Sabtu, 16 Juli 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol R Chapter 6 : Untuk Memastikannya, Yukinoshita Yukino Akan Menghubungkannya -2


x x x






  Proses memasak coklat ini sudah mencapai momen puncaknya. Mereka yang bekerja dengan cepat, sudah menyelesaikan adonannya dan menaruhnya di oven, atau juga sudah menaruh coklatnya yang hampir jadi ke lemari pendingin untuk mendinginkannya, dan kita sudah melangkah ke babak terakhir event ini.

  Bahkan Haruno-san, yang sedari tadi hanya terlihat mengobrol saja, juga membuat coklat disini, dan coklat mereka terlihat hampir selesai. Tidak hanya itu, Meguri-senpai dan mantan Pengurus OSIS periodenya tampak hampir selesai. Mungkin yang tersisa bagi mereka hanyalah membentuk kuenya, menghiasinya, dan menaruh topping.

  Seperti biasanya, dia sepertinya terbiasa untuk melakukan hal-hal heboh dalam suasana yang tenang. Kira-kira, kemampuan memasaknya itu apa hanya sebatas membuat kue saja? Hmm...

  Mungkin karena bosan sedari tadi mengawasi pekerjaan membuat coklat siswa lain, dia sekarang mulai menikmati secangkir teh bersama Yukinoshita.

  "Yukino-chan, kau sedang membuat apa? Onee-chan mau cicipi juga dong~"

  Suara Haruno-san yang tampak merayunya tersebut benar-benar tidak dihiraukan oleh Yukinoshita yang sedang mengawasi Miura dan Yuigahama.

  Dalam pengawasan mata Yukinoshita, Miura mulai membentuk adonan tersebut menjadi sebuah bentuk yang serius, sedang Yuigahama sendiri sedang membentuk adonan tersebut menjadi bentuk yang lebih kecil lagi.

  Mungkin karena tidak senang dengan bagaimana Yukinoshita yang tidak mempedulikannya, nada suaranya tampak berubah, kini terkesan sedang kesal akan sesuatu.

  "Hei, Yukino-chan, bisa dengar tidak~"

  "...Haruno-san, Yukinoshita-san sendiri sedang cukup sibuk."

  Melihat situasi yang seperti ini, Hayama hanya bisa tersenyum kecut dan berjalan ke sisi Haruno-san seperti berusaha untuk menenangkannya. Jika di sekitarnya terdengar berisik, Miura mungkin akan pecah konsentrasinya. Bisa jadi, Hayama melakukannya karena peduli akan hal itu.

  Mereka yang sedang fokus dengan pekerjaan mereka tidak hanya Miura dan Yuigahama, Isshiki juga terlihat sedang memegang fresh cream di tangannya, dan mulai membuat hiasan yang terlihat manis, dia terlihat serius mengerjakannya. Di meja Kawasaki bersaudara, wajah Keika terlihat belepotan oleh coklat, tapi dia juga sukses membuat sesuatu yang mirip coklat truffle, dimana Kawasaki sendiri sedang sibuk mengambil foto-foto tersebut. Oi, kau ini mau ambil fotonya berapa banyak?

  Melihat bagaimana orang-orang disini melakukan pekerjaannya, tampaknya tugasku sebagai pencicip rasa akan dimulai sebentar lagi. Ketika sedang memikirkan itu, aku menonton dari pinggir, memasang pose 'tenang saja, aku tidak akan mengganggu'. Karena itulah, Orimoto datang bergegas ke arahku, dan berbicara kepadaku yang terlihat menganggur.

  "Hikigaya, apa cetakan kuenya masih ada?"

  "Oh...Sebentar ya."

  Tampaknya, perkembangan di SMA Kaihin tidak buruk-buruk amat. Meski aku sendiri masih bisa mendengar diskusi mereka tentang END PRODUCT yang akan mereka hasilkan seperti apa, aku bisa melihat kalau pekerjaan mereka juga hampir selesai.

  Setelah kuberitahu untuk menunggu, akupun berjalan menuju Yukinoshita.

  "Permisi, apa masih ada cetakan kue yang tidak dipakai?"

  "Ada beberapa disana, kau bisa mengambilnya jika butuh."

  "Oh, terima kasih."

  Dan begitulah, yang mengucapkan terimakasih kepadanya bukanlah diriku.

  Yang mengucapkan itu adalah orang yang mengikutiku kemari, Orimoto Kaori.

  Yukinoshita tampak terkejut melihat sosok yang tiba-tiba muncul tersebut, dan dia hanya bisa terdiam. Yuigahama melihat kami dengan ekspresi penasaran, mungkin itu dikarenakan suara instruksi dari Yukinoshita yang tiba-tiba menghilang.

  Dari grup SMA Kaihin sendiri, ada seseorang yang sedang melihat ke arah kami. Meski begitu, Orimoto tampaknya tidak begitu mempedulikannya, lalu dia melanjutkan memilih cetakan kuenya satu persatu. Lalu, dia mengatakan dengan santainya.

  "...Kalau dipikir-pikir, apa dulu aku pernah memberikan coklat ke Hikigaya?"

  Nada suaranya itu membuatnya terdengar tidak tahu akan jawabannya dan itulah yang membuatku memasang senyum yang kecut ini. Kau tidak ingat? Well, itu sudah kuduga.

  Meski Orimoto adalah tipe orang yang akan memberikan coklat kepada siapapun yang mereka tanyai, entah mengapa aku tidak begitu saja mau masuk dalam kategori 'siapapun' tersebut.

  Bagaimana caraku duu menerima realita seperti itu...Aku mencoba-coba mengingatnya dan jawabanku tampaknya akan datang terlambat.

  Aku pura-pura batuk untuk menghilangkan kesunyian ini, ketika itu aku mendengar suara peralatan memasak 'ka-cha, ka-cha'. Kulihat ke arah suara tersebut, Yukinoshita sedang memegangi dagunya sambil melihat ke arahku, Yuigahama menatap ke arahku dan membiarkan tangannya bekerja secara otomatis, Isshiki mengatakan 'Eh' dan menganggukkan kepalanya seperti tertarik ke topiknya, Kawasaki sendiri memasang ekspresi terkejut, sedang Tamanawa pura-pura batuk dan mengatakan 'Fuuu, fuuuu' sambil meniup poninya. Tamanawa-san, kau ini mengganggu sekali, tahu tidak...

  "Tidak...Kurasa belum pernah."

  Kucoba untuk menyimpan kembali kenangan itu dan menjawabnya senatural mungkin. Mendengar jawabanku, Orimoto lantas tertawa.

  "Begitu ya...Mungkin memang begitu, eh? Memang, mungkin saja Hikigaya tidak pernah menerima coklat dari siapapun hingga saat ini. Luar biasa."

  "Memang, tapi tidak ada yang luar biasa disitu..."

  Gadis ini, kenapa dia ada disini? Bukankah dia kesini hanya untuk meminjam cetakan kue? Ataukah, untuk membuatku menjadi topik pembicaraan?...Ketika aku mulai menekan-nekan pipiku yang mulai bergetar, Orimoto malah mencairkan suasananya dengan cara yang tidak wajar. Kupalingkan pandanganku dan melihat Yuigahama dan Yukinoshita disana. Keduanya tampak penasaran.

  "Well, kau ingin mendapatkannya tahun ini? Jika kau ingin, nanti mampir ya. Aku akan memberimu."

  Setelah mengatakan itu dengan santainya, Orimoto mengambil cetakan kue tersebut dan kembali ke mejanya. Aku sendiri seperti terhipnotis oleh kata-katanya, dan hanya bisa meresponnya dengan 'Ah' dan 'Oh' dengan malu-malu ketika melihatnya pergi.

  Well, ini jelas merupakan kemampuan unik dari Orimoto yang bisa mengatakan apapun dengan santainya, dan tidak ada satupun makna mendalam dibalik kata-katanya. Akhirnya, aku tidak perlu mencari-cari maksud dibalik kata-katanya, dan juga aku tidak akan salahpaham dengan maksud mereka, aku hanya menerima kata-katanya apa adanya. Memikirkan hal ini, membuatku menaruh senyum dan mengembuskan napasku.

  Dengan memasang wajah lega, aku membalikkan badanku dan menghadap ke arah meja, dan kedua mataku bertemu dengan Haruno-san, yang berdiri di dekat jendela.

  Haruno-san tampaknya mengamati percakapan kami sejak tadi dan memasang senyum yang lebar di wajahnya. Ekspresinya seperti baru saja menemukan sesuatu yang menyenangkan untuk dipermainkan.

  Lalu, ekspresinya berubah dari yang sebelumnya lembut, menjadi sadis. Ujung dari bibirnya tampak bergerak, dan kedua matanya mulai menajamkan penglihatannya. Haruno-san melihat ke arah Hayama yang berada di sampingnya.

  "Kalau tidak salah, Hayato dulunya pernah menerima coklat dari Yukino-chan?"

  Meski dia terlihat seperti sedang berbicara kepada Hayama, sebenarnya, suaranya itu sengaja didesain agar bisa didengar oleh seluruh peserta event ini.

  Yukinoshita yang selama ini tidak mempedulikannya, tampak bereaksi. Dia menatap ke arah Haruno-san dengan ekspresi kebingungan dan terus menatapnya tanpa mengatakan apapun. Yukinoshita bukan satu-satunya orang yang tidak bisa menemukan satupun kata untuk meresponnya, tetapi juga Miura. Bahkan Isshiki terlihat penasaran dengan hal itu.

  Akupun hanya bisa menggaruk-garuk kepalaku dan memasang senyum yang kecut. Kurasa hal-hal semacam ini tidak perlu diceritakan di depan Miura dan Isshiki.

  Bahkan Yukinoshita, yang sedari tadi terdiam, meresponnya. Yukinoshita menatap ke arah Haruno-san.

  "Memang. Itu sewaktu SD dulu. Kau yang memaksanya untuk membuatnya."

  "Nostalgia sekali ya~"

  Membaca kata-kata Yukinoshita tadi, Hayama mencoba menghindari topiknya dengan kata-kata tersebut dan senyumnya yang khas. Mendengar respon mereka, Haruno-san tampak kecewa. Mendengar jawaban mereka, baik Miura dan Isshiki terlihat sedang bernapas lega.

  Meski begitu, kontras dengan reaksi mereka, ekspresi dari Yukinoshita Haruno tampak lebih dingin dari biasanya. Dia lalu menatap ke arah Hayama dengan tatapan mata yang kurang tertarik, lalu meninggalkan area di dekat jendela seperti bosan dengan ending drama barusan. Hayama hanya menatapnya pergi begitu saja. Lalu, Haruno-san berhenti di samping Yukinoshita.

  "Yukino-chan, kau tahun ini hendak memberikannya ke siapa?"

  Nada suaranya seperti hendak mengatakan kalau dia hanya ingin becanda dengannya. Jika orang luar tidak paham sifat keduanya, mungkin hanya akan terdengar seperti dua orang saudara sedang becanda. Faktanya, Yukinoshita sekarang sedang memalingkan wajahnya dan mengucapkan 'Hnng', dia seperti kesal dengan candaan kakaknya itu.

  Tapi, hanya diriku, Yuigahama, dan mungkin Hayama, diantara sedikit orang di ruangan ini yang bisa merasakan kalau suasananya bertambah panas. Sosok Haruno-san yang muncul dari belakang bahunya membuatnya terlihat seperti Iblis yang sedang membisikkan sesuatu kepadanya. Haruno-san menggerakkan jari-jarinya yang kurus itu di sekitar leher Yukino, dan berhenti tepat di tenggorokannya.

  Tidak ada satupun kehangatan yang terlihat dari keduanya. Keduanya saat ini saling menatap satu sama lain, seperti orang yang sedang bercermin di depan es, cantik sekali. Keduanya memasang ekspresi yang dingin seperti biasanya.

  Di sampingnya, Yuigahama hanya bisa memegangi dadanya dengan ketat, bibirnya membeku, dia hanya bisa terdiam melihat Yukinoshita.

  Setiap orang yang melihat adegan ini hanya bisa menelan napas mereka dan membeku, kesunyian yang aneh mulai menyelimuti ruangan ini. Satu-satunya hal yang memotong kesunyian ini, adalah sebuah kata-kata dari seseorang.

  "Mungkin, untuk teman-temanku."

  Yukinoshita mengatakan itu sambil tersenyum. Dia mengatakan itu dengan mata yang berkaca-kaca seperti bunga yang mekar di pagi hari, dengan suara hangat yang mungkin bisa melelehkan salju, dengan nada yang pelan seperti sedang berbicara dengan orang yang sakit.

  Senyumannya itu menghancurkan cermin es tersebut.

  "...Begitu ya. Jadi itukah yang akan Yukino-chan lakukan."

  Yukinoshita Haruno tersenyum dan tertawa lagi. Ini adalah pertamakalinya aku melihat senyumannya. Senyum yang membuatnya terlihat sedang bahagia, juga, senyum yang menandakan sebuah cinta. Jari-jarinya mulai bergerak dari leher Yukinoshita dan mulai mengelus rambut hitam panjangnya. Dia terus menggerakkannya hingga menyentuh kepala Yukinoshita.

  "Kalau nanti masih ada sisanya, berikan kepadaku, oke?"

  "Aku tidak mau."

  Dengan jawaban pendeknya itu, Yukinoshita menyingkirkan tangan Haruno-san dari kepalanya. Meski dia mengatakan itu dengan terang-terangan, sebuah senyuman terlihat dari wajahnya.

  Haruno-san tampak puas mendengar itu, lalu dia membuka tangannya seperti hendak memberitahu sesuatu.

  "Sepertinya...Semua persiapannya sudah selesai. Kupikir ini adalah saatnya bagiku untuk pulang."

  Isshiki lalu bergegas ke arahnya dan memegangi lengannya, dimana dia sendiri hendak melepaskan celemeknya. Melihat adegan yang manis tersebut, Haruno-san tersenyum hangat, dan memegangi tangan Isshiki.

  "Maaf ya, Isshiki-chan. Tapi yang tersisa hanyalah menaruhnya ke oven, kau tidak mungkin salah dalam proses itu. Tolong beritahu itu ke yang lainnya ya."

  Melihat tangannya dipegang oleh Haruno-san, dan menerima senyuman yang seperti itu, bahkan seseorang seperti Isshiki tidak bisa menemukan satupun kata untuk dikatakan. Entah mengapa, wajahnya terlihat memerah, dan dengan ekspresi lega, Isshiki mengangguk.

  Karena tidak ada satupun orang lagi yang berusaha mencegahnya npergi, Haruno-san menyapa Hayama dan Meguri-senpai, lalu mulai bersiap-siap untuk meninggalkan ruangan ini.

  Lalu, sambil membetulkan tas bawaannya, dia berjalan di depanku, Yukinoshita, dan Yuigahama.

  "Sampai jumpa lagi, Yukino-chan."

  Tanpa mengatakan apapun lagi, dia hanya menepuk bahu dari Yukinoshita. Tanpa pamit ke yang lain, suara higheels dari Yukinoshita Haruno mulai menggema dan meninggalkan ruangan ini, tanpa sedikitpun menoleh ke belakangnya.

  Sambil melihat Haruno-san pergi, aku bisa mendengar suara embusan napas lega dari seseorang yang berada dari belakangku. Ketika kulihat, aku bisa melihat Yukinoshita membetulkan kembali celemeknya dan berusaha menyemangati dirinya sekali lagi.

  "Baiklah, saatnya kembali bekerja."

  Sambil mengatakan itu, dia menaruh perhatiannya kembali ke Yuigahama. Meski suaranya jelas-jelas terdengar oleh Yuigahama, Yuigahama sendiri tidak meresponnya. Melihat kalau ini adalah situasi yang aneh, Yukinoshita lalu tersenyum.

  "...Adonannya tampak miring."

  Secara perlahan, kukira dia hendak memeluknya, ternyata Yukinoshita hanya menepuk bahu Yuigahama, dan membetulkan tali celemeknya yang terlihat kurang rapi. Melihat sikapnya, Yuigahama tampak sudah kembali ke dirinya dan tertawa.

  "Te-terma kasih...Yukinon...Erm, Hei..."

  Yuigahama, yang kini ada dalam dekapan lengan Yukinoshita, membuka mulutnya seperti kesulitan untuk mengatakan sesuatunya. Melihat hal itu, Yukinoshita tetap memintanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Tetapi, Yuigahama hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

  Kemudian, Yukinoshita menepuk kening Yuigahama.

  "Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa."

  "Begitu ya...Ini kurang sedikit lagi, aku akan memberikan yang terbaik."

  "Un...."

  Yuigahama lalu mengubur wajahnya di bawah bayang-bayang tubuh Yukinoshita, mustahil melihat seperti apa ekspresinya saat ini. Tapi, aku bisa mendengar suara gumamannya.

  Meresponnya dengan menganggukkan kepalanya, Yukinoshita secara perlahan dan lembut, menyelesaikan pekerjaannya untuk membetulkan ikatan celemek Yuigahama.

   







x Chapter VI  | END x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar