Kamis, 02 Februari 2017

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 chapter 7 : Dewa Rom-Com Kadang Bisa Bermurah Hati-5







Kesunyian yang tidak wajar mulai terasa di lapangan ini, dengan satu-satunya suara yang terdengar adalah suara bola yang sedang dipantul-pantulkan.

Di tengah suasana aneh dan penuh tekanan ini, aku memaksakan diriku untuk mensugesti diriku.

Aku bisa melakukannya...Aku bisa melakukannya...Aku akan percaya dengan diriku   tidak, aku memang sejak lama percaya dengan diriku ini.

Lagipula, tidak ada alasan bagiku untuk kalah disini.

Aku adalah seorang pria yang telah lolos dan bertahan dari betapa menyedihkan, tidak bergunanya, dan menyakitkannya kehidupan sekolah, dimana aku melalui masa muda yang rusak dan meracuniku ini dengan sendirian. Tidak ada alasan bagiku untuk kalah kepada orang yang selalu butuh kerumunan orang untuk melihatnya pada setiap langkah yang dia lalui.

Jam istirahat siang akan segera berakhir.

Biasanya, ini adalah waktu dimana aku menyelesaikan makan siangku yang biasanya kulakukan di sebelah UKS, juga bisa kaukatakan itu berada di seberang Lapangan Tenis.

Ini mengingatkanku kalau aku pernah berbicara dengan Yuigahama disana, juga berbicara dengan Totsuka untuk pertamakalinya.

Kutajamkan indra pendengaranku.

Aku sudah tidak mendengar lagi suara sinis dari Miura; aku bahkan tidak mendengar lagi suara para penonton pertandingan ini...

Tapi, aku mendengar suara itu...Suara yang mungkin hanya aku seorang, yang mendengarkan suara itu setahun belakangan.

Ketika momen itu datang, aku melakukan servis.

Pukulan yang cukup mudah untuk dikembalikan, tidak begitu keras, servis pelan yang diarahkan tinggi-tinggi ke arah langit.

Aku melihat Miura berlari ke arah bola dengan ekspresi senang. Akupun melihat Hayama mengikuti dari belakangnya. Aku melihat para penonton terasa kecewa dengan hal itu. Akupun sekilas melihat Totsuka yang menatap ke arah tanah. Aku tidak mau melihat Zaimokuza yang sedang mengepalkan tangannya. Akupun melihat ke arah Yuigahama yang sedang berdoa. Dan kemudian, kedua mataku melihat senyum Yukinoshita yang penuh dengan keyakinan yang tinggi.

Arah pukulanku tidak begitu jelas akan jatuh dimana.

"Hyahhh!!"

Miura mengeluarkan suara yang mirip seperti seekor ular dan dia sudah berdiri di sekitar lokasi jatuhnya bola.

Tiba-tiba, angin berembus.

Miura, kau mungkin tidak tahu...

...Tentang embusan angin spesial yang terjadi ketika mendekati akhir jam makan siang, ini adalah sebuah keunikan yang hanya dirasakan oleh SMA Sobu dan sekitarnya.

Bola lalu tampak tergoncang dan berubah jalur mengikuti arah angin. Bolanya menjauh dari Miura dan menyentuh titik pojok lapangan, tapi Hayama masih berusaha mengejar bola tersebut.

Hayama, kau mungkin tidak tahu...

...Angin ini tidak berembus hanya sekali saja.

Aku adalah satu-satunya orang yang tahu soal ini: Aku, yang sepanjang tahun duduk sendirian, tidak berbicara kepada siapapun, hanya menghabiskan waktuku dengan diam...Dan hanya angin inilah yang menjadi saksi bagaimana aku menghabiskan waktuku sendirian selama ini.

Dan begitulah cerita keajaiban dari bola melengkung yang dimana aku, dan hanya aku, yang bisa melakukannya.

Tiupan angin kedua mulai berembus ketika bolanya memantul di lapangan.

Sama seperti sebelumnya, setelah memantul di sudut lapangan, bola tersebut berputar arah dan menjauh dari lokasi.

Semua orang disini hanya bisa terdiam, seakan-akan telinga mereka hanya difokuskan untuk mendengarkan apa yang sedang terjadi, dan seluruh pasang mata tampak terkejut dengan itu.

"Ah, aku baru saja ingat tentang sebuah cerita...Ada sebuah skill yang memberikan kekuatan kepada penggunanya untuk mengontrol angin, Sang Penerus Angin, Eulen Sylpheed!"

Satu-satunya orang yang tidak mengikuti fenomena ini hanyalah Zaimokuza, dan dia meneriakkan itu dengan kerasnya.

Kampret, jangan seenaknya menamai gerakan seseorang...Kau benar-benar mengacaukan situasi ini.

"Mu-Mustahil..."

Miura tampak sangat terkejut. Kata-katanya barusan membuat para penonton terdiam; para penonton awalnya hanya riuh ramai seperti biasanya, tapi setelah itu mereka mulai meneriakkan Eulen Sulpheed!, Eulen Sylpheed!

Ya Tuhan, tolong jangan buat mereka terus meneriakkan itu...

"Wah ternyata gagal ya...Sepertinya bola barusan melengkung secara ajaib."

Hayama menatapku sambil tersenyum ceria. Senyumnya seperti orang yang sudah berteman denganku selama beberapa tahun...Sambil menerima senyumnya itu, aku meremas bola di tanganku ini dengan keras dan tetap berdiri, tidak bergerak dari posisiku.

Aku benar-benar tidak tahu bagaimana merespon situasi yang semacam ini.

Jadi, aku hanya meresponnya dengan sebuah percakapan yang tidak berguna.

"Hayama. Apa kau pernah bermain baseball waktu kecil dulu?"

"Oh, iya. Aku sering bermain itu juga...Ada apa?"

Hayama tampak dipenuhi tanda tanya dengan pertanyaan yang tiba-tiba diarahkan kepadanya barusan, meski begitu dia tetap menjawabku dengan langsung. Dia mungkin benar-benar orang yang baik...

"Memangnya, kau bermain baseball dengan berapa orang?"

"Huh...? Kalau kau tidak punya 18 orang, maka kau tidak bisa bermain baseball."

"Yeah, itulah yang kupikirkan...Tapi, tahukah kau, selama ini aku selalu sendirian."

"Huh? Apa maksudmu?"

Hayama bertanya balik kepadaku, tapi kupikir dia tidak akan mengerti meski aku memberitahunya.

Ini tidak hanya sekedar baseball secara solo.

Apakah orang-orang seperti kalian tahu bagaimana sakitnya mengayuh sepeda sendirian seperti seorang idiot, berkeringat selama musim panas dan menggigil selama musim dingin? Kalian mengalihkan hal-hal semacam itu dengan mengeluh "Panasnya", "Dinginnya, ini buruk sekali"    aku menjalani itu semua dengan sendirian.

Asal tahu saja...Kau tidak tahu rasanya menjadi takut untuk bertanya ke orang lain tentang materi ujian yang akan datang, dan akhirnya kau memilih untuk belajar sendirian dan menghadapi konsekuensinya secara langsung. Kau pasti sering mencoba mencocokkan jawaban ujianmu dengan temanmu, membandingkan nilainya, lalu saling memanggil "goblok kau" atau hal-hal berlebihan lainnya dan lari dari kenyataan, sementara itu aku hanya bisa menghadapi realita itu secara langsung.

Bagaimana dengan penjelasanku tadi? Apakah aku kini terlihat seperti orang yang terkuat?

Sambil dihinggapi emosi yang semacam itu, aku mempersiapkan diriku untuk melakukan servis.

Satu kaki berada di depan, dan satunya agak kebelakang seperti yang sudah diajarkan, lalu membuat tubuhku serasa seperti sebuah busur. Kulempar bolanya tinggi-tinggi di udara. Kupegang raketku dengan kedua tanganku dan kuposisikan di belakang leherku.

Langit yang biru, musim semi yang mulai menjauh, dan musim panas yang akan segera datang...Kuambil semua itu dan kukirim langsung ke neraka.

"Masa muda, MAMPUSLAH KALIAN!!"

Dengan sekuat tenaga, ketika bola sudah berada di depanku, kupukul ke udara dengan sekali ayunan.

Terdengar "crack!" ketika bola menyentuh pinggiran frame raket dan mulai meluncur ke langit, seperti tertelan oleh birunya langit.

Bola terus meluncur ke langit. Juga, bola mulai tampak mengecil karena perbedaan jarak.

"I-Itu...Tekad Penghancur yang mengaum hingga surga, Meteor Strike!"

Zaimokuza meneriakkan itu dengan kencang. Sekali lagi, ngapain lo namain pukulan tenis gue? Kampret!

"Meteor Strike..."

Para penonton mulai berbisik satu sama lain dengan kata-kata barusan.

Serius, kenapa kalian malah kompak dengannya?!

Sebenarnya ini bukanlah hal yang luar biasa...Ini hanyalah permainan pukul dan tangkap saja.

Biar kujelaskan: Ketika aku kecil, aku tidak punya banyak teman, jadi aku menciptakan olahraga baru dimana baseball dimainkan oleh satu orang   Aku akan melempar bola sendiri, memukul sendiri, dan menangkap sendiri. Ketika aku mencoba untuk menciptakan cara agar pertandingannya bisa lebih lama lagi, aku menyadari kalau versi super dari pukul dan tangkap ini adalah cara yang terbaik untuk membuat pertandingannya lebih lama.

Kalau aku berhasil menangkap bolanya karena batter gagal memukul, maka si batter out. Kalau aku berhasil memukul bolanya terlalu jauh, maka aku menganggapnya home run. Kelemahan game ini adalah, ketika kau mulai menyukai satu sisi (batter atau catcher), maka permainan ini sudah tidak berimbang. Untuk memainkan permainan ini, sangat penting untuk menekankan objektivitas seperti bermain hompimpa dengan diri sendiri. Para hadirin sekalian, tolong jangan ditiru; bermain baseball-lah dengan teman-teman kalian.

Tapi itu adalah simbol dari diriku yang terisolasi, dan juga senjata terkuatku.

Ini semacam palu yang tiba-tiba muncul dari lubang dimensi yang akan menghancurkan para pemuja masa muda yang bodoh.

"A-Apa-apaan barusan?"

Miura melihat ke arah langit dengan mata yang terbuka lebar. Hayama juga menatap ke arah langit, tapi ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi panik dan dia-pun berteriak.

"Yumiko! Jangan kejar!"

Hayama berteriak ke Miura, yang tetap menatap ke arah bola dengan ekspresi terkejut. Seperti yang kuduga, Hayama menyadari apa yang terjadi...Tapi dia sudah terlambat.

Bola tersebut terus naik ke langit, namun secara perlahan melambat karena efek gravitasi, hingga kedua gaya tersebut menjadi imbang, maka bola akan berhenti sejenak.

Kemudian, perimbangan gaya tersebut selesai, dan energi potensial barusan berubah menjadi energi kinetik. Bola mulai bergerak turun. Ketika menghantam tanah, energi tersebut akan meledak.

Setelah perjalanan panjangnya di langit, bola tersebut mulai diselimuti oleh awan dan turun dengan kencang.

Miura mengejar bola yang diselimuti awan tersebut dengan langkah yang tidak menentu, berusaha untuk memukulnya.

Bola memantul di lapangan dan dengan arah yang tidak stabil, mengarah ke arah pagar pembatas lapangan yang ada di belakangnya.

Sial...Miura akan menabrak pagar!

"Ugh!"

Hayama membuang raketnya dan berlari ke arah Miura.

Apa dia akan sempat?! Apakah dia akan gagal?!

Keduanya lalu menghilang dari pandangan akibat debu yang beterbangan di sekitar mereka.

Semua orang hanya bisa terdiam.

Aku mendengar suara orang yang menelan ludahnya sendiri...Malahan, mungkin orang itu adalah aku.

Lalu, debu mulai menghilang, dan mereka berdua mulai terlihat olehku.

Punggung Hayama tampak menghantam pagar; dia sedang memeluk Miura untuk melindunginya. Sedang Miura sendiri yang berpegangan ke kaos Hayama, wajahnya tampak memerah.

Selanjutnya, para penonton langsung heboh dan bertepuk tangan. Ini semacam standing-ovation.

Hayama tampak memegangi kepala Miura, dan wajah Miura semakin memerah.

Sambil menyemangati, para penonton mulai mengelilingi Hayama dan Miura.

"HA~YA~TO~GO!! HA~YA~TO~GO!!"

Seperti hendak berpartisipasi dalam perayaan tersebut, bel tanda jam makan siang berakhir berbunyi. Ini seperti sedang berada di situasi dimana akan ada adegan ciuman sebelum bagian terakhir, bagian info nama-nama pemeran muncul.

Pada akhirnya, semua orang tampak puas dan kelelahan, mereka seperti sehabis menonton film yang menarik atau habis membaca sebuah cerita epik tentang rom-com masa muda.

Setelah itu, sambil berteriak "hip hip hooray!" para penonton mengangkat mereka ke udara dan secara perlahan mereka mulai pergi ke arah gedung sekolah.

TAMAT.

Kampret.







x x x






Tidak lama kemudian, kita menjadi orang terakhir yang berada di lapangan.

"Kurasa kau bisa katakan kalau kita memenangkan pertandingannya, tapi kalah dalam perangnya."

Suara Yukinoshita barusan terdengar menyedihkan sekali, tapi itu malah membuatku tertawa.

"Jangan konyol...Dari awal ini bukanlah pertandingan demi mereka."

Mereka yang merayakan masa mudanya adalah orang-orang yang selalu berada dalam cahaya lampu sorot.

"Yeah, itu benar...Menjadi seperti ini gara-gara Hikki ada disini. Tidak dipedulikan meski kau menang...Itu sangat menyedihkan sekali."

"Hei, Yuigahama, tolong jaga ucapanmu. Kau harusnya sadar kalau kadang kata-katamu yang jujur itu bisa melukai seseorang, daripada hanya sekedar kata-kata sindiran langsung."

Aku menatap Yuigahama dengan kesal, tapi tampaknya dia tidak peduli sama sekali.

Well, kurasa yang dia katakan ada benarnya, jadi dia tidak punya alasan untuk meminta maaf. Sejak awal, Hayama dan Miura tidak benar-benar peduli tentang kompetisi ataupun pertandingan semacam itu.

Akupun kagum bagaimana mereka bisa merubah kekalahan menyakitkan menjadi sebuah halaman yang indah dalam buku mereka tentang masa muda.

Kampret, apa-apaan barusan? Masa muda, mampus saja kau, kampret...

"Ugh, kampret, apa-apaan dengan Hayama...Kalau aku terlahir dan dibesarkan berbeda dengan saat ini, aku juga bisa seperti itu, kampret..."

"Kalau begitu, bukankah kau akan menjadi orang yang berbeda...? Well, tapi ada benarnya kalau kau mungkin butuh full reset."

Yukinoshita menatapku dengan dingin seperti hendak memberitahuku untuk mati saja.

"...Ta-Tapi, maksudku, umm...Kurasa aku aku lega kalau Hikki seperti ini, atau, umm...Well, kurasa tidak buruk juga, umm..."

Yuigahama menggumamkan sesuatu. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Tolong bicara dengan jelas...Kau mengingatkanku dengan diriku sendiri ketika berada di toko baju dan ada karyawannya yang mendatangiku dan bertanya kepadaku.

Tapi, Yukinoshita tampaknya tidak mendengar apa yang Yuigahama katakan, dia hanya tersenyum kecil dan diikuti dengan sedikit anggukan.

"Well, sayangnya...Ada beberapa orang yang sudah diselamatkan oleh jalanmu yang berbeda dari orang kebanyakan."

Yukinoshita mengatakan itu dan tiba-tiba memalingkan pandangannya dariku. Ketika aku mengikuti arah tatapannya, kulihat Totsuka berjalan ke arah kami dengan pelan sambil memegangi lututnya. Zaimokuza juga mengikutinya dari belakang seperti seorang Stalker yang menyeramkan.

"Hachiman, bagus sekali...Seperti yang kuharapkan dari partnerku. Tapi, sayangnya, mungkin akan tiba saatnya bagi kita untuk menyelesaikan ini untuk terakhir kalinya, dan selamanya..."

Entah mengapa, Zaimokuza mulai berbicara dengan dirinya sendiri dengan mata yang berkaca-kaca. Kuacuhkan dia dan akupun mulai berbicara dengan Totsuka.

"Apa lututmu baik-baik saja?"

"Yeah..."

Ternyata, aku baru sadar kalau hanya ada laki-laki saja disini. Mungkin gara-gara ada Zaimokuza disini, Yukinoshita dan Yuigahama mulai meninggalkan tempat ini.

Hayama bisa membuat para gadis mengelilinginya dengan mudah seperti seorang James Bond, tapi disini aku malah dikelilingi para pria. Jadi, dia berada di ending film James Bond, dan aku mendapatkan ending film A-Team...Kampret, kenapa tidak berimbang?

Rom-com sendiri ternyata hanyalah sebuah isapan jempol.

"Hikigaya-kun...Umm, terima kasih."

Totsuka berdiri di depanku dan menatapku langsung. Dia mengatakan itu lalu memalingkan pandangannya. Dari posisiku saat ini, aku hampir saja hendak memeluknya dan menciumnya, tapi aku teringat kalau dia adalah laki-laki...

Hal-hal rom-com disini semuanya serba salah, termasuk jenis kelamin dari Totsuka. Juga, Totsuka sudah berterimakasih ke orang yang salah.

"Aku tidak melakukan apapun. Kalau kau mau berterimakasih, maka kau harus berterimakasih ke mereka..."

Aku mencoba mencari orang yang sedang kubicarakan ini dengan melihat ke sekitarku. Ketika kulakukan, aku melihat rambut twin-tail yang berkibas kesana-kemari dari arah samping ruangan Klub Tenis.

Jadi mereka ada disana?

Aku lalu berjalan menuju ruangan Klub tersebut, kupikir aku harusnya menyampaikan terimakasihnya ke mereka.

"Yukinoshi...Ah."

Dia ternyata sedang ganti baju.

Blusnya tampak terbuka,dan aku bisa melihat bra-nya yang berwarna hijau muda. Dia masih memakai roknya, tapi tampilan yang tidak berimbang ini justru menunjukkan proporsi tubuh kurusnya secara jelas.

"W...Wha wha wha   "

Ugh, kenapa kau sangat berisik ketika aku sedang berkonsentrasi dan menyimpan ini dalam memoriku? Oh, ternyata ada Yuigahama juga disini.

Dia ternyata juga sedang ganti baju.

Sepertinya, dia adalah tipe orang yang melepas kancing dari bawah. Kemejanya tampak terbuka, bra pinknya dan belahan dadanya tampak terlihat jelas. Dia sedang memegang roknya dengan satu tangan dan satunya lagi memegangi Yukinoshita...Well, sederhananya, dia tidak sedang memakai rok.

Bentuk pantat yang proporsional yang selaras dengan pakaian dalamnya yang berwarna pink, dan kedua kakinya memakai kaus kaki berwarna biru gelap yang cukup tinggi.

"Serius ini, mati saja kau!"

Wham! Dia melemparkan raketnya dan tepat mengenai wajahku.

...Ahh, ya, ini memang sudah mirip dengan rom-com.

Kerja bagus, Dewa Rom-Com. Hiks.






x Chapter VII | END x





Sebenarnya, jika kita telusuri kata-kata Yukino berikut, kita menemui beberapa kejanggalan.

"Well, sayangnya...Ada beberapa orang yang sudah diselamatkan oleh jalanmu yang berbeda dari orang kebanyakan."

Jika kita bicara request ke Klub, vol 1 chapter 3 request Yui, hasilnya Yui memutuskan untuk belajar sendiri. Artinya, hasilnya masih ongoing.

Lalu request Zaimokuza di vol 1 chapter 5, hasilnya Zaimokuza mengatakan akan membuat karya lagi (meski kita tahu kalau ini bullshit). Oke, satu orang tertolong. Lalu siapa lagi satunya(minimal) jika kita bicara beberapa orang?

Request Totsuka? Err, ini masalah hak pemakaian lapangan tenis. Jadi kita skip ini.

Lalu siapa minimal satu orang lagi yang terselamatkan oleh jalan hidup Hachiman?

Yep, satu orang lagi adalah Yukinoshita Yukino sendiri. Ingat perdebatan mereka berdua tentang lari dari kenyataan, vol 1 chapter 1. Kalau melihat vol 10 dan 11, mudah sekali menarik kesimpulan seperti ini:

Yukino memilih tinggal sendirian di apartemen karena berusaha kabur dari tirani Ibunya. Yukino memilih "mengisolasi dirinya" dari siswa/siswi lain karena tidak ingin ada salah paham lagi. Namun ada seorang Hachiman yang menghadapi semua itu, berani menjadi dirinya sendiri di hadapan semua orang. Pertanyaan besar bagi Yukino, apakah Hachiman bisa survive dengan jalan hidupnya yang seperti itu?

Ironisnya, Hachiman sebenarnya ke SMA Sobu karena hendak kabur dari kenyataan, karena SMA Sobu adalah SMA dengan kemungkinan terkecil untuk bertemu Kaori-chan.


...........


Tentu saja Yui ingin Hachiman seperti yang saat ini, karena Hachiman versi inilah yang menjadi pahlawannya.


............


Mengapa tidak ada monolog berusaha mengingat image Yui yang sedang berganti baju, seperti ketika Hachiman melihat Yukino?

Wah saya mulai terdengar seperti Yukino-fags. Onoreeee!


...........


Tentu saja Miura tidak peduli dengan pertandingannya, karena dia sudah dapat apa yang lebih penting dari itu, momen bersama Hayama!


...........

1 komentar: