x x x
Tiga hari
pertama di bulan Januari telah terlewati, dan seluruh gagap gempita tahun baru
telah mereda. Kedua orangtuaku, yang sebelumnya punya waktu untuk istirahat,
kini pergi bekerja lagi dan menjadi sibuk seperti biasanya. Komachi juga
terlihat sedang belajar dengan serius untuk ujiannya. Karena itulah aku dan
Kamakura menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi suasana yang menenangkan ini
tidak serta merta membuat pikiranku tenang. Suasana yang tenang membuat orang
memikirkan hal terburuk yang ada di hati mereka. Ketika kau sedang sibuk, kau
tidak ada waktu untuk memikirkan berbagai hal. Ketika kau sedang tidak ada yang
bisa kau kerjakan, kau mulai memikirkan tentang masa depanmu dan depresi
menghampirimu.
Ah, aku
tidak ingin pergi sekolah ataupun kerja. Pikiran semacam itu pernah datang
kepadaku ketika liburan musim dingin. Pikiran itu seperti memberiku petunjuk:
waktu untuk santai-santai pada akhirnya akan berakhir. Faktanya, kita semua
tahu kalau ini tidak akan bertahan selamanya. Karena kau tahu kalau dirimu
tidak punya waktu yang lama, maka pikiranmu terbebani dengan ‘bagaimana caraku
untuk menghabiskan waktu tersebut’. Kira-kira apa yang terbayangkan di benak
para NEET yang menyadari kalau orangtua mereka sudah beranjak tua? Pikiran
semacam itulah yang terpikirkan olehku ketika berbaring di lantai dan
menggaruk-garuk perut kucingku ini. Tapi kekuatan yang sebenarnya adalah bisa
bertahan dari segala beban tersebut! Aku adalah seorang pengangguran tulen.
Kadangkala mereka mengatakan “Saatnya untuk menunjukkan kemampuanmu!”, tuan
penulis ranobe. Dengan kata lain, penulis ranobe = pengangguran. QED. Atau
Spiral, jika membuatmu merasa itu lebih pas.
Hari ini
aktivitas sekolah kembali seperti biasanya. Karena terbiasa bangun tidur siang
selama liburan, aku harus melakukan aktivitas pagi hari dengan terburu-buru.
Setelah mencuci muka, membasahi dan merapikan rambutku, aku melihat wajahku di
cermin dan merasa kalau udara dingin pagi ini sudah mengusir kantukku.
Baiklah, ayo
kita lakukan yang terbaik untuk hari ini!
x x x
Hari pertama
setelah liburan, suasana kelas terasa lebih ramai daripada biasanya.
Siswa-siswa yang terlihat antusias mulai menyapa satu sama lain dan mengucapkan
selamat tahun baru. Mungkin antusiasme mereka itu terjadi karena menggabungkan
antusiasme bertemu teman mereka lagi ditambah dengan suasana tahun baru.
Setelah jam
sekolah usai, suasana antusias tadi itu masih terasa. Banyak sekali siswa yang
memilih berada di kelas, mungkin mendiskusikan berbagai macam hal. Grup dari
Hayama dan Miura tampak menonjol dalam kelas ini. Grup mereka selalu terdengar
sebagai yang paling berisik, tapi khusus hari ini grup mereka jauh lebih
berisik dari biasanya. Ooka, Tobe, dan Yamato seperti biasanya, mengobrolkan
berbagai macam hal, sedang Hayama duduk di dekat jendela dan melihat ke arah
luar, tangannya sedang menopang kepalanya. Kadang, hanya untuk sekedar memberi
tahu kalau grupnya eksis, dia mengatakan sesuatu agar obrolan mereka terus
berjalan lalu tersenyum. Para gadis, di lain pihak, tampaknya tidak tertarik
dengan topik yang dibicarakan grup Hayama dan membicarakan hal yang berbeda.
Meski salah satu dari mereka tidak berbicara sama sekali. Dia hanya duduk
bersandar di kursinya dan memutar-mutar rambutnya dengan ekspresi datar. Meski,
sesekali dia menatap ke arah Ooka dan yang lainnya dengan tajam. Ooka seperti
ketakutan akan sesuatu, atau mungkin memang waktu yang normal untuk mengganti
topiknya, tapi, seperti mengingat akan sesuatu, dia lalu pura-pura batuk dan
bertanya.
“Ngomong-ngomong,
Hayato-kun, apa benar kalau kau itu berpacaran dengan Yukinoshita-san?”
“Apa?” Miura
bereaksi secara spontan.
Begitu juga
dengan diriku. Apa yang barusan kau
katakan? Barusan itu...harusnya tidak mungkin terjadi...benar kan? Atau memang
benar?
Mendengarkan kata-kata
itu, semuanya terdiam membeku. Sayangnya, waktu bukanlah sesuatu yang bisa
membeku seperti itu.
“Coba kau
katakan lagi?!” Miura berdiri dan kursinya bergeser menimbulkan bunyi yang
nyaring.
Semuanya
terdiam dan melihat ke arah Miura. Seluruh siswa di kelas ini seperti berubah
menjadi air...tenang sekali.
“N-nah, itu
mustahil sekali!” Yuigahama menjawabnya dengan cepat, seperti bisa membaca
suasana di kelas ini.
Ebina-san
tampaknya setuju. Tapi ada satu orang lagi yang berbicara.
“Benar
sekali. Aku dengar kalau...” kata Yamato, dengan pelan dan tenang.
Yamato, yang
biasanya tidak disadari eksistensinya di kelas kecuali tinggi dan tubuh yang
besar mulai berbicara. Semua orang menunggunya untuk melanjutkan kata-katanya,
tapi dia hanya diam saja. Malahan, dia menoleh ke arah Yuigahama. Lalu, seluruh
siswa di kelas mengikutinya dan menatap ke arah Yuigahama.
“A-Apa?....Aku?...”
tanyanya sambil menaikkan bahunya.
Mungkin aku
harusnya juga menaikkan bahuku. Apa sih
yang Yamato bicarakan? Tapi gosip itu tidak mungkin terjadi...Atau memang
terjadi? Akupun melihat satu orang lagi mulai menatap ke arah Yuigahama.
“Yu...Yui?
Eh?...” Dia tampaknya kehabisan udara di paru-parunya, Miura tidak melanjutkan
kata-katanya lagi, hanya membuka dan menutup mulutnya seperti ikan. Lalu
Yuigahama dan Hayama saling menatap satu sama lain.
“Tidak-tidak-tidak-tidak-tidak!
Mustahil! Gosip itu mustahil terjadi! Maksudku, aku ini...Ngomong-ngomong, yang
jelas tidak!” Yuigahama mencoba membela dirinya dengan melambai-lambaikan
tangannya.
“Ya, yang
Yui katakan itu benar,” Hayama mengatakan itu dengan tenang; lalu perhatian
semua orang di kelas ini tertuju kepadanya.
Para siswa
di kelas ini lalu terdiam lagi. Jadi kata-katanya itu terdengar jelas oleh
semua orang disini.
“Kamu dapat
darimana info yang tidak bertanggungjawab seperti itu?”
Hayama
menanyakan itu dan melihat ke arah Ooka dan Yamato; keduanya terlihat
ketakutan. Hayama selama ini terlihat ramah dan akrab, tapi sekarang dia
menjadi tegas, mereka seperti ketakutan, tidak tahu harus mengatakan apa. Aku
bisa melihat kalau keringat mulai berjatuhan dari kening Yamato. Tapi tatapan
Hayama dengan jelas mengatakan “Katakan!”. Aku pernah melihat ekspresi wajah
Hayama ini kapan hari. Waktu itu di akhir musim gugur, kencan ganda dengan
Orimoto dan temannya. Mendapatkan tekanan dari tatapan Hayama, Ooka mulai
menarik napas dalam-dalam dan menjelaskan itu.
“Ti-Tidak
ada. Hanya saja...ada gosip...kalau kalian terlihat bersama-sama di Chiba
ketika liburan musim dingin.”
“Yeah. Aku
mendengar hal serupa juga,” Yamato mengkonfirmasinya. Hayama terlihat mendesah
kesal mendengarnya.
“Oh,
tampaknya aku tahu itu. Maaf ya, memang itu situasi yang jarang terjadi. Waktu
itu aku ada keperluan keluarga dan kebetulan bertemu dengan Yui.”
“Y-Yeah!
Benar begitu!” Yuigahama mencoba meyakinkan kata-kata Hayama. Dia lalu
tersenyum dan mengangguk.
“Lagipula,
gosip itu mustahil benar adanya. Benar tidak, Tobe?” Hayama menanyakan itu
dengan senyumnya yang biasa, lalu menepuk bahu Ooka.
“Y-Yeah, itu
jelas mustahil.”
“Kalau
begitu, semuanya jelas?” tanya Hayama, untuk meyakinkannya, dia menatap ke arah
Ooka dan Yamato.
“Yeah, gosip
itu mustahil! Akupun berpikir begitu!”
“Kau
harusnya mengatakan itu sejak awal,” Hayama mengatakan itu sambil berpura-pura
memukul wajah Ooka.
Orang-orang
di kelas ini bisa melihat kalau ini hanyalah candaan saja, lalu suasana di
kelas ini terlihat tenang kembali. Hayama lalu mengambil tasnya dan berdiri.
“Kalau
begitu, bagaimana kalau kita jalan ke klub?”
“Yeah, bentar lagi harus ke klub.”
“Kalau begitu,
ayo,” dia mengatakannya dengan lembut.
Ooka dan
Yamato mengikuti Tobe dan mengucapkan selamat tinggal kepada para gadis, lalu
pergi. Miura hanya melihat mereka keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun.
Dia hanya duduk disana, menggigit bibirnya, sedang jari-jari tangannya
memainkan rambutnya. Yuigahama lalu menaruh tangannya di bahu Miura dan melihat
ke wajahnya.
“Sebenarnya,
seseorang sedang salah paham. Ada orang lain juga yang sedang bersama kita
waktu itu.”
Lalu Yuigahama menambahkan.
Lalu Yuigahama menambahkan.
“Yep. Aku
waktu itu sedang pergi berbelanja dan kebetulan bertemu kakak Yukinon. Ternyata
dia dan keluarga Hayato-kun berteman baik, jadi mereka memutuskan untuk
merayakan tahun baru bersama. Yukinon datang kesana karena dipanggil mereka
saja.”
Apa-apaan
penjelasan konyolnya barusan? Seperti menjelaskan ke seorang anak kecil.
Ebina-san lalu menyimpulkannya.
“Begitu ya.
Jadi seseorang tidak sengaja melihat mereka datang untuk acara keluarga dan
gosip mulai menyebar.”
“Yeah,
mungkin begitu.”
“Kalian
bertiga memang mencolok dari keramaian, jadi mudah saja untuk melihat kalian.”
Setelah
mendengarkan itu, aku berdiri dan keluar dari kelas.
x
x x
Bahkan lorong ini terasa lebih berisik dari
biasanya. Liburan musim dingin telah berakhir, jadi semua orang mengobrolkan
kegiatan mereka. Bahkan banyak sekali siswa yang mengobrol di depan pintu klub
mereka.
“Hei, kamu
dengar tidak? Soal Hayama-kun.”
“Yeah, aku
dengar soal itu! Aku percaya kalau itu.”
Aku
mendengar percakapan semacam itu dari para gadis yang kulewati. Mungkin,
seperti kata Ebina-san di kelas, mereka mendengarkanya sepotong-sepotong, lalu
menggabungkannya sekehendak hati mereka dan menyebarkannya. Sejujurnya, aku tidak tertarik sedikitpun
dengan gosip itu, tapi setiap kali aku mendengarnya, aku merasakan sesuatu yang
tidak nyaman. Mungkin karena gosip ini disebarkan oleh orang yang tidak
kuketahui identitasnya. Meski, sebenarnya mereka menyebarkan itu tanpa adanya
maksud yang jahat. Mungkin karena dua orang yang digosipkan itu merupakan dua
orang yang sering jadi pembicaraan di sekolah ini, jadi gosip itu semakin
menambah kenikmatan obrolan mereka. Jadi semua orang terlihat mulai
menggosipkan itu tanpa sedikitpun ingin memeriksa sumbernya. Mereka menyebarkan
gosip itu tanpa mengkonfirmasi kebenarannya. Biasanya, mereka ini membicarakan
gosip hanya untuk menarik perhatian saja, ketika arus pembicaraannya berubah,
mereka lalu membaur dengan yang lainnya. Aku tidak menyukai itu. Aku lebih
memilih untuk mendengarkan keburukan diriku secara langsung.
Sambil
memikirkan itu, aku mendengarkan suara langkah kaki yang sedang mengejarku dari
belakang. Tampaknya itu adalah Yuigahama. Akupun mengurangi kecepatan langkahku
sehingga dia bisa mendekatiku. Yuigahama lalu memukulku dari samping dengan
tasnya.
“Kau
meninggalkan aku lagi.”
“Well,
bukannya kau sendiri sedang mengobrol.”
Lagipula, aku tidak punya satupun janji
kalau akan pergi denganmu ke klub. Dulu, aku pernah mengiyakan ajakannya di
bulan Desember. Tampaknya, ‘iya’ waktu itu masih dianggap valid oleh Yuigahama
hingga saat ini.
“Hei, apa
kamu...mendengar pembicaraan kami?”
Kau mengatakan
sesuatunya dengan sangat jelas, bahkan ketika Miura berteriak. Kupikir seluruh
siswa di kelas mendengarnya.
“Ti-Tidak
ada apapun! Jujur!” Yuigahama mengatakan itu sambil mengambil beberapa langkah
ke depan dan melihat kedua mataku. Kau
tidak harus sebegitunya untuk meyakinkanku, tahu tidak?
“Aku kan ada disana dan melihat apa yang
terjadi. Kamu ini lupa apa bagaimana?”
“Aku tidak
lupa...Hanya saja...Maksudku bukan itu.”
“Gosip
hanyalah gosip. Fiksi belaka.”
“Yeah,
tapi...” Yuigahama mengatakan itu dan terhenti.
“Tapi tahu
tidak...Suatu hari nanti mungkin akan menjadi kenyataan bagi Yukinon dan Hayato
kun...dan diriku juga...”
Akupun
mencoba membayangkan itu dan masih saja tidak bisa. Yukinoshita adalah kasus khusus, tapi Hayama berpacaran dengan
seseorang adalah hal yang mustahil untuk kubayangkan. Kalau Yuigahama, gampang
sekali untuk dibayangkan. Dia sangat populer di mata para siswa disini, kalau
menurut Tobe. Lagipula, ketika kami membantu kepanitiaan Festival Olahraga, aku
sering melihat banyak siswa yang mencoba menarik perhatiannya. Bukannya aku
suka memikirkan hal itu. Jadi aku memutuskan untuk mencairkan suasananya.
“Entah soal
itu, hanya saja...Jangan bahas masalah ini di klub, setuju?”
“Hmm?
Kenapa?” Yuigahama menggerutu dan melihat ke arahku.
“Dia nanti
bisa marah, tahu tidak?”
“Oh, benar
juga!”
Aku sudah
mengenal Yukinoshita hampir setahun lamanya. Mudah saja bagiku untuk
membayangkan dirinya yang marah. Dia akan benar-benar marah jika tahu gosip
tidak bertanggungjawab itu. Yuigahama lalu mengangguk ke arahku, dan membuka
pintu klub yang sudah lama tidak kita datangi sejak liburan kemarin.
x x x
Suasana klub
sudah menjadi hangat sejak kita masuk. Akupun duduk di kursiku. Cake yang
Yuigahama beli sudah disiapkan di atas meja, dan dipotong menjadi beberapa
bagian.
“Selamat
ulang tahun!”
“Selamat.”
“Selamat
ulang tahun, Yukinoshita-senpai!”
Yukinoshita
tampaknya malu-malu mendengar kata-kata kami.
“Te-Terima
kasih...Kurasa aku akan menyiapkan tehnya?” Dia menanyakan itu dan mulai
membuat teh hitam. Bersamaan dengan suara-suara cangkir dan poci teh, aku
mendengar suara yang familiar.
“Yukinoshita-senpai,
jadi ulang tahunmu 3 Januari ya? Ngomong-ngomong, ulang tahunku tanggal 15
April, Senpai.”
“Gue gak tanya.”
Apaan sih yang dia lakukan disini? Dia
lalu memiringkan kepalanya, dan rambutnya seperti tergantung. Lengan
cardigannya memperlihatkan seragam sekolah yang sudah lama dipakai. Di tangan
kecilnya itu ada garpu, seperti hendak menginginkan sesuatu. Keberadaan Isshiki
Iroha di klub kami ini seperti fenomena yang normal saja. Dia sedang memakan
seperempat cake ulang tahun ini dan ditemani satu gelas kertas yang berisi teh
hitam. Kau jago sekali kalau masalah beradaptasi. Apa kamu berasal dari TOKIO
atau sejenisnya? Dia mungkin akan tetap hidup jika terdampar di pulau tidak berpenghuni.
“Apa yang
kau lakukan disini?”
“Eh? Well,
tahulah. Tidak ada kerjaan di
sekretariat OSIS saat ini.”
“Apa
maksudmu dengan ‘tidak ada’? Pasti ada sesuatu yang bisa dikerjakan. Bukannya
aku tahu detail soal itu. Kalau begitu, anggap saja aku tidak tahu, pergilah ke
klubmu. Kau kan masih manajer di klub
sepakbola, apa kau lupa?” kataku.
Isshiki lalu
menepuk bahuku.
“Eh,
memangnya ada masalah apa sih? Oh!
Aku datang kesini untuk mengambil barang-barang milik OSIS yang dititipkan
waktu Natal kemarin.”
“Kau hanya
membuat-buat alasan itu, benar tidak?”
Yeah, alasanmu benar-benar meyakinkan...
“Hmm...”
Yukinoshita
hanya bisa mendesah sedang Yuigahama tersenyum kecut. Sial kau, Irohasu... Kami semua tahu tapi Isshiki bersikap seperti
tidak terjadi apapun. Dia seperti Keroyon atau sejenisnya. Tolong taruh dia
juga di dekat apotik. Meski begitu, dia merasa kurang nyaman dengan tatapan
kami, jadi dia mulai melemparkan topiknya untuk mengalihkan itu.
“Ah,
ngomong-ngomong!” Isshiki tiba-tiba mengganti topiknya sambil tersenyum lebar.
“Apa benar
kalau Hayama-senpai berpacaran dengan Yukinoshita-senpai atau Yui-senpai?”
“Uogh!”
Yuigahama berteriak.
“...Maaf?”
Yukinoshita mengatakan itu.
Sial. Mengapa Isshiki bisa menginjak ranjau
darat seperti itu dengan tenang? Kamu ini siapa sih? Pemeran Hurt Locker? Meski, kita disini membicarakan Isshiki Iroha.
Aku tidak ragu kalau dia mengatakan itu dengan tujuan tertentu. Dan dia datang
kesini memang bertujuan untuk menanyakan kebenaran gosip itu.
“Iroha-chan,
tahu tidak...” Yuigahama mulai menjelaskan.
“Isshiki-san...”
Suara itu dihentikan
oleh nada yang dingin dan menakutkan. Akupun melihat ke arahnya. Senyumnya
seperti cahaya dari utara, kedua matanya seperti terbentuk dari balok es.
Isshiki jelas-jelas melihat itu dan sekarang ketakutan. Bahkan nada suaranya
mengatakan itu.
“Y-Ya?”
Isshiki menjawab itu sambil bersembunyi di belakangku, dia hanya mengintip dari
balik bahuku.
Oi, berhentilah menggunakan orang lain
sebagai tameng! Tatapan dingin Yukinoshita diarahkan ke Isshiki.
“Mustahil
itu terjadi, benar tidak?”
“Te-Tentu!
Kupikir juga begitu!”
“Yeah!
Mustahil!” Yuigahama mengkonfirmasi itu.
“Tidak-tidak,
Yui-senpai, kalau gosip tentangmu kurasa bisa saja terjadi,” Isshiki mengatakan
itu sambil melambai-lambaikan tangannya...
“Kenapa?!”
Yuigaham mengatakan itu seperti ingin menangis.
Kau tanya kenapa?...Well, coba kau lihat
tampilanmu itu sebagai contoh. Tampilanmu adalah hal yang menakutkan! Serius
ini. Ketika aku memikirkan itu, Isshiki kemudian mengatakan sesuatu untuk
menenangkan Yuigahama yang kecewa dan Yukinoshita yang marah sambil
menggerakkan tangannya.
“Well...Aku
sebenarnya tahu dari awal kalau Yui-senpai atau Yukinoshita-senpai tidak akan
berpacaran dengannya. Tapi, aku tertarik dengan gosip itu.”
“Gosip?”
Yukinoshita menanyakan itu dan melihat ke arahku dan Yuigahama.
“Yeah,
orang-orang membicarakan tentang sesuatu,” kataku.
“Aku juga
terkejut. Tahu tidak, yang kemarin kita pergi keluar? Ingat waktu kita bertemu?
Tampaknya ada orang yang melihat kita dan mengambil kesimpulan sendiri.”
“Begitu ya.
Gosip memang berasal dari sampah rendahan.”
Oh ayolah. Kehidupan cinta orang lain selalu
menjadi topik utama para siswa SMA. Tidak lupa kalau Hayama, Yuigahama, dan
Yukinoshita juga terlihat mencolok sehingga setiap orang sangat senang untuk
mendiskusikannya. Isshiki menyukai Hayama, jadi sangat normal baginya untuk
memeriksa kebenaran gosip itu. Akupun melihat ke arahnya. Isshiki tampaknya
terlihat ragu-ragu, memiringkan kepalanya dan memikirkan sesuatu.
“Tapi,
kurasa itu memang buruk sekali.”
“Memang.
Gosip itu menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang terseret di dalamnya.”
“Ah, bukan,
maksudku bukan begitu,” Isshiki mengatakan itu. Lalu Yukinoshita memiringkan
kepalanya.
“Kalau
begitu, apa maksudmu?” tanyanya. Isshiki lalu mengangkat jarinya.
“Agak
sedikit aneh, tapi sampai sekarang bukankah kita belum pernah mendengar soal gosip
asmara dari Hayama-senpai?”
“Benar,”
Yuigahama membenarkan itu, melihat ke atap seperti mencari beberapa ide.
Ah, aku paham. Memang aku tidak pernah
mendengar satupun hal tentang kehidupan Hayama. Bukannya aku ingin tahu satupun
hal tentang kehidupannya. Tidak ada yang memberitahuku satupun hal soal itu.
Jadi yang terpikirkan olehku hanyalah sebatas kecurigaan saja. Sama seperti
Google dengan Kokkuri-san.
“Banyak
sekali gadis yang khawatir dengan gosip itu,” Isshiki menggumamkan itu sambil
menyilangkan tangannya.
Yep, tidak ada satupun yang pernah
menggosipkan Hayama Hayato berpacaran dengan seseorang. Hayama
Hayato...Sejujurnya, akan sangat aneh jika dia punya pacar. Sikapnya yang ramah
memang menarik para gadis. Dan kupikir karena itulah banyak para gadis yang sungkan
kepadanya. Sekarang, karena ada gosip itu, kemungkinan kalau dia punya pacar
adalah jelas. Kira-kira apa lingkungan di sekitarnya akan berubah gara-gara
itu?
“Gosip...Dia
sangat kurang beruntung...” Yukinoshita menggumamkan itu tidak ke siapapun. Aku melihat cangkir teh yang dipegangnya
seperti bergetar.
“Oh ayolah! Kau jangan
mengkhawatirkan itu! Gosip itu akan hilang dengan sendirinya! Kata orang-orang,
gosip akan hilang dalam 49 hari!” Yuigahama mencoba untuk menenangkannya.
“Sebenarnya
75 hari.”
Apaan, apa ada orang yang mati?
“Ngomong-ngomong, mari
kita tidak terhanyut oleh itu!” Yuigahama mengatakan itu untuk menenangkan
Yukinoshita.
Memang, yang
bisa kita lakukan adalah mendiamkan itu. Mengkonfrontasi orang yang menyebarkan
itu adalah hal yang sia-sia. Tinggal
merayap ke tempat gelap dan tidak usah banyak omong. Itu adalah satu-satunya
jalan untuk melawan kesalahpahaman dan tidak membuat orang lain tersinggung. Apapun
usahamu untuk menghentikannya agar kau tidak terlalu malu, mereka hanya akan
menganggapnya hiburan. Lagipula, jika seseorang mencoba untuk membela orang
yang dibully, mereka akan menjadi targetnya. Permainan ini harus memiliki
pecundang, seperti hompimpa. Orangpun akan tetap digosipkan jika tidak
melakukan apapun, tapi kerusakan yang timbul akan diminimalisir. Yukinoshita
tampaknya memahami itu dari sikapnya yang mengangguk.”
“Baiklah.”
“Bagus sekali,” kata-kata Isshiki mirip dengannya, tapi maknanya berbeda.
Kau mengkhawatirkanku, jangan lakukan itu
lagi! Akupun melihat ke Isshiki. Dia sedang meminum teh, seperti nenek yang
duduk di beranda. Dia tidak berencana untuk tetap disini hingga ada kerjaan di OSIS, benar kan?
x Chapter III | END x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar