Rabu, 25 Januari 2017

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 chapter 7 : Dewa Rom-Com Kadang Bisa Bermurah Hati-3





Pertandingan dimulai, dan jual-beli serangan dilakukan untuk memperoleh poin.

Awalnya, para penonton berteriak histeris, tapi semakin lama pertandingan berjalan, mereka hanya bisa menahan napas mereka dan mengejar pergerakan bola dengan mata mereka, seperti memberikan semacam perasaan senang ketika ada kubu yang mendapatkan poin. Jujur saja, ini seperti pertandingan Tenis tingkat Pro yang biasa kau lihat di TV.

Dengan rally-rally panjang, bola dikembalikan dari lapangan satu ke lapangan lainnya, tapi aku mulai merasakan semacam ketakutan yang menjalar di tubuhku.

Pada akhirnya, rally panjang ini dihancurkan oleh pukulan dari seorang gadis.

Ping!

Aku mendengar suara raket yang menghantam bola. Setelah itu, bola langsung melewatiku dengan kecepatan yang tidak masuk akal.

Anjrit, apa-apaan barusan...?

Apa cuma aku saja atau yang lainnya juga melihat, bolanya barusan seperti meluncur deras dengan kecepatan tinggi?

Dengan kata lain, Madam Butterfly ini benar-benar pemain level tinggi.

"Gila, dia benar-benar jago..."

Aku tidak bisa menghentikan mulutku untuk mengatakan itu.

"Sudah kubilang tadi..."

Suara Yuigahama barusan terdengar bangga akan sesuatu.

Bukankah dia harusnya satu tim denganku dan mendukungku?

"Tahu tidak, kau dari tadi tidak pernah memukul balik bolanya..."

"Ah, umm, sebenarnya...Aku tidak terlalu bisa bermain Tenis."

Aku hanya bisa menelan ludahku sendiri ketika mendengar itu.

"...Kau...Kau tidak bisa main Tenis tapi masih disini?"

"Ngh...I-Iya iya, itu salahku!"

Dengan kata lain, kau ini idiot...Kau ini terlalu baik ke orang lain. Kau tidak bisa bermain Tenis, meski begitu kau masih disini, bermain di depan banyak orang demi Totsuka...

Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Memang, kau akan terlihat keren jika kau juga bisa bermain Tenis, tapi sayangnya hidup tidak semudah itu.

Aku sendiri memberikan perlawanan yang serius dengan pukulan servis yang mengarah ke tempat sulit dan mengembalikan bola seakurat laser dari hasil latihanku memukul bola ke tembok, tapi ketika masuk babak kedua, perbedaan angkanya semakin besar.

Ini dikarenakan arah bola sengaja diarahkan lawan ke arah Yuigahama.

Mungkin mereka kaget karena aku ternyata sangat jago dan mereka merubah target mereka...Atau mungkin juga mereka tidak mempedulikan eksistensiku.

"Begini Yuigahama, kau urus bagian depan saja. Biar aku yang urus bagian belakang."

"Oke."

Kami menyepakati rencana sederhana barusan dan mengambil posisi.

Dengan cepat, Hayama melakukan servis. Bola mengarah ke ujung lapangan dan lokasinya agak jauh dari kita. Akupun melompat dengan segenap kekuatan untuk berusaha mengembalikan bola itu. Kujulurkan raketku sejauh mungkin agar bisa mengenai bolanya. Dengan segenap tenaga, aku pukul balik bolanya.

Bola berhasil kukembalikan, tapi Madam Butterfly sepertinya sudah bersiap untuk itu. Dia lalu memukul bolanya ke sudut yang sebaliknya, aku bahkan tidak sempat berpikir dimana lokasi persis bola akan membentur lapangan, dimana aku sendiri sudah menduga kalau dia akan mengarahkan bolanya ke arah itu.

Kedua kakiku yang ceroboh ini ternyata masih mendengarkan apa yang dikatakan oleh otakku. Aku berhasil mengembalikan bolanya, kuarahkan di salah satu sudut lapangan lawan.

Tapi, Hayama tampaknya sudah membaca rencanaku itu     dia sudah menunggu bola yang dikembalikan olehku. Dia memukul balik bolanya, dengan sebuah drop shot diantara diriku dan Yuigahama.

Aku sudah kehilangan keseimbangan, jadi mustahil bagiku untuk memukul balik bola tersebut. Akupun mengirimkan tatapan memohon ke arah Yuigahama, lalu dia berlari ke arah bola tersebut dan memukulnya balik...Namun karena pukulan barusan dipukul dengan sekuat tenaga, bola melambung tinggi, jatuh tepat dimana Madam Butterfly berdiri.

Lalu bolanya di smash dengan kekuatan penuh, jatuh tepat di belakang kita. Madam Butterflu memasang senyum sadis di wajahnya setelah bola barusan hampir menyentuh wajah Yuigahama dan jatuh ke salah satu sudut lapangan.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku tidak pergi untuk mengambil bolanya     aku hanya memanggil Yuigahama yang baru saja terjatuh.

"...Barusan itu sangat menakutkan..."

Ketika Yuigahama menggumamkan itu, Madam Butterly tampak sedikit khawatir akan kondisinya.

"Yumiko, bola barusan sepertinya terlalu kejam untuknya."

"Apa   ?! Enggak lah! Ini biasa terjadi di pertandingan normal! Aku tidaklah seburuk itu!"

"Ahh, bisa jadi kau ini orangnya sadis."

Hayama dan Madam Butterfy tampak saling becanda dan tersenyum. Para penonton juga tampak mengikuti mereka dan tersenyum.

"...Hikki, ayo kita menangkan pertandingan ini."

Yuigahama lalu berdiri dan berusaha mengambil raketnya.

"O-Ouch!" aku mendengar suara rintihan.

"Hei, kau baik-baik saja?"

"Maaf...Kupikir aku terkilir atau sejenisnya."

Yuigahama mengatakan itu sambil tertawa dengan ekspresi malu-malu. Meski begitu, kedua matanya tampak dipenuhi air mata.

"Kalau kita kalah...Maka akan menyebabkan masalah ke Sai-chan...Ah, ini tidak bagus, kalau begini terus maka situasinya tidak akan membaik...Kalau ini gagal, kurasa permintaan maaf yang sederhana tidak akan menyelesaikannya dengan mudah...Ugh!"

Yuigahama mengatakan itu dengan frustasi.

"Well, kita akan cari jalan keluarnya. Skenario terburuk, kita akan dandani Zaimokuza dengan pakaian perempuan."

"Itu pasti akan ketahuan dengan cepat!"

"Benar juga...Kalau begitu, aku ada ide lain...Kau pergilah ke pinggir lapangan dan beristirahat. Aku akan menangani sisanya."

"...Bagaimana caramu menangani itu?"

"Ada sebuah jurus terlarang di Tenis yang sudah ada sejak dulu kala. Nama jurusnya adalah 'Raketku tiba-tiba melayang!'"

"Itu pelanggaran loh!"

"...Well, skenario terburuknya, yaitu aku berubah menjadi mode serius. Kalau aku menjadi serius, maka aku akan menjadi ahli dalam meminta ampunan dan menjilati kaki mereka."

"Barusan itu terlalu serius dalam hal yang salah..."

Yuigahama yang tampak terkejut itu mengembuskan napasnya, lalu dia tersenyum. Kedua matanya tampak memerah bercampur air mata, mungkin ototnya terluka karena tertawa sampai menangis. Dia lalu menatapku dengan kedua matanya yang memerah.

"Ah, Hikki memang idiot...Sifatnya benar-benar buruk, dan bertambah buruk ketika hendak menyerah. Waktu itu, kau tidak menyerah sama sekali...Kau bergegas dengan cepat seperti seorang idiot dan setelahnya mengucapkan hal-hal yang putus asa, suaramu sangat menjijikkan...Aku masih ingat semua itu."

"Apa sih yang kamu bicaraka   "

"Kurasa barusan aku hanya berbicara melantur saja..."

Yuigahama memotong kata-kataku dan berbicara dengan tergesa-gesa.

Dia lalu membalikkan badannya, dan berjalan keluar.

"Tolong beri jalan, tolong beri jalan!" dia meneriakkan itu dan membuat para penonton kebingungan.

"...Apa sih yang baru saja dia katakan...?"

Aku terus menatapa kepergian Yuigahama yang meninggalkanku sendirian di lapangan ini. Lalu, aku mendengar suara tawa yang sinis dan menggema di lapangan ini.

"Ada apa tuh? Apa kau bertengkar dengan temanmu? Ditinggalkan?"

"Jangan konyol...Aku tidak pernah bertengkar dengan siapapun selama hidupku. Bukannya aku sendiri punya orang untuk bertengkar atau semacamnya."

"Ehh..."

Hayama dan Madam Butterfly merespon kata-kataku barusan.

Hmm? Mereka barusan harusnya menertawaiku...

Begitu ya, humor yang merendahkan diri sendiri hanya bekerja efektif jika kau dekat dengan orang yang diajak becanda...

Zaimokuza adalah satu-satunya orang yang berusaha menahan tawanya. Kutatap dirinya, namun Zaimokuza langsung pura-pura berbicara dengan seeorang sambil menghilang dalam keramaian.

...Bajingan kau. Kau malah kabur ya?

Well, kalau dalam situasi yang seperti ini, aku juga pasti akan pura-pura tidak melihat dan kabur. Totsuka sendiri juga melihatku dengan ekspresi yang menyedihkan.

Ugh, ya sudah...Saatnya memohon ampunan? Akan kutunjukkan seperti apa kemampuanku jika aku sudah serius.

Agar bisa menggugah simpati seseorang, kau harus membuang jauh-jauh harga dirimu dan tangkap simpatinya dengan sekuat tenaga...Aku sangat bangga dengan bagaimana ahlinya diriku dengan hal itu.

Mungkin hanya akulah orang disini yang merasa gerah dengan situasi ini...

Tiba-tiba, aku mendengar suara riuh dari arah penonton.

Entah mengapa, tembok manusia penonton di pinggir lapangan tiba-tiba terbelah dengan sendirinya.

"Apa yang terjadi? Kenapa tempat ini bisa menjadi gaduh begini?"

Ternyata itu Yukinoshita     dia memakai kaos olahraga dan rok, dan ekspresinya tampak kurang senang. Dia membawa kotak P3K di tangan satunya.

"Ah, kau tadi pergi kemana...? Kenapa kau malah memakai itu?"

"Aku tidak tahu...Yuigahama-san tadi mendatangiku dan memintaku untuk memakai pakaian ini."

Yukinoshita mengatakan itu dan membalikkan badannya, dimana Yuigahama tiba-tiba muncul di sampingnya. Sepertinya, mereka baru saja bertukar pakaian, dan dia memakai seragam Yukinoshita.

Mereka ganti baju dimana? Apa diluar?! Hmm...

"Kalah dalam pertandingan ini kurasa akan sangat menjengkelkan, jadi Yukinon akan bermain untuk kita."

"Kenapa aku harus melakukan itu...?"

"Well, bukankah Yukinon satu-satunya teman yang bisa kuandalkan di dunia ini!"

Yukinoshita tampak kaget dengan respon Yuigahama.

"Te...Teman?"

"Yup, teman."

Yuigahama menjawab itu dengan cepat. Tunggu dulu, barusan itu agak...

"Apa kau benar-benar meminta temanmu untuk melakukan hal yang cukup mengganggu seperti ini? Entah mengapa aku merasa kalau kau hanya memanfaatkannya..."

"Eh? Justru dalam situasi seperti inilah, aku hanya meminta bantuan teman. Kenapa kau harus meminta tolong seseorang yang tidak kau pedulikan untuk melakukan sesuatu yang kau anggap penting?"

Dia mengatakan itu seolah-olah itu adalah hal yang wajar di sunia ini.

Oh, jadi begitu ya...

Dulu, aku sering diminta untuk mengerjakan tugas piket kebersihan karena mereka selalu mengatakan "bukankah kita teman?" setelah memintaku untuk melakukannya, jadi aku benar-benar tidak punya pengalaman dalam sudut pandang Yuigahama kali ini.

Kalau begitu, bukankah itu artinya dulu aku benar-benar teman mereka...

Yukinoshita mungkin sedang memikirkan hal yang sama denganku. Dia menaruh satu jarinya di bibir dan memikirkan sesuatu.

Sikapnya yang hati-hati itu memang wajar; aku dan dirinya bukanlah tipe-tipe orang yang bisa mempercayai orang dengan mudah.

Tapi Yuigahama Yui ini adalah kasus khusus. Lagipula, dia ini bodoh.

"Hei, dia hanya mengatakan itu tanpa berpikir panjang. Tahulah, dia kan bodoh atau semacamnya."

"Tolong jangan remehkan aku...Mungkin kau tidak tahu, tapi aku punya mata yang bagus untuk mengamati sikap orang-orang. Kecil kemungkinan orang yang memperlakukan diriku dan Hikigaya-kun dengan baik adalah orang yang jahat."

"Logikamu barusan agak suram..."

"Tapi itu benar."

Memang benar.

"Aku tidak masalah dengan bermain Tenis, tapi...Bisakah kau beri aku waktu sebentar?"

Yukinoshita mengatakan itu dan berjalan ke Totsuka.

"Kalau tidak salah, kau paham caranya  memakai kotak P3K ini untuk merawat lukamu?"

Totsuka tampak kaget dan mulai mengambil kotak P3K yang diberikan kepadanya.

"Eh, ah, yeah..."

"Yukinon, jadi kau tadi pergi untuk mengambil itu...Kau ternyata baik sekali."

"Begitukah? Meski begitu, masih ada saja pria yang memanggilku Ratu Es dari belakangku..."

"Ka-Kau tahu dari mana...Ah! Apa kau membaca Daftar Orang Yang Tidak Akan Pernah Kumaafkan?!"

Kampret. Aku selama ini sudah memanggil Yukinoshita dengan kata-kata yang buruk dari buku itu.

"Aku juga terkejut. Apa kau benar-benar menyebutku seperti itu?...Well, bukannya aku peduli dengan apa yang orang-orang pikirkan tentangku."

Yukinoshita lalu menatapku. Tapi, ekspresinya kali ini tidak sedingin yang biasanya, tapi seperti bercampur dengan keraguan. Suaranya yang biasanya tegas kali ini tampak agak kurang kuat, dan dia memalingkan pandangannya.

"...Juga...Aku tidak masalah jika kau berpikir kalau aku ini temanmu..."

Aku seperti hampir mendengar suara Pop! dan wajah Yukinoshita tampak memerah. Dia memegangi raket dari Yuigahama dan menatap ke arah lantai lapangan.


Sisi super manis darinya barusan itu, sudah cukup untuk membuatnya mendapatkan pelukan...Dari Yuigahama.

"Yukinon!"

"Hentikan itu...Jangan terlalu menempel denganku. Itu membuatku gerah..."

...Huh? Bukankah ini momen dimana dia harusnya bersikap deredere kepadaku? Apakah hanya aku yang merasa kalau dia hanya bersikap deredere ke Yuigahama saja? Itu tidak benar, benar kan? Apa kita sedang berada di situasi rom-com dimana laki-laki dikumpulkan dengan laki-laki saja dan perempuan dengan perempuan?

Semua Dewa Rom-Com ternyata idiot.

Setelah berhasil menjauhkan Yuigahama darinya, dia lalu pura-pura batuk beberapa kali dan melanjutkan kalimatnya.

"Memang aku sangat menyesal karena harus satu tim dengannya, tapi...Sepertinya aku tidak punya pilihan lain, benar tidak? Aku akan menerima requestmu. Jadi yang harus kulakukan hanyalah memenangkan pertandingan ini?"

"Okay!...Yeah, aku tidak bisa membantu banyak untuk mendukung kemenangan Hikki."

"Maaf ya sudah membuatmu melakukan ini."

Aku agak merendahkan kepalaku, tapi Yukinoshita hanya menatapku dengan dingin.

"...Tolong jangan salah paham ya. Aku tidak melakukan ini demi dirimu."

"Ha ha ha, ternyata kau ini tsundere."

Ha ha ha, ya ampun, ha ha ha ha...Sudah lama aku tidak mendengar kalimat klise itu.

"Tsundere...? Entah mengapa, kata itu sepertinya cukup menakutkanku."

Yeah, serius ini...Kurasa wajar kalau Yukinoshita tidak tahu apa tsundere...Terlebih lagi, gadis ini tidak berbohong     dia selalu mengatakan kebenarannya, meskipun kejam. Jadi mungkin dia tidaklah bohong ketika dia berkata kalau tidak melakukan ini demi diriku.

Well, bukannya aku ingin dia menyukaiku atau sejenisnya, kurasa tidak apa-apa begitu.

"Yang terpenting, tunjukkan daftar yang kau katakan tadi setelah ini. Aku ingin melihatnya dan memberikan responku kepadamu."

Yukinoshita lalu tersenyum manis kepadaku, seperti setangkai bunga yang mulai mekar. Tapi mengapa senyumnya tidak membuatku merasa hangat sedikitpun...?

Aku sangat ketakutan. Seperti baru saja ditatap oleh seekor Harimau.

Kalau di depanku sekarang ada Harimau...Hmm, itu berarti ada seekor serigala di belakangku, seperti pepatah lolos dari panci penggorengan, malah tercebur ke bara api. Ataukah belakangku nanti ada seekor keledai?

"Yukinoshita-san...Benar tidak? Maaf memotong ya, tapi aku ini tidak setengah-setengah ke siapapun. Kau ini bukan tipe-tipe putri yang manja, benar tidak? Kalau kau tidak ingin terluka, kusarankan untuk tidak melakukan ini."

Kulihat asal suara itu dan Miura ternyata sudah berdiri disana sambil memainkan ujung rambutnya yang melingkar, bahkan dia memasang senyum yang sinis ke arah kami.

Kau bodoh, Miura...Menantang Yukinoshita sama saja dengan mendapatkan "death flag".

"Tenang saja, aku tidak akan terlalu serius nanti. Akan kuhancurkan harga dirimu itu hingga berkeping-keping."

Yukinoshita mengatakan itu dan memberikan invisible smile. Setidaknya, dialah yang invisible bagiku.

Dia adalah musuh yang menakutkan, tapi akan sangat bagus jika kau bisa satu tim dengannya...Aku sungguh merasa kasihan dengan orang-orang yang menjadi musuhnya.

Hayama dan Miura kini menatapnya dengan serius. Senyum Yukinoshita sendiri sangatlah cantik dan cukup dingin untuk membuatku membeku seketika.

"Kau dari tadi sudah membully teman   "

Wajah Yukinoshita tiba-tiba memerah. Mungkin dia merasa malu ketika menggunakan kata itu, jadi dia kini berusaha mengatakannya sekali lagi.

"...Kau sudah membully anggota Klub-ku dari tadi. Siapkan dirimu...Mungkin aku terlihat seperti ini, tapi aku bukanlah tipe orang yang mendendam."

Tidak, kau jelas tipe orang yang seperti itu...110% kau seperti itu.







x Chapter VII Part 3 | END x




Menarik, jadi ketika Hachiman hendak menyelamatkan Sable, Hachiman tampak seperti pria 'yang seharusnya'. Tidak heran Yui menyukainya.


...........


Apakah pembaca disini masih ragu kalau Yukino menganggap Yui adalah temannya? Sedang Hachiman sendiri melihat Yui-Yukino adalah teman.

Sayangnya, Hachiman mendapatkan kesimpulan tentang kebenaran hubungan pertemanan Yui-Yukino di vol 3 chapter 3. Yeah, hubungan pertemanan mereka tergantung dengan situasi Yui-Hachiman.


..........



Buat yang belum tahu, Hachiman ini menyukai tipikal gadis tsundere.


...........


Hachiman mengatakan: Well, bukannya aku ingin dia menyukaiku atau sejenisnya

Kalimat di atas adalah bullshit dari Hachiman. Kita bisa baca dengan jelas di vol 1 chapter 3 kalau Hachiman berpikir kalau Yukino juga menyukainya, adegan sebelum pergi membeli minuman.


...........


Yeah Yui melakukan itu demi Totsuka...Err sebenarnya demi Hachiman.


..........


Jika anda membaca sampai sejauh ini, berarti anda sudah menyadari kalau versi LN ternyata lebih seru dari versi anime atau manga...




7 komentar:

  1. Edan! Mimin 110% tepat
    Manteb versi LN ��

    BalasHapus
  2. Ya LN lebih bagus. Saya heran kenapa animenya membuat perubahannya yang sebenarnya malah mengilangkan hal-hal yang penting.

    BalasHapus
  3. Yah versi lnnya lebih seru dari pada animenya. Di ln gue jadi ngerti gak kayak di animenya yang menimbulkan tanda tanya

    BalasHapus
  4. Yah... animenya udah nnonton berkali kali
    Baru kali ini mau bandingin sama LN nya

    BalasHapus
  5. Seru karna ada analisis dari adminnya yang bikin tambah ngerti lagi, mantapp min

    BalasHapus