x x x
- Permohonan Maaf Kepada Para Pelanggan –
PEMBERITAHUAN
DARI MANAGEMENT ‘BURGER MOL’
Kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pelanggan setia kami. Karena ada
masalah pasokan bahan dari Selat Malaka, pengiriman stok bahan burger kami hari
ini telat selama satu jam. Produksi burger hari ini akan disesuaikan dengan
stok bahan yang ada di gudang kami.
Mohon
maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanannya dan diharap maklum.
-
Management
Burger MOL -
Apa
yang membuat sosial sekitar kita menjadi bergairah?
Ketika ada yang bertanya seperti itu, maka jawabannya jelas.
Hubungan sosial antar manusia dikenal dengan
nama kerjasama yang saling menguntungkan.
Semua hal di dunia ini, entah sistem asuransi, infrastruktur ataupun
penanganan bencana alam, dibangun berdasarkan sebuah kerjasama yang saling
menguntungkan. Jika tiap orang diperbolehkan mengambil apapun yang terlihat
oleh mereka, maka kelangsungan spesies mereka akan terancam. Oleh karena itu,
orang-orang mulai membangun sebuah komunitas sosial dengan saling menyandarkan
bahu mereka satu sama lain.
Kalau begitu, bagaimana dengan Kusaoka-san dan diriku? Sambil menunggu
lampu penyeberangan berwarna hijau, aku mempertanyakan hal itu.
Cahaya matahari senja seperti menempel pada kereta-kereta transportasi
yang lewat di sekitarku. Di jantung kota ini, ada sebuah stasiun yang sangat
besar, dimana stasiun tersebut memiliki delapan rel. Ini termasuk rel kereta
non-publik, kereta bawah tanah, dan JR. Stasiun ini dikelilingi oleh Pertokoan
di salah satu sisi dan disisi lain ada kantor pusat sebuah perusahaan
elektronik yang besar. Bisa kau katakan, kalau stasiun tersebut menjadi titik
tengah sentra bisnis di kota ini dan membagi sentra bisnis tersebut menjadi
area timur dan barat. Tanpa mengenal waktu, area ini merupakan area padat
aktivitas sejak matahari terbit hingga terbenam.
Ini
adalah sebuah dunia yang dijalankan oleh logika para kapitalis yang tamak,
mereka memakai konsep yang berbeda dari sebuah ‘kerjasama yang saling
menguntungkan’.
Dari semua masalah itu, aku lalu menatap ke
orang yang berada di sebelahku. Pria yang mengikuti diriku, merespon tangisanku
yang meminta bantuan dengan kata-kata yang seadanya.
“Kusaoka-san, bisakah kau anggap bahwa yang terjadi diantara kita saat
ini adalah sebuah hubungan kerjasama yang saling menguntungkan?”
“Mauku sih begitu, tapi melihat apa yang terjadi hingga aku berada
disini, satu-satunya hal yang menghubungkan kita adalah sebuah skenario yang
jahat...”
“Hmm?”
“Oh, lupakan saja kata-kataku tadi.”
“...Begitu ya. Aku merasa sedikit khawatir. Aku merasa tidak nyaman
meminta bantuan orang tanpa membalas jasanya.”
“Jangan khawatir. Aku biasanya tidak akan pernah bisa merasa lebih buruk
daripada yang kurasakan saat ini.”
“...Jadi kamu memang merasa ini mengganggumu, ya?”
Dia
tidak meresponnya. Dengan senyum tipis di wajahnya, Kusaoka-san berjalan saja
dengan diam. Apa suaraku barusan tidak dia dengar? Tidak, pasti bukan itu. Kami
dalam posisi yang cukup dekat sehingga dia bisa mendengarku dengan jelas.
Aku
sempat berpikir kalau dia tidak menyukaiku. Jika gadis yang dia hadapi bukanlah
diriku, aku bisa saja berpikir tentang kemungkinan itu. Meski begitu, ketika
aku bertanya sesuatu tentang perasaannya dan dia pura-pura tidak mempedulikanku,
ini berarti satu hal.
Dia
tampaknya sudah terperangkap dalam pesonaku. Seperti para pria pada umumnya,
dia diam karena takut mendengarkan kata-kata penolakan dariku. Ya, begitulah
pria. Mereka boleh muncul dengan wajah dan tubuh yang berbeda, tapi mereka sama
saja.
Sejak pertama kali dia mengajakku berbicara, aku sudah tahu ini.
Ekspresi wajahnya adalah ekspresi wajah pria yang sedang jatuh cinta pada
pandangan pertama. Selain itu, kupikir wajahnya juga harusnya tidak tertulis
dalam sejarah manusia.
Sebagai seorang wanita yang diberkati dengan intelektualitas dan
kecantikan yang langka, aku jelas telah berpengalaman terhadap hal-hal yang
semacam ini. Jumlah pria yang berusaha mengajakku kencan sudah melampaui jumlah
bintang-bintang di langit. Sayangnya, aku belum mengiyakan satupun ajakan
mereka.
Menjadi gadis yang sangat cantik juga punya kerugian.
Jika aku mengandalkan wajah cantikku untuk mendekati pria, maka itu sama
saja dengan membeli kebencian dari para wanita yang lain. Pasar situasi
tersebut bahkan terjadi di sebuah sistem tertutup seperti sekolah. Dengan kata
lain, cinta juga bisa dikapitalisasi.
Meski begitu...
“Aku tidak tahu pandanganmu terhadapku itu seperti apa, Kusaoka-san.
Tapi aku ini juga manusia biasa. Jika aku membuat seseorang merasa dirugikan,
maka aku juga merasa begitu.”
Aku
mencoba membuatnya paham maksudku.
Kusaoka-san lalu menatapku, tapi dia tidak
mengatakan apapun.
Memang, jika pertama kali melihat Chigusa Yuu, mungkin dia akan terlihat
seperti anak nakal, super cantik, tapi dia juga punya hati seperti gadis yang
normal. Meskipun aku sendiri tidak tahu apa yang ada di pikirannya, akupun
sudah baik dengan menanyakan dahulu apa masalahnya. Aku memang sangat peduli
dengan perasaan manusia.
Satu
kebaikan yang kuberikan pastinya akan membuatku menerima sebuah kebaikan di
kemudian hari. Itu adalah aturan main yang pasti.
Menurut kata-kata adikku, para pria biasanya lemah ketika dimintai
tolong oleh gadis yang manis. Kalau begitu, Kusaoka-san pastinya senang bukan
main dimintai tolong olehku. Memang, aku melakukan kegiatan investigasi ini
demi tujuanku sendiri, tapi dia memang orang luar dalam masalah ini. Dia selama
ini hidup dengan bergelimang kebahagiaan, atau dengan istilah lainnya ‘sebuah pecahan
kecil dari gaya hidup hedonis’.
“Kusaoka-san, bukankah sudah kukatakan untuk mengatakan saja apapun yang
ingin kaukatakan?”
“Huh?”
Kusaoka-san mengatakan itu seperti tidak menyangka aku akan
mengatakannya.
“Ngomong-ngomong, kamu tidak perlu khawatir seperti itu. Aku bukanlah
orang yang perlu kau khawatirkan jika kita ingin mengobrolkan hal-hal yang
tidak berbau uang.”
“...Cukup mengagumkan. Aku dari tadi sudah mengobrol sendiri di
pikiranku, jadi kita memang tidak ada yang bisa diobrolkan.”
Tampaknya, Kusaoka-san yang diam mulai berbicara ketika kami berjalan
melewati penyeberangan. Lalu dia melanjutkan lagi kata-katanya.
“Jadi, apa yang harus kulakukan agar bisa pulang secepatnya?”
“Informanku mengatakan sudah mendapatkan informasi dan mengajakku
bertemu. Kami akan bertemu di Burger MOL di ujung...oof!”
Seseorang yang sedang terburu-buru
menyenggolku dengan tasnya. Bam! Aku
merasakan punggungku sedang didorong, menyebabkan lututku menekuk secara
spontan.
Secara perlahan, sakit mulai menjalar ke
seluruh tubuhku.
“Ouch...”
Semuanya terlihat memudar di mataku. Air
mataku seperti mau jatuh saja. Aku memang gadis yang cengeng. Di saat yang
seperti ini, aku sangat menyadari bagaimana lemahnya diriku ini.
Tidak ada yang bisa aku lakukan, jika saja
aku bisa melihat siapa yang sudah melakukannya...
Karena kejadiannya masih baru, aku lalu
mencoba menengok ke sekitarku untuk mencari orang tersebut.
“...Tidak apa-apa, ayo berdiri.”
“Huh?”
“Ayo, cepat kita selesaikan urusan kita dan
pulang ke rumah secepatnya.”
Wow!
Seseorang menarik lenganku dan membantuku
berdiri. Aku merasa terkejut...dia bahkan terasa lebih kuat dari siapapun yang
tadi sudah menyenggolku.
Pria yang membantuku berdiri ini mungkin
berada dalam fantasi umum para wanita. Tentunya, aku, yang berada dalam tahap
awal menjadi seorang wanita, tidak terkecuali terhadap fantasi semacam itu.
Secara tidak sengaja, aku berusaha menggosok
ujung mataku ini dengan tanganku.
“...Err, umm...Terima kasih banyak.”
“Kau tidak perlu membungkuk seperti itu. Aku
ingin secepatnya pulang dari sini.”
Ketika aku melihat ke arahnya, Kusaoka-san
melihat ke arah lain seperti tidak terjadi apapun. Cukup aneh, sikapnya itu
seperti sebuah neon yang bersinar bagiku.
“Poinmu baru saja naik, Haruma-san?”
“Poin apa...?”
“Oh tidak, jangan membuat seorang gadis
mengatakan itu.”
Aku mengatakannya sambil menunjukkan ujung
jariku.
Bagi pria seumuran dirinya, dia tergolong
pria yang pemalu. Dia tampak malu-malu. Perbedaan antara tampilan wajahnya dan
sikapnya membuat poinnya semain naik!
Ketika poin Johannesnya penuh, aku akan
memberikan orang ini kesempatan untuk makan malam denganku. Kusaoka-san
harusnya merasa beruntung karena aku memberinya kesempatan untuk berkencan
dengan gadis yang luar biasa. Tapi karena aku juga akan mendapatkan makan malam
gratis juga, maka aku juga ikut berbahagia. Ini seperti melempar satu batu dan
kena dua burung.
Aku selalu memegang kebijakan untuk membuat
semua orang gembira, mungkin lama-lama aku ini semakin mirip dengan para
politisi. Jika aku bertujuan untuk menyelamatkan uangku, maka terjun ke dunia
politik bisa jadi salah satu opsi yang menarik. Aku mau melakukan apapun untuk
merubah Jepang, tanah yang kucintai, menjadi tempat yang lebih baik.
x x x
Di lantai dua Burger MOL, ada sebuah meja di
pojokan yang disinari cahaya remang-remang.
Di tempat itu, ada seorang gadis kurus duduk
disana.
“Maaf ya, apa aku sudah membuatmu menunggu?”
Aku mengatakannya sambil berjalan ke mejanya.
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dua
atau tiga kali untuk merespon pertanyaanku tadi. Lalu dia menatap ke arahku dan
pria di sebelahku ini.
“Umm, ini Haruma-san, dia akan membantuku
dalam investigasi ini. Dan ini, adalah temanku, Anna-san.”
“...hmm.”
Dia meresponnya seperti kura-kura yang
pemalu, Kusaoka-san lalu mengambil kursi dan duduk.
Dan disini ada Anna-san.
Seorang teman yang berasal dari kelas satu,
dia adalah anak yang termuda dari tiga bersaudara yang semuanya terdiri dari
para gadis. Dia adalah seorang Gemini dan memiliki golongan darah B, kalau
menurut primbon itu adalah orang yang kurang ahli dalam kerajinan tangan. Dia
tinggal bersama kedua orang tuanya, yang sering memakai jasa rental mobil.
Keluarganya tidak memiliki satupun masalah dengan pembayaran pajak.
Hutang-hutangnya juga tidak besar. Meski begitu, orang tuanya sangat ketat
kepadanya. Dia berhutang ¥36,400 kepadaku. Lesung pipi di wajahnya adalah
fitur yang paling mempesona dalam dirinya.
Tapi entah mengapa hari ini,
lesung pipinya itu hilang kemana, dan digantikan oleh keringat dingin.
“Err, Umm, Yuu-chan...ada apa memanggilku kemari?”
“Ada yang ingin kutanyakan
kepadamu, jika kamu tidak keberatan.”
Anna-san tampaknya sangat
perhatian denganku, karena di jam yang sibuk ini masih mau menyempatkan diri
bertemu denganku. Akupun tidak ragu untuk memanggilnya saudara sejiwa.
“Kamu tahu kan kalau banyak
teman-temanku menghilang belakangan ini? Anna-san, bukankah kamu berteman baik
dengan Shia-san? Jadi, apakah ada info yang bisa kau berikan kepadaku? Apapun
itu tidak masalah.”
“...Umm, kau tahu, kami
bertiga...Shia, Maria, dan aku biasanya...minggu lalu kami punya rencana untuk pergi
keluar bersama-sama...”
Setelah duduk di sebelahku,
Anna-san hanya menatap ke arah jari-jemarinya yang gemetaran sejak tadi.
Seperti terkena listrik atau semacamnya. Tubuh-tubuh semacam ini yang bisa
menghasilkan uang untukku.
“Oleh karena itu, aku coba
menghubungi Maria untuk bertanya kabar Shia di telepon.”
“Terus...?”
“Tapi tampaknya terjadi sesuatu
yang buruk ke Maria, karena suaranya terdengar tergetar hebat dan shock ketika
kutelepon.”
“Ah, kasihan. Ngomong-ngomong,
kenapa baru cerita sekarang?”
“Oh, tidak ada apa-apa...itu
saja!”
Dia seperti malu-malu untuk
mengatakannya. Oh, dia sangat manis, seperti seekor kelinci kecil.
“Anna-san, kamu terlihat manis
sekali. Ayolah katakan ada apa, kamu pasti bisa!”
Salah satu alasan aku membawa
Kusaoka-san kesini adalah untuk memberikan tekanan ke orang yang sedang
kuinterograsi ini jika dia menolak untuk memberitahuku. Tapi, tampaknya dia
akan memberitahuku sebentar lagi. Oh, kalau begitu ini artinya aku tidak butuh
dirinya disini? Berarti, ini cuma terhitung sebagai membagi sedikit ruangku
untuk seorang pria tidak berguna dan aku bisa menganggap ini gratis, benar
tidak?
“...Bukankah ini bukan masalah
serius, jadi tolong beritahu kami apa yang kau ketahui, oke?”
Kusaoka-san yang duduk di
seberangku mengatakan itu, dia tampaknya ingin momen ini berjalan secara
efektif.
Gadis yang ideal, adalah gadis
yang cantik dan baik. Dia pasti sedang berusaha keras untuk membuat kesan
mendalam kepada wanita cantik sepertiku. Memang ada benarnya, aku tidak bisa begitu
saja lupa kepada seseorang yang berusaha membantuku.
“A-aku tidak terlibat apapun
disini, tapi aku pernah dengar sekali dari Shia kalau dia sangat menderita
karena berusaha membayar bunga pinjaman milikmu...”
“Ah, yang benar?”
Aku tidak sengaja mengatakan itu
dan menumpahkan gelas kopiku yang berada di meja.
Kopi yang panas, berwarna hitam
yang melambangkan keputusasaan, tumpah dan menyebar di lantai.
“Aku minta maaf soal ini! Tapi
aku senang kamu tidak main-main denganku, Anna-san. Itu hampir saja menjadi
sebuah kebakaran yang hebat.”
“Be-benar.”
“Jadi sekarang, apa yang
sebenarnya terjadi? Aku ini orang yang sangat tidak sabaran jika mendengar
namaku disebut-sebut, tanganku sering melakukan yang aneh-aneh ketika terkejut.”
Aku lalu menatap ke arah
Kusaoka-san.
“La-lantainya terlihat kotor
kena kopi...”
Ada sebuah kesan “Oh, kamu
memang manis sekali!” ketika melihatnya tiba-tiba secara spontan sukarela
membersihkan lantainya. Tampaknya dia tidak mendengarkan percakapanku dengan
Anna-san tadi. Aku sungguh lega. Aku hanya memberitahu tentang bisnisku ini
kepada orang-orang tertentu. Aku yang punya kontrol tentang informasi-informasi
klienku ini merupakan bukti kalau aku sangat ahli dalam bisnis ini.
“...Ma-maafkan aku! Aku
benar-benar minta maaf!”
Anna-san terus mengangguk ke
atas dan ke bawah seperti sebuah boneka. Dia lalu melanjutkan.
“Err, umm...Shia tampaknya
ketakutan kepada seseorang! Seseorang di luar sana! Dia berhutang ke orang itu
dan sekarang sedang dalam bahaya!”
“Oh, itu terdengar seperti
sebuah dilema.”
Aku mencoba tersenyum ketika
mengatakannya. Aku memang berharap kalau manusia ini tidak lupa akan aturan
emas dalam kemanusiaan: Mengembalikan
uang yang dipinjam.
“Aku sekarang malah berpikir kalau Shia
kabur karena dikejar hutang oleh tukang kredit yang lain.”
“...Tukang kredit yang lain, katamu?”
Aku
tidak sengaja mengatakan itu ketika mendengarnya, lalu aku berusaha menenangkan
diriku. Secara tidak sengaja, aku mengepalkan tanganku yang berada di bawah
meja.
Aku
memang sudah memprediksi kalau suatu hari nanti ini akan terjadi. Maksudku,
saingan bisnis.
Besar kemungkinan klienku yang menghilang itu diambil dan dipengaruhi
oleh saingan bisnisku.
Aku
harus tahu secara detail tentang mereka untuk memutuskan langkah-langkah yang
akan kuambil selanjutnya.
“Anna-san! Beritahu aku lebih jauh!”
“Be-beneran! Aku tidak tahu lagi! Hentikan itu, aku serius ini...”
“Tidak
apa-apa. Tidak ada orang yang menakutkan disini.”
“Oooooh...”
Semakin aku berusaha membuatnya bicara, Anna-san tampak akan menangis.
Dia seperti seorang gadis yang sedang disiksa oleh Iblis dari Neraka.
Biasanya, dalam situasi ini orang-orang biasanya berkata “Adukan saja ke
orang tuamu” atau “Panggil saja polisi” seperti tahu apa yang sebenarnya
terjadi disini. Di lain pihak, mereka mengatakan “Ini sudah terjadi. Apa yang
tidak membunuhmu maka membuatmu semakin kuat.”
Itu
adalah hal-hal yang buruk untuk dikatakan, menurutku.
Apa
yang tidak membunuhmu akan membuatmu kuat. Sudah berapa banyak korban yang
jatuh hanya karena melakukan kata-kata itu?
Mereka seperti dicengkeram oleh ketakutan; keinginan mereka dikontrol
oleh orang lain. Hatinya penuh dengan keputusasaan. Siapa yang bisa membantunya? Mereka sadar
kalau mereka sendiri tidak akan mampu mengatasi masalah itu. Oleh karena itu
mereka mencari bantuan orang luar.
Ketika memikirkan itu, aku menyadari: Anna-san masih bisa menjadi lebih kuat lagi.
Karena dia adalah temanku yang sangat berharga, kata-kata ketakutan dan disetir tidak akan pernah
ada diantara kita. Hal-hal dinamis semacam itu tidak pernah ada dalam kamus ‘hubungan
pertemanan’.
x x x
Satu jam kuhabiskan hanya untuk
meyakinkannya, dan pada akhirnya Anna-san tidak banyak memberiku informasi.
Untuk sementara, kuputuskan untuk memotong hutangnya menjadi ¥36,000.
Mendengar itu, Anna-san seperti menangis dengan gembira.
Kusaoka-san dan diriku
meninggalkan Burger MOL. Ketika aku melihat ke langit, banyak sekali cahaya
lampu neon meneranginya; warna dan bentuknya bervariasi, sebuah tanda akan
ketamakan manusia.
Di kota ini, tidak ada hal
semacam kegelapan. Bahkan hari ini, kota yang bersinar terang ini membuat
hatiku sakit.
“Cerita yang luar biasa, benar
tidak?”
Ketika aku menyeberangi
penyeberangan jalan, aku menatap ke arah Kusaoka-kun. Aku melangkah garis-garis
berwarna putih sedang dia melangkah di garis-garis berwarna hitam di zebra
cross ini. Kami berdua seperti melambangkan malaikat dan iblis.
Kami belajar satu hal dari
cerita Anna-san.
“Jadi transaksi uangnya
dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan ruang guru...”
“...Aku tidak bisa membayangkan
kalau tempat seperti itu digunakan untuk hal-hal semacam itu.”
“Memang.”
Aku juga tidak menduga kalau
ruangan itu dipakai untuk kegiatan semacam itu. Aku hanya bisa memendam
emosiku.
Kalau begitu, hanya para guru
yang bisa menggunakannya tanpa dicurigai. Penggunaan ruang itu untuk sebuah
transaksi bisnis hitam adalah tanda-tanda kiamat sudah dekat. Mereka berusaha
bermain api.
Adegan di Burger MOL ternyata
menghabiskan banyak sekali waktu. Ketika aku melihat ke bawah, cahaya lampu
neon menunjukkan sebuah pencahayaannya yang luar biasa.
Sebuah cahaya biasanya datang
dari sebuah kegelapan yang pekat.
Swalayan yang besar, merupakan
sebuah simbol era, tidak lupa bahwa gedung Swalayan itu seperti sebuah cangkang
yang besar. Ketika cangkang itu runtuh, keramaian di dalamnya akan menjadi
korban jiwa. Ada juga pekerjaan renovasi jalan raya, yang menyelimuti kota
seperti sebuah selimut. Juga ada gelanggang olahraga di sudut kota, tapi
rumornya operasi tempat tersebut terhenti karena ada masalah politik.
Jika kamu mau melihat ke
sudut-sudut gang, ada sebuah fenomena unik dan eksentrik: Gelandangan yang duduk
dan tiduran seperti sedang meminum obat, para orang-orang beragama radikal yang
berteriak “Tobat” dan “Kiamat sudah dekat”, wanita tua yang memeluk mainan
seperti memeluk anaknya sendiri. Mereka korban jiwa dari sebuah program manusia
yang bernama ‘demi hidup yang lebih baik’. Pada kenyataannya, tidak ada satupun
hari dimana aku tidak mendengar ambulan berhenti berbunyi.
Meski begitu.
Aku bukannya ingin menyebut kota
ini sedang sakit. Aku kadang membayangkan kalau kota semacam inilah yang
dipilih orang-orang yang saling mencintai sebagai tempat tinggalnya. Semakin
dalam mereka tenggelam dalam kepalsuan kota ini, semakin terbakar hangus cinta
yang mereka miliki.
Aku secara tidak sengaja
menggumamkan lagu-lagu.
“Kau tampaknya sedang senang.”
Kusaoka-san sedang berusaha
bercanda. Tampaknya, dia juga sedang dalam suasana hati yang gembira.
“Sekarang, ketika kita sudah
tahu dimana Shia-san berada dan identitas asli si lintah darat, masih banyak
yang perlu kita selidiki lagi. Oleh karena itu, kita bisa menghabiskan waktu
bersama lagi, Haruma-san!”
“Um, apakah itu artinya kau akan
ke rumahku?”
“Huh?”
“Huh?”
Aku terkejut dengan responnya
yang tidak terduga itu.
Ambil napas yang dalam, dan
keluarkan. Masuk dan keluarkan. Dengan begitu, aku bisa menenangkan hatiku yang
berdetak kencang.
“Kata-katamu tadi sungguh di
luar dugaan...Kita berdua ini masih SMA, tahu tidak?”
“Apaan?”
“Ketika aku diundang seorang
pria untuk ke tempat pribadinya, aku ingin kenal lebih dalam dahulu dengan
orangnya.”
“Huh? Kenapa kamu malah yang ingin
ke rumahku?”
“Eh? Jangan katakan kalau kau
ingin meninggalkanku setelah ini dan pulang begitu saja?”
“Eh, bukannya begitu...?”
“Huuuuh?”
Aku hanya bisa katakan kalau
komunikasi diantara kita berdua seperti sudah mati saja. Apa yang dipikirkan
pria ini?
Di sebelahmu ini adalah seorang gadis yang sempurna dan kau jatuh cinta
kepadanya pada pandangan pertama. Tidak lupa juga bahwa gadis ini punya wajah
yang sangat cantik dan kepribadian yang baik. Dan yang terpenting, kamu
diberitahu olehnya kalau dia punya banyak waktu luang yang bisa dia habiskan
bersamamu.
Kau
harusnya bisa mengambil peluang itu sebagai kesempatan emas untukmu sebelum
hilang! Aku seperti tidak tahu harus bilang apa kepadamu.
“...Oke! Aku sudah putuskan!”
“Err, umm, apa? Sial, aku hampir
saja mati ketakutan.”
“Urusan kita selesai untuk hari
ini!”
“Huh, serius nih? Sekarang aku
malah bertambah takut untuk mendengar rencana kamu yang baru saja kau putuskan
itu.”
“Dan besok kita bertemu lagi!
Haruma-san, kau tidak bisa menolaknya!”
“Huh? Dan sekarang aku
benar-benar ketakutan.”
Aku punya moto favorit: Bekerja
sukarela untuk kegiatan yang tidak populer.
Kusaoka-san tampaknya adalah
tipe orang yang memiliki sedikit teman. Percaya tidak percaya, dia memang punya
momen dimana dia berbicara dengan aneh ketika berkomunikasi. Bahkan manusia goa
sekalipun yang memakai rok dari rumbai dan palu batu akan belajar bekerjasama
untuk berburu.
Dalam sosial sekitar yang sudah
mirip hutan rimba ini, aku membayangkan ada seorang anak kecil yang dikirim
dari surga untuk hidup di hutan rimba itu. Dia akan disebut sebuah keanehan
yang menjijikkan, bahkan dianggap musuh dari sosial sekitarnya. Dengan alasan
tertentu, aku mengajaknya untuk berada di sisiku. Dan akhirnya dia akan menjadi
musuh bagi sosial sekitarnya. Mau bagaimana lagi, itu sudah resiko orang yang
jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan jika aku jadi dirinya, aku akan
melakukan apapun meskipun itu berarti dunia ini menolaknya.
“Serahkan saja padaku! Aku akan
membuatmu menjadi pria yang berbeda, Haruma-san! Dipaksa melakukan sesuatu yang
kau benci adalah apa yang dilakukan Ibumu.”
“Uh, soal itu...”
Kusaoka-san mengangguk begitu
saja.
Aku sempat bertanya apakah
kebaikan dan ketulusan hatiku ini sudah menyentuhnya. Setelah mengatakan itu,
dia tidak menunjukkan adanya tanda-tanda menolakku.
- Chapter IV | Yuu's Part | END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar