Selasa, 05 Juli 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 5 : Hati pria manapun akan tergerak jika melihat seorang gadis berusaha dengan sepenuh hati -3




x x x












  Tidak ada halangan berarti ataupun juga sebuah aksi spektakuler di event ini. Semuanya berjalan dengan lambat.

  Ketika tiba di waktunya bagi event ini untuk dimulai, semua orang hanya terlihat saling menatap satu sama lain seperti hendak memberitahu "sebentar lagi dimulai". Isshiki lalu membukanya dengan memberikan sambutan singkat, lalu semua orang memulai kegiatan memasaknya.

  Secara keseluruhan, aku tidak akan membuat coklat, sehingga aku sendiri tidak memiliki satupun pekerjaan disini. Jika kau tanya apa yang sebenarnya kulakukan di event ini, mungkin bisa dikatakan sebagai asisten, sebagai orang yang bantu-bantu dan sejenisnya. Dengan kata lain, aku disini bertindak sebagai pengangguran.

  Sebaliknya, Yukinoshita tampak sibuk dengan pekerjaannya.

  Meja di depanku ini, terdapat Yukinoshita, Yuigahama, dan juga Miura, dimana di depan mereka sudah terhampar banyak sekali peralatan masak, ditambah lagi ekspresi wajah mereka yang terlihat serius.

  "Pertama-tama, potong-potong dahulu coklatnya. Lalu lelehkan di panci dengan bantuan air panas. Meski sebenarnya ada beberapa cara yang berbeda untuk membuat ini, kurasa langkah ini adalah langkah dasar dari semua cara tersebut."

  "Hanya itu saja?"

  "...Well, sebenarnya ini hanya dasarnya saja. Meski begitu, tapi langkah selanjutnya merupakan hal yang sangat penting juga."

  Ketika menjawab pertanyaan Miura dimana Miura sendiri terlihat cukup kecewa dengan jawabannya, Yukinoshita mulai memotong coklat itu menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pisau, dia memotongnya dengan tempo yang konstan.

  Melihat bagaimana dia memotong coklat itu dengan rapi seperti sudah sangat terlatih, Yuigahama mengatakan "Oh!" seperti hendak memujinya.

  Sebenarnya bukan begitu, kupikir aksinya itu biasa-biasa saja.

  Setelah itu, Miura mulai meniru aksi Yukinoshita tersebut. Mungkin karena dia sendiri belum terbiasa menggunakan pisau potong, dia terlihat seperti hendak menghancurkan coklat itu dengan sikap gugupnya, membuat suara 'Ka-cha', 'Ka-cha' ketika melakukannya. Juga, Yuigahama masih belum diperbolehkan untuk menggunakan pisau tersebut. Oh ya bagaimana lagi.

  Ketika coklat-coklatnya sudah dipotong semua, Miura tampak melihat-lihat hasil pekerjaannya itu. Dia memasang ekspresi puas atas usahanya itu. Hei, ini masih belum selesai, tahu tidak....

  Entah mengapa, Miura memasang pose seperti sudah ahli dalam melakukan itu.

  "Hmm...Bukankah ini sangat mudah?"

  Miura mengatakannya dengan bangga, dan mengulang-ulang "Bagaimana hasil milikku?". Tapi, dia mendapatkan respon yang cukup cepat dari orang-orang sekitarnya.

  "Kau naif sekali, Yumiko!"

  "Kau sungguh naif."

  Yuigahama mengatakan itu tanpa ragu sedikitpun. Yukinoshita mengatakan itu dengan memasang senyuman yang sinis. Miura lalu mencondongkan kepalanya ke depan, mungkin dia masih merasa kalau tugas yang baru saja dia lakukan terdengar lebih mudah daripada yang diinstruksikan kepadanya.

  "Huh? Memangnya apa sulitnya sih?"

  Mendengar hal itu, Yuigahama membusungkan dadanya dengan bangga.

