas kami akhirnya memutuskan akan menampilkan apa.  Meski masih banyak yang harus dipikirkan, setidaknya kami bisa mengambil langkah maju.

  Festival Budaya tinggal sebulan lagi dari jadwal dan festival membosankan tahun ini akan datang.

  Dengan ditemani perasaan melankolis ini, aku berdiri dari kursiku.









x Chapter 0 | END x













  Sepertinya, Hachiman masih membawa kebiasaan stalker dirinya yang sudah sejak lama dia lakukan. Ini menjelaskan sesuatu seperti Hachiman yang tahu Yukinoshita Yukino. Dalam monolognya, Hachiman mengatakan kalau seluruh sekolah kenal dengan Yukino. Kenyataannya, dalam vol 3 chapter 5, Sagami dan Hatano sendiri tidak yakin kalau gadis di depan mereka adalah Yukino.

  Juga, di vol 8 chapter 2, secara mencurigakan Hachiman bisa tahu nama lengkap Isshiki Iroha, padahal selama ini Hachiman hanya tahu kalau gadis tersebut dipanggil Iroha-chan.

...

  Baik Hayama dan Hachiman sudah punya firasat buruk dengan drama Ebina. Mereka berdua tahu kalau mereka merupakan objek fantasi gay Ebina.

...

  Sayangnya, Tobe menyukai Ebina, vol 4 chapter 5. Sedang Tobe adalah kawan Hayama sejak SMP. Tobe juga teman dekat Miura. Hayama dan Miura merupakan dua siswa paling berpengaruh di kelas. Tobe jelas-jelas akan mendukung Ebina. Mengapa begitu?

  Dalam vol 7.5 side B, Turnamen Judo, Tobe sebenarnya tidak mau ikut turnamen tersebut. Tapi Ebina melihat turnamen tersebut sebagai event yang keren. Lalu, Tobe mengubah pendiriannya. Cukup mudah bagi Miura dan Hayama untuk melihat kejadian kali ini akan berakhir seperti apa. Mau tidak mau jika Tobe sudah mendukung Ebina, maka mereka pada akhirnya harus mendukungnya.

  ...

  Festival Budaya kali ini, adalah festival yang paling berkesan bagi Hachiman sendiri...



3 komentar:

  1. Balasan
    1. Karena ada kakak kelas 3B yang colek-colek =)

      Hapus
    2. Terlepas dari main heroine yukino, nggak ada yg bisa sampingkan pesona colek2nya haruno onesama

      Hapus