x x x
Hari ini, rumah sakit terlihat sangat ramai sekali.
Adanya berita tentang penyakit menular yang berbahaya belakangan ini, membuat para warga yang terserang flu biasa menjadi panik. Karena itu, para pasien yang dijadwalkan untuk menjalani check-up rutin harus mengantri lama. Mungkin, aku seharusnya memanfaatkan kekuatan make-upku untuk mengurangi jumlah populasi manusia.
TV yang ada di ruang tunggu sedang memberitakan tentang skandal korupsi yang melibatkan perusahaan obat-obatan atau semacam itu, aku menyimpulkan begitu karena ada gambar petugas sedang melakukan penggeledahan di sebuah pabrik obat-obatan. Karyawan pabrik yang memakai jas lab terlihat kesal sambil mengatakan : "Ini penyelidikan yang tidak adil! Pemerintah sedang menyembunyikan sesuatu !" Ya Tuhan, orang-orang yang harusnya punya uang cukup ternyata punya masalah yang lebih besar.
Kami akhirnya bisa pulang ke rumah, bisa kukatakan kalau ini agak terlambat dari jadwal. Bahkan jika aku berangkat ke sekolah saat ini, sudah masuk jam makan siang jika aku sampai disana.
Karena itu, maka, kami memutuskan untuk di rumah saja dan menyiapkan makan siang. Setelah siap, kami duduk bersama di meja makan, duduk berdekatan, dan menutup kedua mata kami.
"Terima kasih atas makanannya."
Kami mengucapkan rasa syukur kami.
Aku bisa merasakan kalau cahaya matahari seperti sedang mengintip di balik gorden, membuat ruangan ini terasa sedikit hangat.
Makan siang hari ini terdiri dari rebusan sayuran ditambah dengan krim, terdiri atas wortel, kentang, dan jamur yang dibeli dari super sale tempo hari. Terlihat ada potongan kecil kulit kentang masih menempel, tapi balutan krim tersebut membuatnya terlihat seperti sajian restoran. Beginilah masakan rumahan yang seharusnya. Belakangan ini, banyak sekali paket makan di restoran yang menyajikan menu-menu semacam itu, tapi jika ada tamu yang datang ke rumahku, aku akan menunjukkan kepada mereka bagaimana seharusnya makanan rebus itu.
Misa mengambil sendok dengan tangan kanannya dan piring dengan tangan kirinya. Aku mengambil sayuran rebus dan sendok dengan tangan yang sebaliknya untuk mencocokkan responnya. Kami mensinkronkan gerakan kami, bahkan untuk kegiatan seperti ini.
Ketika Misa meniup rebusan yang ada di sendoknya, dia tiba-tiba terhenti. "Kupikir, ini saatnya bagiku untuk membuat makanan seperti rebusan dan kare."
"Kenapa begitu?"
"Maksudku, kau tampaknya sibuk sekali ketika pagi, Onee-chan."
"Kau harusnya mengkhawatirkan dirimu, Misa."
Aku mencubit dengan lembut kening adikku ini. Dia tampak terkejut dan menyembunyikan kepalanya, sebuah adegan yang menggambarkan betapa manisnya dirinya.
"Aww...Meski begitu, untuk sekarang aku hanya bisa mengupas kentang saja!" Misa menggerak-gerakkan kepalanya sambil mengupas kentang yang hendak dia makan.
"Tentu saja kau bisa. Itu memang sangat enak."
Tanpa sadar, aku menepuk kepala Misa dengan lembut. Akupun menyentuh keningnya dengan jariku, dia lalu berusaha menutupi keningnya dengan jari-jarinya.
Misa adalah gadis yang sangat mempedulikan orang lain, tanpa melihat situasi dirinya. Dia itu seperti malaikat. Dia juga adalah kebanggaan dari keluarga Chigusa. Begitu ya, jadi adik perempuanku ini memang mirip denganku. Professor Mendel ternyata benar.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar