Sabtu, 30 Juli 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6.5 Chapter 7 : Sebenarnya, ini hanya firasat dari Hikigaya Hachiman -3

x x x








  Tidak seperti biasanya, suara langkah orang-orang yang masuk ke ruangan rapat ini terdengar lebih berat.

  Tapi ini sudah kuduga jika melihat apa yang terjadi di rapat sebelumnya. Meski sudah melewati akhir pekan, perasaan benci tersebut ternyata masih belum hilang juga. Malahan, aku merasa seperti menjadi bagian dari mereka untuk saat ini.

  Karena itulah, jumlah orang yang datang ke rapat kali ini terlihat lebih sedikit dari sebelumnya. Kebanyakan, mereka akan datang terlambat ke ruangan ini.

  Hasilnya, jadwal rapat mundur lima menit dari yang dijadwalkan.

  Meguri-senpai yang dari tadi terus menatap ke arah pintu, sesekali melihat ke arah jam dinding. Lalu, dia berbicara ke Sagami.

  "Sagami-san, ayo kita mulai..."

  "...Ya."

  Meski Sagami menjawabnya, dia tidak berdiri dari kursinya.

  "Aku, aku hendak..."

  Yuigahama terlihat hendak berdiri seperti berusaha memberikan dukungan kepada Sagami, tapi dihentikan oleh Yukinoshita. Dengan tangan Yukinoshita yang memeganginya, Yuigahama kembali ke kursinya.

  Ini adalah hal yang benar.

  Yang harus Sagami lakukan adalah mengadakan upacara 'pembersihan jiwa'. Ini tidak ada hubungannya dengan seluruh peserta rapat.  Sagami sendiri mungkin sudah merasakan kalau tatapan semua orang disini menunjukkan sikap yang kurang senang kepadanya.

  Sagami mengembuskan napasnya dan berdiri dengan tegak. Kalau situasi seperti ini dibiarkan terus, mungkin akan ada orang lain yang berdiri dan melakukan sesuatu selain dirinya. Dia mungkin hendak menghindari skenario tersebut. Harga diri yang semacam ini, tidak, mungkin lebih tepat disebut keangkuhan dirinya. Ini menunjukkan seberapa besar rasa angkuhnya.

  Meski dia berdiri dengan perlahan, dia berjalan ke tengah ruang rapat dengan langkah yang cepat.

  Tujuannya adalah barisan belakang kursi peserta rapat, tempat dimana para sukarelawan dari Klub Olahraga berada.

  Haruka dan Yukko duduk disana juga.

  Mereka menatap ke arah Sagami. Tatapan mereka terlihat seperti tatapan sinis, atau mungkin saja tatapan heran akan sikapnya.

  Alasan mengapa Sagami menemui mereka.

  Karena dia akan mengatakannya sendiri secara langsung.

  "Apa kalian ada waktu untuk saat ini?"

  Mendengar hal itu, Haruka dan Yukko hanya saling menatap satu sama lain. Setelah itu, mereka melihat ke arah Sagami.

  "Sebenarnya tidak masalah...Yakin sekarang?"

  "Bisakah setelah rapat?"

  Mendengarkan penolakan itu, Sagami berusaha mengatur tarikan napasnya.

  "...Kurasa sekarang adalah saat yang terbaik."

  Mendengar hal itu, mereka berdua menjawabnya setelah kembali saling menatap satu sama lain.

  "Ya sudah...Terserah kamu saja."

  "Rapatnya sedang berjalan, apa tidak masalah?"

  "...Eh?"

  Melihat situasi yang ternyata tidak sesulit yang diduga, Sagami sepertinya kehilangan kata-kata.

  Lalu, terdengar suara tawa yang berasal dari sukarelawan Klub.

  Di lain pihak, para peserta rapat lainnya berusaha untuk diam dan melihat kejadian itu.

  Ini benar-benar sebuah upacara pembersihan jiwa, dan juga salah satu bentuk hukuman.

  Mengetahui kalau para peserta rapat sedang melihat ke arahnya, wajah Sagami memerah, dan bahunya terlihat naik.

  Kemudian, keluarlah kata-kata darinya.

  "Soal itu, maaf ya...Aku, hanya berpikir tentang bagaimana membuat Festival Olahraga yang menyenangkan. Yang kupikirkan waktu itu hanyalah hal tersebut."

  Sagami mengatakan permintaan maafnya.

  Haruka dan Yukko, juga peserta rapat yang lain hanya bisa terdiam mendengarkan suaranya yang pelan dan lembut tersebut.

  Ini seperti memberitahukan dengan jelas kepada semuanya.

  Meski begitu, kurasa normal bagi orang yang disalahkan atas semua ini untuk menghadapi amarah dari semua orang. Selama tidak terjadi hal-hal yang melanggar hukum, mereka akan terus mencari kambing hitam dan mempermalukan orang itu. Itulah aturan dalam sebuah komunitas. Hasilnya, orang-orang disini hanya akan memaafkan Sagami jika dia mengakui dirinya salah di depan semua orang.

  Apa yang baru saja Sagami katakan, sudah memenuhi keinginan mereka.

  "...Sebenarnya tidak ada masalah. Kami juga selama ini hanya sibuk memikirkan kegiatan Klub kita. Maaf."

  Sepertinya, gerombolan sukarelawan ini juga memikirkan hal yang sama, sekarang suasana ruangan ini dipenuhi kata-kata "Ya" dan "Umm" seperti setuju dengan Haruka dan Yukko.

  Mendengar hal itu, suara Sagami mulai terdengar gugup.

  "Un...Itu, aku...Seperti yang kuharapkan, aku ingin membuat semuanya merasa antusias, dan aku akan bekerja keras demi memenuhi hal itu. Karena itulah, aku akan sangat senang jika kalian semua membantuku...Tentunya, aku akan berusaha dengan baik untuk bisa mengakomodir kepentingan kalian dengan aktivitas Klub masing-masing."

  Sagami menegakkan kepalanya setelah mengatakan itu. Sebaliknya, para sukarelawan tampak memalingkan pandangan mereka darinya.

  Meski begitu, maksud dibalik kata-katanya sudah bisa dipahami dengan baik. Orang-orang yang hadir disini tampak meresponnya dengan baik.

  "...Un, kami akan memberikan yang terbaik juga."

  "Terima kasih, mohon bantuannya."

  Mungkin karena dirasa cukup, dia menundukkan kepalanya dengan cepat dan berjalan kembali ke kursinya. Meguri-senpai yang melihatnya terlihat mengembuskan napas lega.

  "Akhirnya kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada masalah ini."

  Dia tersenyum kepadaku, dimana aku meresponnya dengan menganggukkan kepalaku.

  "...Sepertinya begitu."

  Aku membalasnya sambil menelan sesuatu yang kupikir mirip dengan tulang ikan yang tersangkut di tenggorokanku.

  Kalau melihat dari sisi luarnya saja, memang masalah ini terasa selesai. Dari apa yang kulihat, masalahnya memang terlihat selesai.

  Tapi kalau kupikir lebih dalam lagi, aku bisa melihat kalau masih ada sesuatu yang belum terselesaikan.

  Ini adalah kebiasaan dari seorang penyendiri level elit.

  Kata-kata Sagami, bagiku, tampak seperti hendak melindungi dirinya sendiri, di saat yang bersamaan, memberikan tekanan kepada mereka kalau mereka juga sama salahnya dengan dirinya. Dia jelas-jelas menggunakan aktivitas Klub Yukko dan Haruko sebagai alasannya, memancing kata-kata itu keluar dari mereka.

  Pikiranku barusan memang cukup mengganggu.

  Tapi sayangnya, pikiran-pikiran mengganggu semacam itu kebanyakan menjadi kenyataan. Kadang, aku sempat berpikir kalau aku punya kekuatan dimana firasatku itu bisa memprediksi masa depan.

  Sambil berharap kalau firasatku ini salah, aku duduk dengan tenang dan menunggu rapatnya dimulai.







x x x







  Rapat dimulai setelah para sukarelawan yang terlambat sudah mulai memenuhi ruangan.

  Dalam pengawasan Hiratsuka-sensei, orang yang berbicara pertamakali adalah Meguri-senpai. Mungkin dia merasa tidak enak karena membebankan segalanya kepada Sagami barusan.

  "Un, rapat kali ini dimulai. Pertama-tama, berdasarkan keputusan rapat yang lalu, kami memiliki beberapa ide untuk mengembangkan rencana kegiatannya. Yukinoshita, bisa bantu menjelaskan?"

  "Ya."

  Dengan itu, Yukinoshita berdiri. Lalu, setelah memperhatikan sejenak ke barisan kursi Pengurus OSIS, mereka tiba-tiba membetulkan posisi duduknya. Memangnya sejak kapan mereka menjadi patuh kepada Yukinoshita?

  Beberapa pengurus OSIS kemudian membagikan selebaran ke peserta rapat.

  Yukinoshita memegang kertas yang sama dan mulai menjelaskan sesuatunya.

  "Kami melakukan penyesuaian dengan jadwal yang berbenturan dengan aktivitas Klub. Lalu, kami sudah menyusun ulang jadwalnya hingga hari pelaksanaan. Kami sudah memastikan ini dengan pimpinan Klub masing-masing mengenai kegiatannya. Tolong kalian konfirmasi ulang."

  Mendengar penjelasannya, mereka mulai melihat ke arah kertas yang ada di tangan mereka. Para sukarelawan tampak kebingungan. Sepertinya mereka mendapatkan sesuatu yang tidak diduga-duga dan sekarang mereka bingung.

  Well, mungkin karena selama ini mereka berpikir kalau jadwal ini dibuat oleh kami, dengan menyesuaikan sesuatunya sesuai kepentingan kami. Tapi reaksi mereka memang seperti yang kami duga.

  "Eh, tapi ini bukanlah jadwal yang fix, ini masih bisa diubah. Jadi jika kalian ada masalah dengan jadwalnya, kita akan ubah lagi hingga selesai. Jadwal ini sendiri sudah disetujui oleh ketua Klub kalian masing-masing, jadi sekarang tergantung kalian sendiri."

  Yuigahama menambahkan. Dia memang siswa level elit disini, jadi menghubungi seluruh Ketua Klub dan meminta kerjasama mereka bukanlah masalah besar. Semua orang harusnya memahami hal ini.

  "Juga, untuk Kibasen, untuk meringankan pekerjaannya, kita memutuskan untuk menyederhanakan aturannya lagi dan juga menyederhanakan kostumnya. Ini mungkin bisa mengurangi beban kerja dan sumber daya manusia yang dibutuhkan sehingga sesuai target yang kita sepakati di rapat terakhir."

  Yukinoshita terus menjelaskan. Ada apa dengan sumber daya manusia? Apa itu semacam langit cinta? Apa maksudmu langit ninja?

  Yukinoshita lalu menjelaskan detail tentang perbedaan jadwal yang lama dan baru. Aku sendiri ragu apakah karena dia tipa orang yang suka bekerja dengan cepat ataukah dia sendiri sudah bosan menjelaskan lama-lama. Mungkin campuran keduanya. Bisa jadi dia menjelaskan itu agar tidak ada yang komplain sehingga memperlambat perkembangan festival. Dia ternyata jahat juga.

  Tapi, ternyata ini ada hasilnya juga, para sukarelawan tampak tidak keberatan dengan hal itu.

  Yukinoshita mengamati ruangan yang sunyi ini, lalu dia duduk kembali. Mungkin dia hendak menyerahkan kembali kepada Pimpinan Panitia untuk mengambil alih rapat.

  Menyadari hal itu, Meguri-senpai memberitahu Sagami untuk melanjutkan.

  "Lalu, melanjutkan yang kita bahas tadi."

  "Ya, baik. Kemudian, mari kita mulai membagi pekerjaannya berdasarkan jadwal yang baru saja kita terima barusan."

  Sambil melihat Sagami dari samping, aku menopang daguku dengan tangan. Beban sudah hilang dari titik ini.

  Rapat ini sudah menyelesaikan masalah jadwal, dan juga memperoleh kembali dukungan dari sukarelawan Klub. Dan topik terpentingnya, biaya pengadaan Kibasen sendiri juga berkurang atas masukan dari berbagai pihak.

  Sekarang, Sagami sudah melakukan gencatan senjata dengan Haruka dan Yukko, pimpinan dari gerombolan sukarelawan ini.

  Dalam situasi seperti ini, kurasa tidak ada yang bisa kulakukan lagi. Ternyata rencana B kita, memulihkan hubungan mereka, sudah lebih dari cukup untuk mengatasi masalah ini.

  Meski begitu, kedua mataku bergerak sendiri tanpa bisa kukontrol, mencari-cari alasan untuk membuatku merasa tidak tenang.

  Kemampuanku untuk memikirkan skenario terburuk ternyata masih saja aktif.

  Tapi memiliki kemampuan itu sebenarnya tidak bisa serta-merta mencegah hal buruk tersebut terjadi. Yang bisa kulakukan hanyalah memikirkan rencana untuk mengatasi hal tersebut jika benar-benar terjadi, bahkan diriku sendiri merasa kesal dengan diriku ini.

  Karena tahulah, bukankah luka yang ditimbulkan sama saja, bagi mereka yang tahu dan tidak tahu? Daripada sok percaya diri, mungkin luka yang diterima akan tidak sesakit yang lain jika sudah tahu. Mengurangi luka yang diterima seminimal mungkin, jadi agar bisa pulih lebih cepat. Ini salah satu kata-kata yang bijak dalam hidup.

  Mereka sedang membagi-bagi pekerjaan yang akan diterima.

  Melihat situasinya, tampaknya tidak akan ada masalah.

  Sagami melakukan pekerjaannya dengan baik, mendistribuskan pekerjaan-pekerjaan yang ada. Meguri-senpai juga ada di sampingnya. Juga, karena Hiratsuka-sensei mengatakan mempercayakan ini kepada mereka, tidak ada seorangpun yang komplain.

  Dari permukaan, tidak tampak adanya masalah-masalah yang muncul.

  Di saat seperti inilah aku melihat sesuatu di mata mereka.

  Mata tersebut adalah mata milik Haruka dan Yukko, yang sedang berdiri di depan papan tulis dan menulis nama mereka. Ketika mereka lewat di depan Sagami, mereka tidak menampakkan ekspresi apapun. Setelah melewatinya, mereka berdua menganggukkan kepalanya sambil melihat satu sama lain.

  "Hei...."

  "Hei..."

  Aku mendengar mereka sedang bisik-bisik. Mungkin mereka sedang membicarakan masalah lain, entahlah, aku sendiri tidak tahu pasti.

  Well, kejadian Sagami meminta maaf baru saja terjadi. Kupikir situasi aneh ini tidak akan serta-merta menjurus ke hal-hal yang lain.

  Kuhentikan observasiku dan juga berbagai spekulasi yang ada di kepalaku, dan bersandar di kursiku. Ketika kucoba meluruskan punggungku, kursi ini membuat suara yang menderit.

  Ketika aku memiringkan punggungku ke belakang, kursinya seperti hendak jatuh saja, lalu kubalikkan kepalaku hingga aku bisa melihat jendela di belakangku.

  Air hujan masih terlihat terus mengguyur tempat ini.

  Hujan ini, tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berhenti.






x Chapter VII | END x

1 komentar:

  1. Kemampuan observasi Hachiman memang mengerikan..
    Sasuga penyendiri elit!

    BalasHapus