  "Bagian tersulitnya baru saja dimulai! Melelehkan itu dengan mencampurnya dengan air panas tidaklah sekedar menaruhnya begitu saja. Kau harus melakukannya seperti Gwa     Gwa      sejenis itulah."

  Kurasa yang Yuigahama hendak katakan adalah sesuatu yang berhubungan dengan mencampur atau sejenisnya. Ataukah dia sedang membahas bentuk lain dari Tenpa? Mustahil itu benar adanya!

  Di lain pihak, mendengarkan apa yang baru saja Yuigahama katakan, Yukinoshita menaruh tangannya di kening seperti mengingat-ingat sesuatu yang bisa membuatnya sakit kepala, lalu dia berbicara.

  "Kalau kau hanya sekedar melelehkan coklatnya seperti itu, lemak putihnya akan akan dengan mudah menggumpal di permukaan, membuat tampilannya menjadi jelek, dan juga mempengaruhi rasanya. Lebih jauh lagi, waktu dan usaha yang dihabiskan dalam proses setelah ini juga bisa dikatakan membutuhkan usaha yang keras."

  Kalau dipikir-pikir, cara mereka menyikapi hal yang sama tampak berbeda satu sama lain...Perbedaannya seperti perbedaan antara pemain game online yang suka bermain cash dengan pemain game online yang bermain seadanya.

  Tapi, melihat bagaimana Yuigahama berusaha membantahnya dan logisnya pernyataan Yukinoshita barusan, Miura tampak mulai merubah pendapatnya.

  Meski kata-katanya itu terlihat seperti kata-kata yang diucapkan oleh dirinya yang biasanya, dia merubah sikapnya. Setidaknya, kini dia mulai tertarik untuk menerima saran-saran darinya.

  Melihat sikap Miura yang seperti ini, Yukinoshita tersenyum.

  "Sekarang, kita akan mulai mencampurnya. Setelah ini, pekerjaan kita akan berbeda-beda tergantung dengan apa yang ingin kalian buat...Well, karena disini banyak sekali orang-orang, kurasa membuat choco gateau terasa cocok dalam situasi ini."

  "Choco gateau! Bukankah itu seperti sesuatu yang dijual di toko kue?"

  "Sebenarnya tidak begitu sulit...Aku akan memberi contoh bagaimana membuatnya dengan menggunakan coklat hitam, sementara Miura-san dan Yuigahama tidak harus menggunakan jenis coklat yang sama."

  Mata Yuigahama tampak berkaca-kaca dan dia menatap Yukinoshita dengan penuh rasa hormat, sementara Miura menatapnya seperti hendak mengatakan "Hmph, gadis ini ternyata jago juga dalam hal ini". Yukinoshita hanya meresponnya dengan memasang senyum kecut.

  Well, sebenarnya aku masih khawatir dengan Yuigahama, tapi dengan adanya Yukinoshita disini, kurasa itu tidak akan menjadi masalah.

  Sekarang, tiba bagiku untuk melihat bagaimana perkembangan di meja yang lain, jadi aku mulai melihat ke meja di sebelahku ini, dan disana ada Isshiki Iroha sedang membuat sesuatu.

  Dari yang aku lihat, dia tampaknya bisa mengerjakan itu dengan sangat baik.

  Coklatnya sudah dilelehkan, dan ada adonan coklat di mangkuk yang terlihat sudah dicampur dengan baik. Di mangkuk yang lain, ada meringue yang sudah siap untuk dipakai. Siapapun yang melihat pemandangan ini, akan tahu kalau gadis ini sudah sangat berpengalaman dalam membuat kue.

  Isshiki lalu mengambil sebuah botol minuman yang tampaknya produksi barat dan meneteskannya di mangkuk tersebut, lalu dia mulai mengaduknya. Setelah itu, dia mengambil sendok dan mencicipinya.

  Setelah mencicipinya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, tampak seperti kurang puas dengan hasilnya. Lalu, dia mulai menambahkan gula, krim segar, dan bubuk kakao atau sejenis itu ke dalam adonan tersebut.

  "Kau ternyata sangat ahli dalam membuat ini ya?" 

  Mungkin lebih tepat jika dikatakan aku tidak menyangkanya, tapi sebenarnya aku tahu dia bisa memasak, hanya saja aku tidak menyangka kalau dia sejago ini.

  Karena itulah, Isshiki menatapku dengan kesal.

  "Senpai, apa kau meragukan kata-kataku tempo hari?"

  "Bukan, bukan itu...Aku hanya merasa kalau kau ini memang pintar dalam membuat ini, dan kau melakukannya dengan sepenuh hati."

  Jika dia berusaha sekeras ini hanya agar Hayama mau memakan coklatnya, maka dia layak mendapatkan kesan yang baik di mata Hayama...Well, bisa jadi juga dia memang hendak memberikan kesan kalau coklatnya itu dibuat dengan usaha yang keras. Melihat kombinasi seragam sekolah dan celemek tersebut, memang meninggalkan kesan kalau gadis ini benar-benar berusaha dengan keras. Aneh sekali. Tunggu dulu, aku ingin menegaskan sesuatu disini, kalau telanjang bulat dan hanya mengenakan celemek masih terlihat lebih baik daripada memakai seragam dan celemek! Tapi pastinya, Komachi yang memakai kaos lengan panjang dan celana pendek di balik celemek adalah yang terbaik dari itu semua.

  Isshiki hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali karena terkejut dengan apa yang baru saja kukatakan. Lalu, dia tiba-tiba mengembuskan napasnya.

  "Apa Senpai merasa kalau pemandangan seorang gadis yang sedang berusaha dengan keras merupakan pemandangan yang manis?"

  Sambil mengatakan itu, Isshiki melihat ke arah Yukinoshita dan Yuigahama. Disana, terdapat bubuk kakao yang menempel di wajah Yuigahama yang sedang mengaduk meringue. Di sampingnya, Yukinoshita tampak mengamatinya dengan seksama, seperti benar-benar mengawasinya.

  "...Bukankah itu pendapat yang umum? Meski nanti kuenya ternyata tidak enak, hati dari seorang pria pasti akan tergerak jika melihat gadis tersebut berusaha dengan sepenuh hati. Pria adalah makhluk dengan pikiran yang sederhana."

  Ketika aku mengatakan itu, aku teringat sesuatu. Kalau tidak salah, dulu aku pernah mengatakan hal yang sama.

  "Kata-kata semacam itu memang kata-kata yang Senpai-banget."

  Isshiki tampak tertawa kecil ketika mengatakannya, ujung dari celemeknya seperti bergetar merespon gerakan tubuhnya tersebut. Dengan itu, dia lalu menaruh kedua tangannya di belakang, memiringkan tubuhnya dan melihatku dari bawah.

  "Aku berniat untuk mengalahkan semua rival-rivalku dengan cara seperti ini. Lalu apa yang akan dilakukan oleh kalian?"

  "Apa maksudmu dengan kalian?"

  "Bukan, maksudku saat ini, aku ingin mendengarkan pendapat Senpai yang benar-benar jujur."

  Ketika mengatakan itu, dia memasang ekspresi yang licik di wajahnya. Ini cukup mengganggu sekali, Kouhai-chanku ini ternyata memang manis sekali. Dan yang terpenting, dia juga licik, tidak lupa juga dia pintar membaca suasananya, dan mengikuti dari belakangnya...Dia juga memiliki sifat yang buruk.

  Karena itulah, dia tidak menyebutkan nama yang spesifik di pertanyaannya. Itu mungkin adalah bagian yang baik darinya. Atau juga, itu memang disengaja olehnya. Karena kata-katanya yang abu-abu itulah, otakku mulai beraksi dengan menyediakan jawaban otomatis atas pertanyaannya itu. Meski, aku membenci ini, secara spontan juga aku mulai waspada dengan hal ini.

  "...Kadang, aku benar-benar tidak menyukai caramu mengatakan sesuatu kepadaku."

  "Bukankah itu karena tidak ada gadis lain yang mau mengatakan hal-hal semacam itu kepadamu? Senpai mungkin bisa berterima kasih kepadaku?"

  Meski aku mengatakan itu dengan ekspresi yang kecut, Isshiki malah meresponnya dengan santai. Tapi, jujur saja, memang tidak banyak orang yang benar-benar mau mengenal diriku, termasuk diriku sendiri.

  Meski begitu, satu kalimat darinya sudah cukup untuk menusukku.

  Sudah terlambat bagiku untuk memalingkan pandanganku. Bahkan, ini juga sudah terlambat bagiku untuk menghindari topiknya.

  "Jujur saja, kata-katamu barusan cukup mengena...Well, kupikir itu benar adanya."

  Saat ini, sudah terlambat bagiku untuk berbasa-basi hanya sekedar agar suasananya cair kembali. Tapi, kurasa sangat penting disini untuk mengatakan kebenarannya.

  Isshiki tidak bertanya kepadaku dengan sikap yang serius. Karena itulah, aku menjawabnya dengan santai-santai saja. Lebih dari itu, asal Isshiki mendengar jelas jawabanku, kurasa ini sudah lebih dari cukup. Kupikir begitu.

  Tapi, bibir Isshiki terlihat seperti kebingungan harus menjawab apa, entah mengapa. Merespon hal itu, aku melihatnya dengan penuh tanda tanya. Isshiki lalu mengatakan "Hah   " dan mulai mengatakan sesuatu dengan ekspresi kagum.

  "...Yang baru saja Senpai katakan itu memang mengejutkanku. Aku awalnya tidak berpikir kalau kata-kataku itu akan memberikan efek yang semacam itu."

  "Kenyataannya begitu. Mungkin bisa dikatakan sangat ber-efek...Tapi, tahu tidak, kurasa itu tidak masalah. Masih ada parit-parit yang cukup dalam untuk kau lewati dan masih ada Sanada Maru."

  "Huh?"

  "Eh, pura-pura saja tidak mendengar yang baru saja kukatakan."

  Mendengar responnya yang cukup mengganggu ketika menjawab kata-kataku, dengan cepat kupotong percakapannya. Well, tidak peduli bagaimana aku menjelaskan Sanada Maru, itu pasti tidak akan bisa dipahami oleh Isshiki. Entah itu drama ataupun sejarah, dia tampak tidak tertarik dengan hal itu.

  Oleh karena itulah, meski Sanada Maru sudah dibangun, dia mungkin masih tidak tertarik untuk menyerang dalam pertempuran Osaka. Isshiki tampak memiringkan kepalanya, untuk sejenak, dia tampak kurang puas. Lalu, seperti memikirkan sesuatu, lalu dia mengambil mangkuk adonan tersebut dan berkata, "Fumu, fumu".

  "Aku bisa menggunakannya sebagai referensi. Kalau begitu, aku akan meninggalkanmu sebentar, Senpai. Hayama-sen         pai     "

  Dia mengatakan itu dengan sebuah senyuman, lalu bergegas menuju Hayama. Setelah melihatnya pergi, aku mengambil kursi terdekat dan duduk.

  Lagi-lagi, kedua mataku mulai melihat pemandangan dari para gadis yang sedang bekerja keras.

  Karena pria adalah makhluk yang memiliki pikiran sederhana, pemandangan para gadis yang berusaha dengan sepenuh hati akan menggerakkan hati mereka.

  Serius ini, aku tidak tahu siapa yang mengatakan itu...Tapi itu benar adanya.








x Chapter V | END x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar