Minggu, 15 Januari 2017

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 Chapter 6 : Rupanya, akan ada kegiatan bersama Totsuka Saika -6







Dan begitulah rencana latihan maut kami dibuat. Disepakati, kalau latihan perdana akan dimulai besok.

Kampret, ngapain gue harus ikutan?

Kalau begini, bukankah Klub Relawan sendiri hanyalah sebagai tempat tujuan bagi orang-orang lemah dan melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan mereka? Bukankah ini akhirnya hanyalah sebuah Klub yang menyediakan hiburan sementara bagi orang-orang yang tidak berguna di masyarakat?

Lalu apa bedanya dengan masa muda yang sangat kubenci itu?

Tentunya, Hiratsuka-sensei sendiri mungkin berusaha mengubah tempat ini menjadi semacam tempat rehabilitasi, tempat dimana orang-orang dirawat dan dikurung...

...Tapi jika penyakit kami ini bisa disembuhkan dengan hal yang sesederhana itu, bukankah harusnya kita sudah sembuh dengan mudahnya sejak dulu?

Begini, mari kita ambil contoh Yukinoshita, misalnya saja ya. Aku tidak tahu apa masalah yang hinggap di pikirannya, tapi aku yakin kalau pergi ke Klub setiap hari tidak akan membuat masalahnya pergi begitu saja.

Sebenarnya, satu-satunya cara tempat seperti ini agar bisa menyembuhkan luka adalah Totsuka yang berubah menjadi seorang gadis. Mungkin, lewat masalah Tenis ini, akan muncul situasi rom-com diantara kami berdua, dan itu jelas akan membuatku merasa lebih baik...

Setahuku, Totsuka Saika adalah orang paling manis di dunia ini. Dia baik, dan terpenting lagi, baik kepadaku. Jika kita berdua ditempatkan di ruangan yang sama dan diberi waktu untuk berkenalan satu sama lain dengan lebih baik, mungkin saja aku akan menjadi seorang manusia yang tumbuh dewasa dengan wajar.

...Tapi, tahulah, Totsuka adalah seorang laki-laki. Oh Dewa, kenapa kau goblok sekali...

Itu membuatku sedikit depresi, tapi aku tetap mengganti pakaianku ke pakaian olahraga. Lalu, aku menuju ke Lapangan Tenis. Hei, aku masih percaya kalau ada peluang kecil kalau Totsuka itu sebenarnya gadis. Aku akan mempertaruhkan seluruh harapan dan impianku ke peluang itu!

Seragam olahraga kami sendiri berwarna biru muda dengan ditambahi sedikit fluorescent, dan itu mencolok sekali. Mengesankan kalau pakaian olahraga kami ini terlihat kuno dan setiap siswa disini tidak suka memakainya, jadi mereka tidak pernah memakainya kecuali di Pelajaran Olahraga ataupun latihan.

Jadi ketika semua orang mengenakan seragam biasa mereka, dan aku kini terlihat seperti orang idiot yang mencolok dengan seragam ini.

Karena itulah, aku bisa ditemukan dengan mudah oleh orang yang menyebalkan ini.

“Hah hah hah hah Hachiman.”

“Jangan membuat suara tawamu seperti sedang memanggilku...”

Dari seluruh siswa SMA Sobu, hanya Zaimokuza-lah yang memiliki tawa menjijikkan seperti barusan. Dia berdiri tegak, menyilangkan lengannya, dan menghalangi jalanku.

“Kebetulan sekali...Aku sendiri hendak memberikan karya baruku. Ayo bersiaplah, kenyangkan kedua matamu dengan karyaku! Kuatkan dirimu!”

“Ahh, maaf...Aku agak sibuk sekarang.”

Akupun langsung bergegas melewatinya dengan sedikit memutari badannya, juga menghindari tumpukan kertas yang dia sodorkan kepadaku...Tapi Zaimokuza berhasil menangkap bahuku.

“...Jangan membohongiku dengan alasan yang menyedihkan semacam itu. Bagaimana mungkin orang sepertimu bisa sibuk?”

“Serius gue...Kaulah orang terakhir di dunia ini yang ingin kudengar mengatakan hal itu.”

Kenapa sih semua orang selalu mengatakan itu? Apa aku terlihat seperti orang yang tidak punya sesuatu untuk dilakukan?...Well, bukannya aku mau mengatakan mereka salah sih...

“Hmph, Hachiman, aku paham...Kau sebenarnya ingin pura-pura keren di depanku, jadi kau sedikit berbohong barusan. Lalu, untuk melindungi kebohonganmu terbongkar lebih jauh lagi, kau berbohong lagi. Tapi yang kau lakukan itu hanyalah lingkaran yang tanpa ujung, sebuah loop yang tidak berakhir. Kau harus tahu, Hachiman, loop semacam itu tidak akan membawamu kemana-mana. Secara umum, hubungan antar manusia pada akhirnya tidak akan membawamu kemanapun. Jadi, kau masih punya waktu untuk kabur dari Neraka itu!...Kau dulu pernah menolongku kabur dari sana, dan sekarang saatnya bagiku untuk membalas budimu!”

Kata-kata Zaimokuza barusan adalah kata-kata kedua dalam daftar kata-kata yang ingin diucapkan oleh semua pria. Gayanya yang mengacungkan jari jempolnya ke arahku dengan ekspresi yang memberikan jaminan akan sesuatu, benar-benar menjengkelkan...

“Serius, gue ada kegiatan sekarang...”

Aku sebenarnya mulai kesal, dan aku berniat untuk mengatakannya dengan lebih keras lagi. Tapi...

“Hikigaya-kun!”

Ketika suara sopran itu mencapai telingaku, aku seperti merasakan kalau Totsuka melompat ke lenganku.

“Kebetulan sekali. Ayo kita pergi sama-sama?”

“Ba-Baiklah, ayo...”

Totsuka sedang membawa tas berisi raket di bahunya, dan entah mengapa, tangan kanannya memegangi tangan kiriku.

Anjrit...

“H-Hachiman...Si-Siapa ini...?”

Zaimokuza melihatku dan Totsuka dengan tatapan yang terkejut. Lalu entah mengapa, ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang familiar...Ah, benar, apa ini semacam Kabuki? Aku juga hampir mendengar suara lyoo~~~ pon pon pon yang merupakan efek suara dari Kabuki ketika kedua mata Zaimokuza terbuka lebar dan memasang ekspresi yang aneh.

“Dasar bajingan! Kau mengkhianatiku!”

Kampret, apa maksudmu dengan mengkhianati...”

“Diam kau! Dasar playboy tanggung! Kau sudah gagal sebagai pria cantik! Aku ini kasihan kepadamu karena kamu ini adalah penyendiri, tapi yang kulihat sekarang adalah kau ini malah banyak gaya!”

Tanggung? Gagal? Itu sudah terlalu jauh...”

Tapi aku memang penyendiri, jadi aku tidak bisa membantahnya.

Zaimokuza, terus menatapku dengan tatapan iblisnya, dan mulai menggerutu.

“Aku tidak akan memaafkanmu...”

“Hei, tenang dulu Zaimokuza. Totsuka ini bukanlah seorang gadis. Dia itu laki-laki...Mungkin sih.”

“Ja-Jangan main-main! Orang semanis ini mustahil dia seorang pria!”

Aku memang tidak begitu meyakinkan ketika mengatakannya, dan Zaimokuza-pun merespon balik.

“Begini, Totsuka ini pastilah pria yang manis.”

“Itu...Dipanggil dengan sebutan manis...Agak...”

Totsuka, masih berdiri di sampingku, wajahnya memerah dan berusaha memalingkan pandangannya.

“Umm...Apa dia ini teman Hikigaya-kun?”

“Nah itulah, itu pertanyaan yang sangat bagus...”

“Hmph...Mustahil aku menganggap orang sepertinya sebagai musuh yang tangguh.”

Zaimokuza tampak menghinaku. Uwahh, orang ini benar-benar menjengkelkan...

Tapi bukannya aku tidak paham dengan dirinya. Normal jika merasa sedikit sedih dan dikhianati ketika kau tahu kalau orang yang selama ini kau anggap sebagai seperjuangan denganmu, lalu tiba-tiba berubah drastis.

Apa yang bisa kukatakan dalam situasi ini untuk tidak merusak hubungan kita? Sayangnya, karena aku tidak berpengalaman dalam hal ini, aku benar-benar tidak tahu.

Aku merasa blank dengan situasi ini. Kupikir, Zaimokuza dan diriku, suatu hari nanti, akan mencapai situasi dimana kita bisa memahami satu sama lain dan tertawa bersama-sama...

Tapi, hal semacam itu adalah sesuatu yang mustahil.

Bersimpati dengan seseorang, berusaha membuatnya merasa lebih baik, tidak membuatnya marah, berempati dengan mereka, dan akhirnya, menjadi lebih dekat dengan seseorang...Pertemanan semacam itu bukanlah pertemanan sama sekali. Kalau hal yang mengganggu semacam itu disebut masa muda, maka aku tidak masalah jika tidak memilikinya.

Berkumpul dengan grup yang stagnan, selalu bersikap seolah-olah kau sedang menikmatinya,  hanya untuk membuatmu terlihat dihargai dan eksis. Hal-hal semacam itu tidak ubahnya sebagai usaha untuk menipu dirimu sendiri. Sangat menyedihkan.

...Maksudku, lihat situasi ini: menghadapi kecemburuan dari Zaimokuza benar-benar menjengkelkan.

Setelah aku menyadari betapa berharganya diriku, aku langsung memilih jalan penyendiri.

“Totsuka, ayo pergi.”

Kusenggol lengan Totsuka untuk memberi isyarat pergi.

“Ah, oke...”

Dia meresponnya, tapi tidak mau bergerak sama sekali.

“Zaimokuza-kun...Benar tidak?”

Zaimokuza tampak bimbang, namun akhirnya dia mengangguk.

“Kalau kau teman dari Hikigaya-kun, mungkin kita bisa...Menjadi teman juga? Itu akan membuatku...Senang sekali. Aku tidak punya banyak teman pria...”

Totsuka mengatakan itu sambil tersenyum malu.

“Fu...ku, ku ku ku ku. Memang, Hachiman dan diriku adalah teman dekat...Tidak, kita adalah rekan seperjuangan...Bukan, bukan, bukan, akulah Tuannya dan dia adalah Budaknya...Well, kalau kau tanya kita ini apa, kurasa seperti itulah. Aku akan...Umm...menerima pertemanan kita. Bahkan, kita bisa menjadi sepasang kekasih.”

“Uhh, kupikir itu bukanlah...Ide yang bagus. Kurasa yang pertama tadi sudah cukup.”

“Hmm, begitu ya...Hei, Hachiman.  Kau pikir orang ini menyukaiku? Kalau begitu, bukankah artinya aku ini menjadi lebih populer? Benar tidak?”

Zaimokuza tiba-tiba berada di dekatku dan berbisik.

...Sudah kuduga: Zaimokuza ini bukanlah temanku.

Seseorang yang berubah 180° ketika mereka berpikir bisa mendekati seorang gadis cantik bukanlah temanku.

“...Totsuka, ayo pergi...Kalau kita telat, Yukinoshita bisa meledak nantinya.”

“Hmm, itu bukanlah hal yang bagus...Ayo kita bergegas saja. Dia itu...Benar-benar menakutkan.”

Zaimokuza lalu mengikutiku dan Totsuka. Sepertinya, dia memutuskan untuk ikut dalam tim ini...Lagipula, kalau kita berjalan seperti ini di lorong, semua orang yang menonton pasti akan berpikir kalau kita berasal dari Dragon Quest. Atau mungkin...Bukan Dragon Quest, tapi sejenis King Bomby dari seri Momotetsu...








x Chapter VI Part 6 | END x





  Well, kita semua tahu apa yang terjadi di Klub Relawan. Justru Hachiman disana-lah yang akan membuat Yukino terbuka dan bisa menyelesaikan masalahnya. Persis dengan apa yang terjadi pada Hiratsuka-sensei di masa lalu.

....

  Saya merasa sedang translate sesuatu yang berbau material untuk Ebina Hina...

1 komentar: