x x x
Suasana ruangan klub menjadi sangat tegang.
Angin musim
dingin terus bertiup menghantam jendela, membuat suara berderit.
Jika hari
ini seperti hari-hari yang biasanya, suara tadi mungkin hilang tertelan suara
obrolan para gadis di ruangan ini.
Meski
begitu, karena kesunyian yang terjadi, suara embusan angin dari luar memberikan
perasaan yang buruk bagi kami disini.
Asal muasal
suasana tegang di ruangan ini berasal dari Miura Yumiko.
Miura duduk
berseberangan dengan kita, lengannya bersilang, dan memiringkan kepalanya
seperti merasa kurang senang. Setiap kali dia begitu, rambut pirangnya yang
bergelombang itu kadang bergoyang dan berpindah ke bahunya.
Barusan,
ketika sedang melakukan hal itu, dia mengatakan kata-kata tajam tersebut.
“Hei, apa
ada sesuatu antara dirimu dan Hayato?”
Dia
mengatakannya secara langsung, tapi tidak menyebutkan secara spesifik apa
maksud hubungan yang ditanyakan itu. Meski begitu, sangat jelas apa yang
membuat Miura menjadi penasaran.
Gosip yang
melibatkan Hayama Hayato.
Gosip yang
mengatakan kalau Yukinoshita pergi bersamanya, atau bagaimana Yuigahama adalah
orang yang berpacaran dengannya.
Gosip
tersebut jelas tidak berdasar, dan murni hanya dibuat-buat.
Meski
begitu, ada sebuah daya tarik dalam gosip tersebut.
Ada semacam
artis kecil-kecilan dalam sekolah ini, mereka terlihat menonjol daripada siswa
yang lain, Hayama Hayato adalah tipe orang yang menarik gosip tersebut. Ini
mengingatkanku ketika SMP, anak laki-laki sepertiku tidak tertarik dengan
kehidupan percintaan. Seingatku, anak laki-laki yang lain juga membuat banyak
sekali gosip-gosip sampah dari berbagai hal. Memang, biasanya tentang ‘berpacaran
dengan siapa gadis termanis di sekolah ini’, ‘siapa diantara yang termanis itu
punya dada yang besar’, ‘siapa yang kira-kira akan membiarkanku menyentuh dada
mereka jika aku berlutut dan memohon'...Ya Tuhan! Anak laki-laki memang goblok
sekali!
Meski
begitu, memikirkan masa lalu tidak serta-merta membuatmu lari dari kenyataan
saat ini.
Saat ini,
tatapan Miura lebih tajam dari biasanya, dan terus mengarah ke Yukinoshita.
Meski begitu, Yukinoshita tidak bergerak sedikitpun, malahan dia menerima
tatapannya dengan dingin.
“...Apa
maksudmu?”
Di bawah
tatapan tajam Miura, Yukinoshita berbicara secara perlahan. Suaranya yang pelan
dan lembut terasa lebih dingin daripada angin yang bertiup di luar, kedua
matanya seperti telah melihat semuanya dan memancarkan tatapan yang tajam,
setajam pilar es.
“Itu...Yang
kumaksud...”
Seperti
terkena tekanan dari Yukinoshita, dia menjadi terbata-bata dan memalingkan
wajahnya secara perlahan.
Kedua
tatapan matanya kini menatap Yuigahama.
Mengetahui
Miura sedang menatapnya, Yuigahama yang sebelumnya memasang ekspresi kecut
tiba-tiba tersenyum.
“Ah, ini,
apa ini soal gosip itu? Dan, kau kesini ingin mengklarifikasi detail gosip itu
sendiri, benar?”
Mendengar
kata-kata tersebut, Miura menganggukkan kepalanya dan meresponnya secara
perlahan.
Ini memang Miura banget! Tidak sedikitpun ekspresi
ramah dia tunjukkan ke Yuigahama! Sebaliknya, dia hanya melihat ke bawah,
seperti menganggap hal tersebut memalukan.
...Well, dia
datang sejauh ini hanya untuk memastikan kebenaran gosip tersebut. Ini seperti
memberitahu semua orang kalau dia sangat peduli kepada Hayama! Itu mungkin
menjelaskan mengapa dia terlihat malu-malu.
Meski dalam
suasana baru kembali masuk ke sekolah, gosip-gosip mulai berterbangan
kemana-mana. Suasana sehabis liburan juga membuat gosip itu otomatis semakin
besar. Tampaknya, ada gosip yang mengatakan kalau Miura dan Yuigahama sempat
bersitegang. Gosip ini semakin bertambah konyol.
Kalau
begitu, bahkan Umihara Kawase-pun tidak akan bisa menandinginya. Tepatnya
karena itulah, Miura hanya bisa duduk disini dan tidak mengatakan apapun, dan
mungkin karena alasan itulah dia datang kesini.
Entah itu
Miura atau Yuigahama, tidak akan bagus bagi keduanya untuk menanggapi gosip
tersebut.
Sebenarnya
ini tidak hanya melibatkan Hayama, tapi hubungan keduanya juga merasakan
dampaknya, dan ini jelas-jelas bukan sesuatu yang bagus.
Disamping Miura
dan Yuigahama, mungkin juga berlaku sama dengan Yukinoshita. Meski begitu,
ekspresi Yukinoshita saat ini tenang dan terkendali.
“Soal itu
ya, hmm...”
Dia
mengatakan itu dengan nada yang mengesankan sedikit keterkejutan dicampur
dengan senyum yang kecut. Lalu, dia memindahkan rambutnya yang berada di
bahunya, dan menatap ke arah Miura untuk melanjutkan pembicaraannya.
“Sebenarnya
tidak ada hubungan apapun.”
Tapi tatapan
Miura tidak terlihat mengendur.
“Benarkah?”
Karena
itulah, Yukinoshita mendesah kesal seperti termakan juga dengan gosip ini.
“Apa yang
kudapat dengan berbohong soal itu?...Hal-hal semacam ini selalu menggangguku
dari dulu.”
“Huh? Ada
apa dengan nada suaramu itu? Kau benar-benar menjengkelkanku. Aku, tidak suka
suaramu itu.”
“Yumiko!”
Orang yang
menaikkan suaranya tersebut adalah Yuigahama. Bahu Miura terlihat terkejut di
depannya, bibir Yuigahama seperti tergetar karena marah akan sesuatu. Suasana
pembicaraan di ruangan ini berubah menjadi debat kusir.
“Sudah
kubilang, gosip ini hanya salah paham. Maksudku, lihat, aku, serius nih? Mustahil ada sesuatu antara diriku
dan Hayato-kun!”
“Hmm...”
Miura
menganggukkan kepalanya, seperti setuju dengan kata-katanya.
“Kupikir aku
paham apa yang ingin kau katakan.”
“Unn...”
Dengan bibir
yang bergetar, Miura kesulitan untuk mengatakan kata-kata itu. Yuigahama
mendengarkannya secara seksama, dan menambahkan beberapa kata lagi.
“Hmm,
kupikir, itulah kebenaran dari gosip itu...”
“Umm...”
Tidak ada
yang memotong pembicaraan dua gadis ini.
Aku ragu
untuk melihat ke arah Miura, jadi aku menopang daguku dengan tanganku dan hanya
memfokuskan pendengaranku untuk mendengarkan percakapan tersebut. Biasanya, aku
ingin melihat ekspresinya seperti apa, juga ekspresi Yukinoshita yang
menatapnya. Tapi, kali ini aku tidak merasakan suasana yang ramah di ruangan
ini, jadi kuputuskan untuk mendengarkan percakapannya saja.
Kemudian, Miura
terdiam dan mendesah kecil.
“...Meski
begitu, aku masih khawatir soal Hayato.”
Suaranya
sangat lembut. Kata-katanya sedikit sekali.
Meski
begitu, suaranya yang terkesan pelan dan disertai embusan napas yang berat
seperti menunjukkan seberapa besar emosi yang dia sertakan dalam kata-kata itu.
Akupun menoleh ke arahnya, tampaknya sebentar lagi dia akan menangis.
Meski, aku
tidak bisa mengatakan kalau aku sebenarnya paham apa yang dia rasakan saat ini.
Tanpa
mengurangi rasa hormatku ke Hayama Hayato, aku tidak pernah memikirkan sesuatu
yang spesial tentang dirinya; Aku hanya kenal dengannya belakangan ini. Tidak
seperti Miura, aku jelas-jelas tidak punya satupun keberuntungan dengan hal-hal
berbau asmara.
Meski
begitu, dari sudut pandang seorang pengamat, aku bisa dengan mudah memahami
suasana abnormal di sekitar Hayama Hayato. Terutama, belakangan ini, orang bisa
dengan mudahnya melihat kalau Hayama bersikap aneh setelah gosip tersebut
menyebar.
Biasanya,
tidak peduli Miura atau Isshiki yang mencoba mendekatinya, Hayama akan
menghindari mereka dengan senyum khasnya. Hayama yang sekarang, memberikan
respon yang sangat jelas ketika merespon kata-kata Ooka. Meski, tidak ada
semacam kata-kata manis dalam nada suaranya, tapi nada suaranya seperti merasa
terganggu dan menyebabkan orang lain merasa takut mendengarnya.
Bahkan bagi
orang sepertiku, aku paham kalau itu agak aneh bagi seorang Hayama. Apalagi
Miura, yang menjadi orang terdekat dengannya.
Miura
menggumamkan sesuatu, menggosok-gosok matanya, dan melihat ke arah atap
ruangan. Lalu, dia melepaskan napas yang berat, diantara jeda tersebut, dia
melanjutkan kata-katanya.
“Aku benci
gosip itu terus menyebar...Ketika aku mendengar nama Yui juga diseret-seret ke
gosip itu, aku sangat membenci itu.”
“Begitu
ya...”
Jawaban
Yuigahama terdengar lembut. Seperti ditarik oleh suara itu, akupun melihat
secara seksama ke Miura. Suara Miura yang lembut itu berkebalikan dengan
sikapnya yang seperti Ratu dengan temperamen yang meledak-ledak. Kata-katanya
yang barusan keluar seperti keluar dari anak kecil yang malu-malu.
Melihat hal
tersebut, Yukinoshita seperti terkejut. Itu terlihat jelas dari bagaimana
mulutnya sedikit terbuka dan kedua matanya semakin bulat dan melebar.
Meski
begitu, Yuigahama mungkin tahu soal sifat Miura yang seperti ini.
Dia
menyentuh bahu Miura dengan lembut, seperti mengelus-elus anak kecil.
Tiba-tiba,
Miura terlihat salah tingkah, dan kemudian khawatir akan make-up matanya,
menekan-nekan area di sekitar matanya dengan ujung jarinya dan mengembuskan
napas yang dalam.
“Maaf,
barusan itu hanya sikapku yang konyol...”
“Tidak
apa-apa...Aku juga ingin meminta maaf, sudah membuat gosip aneh semacam itu.”
Ketika
Yuigahama mengatakan itu, ekspresinya seperti sedang malu-malu, dan Miura
meresponnya dengan mencondongkan kepalanya. Setiap kali dia seperti itu, rambut
pirangnya yang bergelombang juga terlihat bergoyang-goyang.
“Tidak
apa-apa. Kau tidak salah apapun, Yui.”
“Umm...Mungkin.”
Miura
mengatakannya sambil melihat ke arah lain, dia seperti menjawab itu kepada
udara di depannya. Melihat hal ini, Yuigahama mencoba tertawa untuk mencairkan
suasananya dan mengelus-elus sanggul rambutnya.
“...Meski
begitu, Yumiko.”
Setelah itu,
tangannya berhenti bergerak, dan dia memanggil Miura. Nada suaranya terlihat
dipenuhi emosi yang dewasa.
“...Aku
sangat senang kalau Yumiko berpikir sampai segitunya.”
“Ada apa
dengan itu...”
Miura
menatap Yuigahama dengan matanya yang sembab, lalu melihat ke arah lain dengan
wajah yang memerah. Merasa malu dengan kata-kata Yuigahama, Miura mulai
bermain-main dengan ujung rambutnya.
Melihat
percakapan keduanya, Yukinoshita membiarkan emosinya terbuka dengan menunjukkan
senyum di wajahnya.
Melihat
senyumnya itu, Miura menatap ke arah Yukinoshita. Meski begitu, tatapannya
tidak setajam sebelumnya. Lalu, dia seperti kesulitan untuk mengatakan sesuatu
dan diam sejenak sebelum merendahkan tatapan matanya.
“Hei,
Yukinoshita-san, aku juga meminta maaf...”
“Jangan
khawatir soal itu...”
Mendengar
permintaan maaf yang tidak diduga-duga dari Miura, Yukinoshita juga memberikan
jawaban yang tidak terduga. Setelah itu, Miura menatapku sejenak.
“.....”
Oke, benar, aku tidak akan mengatakan
apapun. Kujamin itu. Aku akan tutup mulut. Oke.
Maksudku,
aku tidak punya alasan khusus untuk ikut campur dan mengatakan sesuatu. Atau,
jika ada seseorang yang akan meminta maaf kepadaku, aku menganggapnya karena
pesona diriku.
Kembali ke
topik, Miura tidak akan jauh-jauh kesini hanya untuk memastikan hubungan
persahabatannya dengan Yuigahama.
Miura tidak
mengatakan sebuah request ataupun hendak mendiskusikan sesuatu, tapi, aku bisa
menebak alasannya kesini. Masalah yang dia alami adalah masalah yang semua orang
tahu. Kalau begitu, bukankah memecahkan masalah adalah pekerjaan kita? Akupun
pura-pura batuk senatural mungkin, aku lalu melihat ke arah Miura secara
langsung.
“Miura, apa
urusanmu sudah selesai?”
“Kupikir
begitu...Tapi...”
Miura tidak
memberikan jawaban yang jelas, dan kata-katanya sangat ambigu.
Biasanya,
dia bisa mengatur emosinya setelah mengatakan itu ke Yuigahama dan Yukinoshita.
Meski begitu, tidak ada yang diselesaikan. Aku takut kalau gosip itu akan terus
menyebar dan membesar. Lagipula, seperti itulah gosip. Hayama akan terus
mengkhawatirkan gosip itu, Miura juga, akan mengkhawatirkan Hayama, seperti
berlari dalam sebuah jalur yang berbentuk lingkaran.
Agar bisa
menghancurkan loop semacam itu, butuh waktu yang tidak sedikit, atau tepatnya,
membutuhkan beberapa metode.
Meski
begitu, penyebaran gosip itu terlihat sangat wajar. Mustahil untuk
menghilangkan rasa penasaran orang-orang. Mereka tidak akan bisa menutup mulut
mereka dengan mudahnya.
Miura
mungkin sudah tahu soal ini.
Oleh karena
itu, kata-katanya terdengar ambigu.
Mengesampingkan kalau aku ingin melakukan sesuatu, aku juga tahu kalau
aku tidak bisa melakukan sesuatu soal gosip ini.
“Kalau ada
yang bisa kubantu...Aku ingin membantu.”
“Kupikir
tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu gosip itu menghilang.”
Baik
Yukinoshita dan Yuigahama terlihat memiliki ekspresi yang kompleks. Terutama,
yang terakhir Yukinoshita katakan itu terdengar seperti pernah mengalaminya.
“...Well,
kurasa itu ada benarnya.”
Meski
Yuigahama tidak mengatakan semacam “gosip cuma bertahan 49 hari”, tidak akan
ada perasaan damai hingga gosipnya menghilang. Kalau menurut teori pembakaran,
untuk menghindari apinya membesar, jangan menyiramkan bensin ke apinya.
Kalau ini
adalah skandal, maka meminta maaf dengan tulus mungkin adalah metode yang
terbaik. Tapi, jika ini adalah gosip salah paham, maka gosip ini menjadi bensin
yang bagus bagi api.
Dalam
komunitas yang menyebarkan informasi, taktik terbaik dalam masalah ini adalah
bertahan. Ngomong-ngomong, itu artinya mendiamkan masalah ini. Meski begitu,
dengan menjadi penyendiri, selama kau tidak berkomunikasi dengan siapapun,
tidak akan ada satupun info pribadi dirimu menyebar keluar! Sekali lagi, dalam
komunitas yang menyebarkan informasi, tidak seperti itu, apa cara terbaik untuk
melindungi dirimu? Cara terbaik melindungi dirimu; memenangkan pertarungan ini!
Sambil
memikirkan keuntungan yang kudapatkan sebagai penyendiri di era IT, Yuigahama
terlihat seperi menggumamkan beberapa nada lagu. Semua hal dipertimbangkan,
mungkin ini yang dikatakan pendeta tempo hari, fakta kalau tidak ada satupun
yang membicarakan komunitas IT, itu artinya kita sudah menjadi komunitas IT itu
sendiri...Secara tidak sengaja, dengan menyanyikan lagu-lagu agama, apa aku
sekarang menjadi seperti Yamashita Tatsurou? Well, tentu saja tidak!
Sementara
itu, Yuigahama sepertinya memperoleh sesuatu dan mulai berbicara.
“Seandainya
saja kita tahu siapa orang yang awalnya menyebarkan ini, mungkin situasi ini
akan berbeda...”
“Kurasa
tidak semudah itu...”
Ada nada
yang skeptis dalam jawaban Yukinoshita. Akupun juga, setuju dengan Yukinoshita.
Seperti yang kuharapkan dari Yukinoshita! Sebagai orang yang sudah terbiasa
digosipkan, dia sangat berpengalaman sehingga tahu kalau ini tidak semudah
seperti apa yang Yuigahama kira. Akupun melihat Yukinoshita dengan kagum.
Yukinoshita
menaruh tangannya di dagu, dan melihat ke kejauhan.
“Biasanya,
mengejar dan memojokkan orang pertama yang menyebarkan gosip itu akan
menyebabkan masalah lain jika orang itu pura-pura tidak bersalah...”
Uh?
Umm...
Jadi itukah
pengalamanmu...
Mengejar dan
memojokkan mereka, huh...
Kurasa,
bukan aku saja orang di ruangan ini yang menatap Yukinoshita dengan serius.
“.....”
“.....”
Yuigahama memasang senyum yang dipaksakan, sedang Miura menyandarkan dirinya ke
kursi seperti ketakutan.
Hmm, kenapa
dia bersikap seperti itu?
Apakah
mengingatkannya dengan trauma ketika Perkemahan Desa Chiba di musim panas
dimana dia kalah debat dan hendak menangis?
Seperti yang
kau duga, tanpa adanya satupun orang yang bersuara, membuat Yukinoshita
menyadari suasana itu dan wajahnya memerah, dia lalu pura-pura batuk.
“Ngomong-ngomong...Tidak
ada yang bisa kita lakukan soal itu.”
“Well,
kurasa itu wajar. Sebenarnya, mengklarifikasi ke penyebar awal gosip itu
bukanlah hal mudah. Atau tepatnya, tidak ada gunanya.”
“Begitu ya?”
Yuigahama
mengatakan itu sambil mengangguk, seperti kurang yakin.
Masalahnya
adalah, mencoba mencari tahu siapa penyebar awal gosip itu di sekolah adalah
misi yang sulit. Melihat banyaknya penyebar gosip itu, jika kita tidak
menemukan bukti yang kuat, maka pelakunya bisa lolos dengan berbohong ketika
kita menginterograsinya. Lebih jauh dari itu, katakan saja kita membuat si
pelakunya mengaku, gosip yang sudah menyebar tidak akan bisa ditarik kembali.
Terutama,
jika gosip itu menyangkut orang terkenal ataupun skandal. Gosip seperti itu
akan menyebar dengan cepat. Misalnya, meski salah paham gosip itu sudah
diluruskan, tidak akan ada orang yang tertarik dengan informasi yang benar.
Karena
komunitas kita ini menginginkan cerita yang menarik, atau mungkin mereka sangat
tertarik untuk mengetahui aib orang lain. Meski, orang-orang yang punya rasa
keadilan tinggi pada akhirnya “memaklumi” gosip yang tidak bertanggungjawab itu
beredar. Oleh karena itu, entah itu gosip, salah paham atau skandal, rasa ingin
tahu dan permintaan dari komunitas itu sendiri yang membuat “rasa keadilan” itu
tidak akan pernah sampai ke mereka.
Kau bisa
melukai seseorang dengan senjata jarak jauh mirip anak panah atau peluru yang
kau tembakkan dari area yang kau anggap aman.
Misalnya,
meski gosip itu tidak benar, orang-orang yang menyebarkannya karena dianggap
menarik tidak akan mau bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Oleh karena
itu, gosip adalah sebuah kejahatan.
Karena
dengan menyebarkan gosip, kau secara otomatis terpengaruh oleh gosip, bukankah
kau harusnya marah karena menjadi korban dalam hal ini?
Jika kau
berpikir sebaliknya, maka orang yang menyebarkan gosip ini sama jahatnya dengan
pelaku kriminal. Kupikir orang yang suka menyebarkan gosip tidak benar adalah
orang-orang yang buruk.
Komunitas
kita selalu mendengung-dengungkan tentang kebenaran hingga ke pelosok jalan.
Dunia ini juga mencari sansak tinju untuk melampiaskannya. Akan selalu ada
keinginan untuk bisa menertawakan orang lain dengan nyaman sambil melepaskan
rasa kebenciannya ke mereka.
Sungguh
menyedihkan, bahkan jika kau mencoba untuk mengubah gosip yang sudah menyebar
itu, tidak ada cara untuk menarik kembali gosip yang menyebar seperti api yang
tidak terkendali.
Tidak ada
gunanya melakukan hal seperti klarifikasi, menjelaskan argumenmu, membetulkan
gosip itu atau berusaha menarik penyebaran gosip.
“Aku pernah
mengatakan sebelumnya kalau cara terbaik untuk meredam ini adalah mendiamkannya
saja, tapi...”
Aku
menghentikan kata-kataku dan melirik ke arah Miura, aku melihatnya sedang
menunduk. Meski aku tidak bisa melihat ekspresinya, bisa kutebak kalau dia
tidak setuju dengan yang barusan kukatakan.
Tentunya aku
bisa menduga itu. Kenapa Hayama, Yukinoshita, Yuigahama, dan bahkan Miura harus
berakhir dengan gosip tidak menyenangkan ini sedangkan mereka tidak melakukan
sesuatu yang salah?
Ini memang
sesuatu yang salah.
“...Apa ada
orang disini yang punya ide?”
Oleh karena
itu, aku mengatakan hal itu.
Bisa
dipastikan bahwa tidak ada cara untuk meredam gosip ini. Bahkan sampai saat
ini, ketika aku mencari-cari kemungkinan itu, semuanya kutolak.
Aku percaya
kalau apa yang kulakukan tidak akan mengubah apapun. Ini hanyalah perjuangan
yang sia-sia.
Meski
begitu, dadaku merasakan sesuatu yang mengganggu seperti gangguan pernapasan
ketika mendengarkan gosip itu. Seperti, maksudku, serius itu?!
Miura lalu
menegakkan kepalanya, setelah mendengarkan “aku tidak punya ide”.
Itu adalah
momen dimana aku bisa melihat sedikit
harapan di wajahnya. Ah, maaf, sudah membuat ekspektasimu terbuang percuma.
Meski itu sangat buruk untukku, tapi, kali ini, jujur saja aku tidak punya
rencana...
Juga, Yukinoshita dan Yuigahama sudah berteman
sejak lama.
Seperti
merasakan ada sesuatu, mereka berdua melihatku dengan tatapan mata yang
penasaran.
“Apa kau
punya ide?”
“Sebenarnya,
tidak sih.”
Akupun
menjawab pertanyaan Yukinoshita dengan datar.
Lalu,
Yukinoshita mendesah seperti terkejut dan Yuigahama hanya bisa tersenyum kecut.
“Ahaha...Lalu,
apa yang harus kita lakukan?”
“Well,
apapun yang akan kita lakukan, kita harus berbicara terlebih dahulu dengan
Hayama soal ini.”
Gosip kali
ini, tanpa ragu kukatakan berpusat ke satu orang, Hayama. Tidak peduli arah
mana yang kita ambil, agar bisa mengontrol gosip ini, kita harus memastikan
situasi Hayama dan apakah dia berkeinginan juga untuk menyelesaikan ini. Jika
kita bisa melakukannya, maka kita butuh kerjasama dari dia untuk membantu kita.
Setahuku,
negosiasi ini adalah suatu hal yang wajib...Akupun menatap ke arah ketiga gadis
ini.
Lalu, Miura
memalingkan wajahnya.
“Ah, itu,
aku, kalau hanya membicarakan ini dengannya, itu agak..., hal seperti itu, apa
yang bisa kubantu...”
Wajahnya
memerah, dan memainkan rambutnya, dia jelas-jelas keberatan.
Seperti yang
kuduga. Juga, cara bicaranya, membuatku berpikir kalau dia mirip gadis yang
sangat tertarik dengan pasta, atau pelabuhan dari Yumiko Yokohama
Yokosukadou-san.
Ya sudah,
berarti antara Yukinoshita atau Yuigahama. Akupun melihat keduanya. Yuigahama
menunduk saja dari tadi, dan Yukinoshita menggerutu. Meski begitu, aku tidak
melihat adanya suara keberatan dari mereka. Lalu, apakah itu Yukinoshita atau
Yuigahama, yang kulakukan hanyalah meminta mereka melakukannya.
Tapi, mereka
berdua terlibat dalam gosip itu, mustahil aku membiarkan mereka terlihat
mengobrol dengan Hayama.
“...Ya
sudah, aku akan melakukannya.”
Dengan
proses eliminasi, siapa lagi kalau bukan diriku.
Setelah aku
mengatakan itu, Yukinoshita tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Ya ampun,
sangat jarang melihatmu memutuskan sendiri akan melakukan sesuatu.”
“Tidak juga sih, ini adalah masalah yang berbeda.
Seperti, sejak dulu, aku ini sangat lemah akan air mata wanita. Maksudku,
ketika Komachi menangis. Ketika dia melakukan itu, aku merasa seperti harus
melakukan sesuatu untuknya.”
Dalam tatapan Yukinoshita, entah mengapa,
aku tidak bisa memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab itu. Aku merasa apa
yang ada dalam pikiranku ini bisa dia baca, jadi aku sengaja menjawabnya dengan
alasan yang tidak jelas.
Aku
meresponnya dengan terburu-buru untuk merubah arah pembicaraannya meski aku
melakukan itu karena kata-katanya itu membuatku menjadi gugup.
Ya mau bagaimana lagi,
membahas rasa cinta terhadap adik perempuan adalah skill pasif dari Onii-chan.
Setelah
mengatakan itu, Yuigahama menepuk tangannya.
“Oh!
Benar-benar Onii-chan!”
“Memang.
Seperti yang kau harapkan dari Onii-chan.”
“Huh?
Bisakah kalian berhenti mengatakan Onii-chan?”
Bulu kudukku serasa berdiri mendengar
kata-kata Yukinoshita: “Seperti yang kau harapkan dari Onii-chan.”
Well, rasa
cinta kepada adikmu bukanlah subjek yang bisa dinilai. Itu adalah skill pasif
yang tidak semua orang punya, tahu tidak!
Meski
begitu, perasaan tidak nyaman dan yang membuat bulu kudukku berdiri tidak serta
merta karena Yukinoshita atau Yuigahama. Salah satunya karena orang yang duduk
di seberangku ini, dengan bahu yang bergetar sambil memainkan rambut
pirangnya.
“...Maksudku,
aku. Aku tidak benar-benar menangis, tahu tidak.”
Dia
mengatakan itu seperti merasa terganggu.
Tidak, dia
jelas-jelas menangis...Seperti katanya, dia melihat ke arahku seperti menolak
itu. Lalu, dia seperti menggigit lidahnya dan mengembuskan napasnya dengan
sangat dalam.
Lalu, dia
mengambil tasnya dengan satu gerakan dan berdiri.
“Kalau
begitu, aku pulang dulu...”
“Umm,
tunggu, Yumiko.”
Suara lembut
itu mengatakan ketidaksenangannya. Sambil mengatakan itu, dia mengikuti Miura
ke arah pintu. Miura tampak kaget melihat sikapnya itu.
Arara,
kupikir kau baru saja menyinggung seseorang...Aku bisa merasakan hal
itu. Sebelum dia menutup pintu klub, dia berhenti sejenak.
“...Hikio,
terima kasih ya.”
Responku
sangat lambat mendengar hal itu, tidak lupa kalau dia mengatakan itu dengan
kecil dan tanpa melihat ke arahku.
“O, Oh...”
Setelah dia
mengatakan itu, dia menutup pintunya. Aku hanya melihat Miura membungkuk
sekilas dengan wajahnya yang memerah.
Yuigahama
melihat ke arah pintu dan Yukinoshita berulangkali, lalu duduk kembali ke
kursinya. Seperti bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Yuigahama,
Yukinoshita mulai merapikan perlengkapan teh di meja.
“Kalau
begitu, kita sudahi dulu kegiatan klub hari ini?”
“Eh, su-sudah
selesai? Kalau begitu, aku pulang duluan ke rumah ya!”
Setelah
mengatakan itu, Yuigahama menarik kursinya dan berdiri. Dia mungkin akan
mengejar Miura. Lagipula, Miura mengatakan perasaannya kepada kami. Dia mungkin
ingin mengobrol dengannya. Seperti bersimpati akan perasaan yang lain.
Seperti
memahami hal itu, ekspresi Yukinoshita terlihat lembut.
“Ya,
kegiatan klub selesai untuk hari ini. Sampai jumpa besok.”
“Umm! Sampai
jumpa besok kalau begitu! Hikki juga, sampai jumpa besok!”
“Ah.”
Setelah
mengucapkan selamat tinggal, Yuigahama berlari keluar meninggalkan ruangan
klub.
Orang yang
tersisa di ruangan ini hanya Yukinoshita dan diriku.
Yukinoshita
merapikan peralatan minum teh tersebut dengan hati-hati dan menatap ke arah
pintu.
“Aku agak
khawatir dengan Yuigahama-san.”
“Dia akan
baik-baik saja. Miura juga sudah mengatakan apa yang ingin dia katakan. Itu
saja sudah cukup untuk menyimpulkan kalau mereka sangat dekat.”
Miura
mungkin adalah tipe gadis yang meledak-ledak dan terang-terangan dalam
bersikap. Sikap terang- terangannya itu menandakan kalau dia peduli dengan
teman-temannya, meski berkebalikan dengan model rambutnya yang melingkar dan
bergelombang.
Jika begitu,
Yuigahama memang berhati besar, atau mungkin seorang idiot, atau juga punya
sifat gila untuk membantu sesamanya. Well, ngomong-ngomong, meski terkesan idiot,
seperti itulah dirinya.
Hubungan
diantara keduanya tidak akan merenggang hanya karena insiden ini. Aku bisa
katakan kalau kekhawatiran Yukinoshita ini tidak beralasan.
Meski
begitu, kekhawatiran dari wajah Yukinoshita tidak menghilang. Melihat responku,
dia mencondongkan kepalanya, dengan ekspresi yang gelap, dia mulai
mengatakannya secara perlahan.
“Yang
kubicarakan bukan hubungannya dengan Miura-san, tapi dengan yang lain...”
“Huh?”
Dengan yang lain? Aku tidak bisa memikirkan
hal yang berhubungan dengan itu jadi aku hanya bisa membalasnya seperti itu,
karena itu dia menatapku.
“Kau
sepertinya paham soal itu tapi ternyata kau tidak.”
“Aku tidak
tahu, memangnya kenapa...”
Ketika
kutanyakan itu, Yukinoshita secara perlahan menutup kedua matanya.
“Banyak
sekali gosip yang tidak berakhir dengan sebagaimana mestinya. Orang-orang di
sekitarmu akan memainkan gosip itu, dan akhirnya kau akan merasa orang-orang
itu mencampuri urusanmu. Ketika itu terjadi, keinginan untuk menyerang orang
tersebut mulai timbul. Entah itu kebencian atau terbawa emosi, karena begitulah
manusia itu. Aku sendiri tidak berinteraksi terlalu banyak dengan orang-orang,
jadi aku tidak begitu terpengaruh...”
Aku
merasakan sebuah hal yang penting dalam kata-katanya tadi. Aku merasakan sebuah
kebenaran dari kata-katanya.
Dalam kasus
Yuigahama, dimana dirinya adalah orang yang sering bersosialisasi dengan orang
lain, sangat jelas kalau hal seperti itu memang bisa menyakitinya.
Aku sangat yakin kalau Yukinoshita pernah
mengalami hal yang sama dengan Yuigahama. Lebih tepatnya, dia mungkin memilih untuk menghindari sebisa mungkin
berhubungan dengan orang lain sebagai bentuk pertahanan dirinya.
Jika
orang lain melihatnya sekilas, mereka hanya akan melihat dirinya yang
memancarkan aura negatif.
Tapi, bagiku, dia adalah orang yang pintar,
keren, dan cantik.
Kalau dia memang punya pengalaman tersebut,
maka kekhawatirannya kepada Yuigahama memang beralasan.
“Aku paham maksudmu,
aku akan mengingat itu baik-baik...”
Aku tidak punya kata-kata yang tepat untuk
mengatakan itu, tapi setidaknya itulah yang bisa kukatakan. Aku akan selalu
mengingat itu baik-baik, bagaimana sikapnya yang peduli dengan sesama, dan juga
sarannya yang berharga itu.
Setelah mendengarkan jawabanku, akhirnya aku
melihat senyuman di wajahnya.
“Memang, tolong selalu
ingat itu. Aku juga ingin melakukan sebisaku seperti Yuigahama-san. Kupikir
situasinya bisa lebih baik jika aku juga terlibat untuk menyelesaikan gosip
ini...Meski itu bukanlah akar dari permasalahannya.”
Kata-kata
terakhirnya tadi seperti sebuah penyesalan. Masalahnya adalah, meski kita
melakukan suatu cara, orang-orang yang menggosipkan itu mungkin tidak akan
mempeduliikannya. Serius ini, mereka seperti militan.
“Karena
posisi kelas yang berbeda-beda, maka kita tidak akan bisa selalu bersama-sama.
Aku sangat mengandalkanmu.”
“Jangan
mengharapkanku terlalu banyak...Meski, aku sendiri akan melakukan sebisaku.”
Mendengarkan
responku, Yukinoshita tersenyum, dia seperti merasa lega. Tidak, kuharap kau
tidak mengharapkan apapun dariku...
Melakukan
apa yang kubisa. Juga, aku sendiri tidak tahu ini akan berakhir seperti apa.
Meski
begitu, kupikir aku ingin melakukan apa yang kubisa.
Karena aku
sendiri merasa, kalau aku juga menginginkan gosip tidak berguna ini menghilang.
x Chapter I | END x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar