x Chapter III x
Meski dia mengatakan kalau kami tidak perlu melibatkan diri dalam detail kecil acara nanti, tapi entah mengapa membuatku merasa kurang nyaman.
Bahkan, beberapa hari setelah menyetujui usulan acara Isshiki, suasana di klub terasa seperti mengkhawatirkan soal itu juga.
Sepulang sekolah, datang ke klub, membaca buku, meminum teh merah dan memakan beberapa snack, lalu tidak lama kemudian menatap ke arah pintu klub. Beberapa hari ini seperti itu terus. Tidak terkecuali untuk hari ini.
Perasaan tidak nyaman ini seperti apa yang kau rasakan ketika melihat seseorang melakukan kegiatan untuk pertamakalinya. Sampai saat ini, banyak sekali pekerjaan yang diberikan kepadaku. Aku merasa penasaran terhadap Isshiki apakah dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Memang. Ini pasti begitu. Aku pasti begini karena aku juga punya sifat kebapakan yang mengkhawatirkan putrinya.
Kalau bukan seperti itu, aku akan mulai mempertanyakan diriku apakah aku ini sebenarnya penggila kerja dan mulai menganggap diriku ini sudah kehilangan jati diriku.
Karena ketika kapanpun kami menerima sebuah request, aku akan selalu melibatkan diriku ke pekerjaan itu. Tapi kali ini memang berbeda.
Kalau harus kukatakan, ini semacam menerima sebuah pekerjaan dengan penjelasan yang abu-abu, tapi ketika kau tahu dengan jelas kapan deadline pekerjaan itu harus selesai, membuatku merasa seperti mati saja.
Dan terlebih lagi, orang yang dipercayakan untuk mengemban tugas itu adalah Isshiki Iroha, dan itu membuatku merasa cemas.
[Apa yang akan kulakukan saat ini!?]
Aku selalu merasakan hal-hal semacam itu, seperti yang dialami oleh protagonis serial gadis penyihir. Hal-hal semacam itu yang membuat diriku ketika membuang tarikan napas ini menjadi berat. Lalu, aku juga bisa mendengar suara napas yang berat dari orang yang duduk di seberangku.
Ketika kulihat, Yukinoshita menegakkan kepalanya yang sedari tadi membaca buku, dan melihat ke arah pintu klub.
Tampaknya, dia merasakan hal yang sama denganku. Ah, jangan bilang kalau dia telah jatuh cinta dengan Isshiki? Iroyuki, kurasa ini bisa cocok sekali!
Ketika memikirkannya, tiba-tiba terdengar suara tawa datang dari Yuigahama.
“Daritadi, kalian berdua menatap ke arah pintu terus.”
Dia mengatakan itu dengan senyum kecil di wajahnya.
“Kalau itu soal Iroha-chan, kurasa kalian berdua tidak perlu mengkhawatirkannya.”
“Aku tidak khawatir soal Isshiki”
“Tidak ada seorangpun disini yang membicarakan Isshiki-san.”
Kami berdua membalasnya di waktu yang bersamaan.
Tiba-tiba, Yukinoshita memalingkan wajahnya.
Sebenarnya, aku ini takut, Yukinoshita pastinya juga begitu, terlihat malu-malu kalau Yuigahama bisa membaca itu. Kalau kita berdua ini khawatir terhadap Isshiki, dan hal seperti itu, tidak ada jalan lain selain mengatakan kata-kata seperti tadi untuk membalasnya.
Dan setelah itu, seperti bisa membaca kata-kata kami, Yuigahama memasang senyum yang jahil.
“Benarkah?”
“Benar.”
Yukinoshita, yang sedari tadi sedang diperhatikan oleh Yuigahama, tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Pipi dan telinganya terlihat memerah, terlihat jelas meskipun ditutupi oleh rambutnya. Yuigahama terlihat bahagia ketika melihat hal tersebut.
Kalau dia puas dengan ini, maka ini bagus sekali. Tapi masalahnya, dia sekarang menatap ke arahku, dan dengan ‘Hmm”, dia memiringkan kepalanya, menunjukkan ekspresi yang kompleks di wajahnya.
“Hmm?...Tapi, Hikki tampaknya sangat baik ke Iroha-chan.”
“Memang betul. Dia terlalu memanjakannya. Bahkan aku sendiri berpikir kalau itu sudah diluar kebiasaannya.”
Setelah mendengarkan Yuigahama, Yukinoshita menatapku dengan tajam. Hei, tunggu dulu, jangan mengalihkan targetmu kepadaku secara tiba-tiba?
“Sebenarnya, tidak seperti itu...”
Mendengarkan jawabanku, Yuigahama dan Yukinoshita terlihat bertambah curiga kepadaku. Tidak, kenapa kalian berdua tidak mengatakan sesuatu...
Serius ini, ini tidak seperti yang kalian bayangkan! Aku tidak tahu mengapa sekarang aku terlihat seperti orang yang sedang mencari-cari alasan, aku lalu pura-pura membersihkan tenggorokanku dan mulai menjelaskan ini lebih jauh lagi.
“Yang kita bicarakan ini Isshiki, aku hanya khawatir kalau akan mengacaukannya dan melemparkan pekerjaannya kepadaku, itu saja. Akan sangat mengganggu jika situasi yang sudah tidak tertolong seperti itu datang kepadaku. Oleh karena itu, kupikir akan sangat efektif jika aku sudah membantunya sejak awal.”
Seperti kataku tadi, aku rasa kata-kataku tadi sudah menyentuh permasalahannya. Tidak, karena kata-kata tersebut dikatakan dalam situasi seperti itu, itu pasti terdengar sebagai sebuah fakta.
Ini adalah kebiasaan burukku.
Tidak bisa mempercayakan semuanya ke seseorang, sudah kebiasaanku untuk tidak mempercayakan hal-hal tersebut ke mereka.
Serius nih, siapa yang mau khawatir kepada gadis semacam itu? Ada suatu batasan terhadap tindakan yang absurd.
Aku memikirkan kembali kata-kata yang diucapkannya di kafe, dimana angin bertiup ke arah kami. Apakah ada yang bisa menjawab pertanyaannya?
[note: Vol 10 chapter 9.]
Memikirkan hal tersebut, mulutku berhenti berbicara, dan kesunyian melanda kami. Menyadari hal tersebut, aku kemudian menambahkan sesuatu untuk mencairkan suasananya.
“Sebenarnya, daripada mengatakan kalau aku khawatir tentang Isshiki, lebih tepat jika mengatakan kalau aku khawatir tentang masa depanku. Semuanya terasa tidak nyaman ketika aku berpikir tentang diriku yang terus dibebani pekerjaan.”
“Yang barusan kau katakan itulah yang lebih mengkhawatirkanku daripada masa depanmu...”
Yukinoshita menyentuh keningnya ketika mengatakan itu.
“Well, bukankah jawaban seperti itu memang jawaban yang Hikki-banget.”
Yuigahama tersenyum kecil ketika mengatakannya, sebuah ekspresi yang tidak menyenangkan terlihat di wajahnya.
Sebenarnya, Yukinoshita dan diriku tidaklah sebaik itu ke Isshiki.
Karena kau mempercayakan seseorang, kau akan mempercayakan itu kepada mereka. Menggunakan ini sebagai dasarnya, mungkin orang yang benar-benar bersikap baik ke Isshiki itu hanyalah Yuigahama.
Asalkan Isshiki bisa melakukannya dengan baik, kami tidak perlu mengkhawatirkannya ataupun memberikan bantuan kami kepadanya.
Poin ini saja sudah lebih dari cukup untuk membedakan kami berdua dengan Yuigahama.
Kalau dipikir-pikir, bagaimana dengan Yukinoshita...Dia ternyata sangat lemah terhadap junior yang manja seperti Isshiki...Semakin dipikir-pikir, aku tidak bisa menahan untuk tidak mengatakan ini. Aku lalu mengatakan ini kepadanya.
“Kalau kau membicarakan tentang memanjakannya, maka kamu sendiri sudah bisa dikatakan memanjakannya juga.”
“Aku? Kupikir aku memperlakukannya dengan sangat adil.”
Yukinoshita memiringkan kepalanya dan melihat kami dengan tatapan kosong. Yuigahama yang melihat dari samping tampaknya menebak-nebak apa maksudku tadi, menyilangkan lengannya dan mulai menggerutu.
“Uunn...Itulah mengapa orang-orang melihatmu sebagai orang yang baik. Lagipula, Yukinon memang suka untuk membantu orang-orang.”
Seperti yang kauduga dari Gahama, ini memang menggambarkan dirinya. Dia memahami itu seperti biasanya.
“Itu benar. Yuigahama sendiri bahkan sering dimanjakannya juga.”
“EH? Ti-tidak segitunya lah! Aku belum pernah memberinya masalah, mungkin sich! Tidak pernah sama sekali!”
Yuigahama terlihat menghentakkan kakinya dan berdiri, tampaknya dia siap berdebat tentang yang barusan kukatakan, ekspresinya mengindikasikan penolakan yang sangat kuat. Meski begitu, situasi ini dipotong oleh senyum dari Yukinoshita.
“Ara, apa kau sendiri tidak pernah berkaca ke dirimu?”
“Aku ini bukannya punya sikap mawas diri yang rendah...”
Melihat senyuman yang manis itu, wajah Yuigahama terlihat memerah dan bicaranya terlihat mulai gugup, lalu dia duduk seperti menolak hal itu. Lalu, dia membetulkan posisi duduknya, bahkan kedua tangannya sedang memegangi lututnya.
Mawas diri. Adalah hal yang sangat penting.
Meski begitu, bagaimana Yukinoshita merespon Yuigahama dan Isshiki sedikit berbeda.
Kalau Yuigahama, bisa dikatakan kalau Yukinoshita sedang memohon pengampunan dari sikap manja Yuigahama, atau bisa juga dikatakan harus memanjakannya tanpa syarat. Sedangkan ke Isshiki, aku beranggapan kalau dia sejak awal memang berinisiatif untuk membantunya. Ada sebuah jarak yang terlihat diantara keduanya, atau bisa dikatakan juga kalau dia sadar kalau posisinya adalah seorang Senpai dan menggunakan itu sebagai pedoman kepada Isshiki.
Kalau kau menganalogikan kedekatan antara Yukinoshita dan Yuigahama itu mirip dengan anak kucing dan anak anjing, maka kedekatakan antara Yukinoshita dan Isshiki itu seperti Ibu Kucing dengan anaknya. Tidak, daripada menyebut Isshiki seperti anak kucing bagi Yukinoshita, aku merasa kalau Isshiki yang sebenarnya adalah seekor rubah ganas dan liar.
...Meski begitu, kurasa Yukinoshita juga sering ditolongnya, jadi keduanya juga bisa dikatakan salah.
Sederhananya, gadis-gadis yang cantik dan memiliki hubungan yang baik merupakan hal yang bagus.
Tapi kalau kita balik logikanya, para gadis cantik yang saling bermusuhan satu sama lain sangat menakutkan...
Mereka seperti Miura atau Kawasaki, yang cukup kuat untuk menyeret orang-orang di sekitarnya untuk merasa ketakutan dan berkeringat dingin. Aku merasa kalau mereka bisa membuat orang-orang seperti di planet Chiburu. Sial, mereka pasti akan melakukannya.
Ngomong-ngomong, hubungan antara Klub Relawan dan Isshiki bisa dikatakan cukup dekat.
Ketika aku memikirkan itu, Yuigahama tampaknya memahami sesuatu dan menganggukkan kepalanya.
“Well, tapi mungkin memang pada dasarnya Iroha-chan suka diperhatikan. Sisi dirinya yang seperti itu memang terlihat sangat manis...”
Dia tiduran di atas meja sambil menggumamkan itu.
Well, Yuigahama memang bisa diandalkan ketika ada pekerjaan, dan aku tidak menyebutnya punya kebiasaan untuk mengandalkan orang lain.
Coba lihat dia, dia itu mirip Isshiki, tapi berada di kutub yang berbeda.
Mungkin, dia sebenarnya cemburu kepada Isshiki.
Meski begitu, satu jenis Isshiki saja sudah lebih dari cukup.
Kalau orang sejenis Isshiki ada dua orang, maka akan menimbulkan masalah yang besar. Jika Yuigahama akan menjadi seperti Isshiki, kurasa itu agak...Sebenarnya fiturnya yang sekarang bisa dikatakan sudah cukup bagus, eh mungkin ada bagusnya juga jika dia mirip Isshiki...Umm...Aku merasa kalau pikiranku barusan akan berakhir menjadi sebuah omong kosong yang panjang jika kulanjutkan. Dan begitulah, aku lalu pura-pura batuk dan menelan semua kata-kata yang ingin kukatakan selanjutnya.
Mendengar batukku yang pura-pura itu, Yuigahama yang tetap berbaring di meja mulai membalikkan wajahnya.
Rambutnya terlihat berkibar-kibar. Kedua matanya seperti mengintip dari celah rambut di wajahnya. Dia membuka sedikit mulutnya, bibirnya seperti sedang bergetar, pemandangan yang cukup mempesona.
Lalu dia melihat ke arahku, tatapannya bertemu denganku dan kata-kata yang hendak kukatakan tiba-tiba hilang.
“Erm, menyebut Isshiki manis kurasa agak...Bukannya aku mau mengatakan kalau dia sendiri tidak cukup manis sih...”
[note: Tampaknya Hachiman menyadari kalau Yui juga terlihat manis seperti Isshiki.]
Seperti kataku, aku terlihat sangat malu sehingga aku mulai menggaruk-garuk kepalaku, dan kupindahkan tatapanku ke arah buku yang hendak kubaca.
Yang barusan kukatakan sebenarnya dua hal yang berbeda, dan artinya tidak jelas. Kalau aku tahu ini akan terjadi, aku harusnya menutup rapat mulutku sejak tadi...
Setidaknya, itulah yang kupikirkan. Aku mendengar tawa yang sinis. Melihat sumbernya, aku melihat Yuigahama duduk dan tersenyum kepadaku.
“...Umm, jadi begitu ya.”
Untung responnya seperti itu, sehingga aku bisa menenangkan diriku sedikit. Juga, aku melanjutkan obrolannya dengan nada yang normal.
“Juga, disini ada beberapa Onee-san yang mau membantunya dengan urusan ini dan itu, jadi dia terlihat sangat senang dengan itu. Belakangan ini, bahkan dia datang lebih dulu kesini daripada aku.”
Setelah itu, Yukinoshita menaruh tangannya di depan mulutnya dan terlihat tersinggung.
“Aku tidak yakin apakah dia senang soal itu...Meski, aku harap dia memberitahu kami lebih dulu kalau dia akan datang kesini. Persediaan teh merahku belakangan ini cepat habis dan aku harus mempersiapkan snack pendamping minum teh juga. Lebih jauh dari itu, waktu yang ada untuk membaca buku dengan damai dan tenang sudah jauh berkurang juga.”
Dia mengembuskan napasnya sambil mengatakan “haaa”. Meskipun dia jelas-jelas sedang mengeluh, ujung dari bibirnya terlihat menipis, kupikir dia sedang senang.
Ini lebih mirip seperti seorang nenek sedang mengomeli kucing cucunya...”Sudah dibelikan kasur tidur, tapi malah tidur di kotak karton, dasar!”, ya semacam itulah.
Ketika Yukinoshita dan Isshiki berduaan di ruangan ini, aku bisa membayangkan apa yang terjadi dengan adegan itu.
Pura-pura tidak peduli tentang Isshiki, tapi masih membuatkannya teh, lalu menolongnya dalam masalah ini dan itu. Jadi ketika Isshhiki menggerutu dan mengatakan kalau dirinya ingin juga dirayakan, dari dasar hatinya, dia sudah merasa nyaman berada di dekat Yukinoshita. Whoa, ini ternyata berkembang dengan sangat cepat. Iroyuki, kurasa itu bisa terjadi.
Yuigahama melihatnya dengan tatapan kosong, melihat Yukinoshita mengatakan beberapa hal tentang Isshiki.
Lalu, dia mengatakan beberapa kata.
“Mungkin aku harusnya datang kesini lebih awal juga...”
Dari caranya berbicara, aku merasakan sebuah kecemburuan. Mendengar hal itu, Yukinoshita menaikkan alisnya dan melihat ke arahnya.
“...Ini kurang lebih adalah sebuah kegiatan klub yang normal. Datang kesini lebih awal bukankah kegiatan yang normal, benar tidak?”
“Ah, umm, aku sebenarnya niatnya begitu, tapi tiba-tiba terlibat obrolan dengan Yumiko dan akhirnya telat kesini.”
Yuigahama tertawa ketika mengatakannya, sambil memainkan sanggul rambutnya. Meski begitu, Yukinoshita tidak menemukan sesuatu yang lucu dari kata-katanya tadi.
“...Begitu ya.”
Dengan jawaban singkat itu, tatapannya kembali ke arah buku yang di tangannya.
Kalau dilihat-lihat, dia tampaknya agak tersinggung. Well, apa yang dia katakan bisa diterjemahkan kalau dia memprioritaskan Miura daripada dirinya. Dia pasti cemburu. Suasana klub hari ini memang terlihat damai seperti biasanya.
Well, meski aku bisa melihat itu (kalau dia cemburu), bisa jadi Yuigahama tidak menyadari itu. Yuigahama lalu memperbaiki postur duduknya secara perlahan.
“Tapi, jika kau memang mau, aku bisa datang lebih dulu. Kita bertiga bersantai disini, aku sepertinya cukup menyukai itu...Tidak, maksudku, aku sangat menyukai itu.”
Karena dia terlihat lebih dekat saat ini, kata-katanya tampaknya dengan mudah mencapai Yukinoshita. Dengan embusan napas kecilnya, Yukinoshita melihat ekspresi Yuigahama. Well, sebenarnya tidak ada yang bisa kau dapatkan dari melihat ekspresinya.
Ekspresi mereka berdua tidak terlihat berbeda.
Ekspresi mereka, seperti agak malu-malu, dan tatapan mereka terlihat merendah dengan pipi yang memerah, mereka terlihat sama persis.
“...Teh merah, aku akan membuatnya dulu di poci.”
“Ah, benarkah? Kalau begitu, biarkan kubantu mengambil beberapa snacknya!”
Sambil mengatakan itu, Yuigahama mulai mencari-cari sesuatu di tasnya.
Umm, well, snack-snack tersebut sebenarnya hanya kau sendiri yang akan memakannya...Yang kamu cintai itu sebenarnya adalah snack...Aku tampaknya tidak bisa menahan diriku untuk mengatakan hal-hal tersebut.
Untuk menggantikan hal tersebut, aku mengembuskan napasku diantara senyum yang kubuat.
“Hikigaya-kun.”
“Ah ah, maaf sudah merepotkanmu.”
Mendengar namaku dipanggil, dengan gelas teh di tangannya, aku menjulurkan tanganku untuk menerimanya.
Uap yang panas terlihat di gelas tersebut, juga bau dari teh merah, ditambah bau-bau manis dari kue.
“Ini, Hikki.”
“Oh oh, terima kasih.”
Sebuah piring kue ditaruh di depanku. Aku mengambil satu dan memakannya. Setelah itu, aku meminum teh merah yang hangat itu, terakhir, ditutup dengan embusan napas panjang dariku.
Kami semua memang berbeda. Ketika napas kami saling bersahutan, kami melihat satu sama lain.
Meski begitu.
Di momen seperti inilah, tamu tersebut datang.
Seperti yang kami duga, ada sebuah beberapa ketukan beruntun di pintu. Setelah mendengarkan balasan Yukinoshita “Silakan masuk”, tamu tersebut membuka pintunya.
“Maaf membuat kalian semua menunggu!”
Sambil mengatakan itu, Isshiki Iroha akhirnya tiba di ruangan klub.
x x x
Ketika Yukinoshita mempersiapkan teh untuknya, Isshiki memberikan kami beberapa kertas yang baru saja dicetak.
“Ada beberapa hal yang sudah kami putuskan. Aku sendiri yang akan menjelaskan ini kepada kalian.”
“Oke. Tolong jelaskan.”
Yukinoshita menjawabnya sambil menuangkan teh ke gelas kertas. Lalu, dia menambahkan dua takaran gula. Setelah itu, Isshiki mengucapkan terimakasih dan mengambil teh itu darinya.
...Oh, kepedulian Yukinoshita memang luar biasa, tapi Isshiki juga luar biasa karena terlatih untuk menerima standar itu darinya.
“Ngomong-ngomong, soal jadwal dan tempatnya...”
Tanpa mempedulikan rasa keterkejutanku, Isshiki memulai penjelasannya. Di saat yang bersamaan, aku mulai membaca kertas-kertas yang dia bagikan itu.
Seketika, kedua mataku berhenti tepat di tanggal eventnya.
“Ini tidak diadakan tepat di hari Valentine?”
Dia ingin memberikan coklat ke Hayama Hayato, itulah tujuannya. Jadi, aku berpikir kalau dia pasti akan memutuskan kalau akan menggelar eventnya di hari tersebut.
Tapi berbeda dengan ekspektasiku, dia menggelarnya beberapa hari sebelumnya. Tampaknya, Yukinoshita menyadari ekspresiku dan dia melihat ke arahku.
“Karena akan ada ujian masuk SMA Sobu pada hari Valentine, jadi tidak ada satupun guru yang mau menjadi penanggungjawab acara event tersebut?”
“Ah, benar sekali. Juga, di hari itu, sekolah meliburkan siswanya.”
Isshiki mengangguk sambil membalasnya, Yuigahama lalu mengatakan “oh” setelah mendapatkan penjelasan itu.
“Well, itu memang alasan yang masuk akal. Juga ada orang yang punya rencana di hari itu, jadi dengan mempertimbangkan jadwal peserta eventnya, maka akan lebih baik jika diadakan sebelum hari-H.”
“Begitu ya.”
Alasan yang sangat sempurna.
Kalau ada ujian masuk SMA Sobu di hari Valentine, maka aku pasti akan berdoa untuk kesuksesan Komachi sepanjang hari. Tidak hanya itu, aku akan melakukan ritual, mencari jimat keberuntungan, dan bahkan aku rela jika Tuhan memberiku ujian. Sebenarnya tidak begitu, aku tidak akan mau melakukan yang seperti tadi.
Karena seluruh kepalaku sudah diisi oleh Komachi, aku bahkan merasa kalau event itu sendiri tidaklah penting.
Kalau ujiannya jatuh pada hari Valentine, itu berarti kalau Komachi tidak akan menyiapkan coklat untukku...Maksudku, jika aku melihatnya mempersiapkan coklat cinta semalaman sebelum ujiannya, aku akan marah dan memukulnya. Setelah memukulnya, aku akan dengan lembut memeluknya...
Ah ah, Coklat Komachi, disingkat Komachoco, semakin jauh dan jauh dari diriku...
Setelah menyimpulkan itu, Isshiki kemudian melanjutkan penjelasannya.
“Yukinoshita-senpai, bisakah kau datang ke acara jam 5 sore? Senpai dan Yui-senpai bisa datang agak telat.”
“Aku tidak keberatan.”
“Kami akan datang bersama Yukinon. Benar tidak, Hikki?”
Yuigahama mengatakan itu dari tempat yang agak jauh.
“Ah, aku sebenarnya tidak begitu peduli soal itu.”
Karena aku tidak bisa mendapatkan coklat Komachi, maka tidak ada yang penting lagi di dunia ini...Dengan begitu, suasana hatiku menjadi debu dan menghilang. Persis seperti di ARMS dimana nucleusnya dihancurkan hingga berkeping-keping.
Well, bagiku, Komachi seperti nucleus-ku, mau bagaimana lagi.
Sambil bersandar di kursi, aku seperti terbakar menjadi putih, dan merasakan tatapan dingin dari Isshiki, yang duduk berseberangan denganku.
“Kau tampaknya sudah tidak antusias soal itu dan itu membuatku sangat penasaran.”
Setelah Isshiki mengatakannya, Yuigahama tertawa dengan keras dan mengatakan “tidak ada apa-apa”.
“Well, ketika kau melihat Hikki dengan ekspresi seperti itu, maka sebenarnya alasannya sudah jelas. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Memang, aku sendiri sudah bisa menebak apa alasannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, jadi biarkan saja dia begitu.”
“Oh, begitu ya...?”
Melihat tatapan jijik Yukinoshita, Isshiki meresponnya dengan spontan.
Isshiki lalu melanjutkan penjelasannya.
“Mengenai bahan dan peralatannya, akan diatur oleh pengurus OSIS, jadi tidak ada masalah soal itu. Celemek dan hal-hal sejenis itu kurasa akan sangat mengganggu, jadi kuserahkan kepada para peserta untuk mempersiapkan itu sendiri.”
Sambil menopang dagu dengan tangannya, Yukinoshita yang sedari tadi mendengarkan itu tiba-tiba mengatakan sesuatu.
“Tampaknya itu sudah bagus. Bisakah kau menunjukkanku daftar peralatannya nanti? Aku ingin memastikan kalau tidak ada yang terlewatkan.”
“Pasti!”
Isshiki membalasnya dengan nada yang agak aneh, aku sendiri tidak yakin apakah dia paham maksud Yukinoshita atau tidak. Lalu dia mulai menulis sesuatu di kertasnya. Setelah selesai, dia memutar-mutar bolpen seperti memegang sebuah tongkat sihir, lalu dia menatap ke Yuigahama.
“Soal pemberitahuannya...Eh, bisakah kau bantu aku untuk memberitahu Miura-senpai dan Ebina-senpai? Aku sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menghubungi mereka.”
“Oke, aku paham.”
Yuigahama menjawabnya dengan santai, tapi aku sendiri merasa terkejut.
Oh, oh...Kupikir aku baru saja tahu bagaimana cara komunitas sosial dari para wanita bekerja, bisakah kalian para gadis tidak...
Mengobrol dengan gembira bersama gadis lain ketika bertemu, tapi tidak punya nomor kontak mereka, ini agak menakutkan...
Maksudku, bagian paling menakutkan tentang kebohongan para gadis adalah fakta kalau hubungan mereka sebenarnya tidak baik, dan bahkan mereka bukanlah teman satu sama lain, kau pastinya tidak akan bisa mengenali ini dari cara mereka berbicara...
...Tidak, sangat jelas sejak awal kalau Isshiki dan Miura tidak benar-benar memiliki hubungan yang baik, bahkan dengan sekali lihat. Bagi mereka, hubungan semacam itu mereka anggap normal. Seperti yang kau harapkan dari Ashi-san, aku sangat membenci kesombonganmu!
“Dan, dan juga...Si Kawa...kawa...Itu loh sesuatu-senpai yang menakutkan, bisakah kau memberitahunya?”
“Umm, aku juga akan memberitahu Saki.”
Yuigahama menjawabnya dengan santai, tapi aku juga terkejut.
Oh, oh...Ternyata, Isshiki juga tidak bisa mengingat namanya...Seperti yang kauharapkan dari Kawasesuatu-san. Meski begitu, tolong jangan menyebut itu di depannya, Irohasu! Jangan pukul wajahku! Jangan pula kau pukul tubuhku!
“Kalau begitu, masalah komunikasinya beres.” Isshiki mengataan itu sambil memeriksa kertas di tangannya sekali lagi. Tiba-tiba, dia mengatakan “Ah, benar sekali”, dan mulai menambahkan kata-katanya.
“Kalau kalian ingin mengundang seseorang, tolong beritahu kami sebelumnya. Kami harus mengatur sesuatu agar sesuai dengan jumlahnya!”
“Ah, jadi kami bisa mengundang orang lain juga?”
“Ya. Hmm, tapi tampaknya Tobe-senpai akan datang meskipun aku tidak mengundangnya.”
Entah mengapa, tampaknya Isshiki mengatakannya dengan sejumlah perasaan emosi yang penuh dengan kejengkelan. Kau ini, kau ini kejam sekali ke Tobe. Kau ini pasti bisa berteman baik denganku.
“Ah, mungkin kau mendengar itu dari Yumiko atau Hayato...”
Yuigahama lalu tertawa mengatakannya. Meski begitu, Tobe akan datang ke eventnya. Well, jika Tobe akan datang ke event para gadis, Hayama pasti solidaritas dengannya, dan membuatnya datang juga ke eventnya. Dia adalah orang yang peduli, dia mungkin akan mau ikutan ketika mendengar eventnya dari orang lain. Tobe, dia adalah pria yang baik meskipun dia mengganggu...
[note: Ebina ikut event, membuat coklat Valentine, mustahil Tobe melewatkan peluang itu.]
Tobe, Hayama, pria, wanita,...Bisakah aku mengundang orang lain juga?
Ketika aku mengatakannya, menggabungkan semua kata-kata tersebut, sebuah image terbentuk di kepalaku.
Sederhananya.
Ini yang ingin kukatakan.
...Bisakah kuundang Totsuka?
“Baiklah, serahkan padaku!”
Seketika aku menjawabnya, tiba-tiba aku berteriak dengan keras. Mendengar itu, bahu Isshiki terlihat terkejut, lalu melihat ke arahku.
“Kenapa tiba-tiba...”
Ketika Isshiki mengatakannya, Yuigahama tertawa seperti mengatakan “tidak ada apa-apa”.
“Well, kalau Hikki terlihat dengan ekspresi seperti itu, alasannya sangat jelas, jadi tidak perlu mengkhawatirkannya.”
“Memang benar, aku saja bisa menebak alasannya apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan biarkan dia seperti itu.”
“Oh, begitu ya...?”
Melihat ekspresi jijik Yukinoshita, Isshiki membalasnya dengan spontan.
Ah, untung saja kalian mengerti dengan cepat. Maksudku, Komachi dan Totsuka adalah anugerah bagi diriku...
“Yukinoshita-senpai, bisakah aku mendiskusikan menunya denganmu? Aku merasa kalau kita harus mempersiapkan beberapa menu pilihan, kalau tidak begitu, kita tidak bisa melakukan pemesanan bahannya jauh hari sebelumnya~”
Isshiki sepertinya tidak mempedulikanku, seperti katanya, dia mulai mengambil sebuah buku menu dari tasnya dan menaruhnya di meja. Yukinoshita menganggukkan kepalanya, mengambil buku tersebut membacanya halaman demi halaman di buku itu.
“Ada banyak yang bisa dipilih, mana yang mungkin terbaik...Chocolate Gateau atau Sachertorte, atau mungkin Chocolate Truffle...Kue coklat juga bisa dijadikan pilihan. Semuanya sama, kita hanya boleh memilih menu coklat. Pesertanya juga ada yang pemula, jadi kita harus mempertimbangkan kesulitan cara membuatnya juga...”
Sambil mengatakan itu, Yukinoshita membalikkan halaman daftar menu tersebut. Memang, meski ini cuma sekedar makanan berbahan dasar coklat, jenis makanannya masih terlalu banyak.
Kalau soal ini, aku sendiri tidak begitu yakin tentang detailnya, jadi aku tidak bisa berkomentar banyak. Tidak yakinnya seperti apa? Aku adalah orang yang pura-pura tahu apa Sachertorte dengan menyebutnya Sacherotote.
Meski begitu, akan selalu ada orang-orang yang akan tetap berbicara meskipun tidak tahu apapun soal itu. Yuigahama adalah tipe orang yang seperti itu.
Saat ini, Yuigahama menaikkan tangannya di udara, seperti menunggu namanya untuk dipanggil.
“Ah! Sesuatu seperti Chocolate Fondue! Tampaknya menyenangkan seperti chocopa!”
“Cho, copa...? Eh, apa itu?”
Mungkin pertamakalinya bagi Yukinoshita mendengar hal itu, dia lalu memiringkan kepalanya dengan penuh tanda tanya. Well, menurut deduksiku tentang apa yang dikatakan Yuigahama, chocopa mungkin singkatan dari chocholate party atau pesta membuat chocolate fondue. Aku tampaknya mulai mencapai level dua dalam Bahasa Gahama.
[note: Hachiman sadar kalau itu singkatan dari cara Yui mengatakan hal absurb di vol 7.5 yaitu In-Col yang merupakan singkatan.]
Yukinoshita masih bingung, tapi Isshiki menganggukkan kepalanya dengan “Ohh”, tampaknya memahami sesuatu.
“Well, kurasa semua orang bisa bersenang-senang bersama-sama~. Event semacam ini memungkinkan untuk itu terjadi.”
Memungkinkan...Tapi, itu. Takopa atau hotpotpa atau currypa, orang-orang yang bisa membuat hal semacam itu menjadi sebuah pesta, orang-orang pesta, dimana setiap harinya berpesta, ayo kita pergi ke pesta jus, yeah!
“Tapi, event ini diadakan di ruangan memasak, jadi...”
Meskipun agak sulit mengatakannya, dia menaruh jarinya di depan mulutnya. Yuigahama melihat hal tersebut dan memiringkan kepalanya.
Lalu, Yukinoshita yang melihat mereka berdua menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu, kupikir lebih baik jika kita mengajari untuk membuat beberapa makanan yang umum...Sesuatu yang terlihat cantik dan juga mudah...”
Yukinoshita yang sejak tadi membolak-balik halaman menu tersebut tiba-tiba berhenti di suatu halaman. Tampaknya itu adalah halaman iklan, dan ada beberapa produk sedang diiklankan disana.
“Mereka menjual bahan-bahan yang komplit disini...Dan sudah dibungkus sesuai takaran yang diperlukan per bahannya, tampaknya ini akan sangat memudahkan.”
“Ah, kalau begitu, kurasa aku bisa membuat sesuatu nantinya.”
Seketika Yuigahama mengatakan itu, aku terdiam. Tidak, kamu, apa sih yang kamu katakan tadi...
“.....”
“Jangan diam saja!”
Sikapku yang diam dan tangisan Yuigahama yang saling bersahutan. Setelah suaranya mereda, suara yang super lembut terdengar. Yukinoshita menepuk pundak Yuigahama dengan lembut.
“Yuigahama-san, kupikir akan lebih baik jika kamu fokus dengan keterampilan membungkus makanan, bukankah begitu?”
“Jangan khawatirkan aku!”
Lalu, suara datang dari Yuigahama yang terlihat menangis ‘uwaa’. Tidak, bungkus itu sangat penting, tahu tidak? Misalnya, menggunakan pita biru sebagai dekorasi di sekitar dadamu akan menjadikanmu subjek pembicaraan, menjaminmu populer!
[note: Ini berdasarkan manga DanMachi, dimana heroine-nya loli berdada besar dengan pita biru di sekitar dadanya.]
Ketika memikirkan itu, Isshiki mendesah kesal.
“Haa, tapi rasanya tidak akan berubah, tidak peduli seperti apa bungkusnya. Kalau kau lihat itu dari kejauhan, kau tidak akan bisa membedakannya...Ngomong-ngomong, karena ini cuma event memasak, jadi membungkus atau semacamnya tidak akan dibutuhkan.”
“Well, harga bahan-bahan pembungkusnya juga mahal sih.”
“Ya. Karena kita perlu menghemat dana karena biaya yang ditarik ke peserta tidak banyak, maka lebih ekonomis, lebih baik.”
“...Eh, kita juga mengenakan biaya ke pesertanya?”
Nada dari suaraku seperti membawa kumpulan emosi di dalamnya. Lalu, aku mencondongkan wajahku ke arahnya. Melihat ekspresiku, Isshiki mengatakan ‘uwa’ dan menjauhi wajahku.
“Senpai, wajahmu barusan sangat menakutkan...Itu hanya beberapa ratus Yen. Ngomong-ngomong, bagi para senpai disini, gratis bagi kalian, karena kalian sudah membantu banyak.”
“Itu bagus sekali...”
“Ya, kalau ada iuran yang dibayar pesertanya, maka dananya bisa membuat kita melakukan sesuatu yang lebih...Pertama-tama, bisakah kau memberitahukanku soal dananya? Menggunakan ini sebagai patokan, mungkin kita bisa menulis beberapa daftar bahan yang bisa dijadikan referensi dan perkiraan dananya.”
“Oke, tolong ya.”
Lalu, dia mengambil beberapa kertas di sebuah dokumen. Tampaknya itu laporan keuangan event ini. Setelah melihat itu, Yukinoshita mulai menulis beberapa kandidat menu yang bisa dibuat.
Meski begitu, detail request yang diberikan memiliki beberapa persyaratan yang sulit.
Kami berada dalam posisi yang sulit untuk memenuhinya, mau bagaimana lagi.
Sesuatu yang cocok untuk coklat buatan sendiri, juga untuk diberikan ke orang lain. Sesuatu yang bisa menggambarkan sebuah perasaan romantis tanpa membuat pemberinya merasa malu. Sesuatu yang sekali dipelajari, bisa dibuat ulang sendiri dengan mudah dan juga sesuatu yang membuat seorang anak kecil tertarik untuk membuatnya.
Lalu, ada sebuah kriteria yang jauh lebih sulit untuk dipenuhi, kriteria yang Yukinoshita gumamkan sejak tadi.
“Sesuatu yang bahkan Yuigahama-san bisa buat...Sesuatu yang bahkan Yuigahama-san bisa buat...”
“Kau berlebihan, Yukinon!”
Yuigahama, yang dari tadi bersandar di kursi, mulai mendekati Yukinoshita. Lalu, tanpa mempedulikan Yuigahama yang sekarang sedang memeluknya, dia terus membalikkan halaman buku menu tersebut.
Tidak lama kemudian, dia tampaknya menemukan ide harus membuat apa, lalu membuat catatan tentang bahan dan juga takarannya. Sementara itu, Yuigahama yang memeluknya sejak tadi, mengintip apa yang sedang ditulisnya.
Lalu, Yuigahama tertawa dengan gembira.
Yukinoshita, yang melihat Yuigahama tertawa, tampak terlihat kurang senang.
“...Ada apa?”
“Ah, tidak ada apa-apa...Hanya saja, ini serasa nostalgia saja.”
Yuigahama tampak mengibas-ngibaskan tangannya untuk mencairkan suasananya, dia mengatakan kata-kata tersebut dengan nada yang mellow. Matanya seperti berkaca-kaca ketika melihat ke arah Yukinoshita.
Apa yang dia katakan tentang nostalgia tersebut, aku sebenarnya tahu. Mungkin, Yukinoshita sendiri juga tahu.
“...Tampaknya begitu.”
Yukinoshita menjawabnya dengan singkat. Meski begitu, dia seperti melihat ke arah pupil Yuigahama setelah mengatakan itu.
Setelah itu, Yuigahama tertawa kecil dan menggeser kursinya lagi hingga tepat disamping Yukinoshita. Pada akhirnya, keduanya duduk bersebelahan, berseberangan denganku.
“...Benar kan?”
Lalu, seperti mengkonfirmasi sesuatu, dia mengatakan itu dengan suara yang lembut. Dia lalu melihat ke arahku dari kejauhan; aku tidak bisa melakukan apalagi selain tersenyum merespon ekspresinya.
“Kurasa begitu.”
Aku membalasnya dengan singkat, dan memalingkan pandanganku.
Belum genap satu tahun, meski begitu, mengapa aku merasa kalau itu sudah terjadi lama sekali, sehingga merasa kalau itu adalah sebuah nostalgia. Di ruangan itu dimana menjadi awal dari semuanya, setelah itu semuanya serasa mulai bergerak.
“Iroha-chan, terima kasih.”
“Eh, ah, ya, erm tidak...Ke-kembali?”
Mendengar Yuigahama berterimakasih kepadanya, Isshiki tampaknya kebingungan, dia terlihat memiringkan kepalanya ke salah satu sisi. Apakah karena sikapnya yang kebingungan itu terlihat lucu sehingga Yuigahama terlihat tersenyum? Setelah itu, dia menghentikan senyumnya, Isshiki terlihat mendesah kesal.
“Meskipun tahun ini sudah dekat, aku senang kalau ada event yang menyenangkan ketika mendekati akhir tahun.”
“Bukankah ini baru awal tahun?”
“Sebenarnya, yang dia maksudkan adalah tahun ajaran sekolah.”
“Sebenarnya, yang dia maksudkan adalah tahun ajaran sekolah.”
Yukinoshita dan diriku menjawabnya bersamaan, dan itu membuat pipi Yuigahama mengembang karena kesal.
Bahkan Iroha saja terpana melihat itu dan menggumam “Uwa, kalian berdua benar-benar kompak”.
Menganggap percakapan ini merupakan sinyal kalau pembicaraan telah berakhir, dia lalu mengembuskan napas panjangnya, dan mengatakan “Mari kita sudahi kegiatan kita hari ini,” dan berdiri.
“Terima kasih tehnya. Lalu, maaf sudah merepotkan.”
“A, umm. Terima kasih bantuan-bantuannya, terutama nanti di hari pelaksanaannya.”
“Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Aku akan lakukan yang terbaik untuk menyukseskannya.”
Mendengar salam perpisahan dari Yuigahama dan Yukinoshita, Isshiki membungkuk dan meninggalkan ruangan.
Seperti itu, dan kami bertiga yang tersisa di ruangan ini. Perasaan nostalgia yang menghinggapi diri kami seperti bertambah nyata saja.
Meski begitu, perasaan nostalgia yang kami rasakan ini, mungkin karena banyak sekali perubahan yang terjadi semenjak kejadian itu. Mungkin karena di suatu tempat, di suatu waktu, kita pernah kehilangan identitas kita. Mungkin, itu karena kita semua tahu kalau kita tidak mungkin bisa kembali ke masa itu.
Oleh karena itu, ini terasa nostalgia.
Jika memang terlihat berubah, maka, tentunya, akan ada suatu hari dimana semua ini akan berakhir.
Yuigahama, yang sedang tersenyum, dan begitu juga Yukinoshita yang sedang menatapnya. Keduanya sedang terlibat sebuah percakapan basa-basi.
Meskipun itu hanyalah apa yang terlihat di permukaan saja, entah mengapa, aku merasa puas.
x x x
Mandi di tengah musim dingin memang selalu memakan waktu lebih lama daripada biasanya.
Aku secara tidak sadar terbenam dalam suasana mandi ini, dan mengembuskan napasku yang dalam. Apakah karena perasaan suram yang kurasakan ketika bersepeda pulang ke rumah?
Aku lalu merangkak keluar dari kamar mandi seperti hendak pingsan karena lama sekali membenamkan diriku di bak mandi. Aku secepatnya berjalan ke kotatsu agar tidak terkena flu dan tiduran disana.
Satu hal yang tidak terpikirkan olehku ketika tiduran adalah aku merasa kalau kakiku ini terasa ringan sekali.
Karena itulah, aku menggelindingkan badanku, dan akhinya merasa kalau kakiku menendang sebuah benda berbulu.
Dan begitulah, kucing tercinta kami, Kamakura muncul dari balik kotatsu. Dia menatapku dengan ekspresi jijik dan mulai membetulkan posisi bulu-bulunya.
Tidak lama kemudian, telinganya seperti mendeteksi sesuatu, lalu dia memalingkan wajahnya ke arah pintu.
Setelah itu, pintu terbuka.
“Aku pulaaaang~”
“Oh, selamat datang.”
Komachi menaruh tasnya dan membuka mantelnya, lalu Kamakura mendekatinya sambil menggosok-gosok tubuhnya di kakinya, mengindikasikan kalau dia ingin dipeluk.
“Ah, aku tidak bisa. Bulumu akan menempel di seragamku.”
Komachi meminggirkan Kamakura secara perlahan dan aku menggantikan dirinya untuk memeluk Kamakura. Dengar ya, aku disini yang akan menanganimu! Jadi jangan ganggu Komachi yang sudah kelelahan.
Lalu, seperti merasakan maksudku, Kamakura mulai menendang-nendang lenganku. Serius, kucing ini benar-benar tidak peduli dengan kondisi orang lain.
Maksudku, Kamakura-san, apa kau benci dipeluk olehku, kenapa kamu hendak mendorong wajahku menjauh dengan cakarmu...
Aku melihat ke Komachi ketika Kamakura terus menjauhkan wajahku dengan cakarnya. Komachi terlihat sedang menyeimbangkan dirinya dengan satu kaki, mencoba untuk melepaskan kaos kakinya.
Meskipun pemanasnya dinyalakan, kakinya tetap akan kedinginan. Para gadis harusnya tidak membiarkan tubuh mereka kedinginan. Melihatnya dengan tatapan seperti seorang ibu, dia tampaknya sadar kalau aku melihat terus ke arahnya.
“Ah, Komachi, mandi sana, airnya sudah siap.”
“Begitu ya. Ah, tapi, aku baru saja menguras, mengisi ulang, dan memanaskannya lagi, jadi airnya masih sedang dalam proses dipanaskan.”
“Umm, ya karena itu, cepatlah mandi.”
“Tidak, oleh karena itu, kataku tadi...airnya sedang dipanaskan saat ini.”
“Umm, ya karena itu...”
Komachi terus mengulang kata-kata itu.
...Tunggu? Apaan? Kutatap dirinya untuk meminta penjelasan, dan Komachi mengibas-ngibaskan tangannya.
“Tidak, tidak, tidak, aku jelas tidak mau masuk ke bak mandi yang airnya baru saja Oni-chan pakai. Coba pikir, ada bekas-bekas cairan tubuh Oni-chan disana. Enggak mau lah.”
“Jangan menganggapku seperti sebuah tulang babi.”
Apakah Wakame-chan akan mengatakan hal yang sama ke Katsuo-kun suatu hari nanti...Kupikir air di bak mandi yang habis dipakai keluarga Isono akan terasa luar biasa.
Maksudku, kenapa gadis ini harus mengganti air panas yang barusan kupakai. Bukankah perlakuannya itu keterlaluan? Maksudku, aku selalu menikmati cairan tubuh Komachi setiap dia selesai mandi...Tentunya sangat normal jika kau menganggapnya menjijikkan, umm.
Meski begitu, kalau dibandingkan ketika semasa kecil dia dipanggil Komachi-chan yang pintar dan manis, Komachi-chan yang sekarang terlihat berbeda, mungkin karena dia sudah beranjak dewasa...
Air mataku mulai mengalir ketika memikirkan kalau adikku ini sudah tumbuh berkembang. Di ujung dari mata Komachi terlihat ada sesuatu yang bersinar juga. Mustahil, tapi apa Komachi juga merasakan itu? Ketika memikirkannya, aku mendengar suara menguap darinya.
“Kalau begitu, Komachi pergi mandi dulu.”
“Ah ah, pelan-pelan saja dan jangan tertidur di bak mandi.”
“Oke~”
Jawabannya tadi tampak menunjukkan kalau dirinya sedang kelelahan.
Well, beberapa hari lagi adalah ujian masuk SMA Sobu.
Hal-halyag bisa kulakukan untuknya adalah tidak mandi lebih dulu sebelum Komachi, juga berdoa untuk kesuksesannya. Tidak lupa, aku juga bisa membantunya untuk menghangatkan selimut dan sepatunya. Uh-oh, aku pasti akan dibencinya lagi. Kalau yang kulakukan ini ada di jaman Sengoku, aku pasti akan punya karir yang sukses.
Tampaknya ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hari Valentine.
Mungkin akan lebih baik jika aku tidak memberitahu Komachi tentang event itu. Aku tidak perlu memberikannya masalah ataupun membuat dia menyesalinya nanti. Lagipula, dia sudah berkomitmen penuh untuk menyiapkan dirinya di ujian masuk. Ketika ujian sudah selesai, aku akan memberinya hadiah yang luar biasa.
Oleh karena itu, aku akan memberikan yang terbaik agar tidak memberi Komachi masalah. Aku tidak mau mengganggunya ataupun membuatnya khawatir!
Komachi sedang memberikan yang terbaik, jadi aku tidak akan mengganggunya.
Menggunakan kekuatan dan kemauan dari dirimu sendiri adalah salah satu bagian dari menjadi dewasa. Belajar merangkak sendiri, berjalan sendiri, lalu paham kapan waktunya untuk berjalan bersama dengan orang lain.
Secara perlahan, dia akan semakin jauh dari kakak laki-lakinya, Komachi akhirnya akan menjadi dewasa sepenuhnya. Perasaan kesepian ini, sangat sepi...Seperti yang kupikirkan, semakin aku merasa kesepian, dan aku mulai dihinggapi berbacai macam perasaan yang kompleks.
Karena aku sangat kesepian, aku tiba-tiba membenamkan kepalaku di bulu kamakura, yang sedang duduk di tanganku.
Aha...Kapan aku bisa mendapatkan coklat dari Komachi...Aku benar-benar ingin mendapatkan coklat dari Komachi seumur hidupku.
Apakah itu hanyalah coklat pertemanan ataukah coklat-homo, itu bukanlah sebuah masalah lagi. Yang kuinginkan adalah Komachoco.
...Tolong buatkan aku Komachoco?
Bahkan, beberapa hari setelah menyetujui usulan acara Isshiki, suasana di klub terasa seperti mengkhawatirkan soal itu juga.
Sepulang sekolah, datang ke klub, membaca buku, meminum teh merah dan memakan beberapa snack, lalu tidak lama kemudian menatap ke arah pintu klub. Beberapa hari ini seperti itu terus. Tidak terkecuali untuk hari ini.
Perasaan tidak nyaman ini seperti apa yang kau rasakan ketika melihat seseorang melakukan kegiatan untuk pertamakalinya. Sampai saat ini, banyak sekali pekerjaan yang diberikan kepadaku. Aku merasa penasaran terhadap Isshiki apakah dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Memang. Ini pasti begitu. Aku pasti begini karena aku juga punya sifat kebapakan yang mengkhawatirkan putrinya.
Kalau bukan seperti itu, aku akan mulai mempertanyakan diriku apakah aku ini sebenarnya penggila kerja dan mulai menganggap diriku ini sudah kehilangan jati diriku.
Karena ketika kapanpun kami menerima sebuah request, aku akan selalu melibatkan diriku ke pekerjaan itu. Tapi kali ini memang berbeda.
Kalau harus kukatakan, ini semacam menerima sebuah pekerjaan dengan penjelasan yang abu-abu, tapi ketika kau tahu dengan jelas kapan deadline pekerjaan itu harus selesai, membuatku merasa seperti mati saja.
Dan terlebih lagi, orang yang dipercayakan untuk mengemban tugas itu adalah Isshiki Iroha, dan itu membuatku merasa cemas.
[Apa yang akan kulakukan saat ini!?]
Aku selalu merasakan hal-hal semacam itu, seperti yang dialami oleh protagonis serial gadis penyihir. Hal-hal semacam itu yang membuat diriku ketika membuang tarikan napas ini menjadi berat. Lalu, aku juga bisa mendengar suara napas yang berat dari orang yang duduk di seberangku.
Ketika kulihat, Yukinoshita menegakkan kepalanya yang sedari tadi membaca buku, dan melihat ke arah pintu klub.
Tampaknya, dia merasakan hal yang sama denganku. Ah, jangan bilang kalau dia telah jatuh cinta dengan Isshiki? Iroyuki, kurasa ini bisa cocok sekali!
Ketika memikirkannya, tiba-tiba terdengar suara tawa datang dari Yuigahama.
“Daritadi, kalian berdua menatap ke arah pintu terus.”
Dia mengatakan itu dengan senyum kecil di wajahnya.
“Kalau itu soal Iroha-chan, kurasa kalian berdua tidak perlu mengkhawatirkannya.”
“Aku tidak khawatir soal Isshiki”
“Tidak ada seorangpun disini yang membicarakan Isshiki-san.”
Kami berdua membalasnya di waktu yang bersamaan.
Tiba-tiba, Yukinoshita memalingkan wajahnya.
Sebenarnya, aku ini takut, Yukinoshita pastinya juga begitu, terlihat malu-malu kalau Yuigahama bisa membaca itu. Kalau kita berdua ini khawatir terhadap Isshiki, dan hal seperti itu, tidak ada jalan lain selain mengatakan kata-kata seperti tadi untuk membalasnya.
Dan setelah itu, seperti bisa membaca kata-kata kami, Yuigahama memasang senyum yang jahil.
“Benarkah?”
“Benar.”
Yukinoshita, yang sedari tadi sedang diperhatikan oleh Yuigahama, tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Pipi dan telinganya terlihat memerah, terlihat jelas meskipun ditutupi oleh rambutnya. Yuigahama terlihat bahagia ketika melihat hal tersebut.
Kalau dia puas dengan ini, maka ini bagus sekali. Tapi masalahnya, dia sekarang menatap ke arahku, dan dengan ‘Hmm”, dia memiringkan kepalanya, menunjukkan ekspresi yang kompleks di wajahnya.
“Hmm?...Tapi, Hikki tampaknya sangat baik ke Iroha-chan.”
“Memang betul. Dia terlalu memanjakannya. Bahkan aku sendiri berpikir kalau itu sudah diluar kebiasaannya.”
Setelah mendengarkan Yuigahama, Yukinoshita menatapku dengan tajam. Hei, tunggu dulu, jangan mengalihkan targetmu kepadaku secara tiba-tiba?
“Sebenarnya, tidak seperti itu...”
Mendengarkan jawabanku, Yuigahama dan Yukinoshita terlihat bertambah curiga kepadaku. Tidak, kenapa kalian berdua tidak mengatakan sesuatu...
Serius ini, ini tidak seperti yang kalian bayangkan! Aku tidak tahu mengapa sekarang aku terlihat seperti orang yang sedang mencari-cari alasan, aku lalu pura-pura membersihkan tenggorokanku dan mulai menjelaskan ini lebih jauh lagi.
“Yang kita bicarakan ini Isshiki, aku hanya khawatir kalau akan mengacaukannya dan melemparkan pekerjaannya kepadaku, itu saja. Akan sangat mengganggu jika situasi yang sudah tidak tertolong seperti itu datang kepadaku. Oleh karena itu, kupikir akan sangat efektif jika aku sudah membantunya sejak awal.”
Seperti kataku tadi, aku rasa kata-kataku tadi sudah menyentuh permasalahannya. Tidak, karena kata-kata tersebut dikatakan dalam situasi seperti itu, itu pasti terdengar sebagai sebuah fakta.
Ini adalah kebiasaan burukku.
Tidak bisa mempercayakan semuanya ke seseorang, sudah kebiasaanku untuk tidak mempercayakan hal-hal tersebut ke mereka.
Serius nih, siapa yang mau khawatir kepada gadis semacam itu? Ada suatu batasan terhadap tindakan yang absurd.
Aku memikirkan kembali kata-kata yang diucapkannya di kafe, dimana angin bertiup ke arah kami. Apakah ada yang bisa menjawab pertanyaannya?
[note: Vol 10 chapter 9.]
Memikirkan hal tersebut, mulutku berhenti berbicara, dan kesunyian melanda kami. Menyadari hal tersebut, aku kemudian menambahkan sesuatu untuk mencairkan suasananya.
“Sebenarnya, daripada mengatakan kalau aku khawatir tentang Isshiki, lebih tepat jika mengatakan kalau aku khawatir tentang masa depanku. Semuanya terasa tidak nyaman ketika aku berpikir tentang diriku yang terus dibebani pekerjaan.”
“Yang barusan kau katakan itulah yang lebih mengkhawatirkanku daripada masa depanmu...”
Yukinoshita menyentuh keningnya ketika mengatakan itu.
“Well, bukankah jawaban seperti itu memang jawaban yang Hikki-banget.”
Yuigahama tersenyum kecil ketika mengatakannya, sebuah ekspresi yang tidak menyenangkan terlihat di wajahnya.
Sebenarnya, Yukinoshita dan diriku tidaklah sebaik itu ke Isshiki.
Karena kau mempercayakan seseorang, kau akan mempercayakan itu kepada mereka. Menggunakan ini sebagai dasarnya, mungkin orang yang benar-benar bersikap baik ke Isshiki itu hanyalah Yuigahama.
Asalkan Isshiki bisa melakukannya dengan baik, kami tidak perlu mengkhawatirkannya ataupun memberikan bantuan kami kepadanya.
Poin ini saja sudah lebih dari cukup untuk membedakan kami berdua dengan Yuigahama.
Kalau dipikir-pikir, bagaimana dengan Yukinoshita...Dia ternyata sangat lemah terhadap junior yang manja seperti Isshiki...Semakin dipikir-pikir, aku tidak bisa menahan untuk tidak mengatakan ini. Aku lalu mengatakan ini kepadanya.
“Kalau kau membicarakan tentang memanjakannya, maka kamu sendiri sudah bisa dikatakan memanjakannya juga.”
“Aku? Kupikir aku memperlakukannya dengan sangat adil.”
Yukinoshita memiringkan kepalanya dan melihat kami dengan tatapan kosong. Yuigahama yang melihat dari samping tampaknya menebak-nebak apa maksudku tadi, menyilangkan lengannya dan mulai menggerutu.
“Uunn...Itulah mengapa orang-orang melihatmu sebagai orang yang baik. Lagipula, Yukinon memang suka untuk membantu orang-orang.”
Seperti yang kauduga dari Gahama, ini memang menggambarkan dirinya. Dia memahami itu seperti biasanya.
“Itu benar. Yuigahama sendiri bahkan sering dimanjakannya juga.”
“EH? Ti-tidak segitunya lah! Aku belum pernah memberinya masalah, mungkin sich! Tidak pernah sama sekali!”
Yuigahama terlihat menghentakkan kakinya dan berdiri, tampaknya dia siap berdebat tentang yang barusan kukatakan, ekspresinya mengindikasikan penolakan yang sangat kuat. Meski begitu, situasi ini dipotong oleh senyum dari Yukinoshita.
“Ara, apa kau sendiri tidak pernah berkaca ke dirimu?”
“Aku ini bukannya punya sikap mawas diri yang rendah...”
Melihat senyuman yang manis itu, wajah Yuigahama terlihat memerah dan bicaranya terlihat mulai gugup, lalu dia duduk seperti menolak hal itu. Lalu, dia membetulkan posisi duduknya, bahkan kedua tangannya sedang memegangi lututnya.
Mawas diri. Adalah hal yang sangat penting.
Meski begitu, bagaimana Yukinoshita merespon Yuigahama dan Isshiki sedikit berbeda.
Kalau Yuigahama, bisa dikatakan kalau Yukinoshita sedang memohon pengampunan dari sikap manja Yuigahama, atau bisa juga dikatakan harus memanjakannya tanpa syarat. Sedangkan ke Isshiki, aku beranggapan kalau dia sejak awal memang berinisiatif untuk membantunya. Ada sebuah jarak yang terlihat diantara keduanya, atau bisa dikatakan juga kalau dia sadar kalau posisinya adalah seorang Senpai dan menggunakan itu sebagai pedoman kepada Isshiki.
Kalau kau menganalogikan kedekatan antara Yukinoshita dan Yuigahama itu mirip dengan anak kucing dan anak anjing, maka kedekatakan antara Yukinoshita dan Isshiki itu seperti Ibu Kucing dengan anaknya. Tidak, daripada menyebut Isshiki seperti anak kucing bagi Yukinoshita, aku merasa kalau Isshiki yang sebenarnya adalah seekor rubah ganas dan liar.
...Meski begitu, kurasa Yukinoshita juga sering ditolongnya, jadi keduanya juga bisa dikatakan salah.
Sederhananya, gadis-gadis yang cantik dan memiliki hubungan yang baik merupakan hal yang bagus.
Tapi kalau kita balik logikanya, para gadis cantik yang saling bermusuhan satu sama lain sangat menakutkan...
Mereka seperti Miura atau Kawasaki, yang cukup kuat untuk menyeret orang-orang di sekitarnya untuk merasa ketakutan dan berkeringat dingin. Aku merasa kalau mereka bisa membuat orang-orang seperti di planet Chiburu. Sial, mereka pasti akan melakukannya.
Ngomong-ngomong, hubungan antara Klub Relawan dan Isshiki bisa dikatakan cukup dekat.
Ketika aku memikirkan itu, Yuigahama tampaknya memahami sesuatu dan menganggukkan kepalanya.
“Well, tapi mungkin memang pada dasarnya Iroha-chan suka diperhatikan. Sisi dirinya yang seperti itu memang terlihat sangat manis...”
Dia tiduran di atas meja sambil menggumamkan itu.
Well, Yuigahama memang bisa diandalkan ketika ada pekerjaan, dan aku tidak menyebutnya punya kebiasaan untuk mengandalkan orang lain.
Coba lihat dia, dia itu mirip Isshiki, tapi berada di kutub yang berbeda.
Mungkin, dia sebenarnya cemburu kepada Isshiki.
Meski begitu, satu jenis Isshiki saja sudah lebih dari cukup.
Kalau orang sejenis Isshiki ada dua orang, maka akan menimbulkan masalah yang besar. Jika Yuigahama akan menjadi seperti Isshiki, kurasa itu agak...Sebenarnya fiturnya yang sekarang bisa dikatakan sudah cukup bagus, eh mungkin ada bagusnya juga jika dia mirip Isshiki...Umm...Aku merasa kalau pikiranku barusan akan berakhir menjadi sebuah omong kosong yang panjang jika kulanjutkan. Dan begitulah, aku lalu pura-pura batuk dan menelan semua kata-kata yang ingin kukatakan selanjutnya.
Mendengar batukku yang pura-pura itu, Yuigahama yang tetap berbaring di meja mulai membalikkan wajahnya.
Rambutnya terlihat berkibar-kibar. Kedua matanya seperti mengintip dari celah rambut di wajahnya. Dia membuka sedikit mulutnya, bibirnya seperti sedang bergetar, pemandangan yang cukup mempesona.
Lalu dia melihat ke arahku, tatapannya bertemu denganku dan kata-kata yang hendak kukatakan tiba-tiba hilang.
“Erm, menyebut Isshiki manis kurasa agak...Bukannya aku mau mengatakan kalau dia sendiri tidak cukup manis sih...”
[note: Tampaknya Hachiman menyadari kalau Yui juga terlihat manis seperti Isshiki.]
Seperti kataku, aku terlihat sangat malu sehingga aku mulai menggaruk-garuk kepalaku, dan kupindahkan tatapanku ke arah buku yang hendak kubaca.
Yang barusan kukatakan sebenarnya dua hal yang berbeda, dan artinya tidak jelas. Kalau aku tahu ini akan terjadi, aku harusnya menutup rapat mulutku sejak tadi...
Setidaknya, itulah yang kupikirkan. Aku mendengar tawa yang sinis. Melihat sumbernya, aku melihat Yuigahama duduk dan tersenyum kepadaku.
“...Umm, jadi begitu ya.”
Untung responnya seperti itu, sehingga aku bisa menenangkan diriku sedikit. Juga, aku melanjutkan obrolannya dengan nada yang normal.
“Juga, disini ada beberapa Onee-san yang mau membantunya dengan urusan ini dan itu, jadi dia terlihat sangat senang dengan itu. Belakangan ini, bahkan dia datang lebih dulu kesini daripada aku.”
Setelah itu, Yukinoshita menaruh tangannya di depan mulutnya dan terlihat tersinggung.
“Aku tidak yakin apakah dia senang soal itu...Meski, aku harap dia memberitahu kami lebih dulu kalau dia akan datang kesini. Persediaan teh merahku belakangan ini cepat habis dan aku harus mempersiapkan snack pendamping minum teh juga. Lebih jauh dari itu, waktu yang ada untuk membaca buku dengan damai dan tenang sudah jauh berkurang juga.”
Dia mengembuskan napasnya sambil mengatakan “haaa”. Meskipun dia jelas-jelas sedang mengeluh, ujung dari bibirnya terlihat menipis, kupikir dia sedang senang.
Ini lebih mirip seperti seorang nenek sedang mengomeli kucing cucunya...”Sudah dibelikan kasur tidur, tapi malah tidur di kotak karton, dasar!”, ya semacam itulah.
Ketika Yukinoshita dan Isshiki berduaan di ruangan ini, aku bisa membayangkan apa yang terjadi dengan adegan itu.
Pura-pura tidak peduli tentang Isshiki, tapi masih membuatkannya teh, lalu menolongnya dalam masalah ini dan itu. Jadi ketika Isshhiki menggerutu dan mengatakan kalau dirinya ingin juga dirayakan, dari dasar hatinya, dia sudah merasa nyaman berada di dekat Yukinoshita. Whoa, ini ternyata berkembang dengan sangat cepat. Iroyuki, kurasa itu bisa terjadi.
Yuigahama melihatnya dengan tatapan kosong, melihat Yukinoshita mengatakan beberapa hal tentang Isshiki.
Lalu, dia mengatakan beberapa kata.
“Mungkin aku harusnya datang kesini lebih awal juga...”
Dari caranya berbicara, aku merasakan sebuah kecemburuan. Mendengar hal itu, Yukinoshita menaikkan alisnya dan melihat ke arahnya.
“...Ini kurang lebih adalah sebuah kegiatan klub yang normal. Datang kesini lebih awal bukankah kegiatan yang normal, benar tidak?”
“Ah, umm, aku sebenarnya niatnya begitu, tapi tiba-tiba terlibat obrolan dengan Yumiko dan akhirnya telat kesini.”
Yuigahama tertawa ketika mengatakannya, sambil memainkan sanggul rambutnya. Meski begitu, Yukinoshita tidak menemukan sesuatu yang lucu dari kata-katanya tadi.
“...Begitu ya.”
Dengan jawaban singkat itu, tatapannya kembali ke arah buku yang di tangannya.
Kalau dilihat-lihat, dia tampaknya agak tersinggung. Well, apa yang dia katakan bisa diterjemahkan kalau dia memprioritaskan Miura daripada dirinya. Dia pasti cemburu. Suasana klub hari ini memang terlihat damai seperti biasanya.
Well, meski aku bisa melihat itu (kalau dia cemburu), bisa jadi Yuigahama tidak menyadari itu. Yuigahama lalu memperbaiki postur duduknya secara perlahan.
“Tapi, jika kau memang mau, aku bisa datang lebih dulu. Kita bertiga bersantai disini, aku sepertinya cukup menyukai itu...Tidak, maksudku, aku sangat menyukai itu.”
Karena dia terlihat lebih dekat saat ini, kata-katanya tampaknya dengan mudah mencapai Yukinoshita. Dengan embusan napas kecilnya, Yukinoshita melihat ekspresi Yuigahama. Well, sebenarnya tidak ada yang bisa kau dapatkan dari melihat ekspresinya.
Ekspresi mereka berdua tidak terlihat berbeda.
Ekspresi mereka, seperti agak malu-malu, dan tatapan mereka terlihat merendah dengan pipi yang memerah, mereka terlihat sama persis.
“...Teh merah, aku akan membuatnya dulu di poci.”
“Ah, benarkah? Kalau begitu, biarkan kubantu mengambil beberapa snacknya!”
Sambil mengatakan itu, Yuigahama mulai mencari-cari sesuatu di tasnya.
Umm, well, snack-snack tersebut sebenarnya hanya kau sendiri yang akan memakannya...Yang kamu cintai itu sebenarnya adalah snack...Aku tampaknya tidak bisa menahan diriku untuk mengatakan hal-hal tersebut.
Untuk menggantikan hal tersebut, aku mengembuskan napasku diantara senyum yang kubuat.
“Hikigaya-kun.”
“Ah ah, maaf sudah merepotkanmu.”
Mendengar namaku dipanggil, dengan gelas teh di tangannya, aku menjulurkan tanganku untuk menerimanya.
Uap yang panas terlihat di gelas tersebut, juga bau dari teh merah, ditambah bau-bau manis dari kue.
“Ini, Hikki.”
“Oh oh, terima kasih.”
Sebuah piring kue ditaruh di depanku. Aku mengambil satu dan memakannya. Setelah itu, aku meminum teh merah yang hangat itu, terakhir, ditutup dengan embusan napas panjang dariku.
Kami semua memang berbeda. Ketika napas kami saling bersahutan, kami melihat satu sama lain.
Meski begitu.
Di momen seperti inilah, tamu tersebut datang.
Seperti yang kami duga, ada sebuah beberapa ketukan beruntun di pintu. Setelah mendengarkan balasan Yukinoshita “Silakan masuk”, tamu tersebut membuka pintunya.
“Maaf membuat kalian semua menunggu!”
Sambil mengatakan itu, Isshiki Iroha akhirnya tiba di ruangan klub.
x x x
Ketika Yukinoshita mempersiapkan teh untuknya, Isshiki memberikan kami beberapa kertas yang baru saja dicetak.
“Ada beberapa hal yang sudah kami putuskan. Aku sendiri yang akan menjelaskan ini kepada kalian.”
“Oke. Tolong jelaskan.”
Yukinoshita menjawabnya sambil menuangkan teh ke gelas kertas. Lalu, dia menambahkan dua takaran gula. Setelah itu, Isshiki mengucapkan terimakasih dan mengambil teh itu darinya.
...Oh, kepedulian Yukinoshita memang luar biasa, tapi Isshiki juga luar biasa karena terlatih untuk menerima standar itu darinya.
“Ngomong-ngomong, soal jadwal dan tempatnya...”
Tanpa mempedulikan rasa keterkejutanku, Isshiki memulai penjelasannya. Di saat yang bersamaan, aku mulai membaca kertas-kertas yang dia bagikan itu.
Seketika, kedua mataku berhenti tepat di tanggal eventnya.
“Ini tidak diadakan tepat di hari Valentine?”
Dia ingin memberikan coklat ke Hayama Hayato, itulah tujuannya. Jadi, aku berpikir kalau dia pasti akan memutuskan kalau akan menggelar eventnya di hari tersebut.
Tapi berbeda dengan ekspektasiku, dia menggelarnya beberapa hari sebelumnya. Tampaknya, Yukinoshita menyadari ekspresiku dan dia melihat ke arahku.
“Karena akan ada ujian masuk SMA Sobu pada hari Valentine, jadi tidak ada satupun guru yang mau menjadi penanggungjawab acara event tersebut?”
“Ah, benar sekali. Juga, di hari itu, sekolah meliburkan siswanya.”
Isshiki mengangguk sambil membalasnya, Yuigahama lalu mengatakan “oh” setelah mendapatkan penjelasan itu.
“Well, itu memang alasan yang masuk akal. Juga ada orang yang punya rencana di hari itu, jadi dengan mempertimbangkan jadwal peserta eventnya, maka akan lebih baik jika diadakan sebelum hari-H.”
“Begitu ya.”
Alasan yang sangat sempurna.
Kalau ada ujian masuk SMA Sobu di hari Valentine, maka aku pasti akan berdoa untuk kesuksesan Komachi sepanjang hari. Tidak hanya itu, aku akan melakukan ritual, mencari jimat keberuntungan, dan bahkan aku rela jika Tuhan memberiku ujian. Sebenarnya tidak begitu, aku tidak akan mau melakukan yang seperti tadi.
Karena seluruh kepalaku sudah diisi oleh Komachi, aku bahkan merasa kalau event itu sendiri tidaklah penting.
Kalau ujiannya jatuh pada hari Valentine, itu berarti kalau Komachi tidak akan menyiapkan coklat untukku...Maksudku, jika aku melihatnya mempersiapkan coklat cinta semalaman sebelum ujiannya, aku akan marah dan memukulnya. Setelah memukulnya, aku akan dengan lembut memeluknya...
Ah ah, Coklat Komachi, disingkat Komachoco, semakin jauh dan jauh dari diriku...
Setelah menyimpulkan itu, Isshiki kemudian melanjutkan penjelasannya.
“Yukinoshita-senpai, bisakah kau datang ke acara jam 5 sore? Senpai dan Yui-senpai bisa datang agak telat.”
“Aku tidak keberatan.”
“Kami akan datang bersama Yukinon. Benar tidak, Hikki?”
Yuigahama mengatakan itu dari tempat yang agak jauh.
“Ah, aku sebenarnya tidak begitu peduli soal itu.”
Karena aku tidak bisa mendapatkan coklat Komachi, maka tidak ada yang penting lagi di dunia ini...Dengan begitu, suasana hatiku menjadi debu dan menghilang. Persis seperti di ARMS dimana nucleusnya dihancurkan hingga berkeping-keping.
Well, bagiku, Komachi seperti nucleus-ku, mau bagaimana lagi.
Sambil bersandar di kursi, aku seperti terbakar menjadi putih, dan merasakan tatapan dingin dari Isshiki, yang duduk berseberangan denganku.
“Kau tampaknya sudah tidak antusias soal itu dan itu membuatku sangat penasaran.”
Setelah Isshiki mengatakannya, Yuigahama tertawa dengan keras dan mengatakan “tidak ada apa-apa”.
“Well, ketika kau melihat Hikki dengan ekspresi seperti itu, maka sebenarnya alasannya sudah jelas. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Memang, aku sendiri sudah bisa menebak apa alasannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, jadi biarkan saja dia begitu.”
“Oh, begitu ya...?”
Melihat tatapan jijik Yukinoshita, Isshiki meresponnya dengan spontan.
Isshiki lalu melanjutkan penjelasannya.
“Mengenai bahan dan peralatannya, akan diatur oleh pengurus OSIS, jadi tidak ada masalah soal itu. Celemek dan hal-hal sejenis itu kurasa akan sangat mengganggu, jadi kuserahkan kepada para peserta untuk mempersiapkan itu sendiri.”
Sambil menopang dagu dengan tangannya, Yukinoshita yang sedari tadi mendengarkan itu tiba-tiba mengatakan sesuatu.
“Tampaknya itu sudah bagus. Bisakah kau menunjukkanku daftar peralatannya nanti? Aku ingin memastikan kalau tidak ada yang terlewatkan.”
“Pasti!”
Isshiki membalasnya dengan nada yang agak aneh, aku sendiri tidak yakin apakah dia paham maksud Yukinoshita atau tidak. Lalu dia mulai menulis sesuatu di kertasnya. Setelah selesai, dia memutar-mutar bolpen seperti memegang sebuah tongkat sihir, lalu dia menatap ke Yuigahama.
“Soal pemberitahuannya...Eh, bisakah kau bantu aku untuk memberitahu Miura-senpai dan Ebina-senpai? Aku sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menghubungi mereka.”
“Oke, aku paham.”
Yuigahama menjawabnya dengan santai, tapi aku sendiri merasa terkejut.
Oh, oh...Kupikir aku baru saja tahu bagaimana cara komunitas sosial dari para wanita bekerja, bisakah kalian para gadis tidak...
Mengobrol dengan gembira bersama gadis lain ketika bertemu, tapi tidak punya nomor kontak mereka, ini agak menakutkan...
Maksudku, bagian paling menakutkan tentang kebohongan para gadis adalah fakta kalau hubungan mereka sebenarnya tidak baik, dan bahkan mereka bukanlah teman satu sama lain, kau pastinya tidak akan bisa mengenali ini dari cara mereka berbicara...
...Tidak, sangat jelas sejak awal kalau Isshiki dan Miura tidak benar-benar memiliki hubungan yang baik, bahkan dengan sekali lihat. Bagi mereka, hubungan semacam itu mereka anggap normal. Seperti yang kau harapkan dari Ashi-san, aku sangat membenci kesombonganmu!
“Dan, dan juga...Si Kawa...kawa...Itu loh sesuatu-senpai yang menakutkan, bisakah kau memberitahunya?”
“Umm, aku juga akan memberitahu Saki.”
Yuigahama menjawabnya dengan santai, tapi aku juga terkejut.
Oh, oh...Ternyata, Isshiki juga tidak bisa mengingat namanya...Seperti yang kauharapkan dari Kawasesuatu-san. Meski begitu, tolong jangan menyebut itu di depannya, Irohasu! Jangan pukul wajahku! Jangan pula kau pukul tubuhku!
“Kalau begitu, masalah komunikasinya beres.” Isshiki mengataan itu sambil memeriksa kertas di tangannya sekali lagi. Tiba-tiba, dia mengatakan “Ah, benar sekali”, dan mulai menambahkan kata-katanya.
“Kalau kalian ingin mengundang seseorang, tolong beritahu kami sebelumnya. Kami harus mengatur sesuatu agar sesuai dengan jumlahnya!”
“Ah, jadi kami bisa mengundang orang lain juga?”
“Ya. Hmm, tapi tampaknya Tobe-senpai akan datang meskipun aku tidak mengundangnya.”
Entah mengapa, tampaknya Isshiki mengatakannya dengan sejumlah perasaan emosi yang penuh dengan kejengkelan. Kau ini, kau ini kejam sekali ke Tobe. Kau ini pasti bisa berteman baik denganku.
“Ah, mungkin kau mendengar itu dari Yumiko atau Hayato...”
Yuigahama lalu tertawa mengatakannya. Meski begitu, Tobe akan datang ke eventnya. Well, jika Tobe akan datang ke event para gadis, Hayama pasti solidaritas dengannya, dan membuatnya datang juga ke eventnya. Dia adalah orang yang peduli, dia mungkin akan mau ikutan ketika mendengar eventnya dari orang lain. Tobe, dia adalah pria yang baik meskipun dia mengganggu...
[note: Ebina ikut event, membuat coklat Valentine, mustahil Tobe melewatkan peluang itu.]
Tobe, Hayama, pria, wanita,...Bisakah aku mengundang orang lain juga?
Ketika aku mengatakannya, menggabungkan semua kata-kata tersebut, sebuah image terbentuk di kepalaku.
Sederhananya.
Ini yang ingin kukatakan.
...Bisakah kuundang Totsuka?
“Baiklah, serahkan padaku!”
Seketika aku menjawabnya, tiba-tiba aku berteriak dengan keras. Mendengar itu, bahu Isshiki terlihat terkejut, lalu melihat ke arahku.
“Kenapa tiba-tiba...”
Ketika Isshiki mengatakannya, Yuigahama tertawa seperti mengatakan “tidak ada apa-apa”.
“Well, kalau Hikki terlihat dengan ekspresi seperti itu, alasannya sangat jelas, jadi tidak perlu mengkhawatirkannya.”
“Memang benar, aku saja bisa menebak alasannya apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan biarkan dia seperti itu.”
“Oh, begitu ya...?”
Melihat ekspresi jijik Yukinoshita, Isshiki membalasnya dengan spontan.
Ah, untung saja kalian mengerti dengan cepat. Maksudku, Komachi dan Totsuka adalah anugerah bagi diriku...
“Yukinoshita-senpai, bisakah aku mendiskusikan menunya denganmu? Aku merasa kalau kita harus mempersiapkan beberapa menu pilihan, kalau tidak begitu, kita tidak bisa melakukan pemesanan bahannya jauh hari sebelumnya~”
Isshiki sepertinya tidak mempedulikanku, seperti katanya, dia mulai mengambil sebuah buku menu dari tasnya dan menaruhnya di meja. Yukinoshita menganggukkan kepalanya, mengambil buku tersebut membacanya halaman demi halaman di buku itu.
“Ada banyak yang bisa dipilih, mana yang mungkin terbaik...Chocolate Gateau atau Sachertorte, atau mungkin Chocolate Truffle...Kue coklat juga bisa dijadikan pilihan. Semuanya sama, kita hanya boleh memilih menu coklat. Pesertanya juga ada yang pemula, jadi kita harus mempertimbangkan kesulitan cara membuatnya juga...”
Sambil mengatakan itu, Yukinoshita membalikkan halaman daftar menu tersebut. Memang, meski ini cuma sekedar makanan berbahan dasar coklat, jenis makanannya masih terlalu banyak.
Kalau soal ini, aku sendiri tidak begitu yakin tentang detailnya, jadi aku tidak bisa berkomentar banyak. Tidak yakinnya seperti apa? Aku adalah orang yang pura-pura tahu apa Sachertorte dengan menyebutnya Sacherotote.
Meski begitu, akan selalu ada orang-orang yang akan tetap berbicara meskipun tidak tahu apapun soal itu. Yuigahama adalah tipe orang yang seperti itu.
Saat ini, Yuigahama menaikkan tangannya di udara, seperti menunggu namanya untuk dipanggil.
“Ah! Sesuatu seperti Chocolate Fondue! Tampaknya menyenangkan seperti chocopa!”
“Cho, copa...? Eh, apa itu?”
Mungkin pertamakalinya bagi Yukinoshita mendengar hal itu, dia lalu memiringkan kepalanya dengan penuh tanda tanya. Well, menurut deduksiku tentang apa yang dikatakan Yuigahama, chocopa mungkin singkatan dari chocholate party atau pesta membuat chocolate fondue. Aku tampaknya mulai mencapai level dua dalam Bahasa Gahama.
[note: Hachiman sadar kalau itu singkatan dari cara Yui mengatakan hal absurb di vol 7.5 yaitu In-Col yang merupakan singkatan.]
Yukinoshita masih bingung, tapi Isshiki menganggukkan kepalanya dengan “Ohh”, tampaknya memahami sesuatu.
“Well, kurasa semua orang bisa bersenang-senang bersama-sama~. Event semacam ini memungkinkan untuk itu terjadi.”
Memungkinkan...Tapi, itu. Takopa atau hotpotpa atau currypa, orang-orang yang bisa membuat hal semacam itu menjadi sebuah pesta, orang-orang pesta, dimana setiap harinya berpesta, ayo kita pergi ke pesta jus, yeah!
“Tapi, event ini diadakan di ruangan memasak, jadi...”
Meskipun agak sulit mengatakannya, dia menaruh jarinya di depan mulutnya. Yuigahama melihat hal tersebut dan memiringkan kepalanya.
Lalu, Yukinoshita yang melihat mereka berdua menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu, kupikir lebih baik jika kita mengajari untuk membuat beberapa makanan yang umum...Sesuatu yang terlihat cantik dan juga mudah...”
Yukinoshita yang sejak tadi membolak-balik halaman menu tersebut tiba-tiba berhenti di suatu halaman. Tampaknya itu adalah halaman iklan, dan ada beberapa produk sedang diiklankan disana.
“Mereka menjual bahan-bahan yang komplit disini...Dan sudah dibungkus sesuai takaran yang diperlukan per bahannya, tampaknya ini akan sangat memudahkan.”
“Ah, kalau begitu, kurasa aku bisa membuat sesuatu nantinya.”
Seketika Yuigahama mengatakan itu, aku terdiam. Tidak, kamu, apa sih yang kamu katakan tadi...
“.....”
“Jangan diam saja!”
Sikapku yang diam dan tangisan Yuigahama yang saling bersahutan. Setelah suaranya mereda, suara yang super lembut terdengar. Yukinoshita menepuk pundak Yuigahama dengan lembut.
“Yuigahama-san, kupikir akan lebih baik jika kamu fokus dengan keterampilan membungkus makanan, bukankah begitu?”
“Jangan khawatirkan aku!”
Lalu, suara datang dari Yuigahama yang terlihat menangis ‘uwaa’. Tidak, bungkus itu sangat penting, tahu tidak? Misalnya, menggunakan pita biru sebagai dekorasi di sekitar dadamu akan menjadikanmu subjek pembicaraan, menjaminmu populer!
[note: Ini berdasarkan manga DanMachi, dimana heroine-nya loli berdada besar dengan pita biru di sekitar dadanya.]
Ketika memikirkan itu, Isshiki mendesah kesal.
“Haa, tapi rasanya tidak akan berubah, tidak peduli seperti apa bungkusnya. Kalau kau lihat itu dari kejauhan, kau tidak akan bisa membedakannya...Ngomong-ngomong, karena ini cuma event memasak, jadi membungkus atau semacamnya tidak akan dibutuhkan.”
“Well, harga bahan-bahan pembungkusnya juga mahal sih.”
“Ya. Karena kita perlu menghemat dana karena biaya yang ditarik ke peserta tidak banyak, maka lebih ekonomis, lebih baik.”
“...Eh, kita juga mengenakan biaya ke pesertanya?”
Nada dari suaraku seperti membawa kumpulan emosi di dalamnya. Lalu, aku mencondongkan wajahku ke arahnya. Melihat ekspresiku, Isshiki mengatakan ‘uwa’ dan menjauhi wajahku.
“Senpai, wajahmu barusan sangat menakutkan...Itu hanya beberapa ratus Yen. Ngomong-ngomong, bagi para senpai disini, gratis bagi kalian, karena kalian sudah membantu banyak.”
“Itu bagus sekali...”
“Ya, kalau ada iuran yang dibayar pesertanya, maka dananya bisa membuat kita melakukan sesuatu yang lebih...Pertama-tama, bisakah kau memberitahukanku soal dananya? Menggunakan ini sebagai patokan, mungkin kita bisa menulis beberapa daftar bahan yang bisa dijadikan referensi dan perkiraan dananya.”
“Oke, tolong ya.”
Lalu, dia mengambil beberapa kertas di sebuah dokumen. Tampaknya itu laporan keuangan event ini. Setelah melihat itu, Yukinoshita mulai menulis beberapa kandidat menu yang bisa dibuat.
Meski begitu, detail request yang diberikan memiliki beberapa persyaratan yang sulit.
Kami berada dalam posisi yang sulit untuk memenuhinya, mau bagaimana lagi.
Sesuatu yang cocok untuk coklat buatan sendiri, juga untuk diberikan ke orang lain. Sesuatu yang bisa menggambarkan sebuah perasaan romantis tanpa membuat pemberinya merasa malu. Sesuatu yang sekali dipelajari, bisa dibuat ulang sendiri dengan mudah dan juga sesuatu yang membuat seorang anak kecil tertarik untuk membuatnya.
Lalu, ada sebuah kriteria yang jauh lebih sulit untuk dipenuhi, kriteria yang Yukinoshita gumamkan sejak tadi.
“Sesuatu yang bahkan Yuigahama-san bisa buat...Sesuatu yang bahkan Yuigahama-san bisa buat...”
“Kau berlebihan, Yukinon!”
Yuigahama, yang dari tadi bersandar di kursi, mulai mendekati Yukinoshita. Lalu, tanpa mempedulikan Yuigahama yang sekarang sedang memeluknya, dia terus membalikkan halaman buku menu tersebut.
Tidak lama kemudian, dia tampaknya menemukan ide harus membuat apa, lalu membuat catatan tentang bahan dan juga takarannya. Sementara itu, Yuigahama yang memeluknya sejak tadi, mengintip apa yang sedang ditulisnya.
Lalu, Yuigahama tertawa dengan gembira.
Yukinoshita, yang melihat Yuigahama tertawa, tampak terlihat kurang senang.
“...Ada apa?”
“Ah, tidak ada apa-apa...Hanya saja, ini serasa nostalgia saja.”
Yuigahama tampak mengibas-ngibaskan tangannya untuk mencairkan suasananya, dia mengatakan kata-kata tersebut dengan nada yang mellow. Matanya seperti berkaca-kaca ketika melihat ke arah Yukinoshita.
Apa yang dia katakan tentang nostalgia tersebut, aku sebenarnya tahu. Mungkin, Yukinoshita sendiri juga tahu.
“...Tampaknya begitu.”
Yukinoshita menjawabnya dengan singkat. Meski begitu, dia seperti melihat ke arah pupil Yuigahama setelah mengatakan itu.
Setelah itu, Yuigahama tertawa kecil dan menggeser kursinya lagi hingga tepat disamping Yukinoshita. Pada akhirnya, keduanya duduk bersebelahan, berseberangan denganku.
“...Benar kan?”
Lalu, seperti mengkonfirmasi sesuatu, dia mengatakan itu dengan suara yang lembut. Dia lalu melihat ke arahku dari kejauhan; aku tidak bisa melakukan apalagi selain tersenyum merespon ekspresinya.
“Kurasa begitu.”
Aku membalasnya dengan singkat, dan memalingkan pandanganku.
Belum genap satu tahun, meski begitu, mengapa aku merasa kalau itu sudah terjadi lama sekali, sehingga merasa kalau itu adalah sebuah nostalgia. Di ruangan itu dimana menjadi awal dari semuanya, setelah itu semuanya serasa mulai bergerak.
“Iroha-chan, terima kasih.”
“Eh, ah, ya, erm tidak...Ke-kembali?”
Mendengar Yuigahama berterimakasih kepadanya, Isshiki tampaknya kebingungan, dia terlihat memiringkan kepalanya ke salah satu sisi. Apakah karena sikapnya yang kebingungan itu terlihat lucu sehingga Yuigahama terlihat tersenyum? Setelah itu, dia menghentikan senyumnya, Isshiki terlihat mendesah kesal.
“Meskipun tahun ini sudah dekat, aku senang kalau ada event yang menyenangkan ketika mendekati akhir tahun.”
“Bukankah ini baru awal tahun?”
“Sebenarnya, yang dia maksudkan adalah tahun ajaran sekolah.”
“Sebenarnya, yang dia maksudkan adalah tahun ajaran sekolah.”
Yukinoshita dan diriku menjawabnya bersamaan, dan itu membuat pipi Yuigahama mengembang karena kesal.
Bahkan Iroha saja terpana melihat itu dan menggumam “Uwa, kalian berdua benar-benar kompak”.
Menganggap percakapan ini merupakan sinyal kalau pembicaraan telah berakhir, dia lalu mengembuskan napas panjangnya, dan mengatakan “Mari kita sudahi kegiatan kita hari ini,” dan berdiri.
“Terima kasih tehnya. Lalu, maaf sudah merepotkan.”
“A, umm. Terima kasih bantuan-bantuannya, terutama nanti di hari pelaksanaannya.”
“Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Aku akan lakukan yang terbaik untuk menyukseskannya.”
Mendengar salam perpisahan dari Yuigahama dan Yukinoshita, Isshiki membungkuk dan meninggalkan ruangan.
Seperti itu, dan kami bertiga yang tersisa di ruangan ini. Perasaan nostalgia yang menghinggapi diri kami seperti bertambah nyata saja.
Meski begitu, perasaan nostalgia yang kami rasakan ini, mungkin karena banyak sekali perubahan yang terjadi semenjak kejadian itu. Mungkin karena di suatu tempat, di suatu waktu, kita pernah kehilangan identitas kita. Mungkin, itu karena kita semua tahu kalau kita tidak mungkin bisa kembali ke masa itu.
Oleh karena itu, ini terasa nostalgia.
Jika memang terlihat berubah, maka, tentunya, akan ada suatu hari dimana semua ini akan berakhir.
Yuigahama, yang sedang tersenyum, dan begitu juga Yukinoshita yang sedang menatapnya. Keduanya sedang terlibat sebuah percakapan basa-basi.
Meskipun itu hanyalah apa yang terlihat di permukaan saja, entah mengapa, aku merasa puas.
x x x
Mandi di tengah musim dingin memang selalu memakan waktu lebih lama daripada biasanya.
Aku secara tidak sadar terbenam dalam suasana mandi ini, dan mengembuskan napasku yang dalam. Apakah karena perasaan suram yang kurasakan ketika bersepeda pulang ke rumah?
Aku lalu merangkak keluar dari kamar mandi seperti hendak pingsan karena lama sekali membenamkan diriku di bak mandi. Aku secepatnya berjalan ke kotatsu agar tidak terkena flu dan tiduran disana.
Satu hal yang tidak terpikirkan olehku ketika tiduran adalah aku merasa kalau kakiku ini terasa ringan sekali.
Karena itulah, aku menggelindingkan badanku, dan akhinya merasa kalau kakiku menendang sebuah benda berbulu.
Dan begitulah, kucing tercinta kami, Kamakura muncul dari balik kotatsu. Dia menatapku dengan ekspresi jijik dan mulai membetulkan posisi bulu-bulunya.
Tidak lama kemudian, telinganya seperti mendeteksi sesuatu, lalu dia memalingkan wajahnya ke arah pintu.
Setelah itu, pintu terbuka.
“Aku pulaaaang~”
“Oh, selamat datang.”
Komachi menaruh tasnya dan membuka mantelnya, lalu Kamakura mendekatinya sambil menggosok-gosok tubuhnya di kakinya, mengindikasikan kalau dia ingin dipeluk.
“Ah, aku tidak bisa. Bulumu akan menempel di seragamku.”
Komachi meminggirkan Kamakura secara perlahan dan aku menggantikan dirinya untuk memeluk Kamakura. Dengar ya, aku disini yang akan menanganimu! Jadi jangan ganggu Komachi yang sudah kelelahan.
Lalu, seperti merasakan maksudku, Kamakura mulai menendang-nendang lenganku. Serius, kucing ini benar-benar tidak peduli dengan kondisi orang lain.
Maksudku, Kamakura-san, apa kau benci dipeluk olehku, kenapa kamu hendak mendorong wajahku menjauh dengan cakarmu...
Aku melihat ke Komachi ketika Kamakura terus menjauhkan wajahku dengan cakarnya. Komachi terlihat sedang menyeimbangkan dirinya dengan satu kaki, mencoba untuk melepaskan kaos kakinya.
Meskipun pemanasnya dinyalakan, kakinya tetap akan kedinginan. Para gadis harusnya tidak membiarkan tubuh mereka kedinginan. Melihatnya dengan tatapan seperti seorang ibu, dia tampaknya sadar kalau aku melihat terus ke arahnya.
“Ah, Komachi, mandi sana, airnya sudah siap.”
“Begitu ya. Ah, tapi, aku baru saja menguras, mengisi ulang, dan memanaskannya lagi, jadi airnya masih sedang dalam proses dipanaskan.”
“Umm, ya karena itu, cepatlah mandi.”
“Tidak, oleh karena itu, kataku tadi...airnya sedang dipanaskan saat ini.”
“Umm, ya karena itu...”
Komachi terus mengulang kata-kata itu.
...Tunggu? Apaan? Kutatap dirinya untuk meminta penjelasan, dan Komachi mengibas-ngibaskan tangannya.
“Tidak, tidak, tidak, aku jelas tidak mau masuk ke bak mandi yang airnya baru saja Oni-chan pakai. Coba pikir, ada bekas-bekas cairan tubuh Oni-chan disana. Enggak mau lah.”
“Jangan menganggapku seperti sebuah tulang babi.”
Apakah Wakame-chan akan mengatakan hal yang sama ke Katsuo-kun suatu hari nanti...Kupikir air di bak mandi yang habis dipakai keluarga Isono akan terasa luar biasa.
Maksudku, kenapa gadis ini harus mengganti air panas yang barusan kupakai. Bukankah perlakuannya itu keterlaluan? Maksudku, aku selalu menikmati cairan tubuh Komachi setiap dia selesai mandi...Tentunya sangat normal jika kau menganggapnya menjijikkan, umm.
Meski begitu, kalau dibandingkan ketika semasa kecil dia dipanggil Komachi-chan yang pintar dan manis, Komachi-chan yang sekarang terlihat berbeda, mungkin karena dia sudah beranjak dewasa...
Air mataku mulai mengalir ketika memikirkan kalau adikku ini sudah tumbuh berkembang. Di ujung dari mata Komachi terlihat ada sesuatu yang bersinar juga. Mustahil, tapi apa Komachi juga merasakan itu? Ketika memikirkannya, aku mendengar suara menguap darinya.
“Kalau begitu, Komachi pergi mandi dulu.”
“Ah ah, pelan-pelan saja dan jangan tertidur di bak mandi.”
“Oke~”
Jawabannya tadi tampak menunjukkan kalau dirinya sedang kelelahan.
Well, beberapa hari lagi adalah ujian masuk SMA Sobu.
Hal-halyag bisa kulakukan untuknya adalah tidak mandi lebih dulu sebelum Komachi, juga berdoa untuk kesuksesannya. Tidak lupa, aku juga bisa membantunya untuk menghangatkan selimut dan sepatunya. Uh-oh, aku pasti akan dibencinya lagi. Kalau yang kulakukan ini ada di jaman Sengoku, aku pasti akan punya karir yang sukses.
Tampaknya ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hari Valentine.
Mungkin akan lebih baik jika aku tidak memberitahu Komachi tentang event itu. Aku tidak perlu memberikannya masalah ataupun membuat dia menyesalinya nanti. Lagipula, dia sudah berkomitmen penuh untuk menyiapkan dirinya di ujian masuk. Ketika ujian sudah selesai, aku akan memberinya hadiah yang luar biasa.
Oleh karena itu, aku akan memberikan yang terbaik agar tidak memberi Komachi masalah. Aku tidak mau mengganggunya ataupun membuatnya khawatir!
Komachi sedang memberikan yang terbaik, jadi aku tidak akan mengganggunya.
Menggunakan kekuatan dan kemauan dari dirimu sendiri adalah salah satu bagian dari menjadi dewasa. Belajar merangkak sendiri, berjalan sendiri, lalu paham kapan waktunya untuk berjalan bersama dengan orang lain.
Secara perlahan, dia akan semakin jauh dari kakak laki-lakinya, Komachi akhirnya akan menjadi dewasa sepenuhnya. Perasaan kesepian ini, sangat sepi...Seperti yang kupikirkan, semakin aku merasa kesepian, dan aku mulai dihinggapi berbacai macam perasaan yang kompleks.
Karena aku sangat kesepian, aku tiba-tiba membenamkan kepalaku di bulu kamakura, yang sedang duduk di tanganku.
Aha...Kapan aku bisa mendapatkan coklat dari Komachi...Aku benar-benar ingin mendapatkan coklat dari Komachi seumur hidupku.
Apakah itu hanyalah coklat pertemanan ataukah coklat-homo, itu bukanlah sebuah masalah lagi. Yang kuinginkan adalah Komachoco.
...Tolong buatkan aku Komachoco?
Hachiman baru sadar kalau Yui mirip Iroha, dan Yui ternyata manis.
Kemana aja Gan!?
...
Hachiman tahu kalau sikap akrab Yukino dan Yui hanyalah permukaannya saja. Bawahnya, tidak ada yang tahu.
Ini mengacu di vol 3 chapter 3, dimana Yui membohongi Yukino yang selama ini Yui sendiri akui sebagai temannya, hanya karena Hachiman tahu Yui menyukainya, dan Hachiman tidak mau mengakui perasaan itu.
Sederhananya, Yui bergabung ke Klub Relawan karena ingin mendekati Hachiman.
Di vol 3 chapter 6, Yui menyangkal semua kata-kata Hachiman tentang perasaan Yui kepadanya karena insiden kecelakaan. Tapi, di vol 5 chapter 6, sebelum usaha menembak Hachiman digagalkan, Yui menceritakan tentang kebaikan hati Hachiman, suka menolong siapapun, bahkan jika kecelakaan tidak terjadi.
Sikap Yui di vol 5 chapter 6 tersebut, jelas-jelas memberitahu Hachiman kalau Yui menyukai Hachiman karena dia penolongnya. Tapi, Hachiman memutuskan untuk menggantung perasaan Yui.
Mengapa memilih untuk menggantung perasaan Yui? Kembali ke vol 3 chapter 1, Yui kemungkinan besar akan membohongi persahabatannya dengan Yukino lagi gara-gara Hachiman, dan Hachiman kembali merasa bersalah dengan itu, vol 3 chapter 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar