Jumat, 28 Agustus 2015

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 1 : Kusaoka Haruma 1




x  x  x




  Dari sebuah firman,


  Berasal dari ramalan di sebuah kitab;

  Ketika waktu itu tiba.

  Dia yang melakukan kesalahan, biarkanlah dia melakukan kesalahannnya:

  dan dia yang kotor, biarkanlah dia tetap kotor:

  dan dia yang melakukan kebajikan, biarkanlah dia melakukan kebajikan:

  dan dia yang suci, biarkanlah dia tetap suci.

  Bersiaplah, aku akan datang dengan cepat;

  aku membawa ganjaran dari perbuatan mereka bersamaku,

  untuk memberikan setiap manusia hasil perbuatan dari mereka itu.



  Apocalypse of John, Yohane 22: 10-12, ASV




*   *   *


  Ada sebuah pikiran yang selalu keluar ketika aku membaca Light Novel : "Ilustrasi menggambarkan segalanya."

  Ketika kamu membaca dialog yang melelahkan yang berisi adegan moe yang mesum, situasi yang memberikan power masturbasi yang cukup, karakter yang meniru dari berbagai karya lain, kata-kata yang terdengar membosankan bahkan anak SMP bisa membacanya dengan mudah  tidak, bahkan anak SD bisa menulisnya  maka ilustrasi menjadi sebuah fitur yang harus ada. Light novel memang sangat menyiksa untuk dibaca, tetapi ilustrasinya membuat itu terlihat menarik.

  Kepuasan paling dasar terletak dari apa yang terlihat di mata itu. Sederhananya, apa yang kau lihat adalah apa yang kau dapatkan.

  Bohong bila penampilan luar menggambarkan 90% orang itu seperti apa. Kuberi tahu saja, penampilan luar menggambarkan seluruh tampilan orang itu seperti apa. Seratus sepuluh persen kalau perlu.

  Aku sangat yakin kalau aku bukanlah satu-satunya orang yang berpikiran seperti itu. Banyak yang berpikiran sepertiku.

  Si anak itik yang buruk rupa, sebuah bacaan yang sering kau baca ketika membaca "Kumpulan dongeng karya Hans Christian Andersen", ya seperti itulah. Sederhananya, ceritanya begini : "Hidup akan terasa mudah jika penampilanmu bagus. Setidaknya, kamu tidak akan dikuliti untuk menjadi bahan masakan di masakan China. Para penyaji Foie Gras sebaiknya tahu apa yang mereka lakukan!"

  Itu adalah pesan yang dituliskan oleh Hans Christian Andersen di cerita itu. Buruk rupa adalah sebuah dosa. Sebenarnya, aku juga tidak begitu yakin kalau maksudnya seperti itu. Tapi setidaknya itu pesan-pesan yang kutangkap dari karyanya. Aku bisa merasakan emosi yang mendalam dengan keadaan diriku ketika membacanya. Itu membuatku membayangkan jika aku adalah Andersen. Sepertinya aku memang seperti Andersen. Seperti yang di anime Hellsing, menaruh bayonetnya dan mengatakan Amen.

  Mungkin, mungkin saja, diluar sana ada seseorang yang berpikir kalau Si anak itik yang buruk rupa adalah cerita yang memberikan harapan bagi orang-orang dengan penampilan yang buruk.

  Sebenarnya, itu adalah masalah yang berbeda. Hanya penggemar yang buruk dari Brother Grimm yang berpikir demikian (lol).

  Tidak ada sebuah harapan di dongeng itu. Tidak lebih dari sekedar imajinasi balas dendam melawan sebuah kecantikan yang memang memiliki kekuatan penghancur yang sangat besar, yang menghancurkan eksistensi dari sebuah hal yang buruk rupa. Si anak itik itu membalas dendam dengan menjadi lebih cantik dari yang menolaknya. Omong kosong dengan persahabatan dan kerja keras akan membuatmu lebih baik; kemenangan sudah ditentukan oleh garis keturunannya. Kamu tidak akan melihat seorang protagonis yang seperti itu jika kamu membaca Shonen Jump belakangan ini.

  Jadi opiniku begini, katakanlah dongeng itu adalah dasar dari filosofi hidup manusia. Kebenaran terselubung yang Andersen tulis di dongengnya adalah orang jelek tidak akan bisa diterima oleh orang lain.

  Jadi begitulah yang kutulis di buku laporanku setelah pelajaran itu.

  Tentu saja, aku menyesalinya sekarang. Kenapa aku tidak menulis sesuatu yang lebih aman? Kenapa aku tidak menulis sesuatu dengan setengah hati yang bisa membuat guru senang, seperti para siswa lainnya? Aku tahu kalau itu terdengar aneh, dan terlihat anti-mainstream. Bahkan Andersen sendiri tidak perlu memberitahuku mengenai hal ini.

  "Hey, Haruma..." Kusaoka Amane, guru yang menangani ini, memanggil namaku dengan lembut. Ini adalah jam makan siang, dan kami berdua sedang berada di ruang UKS, dimana bau antiseptik terus menghujani hidungku.

  Kusaoka Amane menyuruhku duduk di tempat tidur sedang dirinya menarik kursi terdekat dan duduk di depanku. Lalu dia menyilangkan kakinya yang kurus dan panjang itu, menyebabkan jas lab dan roknya yang ketat itu seperti membunyikan suara yang aneh. Ketika dia mencondongkan wajahnya untuk melihat wajahku, seperti memeluk kedua kakinya, aku bisa melihat dadanya dari blusnya. Sekali lagi, Amane-chan mengembuskan nafasnya seperti menantangku "ayo sentuh itu".

  Hanya tirai tipis yang memisahkan ranjangku dengan dunia luar, dan kami berdua duduk berdekatan. Dan selalu seperti ini ketika dia memanggilku kesini.

  Siang bolong dan aku duduk di pinggiran tempat tidur di ruang UKS, sendirian dengan guru cantik yang memakai jas lab. Jangan lupa kalau ada tulisan "ayo sentuh aku". Jika kamu menjadi diriku, aku berani bertaruh kamu akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan anak laki-laki.

  Tetapi ini jauh dari kenyataan.

  Ruangan ini bukanlah sebuah setting film porno, juga bukanlah adegan impian dari semua laki-laki. Ini seperti sebuah ruangan konsultasi. Kau juga bisa katakan, ini adalah ruangan khotbah.

  Amane-chan memutar-mutar rambutnya, menyebabkan aroma parfumnya mulai menyerang hidungku. Apa dia ganti parfum lagi? Yang terakhir sepertinya sudah bagus. Ketika pikiran-pikiran tidak berguna itu berlarian di kepalaku, Amane-chan menatapku tajam.

  "Hey, Haruma. Kamu pernah tidak, berpikir, setidaknya sekali, tentang posisiku di sekolah ini?"

  "Posisimu...Posisimu adalah Guru Pembina UKS."

  "Itu benar." Amane-chan mengangguk. "Aku adalah Guru Pembina UKS yang muda dan cantik." Dia mengulangi kata-kataku dengan menambahkan beberapa kata-kata yang bombastis.

  Lalu tiba-tiba, gerakan kepalanya terdiam.

  "Oh, dan aku juga adalah kakakmu." dia menunjuk ke arahku dengan tangannya.

  "Mm, kupikir begitu."

  Tidak perlu dijelaskan lagi, tetapi Kusaoka Amane dan Kusaoka Haruma adalah saudara, dan entah kenapa sekarang berada di sekolah yang sama dan memiliki hubungan guru-murid. Gara-gara itu, aku tidak bisa memenuhi pikiranku dengan hal-hal erotis, bahkan ketika ruangan yang kutempati sekarang sudah di set untuk adegan porno sekalipun. Terlebih lagi, aku tidak bisa melakukan apapun kecuali mendengarkan apa yang kakak idiotku ini katakan.

  Kakakku hanya berusaha menjadi apa yang dia bisa, aku selalu berusaha menjauhkan diriku dari berurusan dengan ruang UKS sebisa mungkin. Sayangnya, kadang ada beberapa pengecualian, seperti saat dia ingin punya sansak pukulan ketika stress. Hari ini, mungkin akan berakhir seperti itu.

  Amane-chan mengambil pipa non-tembakau dari saku di dadanya dan menaruhnya diantara gigi-giginya. "Kalau kamu paham, maka berhentilah menjadi biang masalah di sekolah, dasar goblok. Ketika kamu melakukan sesuatu yang bodoh, maka akulah yang dimarahi di ruang guru."

  "Bukankah itu karena mereka tidak menyukaimu? Ini bukannya aku melakukan kesalahan atau semacamnya."

  "Kamu ini! Lihat laporanmu yang kamu tulis hari ini, atau apa itu? Kamu menulis banyak hal-hal aneh disana."

  Dia menatapku, seperti menyuruhku mengingat sesuatu di ruangan memori otakku. Dan pencarianku menyempit ke satu kesimpulan.

  "Jangan bilang...tulisan tentang bagaimana orang jelek yang tidak punya HAM?"

  "Yeah! Aku tidak paham maksudnya yang mana, tapi mungkin yang itu! Tulisanmu itu sungguh jelek! Jangan pura-pura sok keren! Lihat wajahmu itu di cermin! Kamu selalu punya wajah yang suram!"

  "Jangan khawatir soal aku," kataku. "Jika kamu seorang pria, maka kamu bisa membeli HAM itu nanti."

  Amane-chan tidak terlihat seperti tidak setuju. "Memang. Kamu bisa melakukan apapun jika aset dan penghasilanmu sangat tinggi."

  Heh, jadi dia setuju dengan itu ya? Jika seorang pria punya penghasilan yang tinggi, mereka akan selalu bisa mengatasi hal itu. Dahulu kala, ada tiga hal yang membuat pria menjadi populer : Pendidikan yang tinggi, status yang tinggi, dan penghasilan yang tinggi. Tidak ada satupun hal yang berkaitan dengan wajah seseorang disana, jadi mungkin tidak akan ada diskriminasi wajah bagi seorang pria. Tetapi ya ampun, para wanita di jaman itu mungkin memang sesuatu. Apa mereka menilai pria dari tiga hal di atas? Jika kesetaraan reaksi adalah dasar dari ilmu kimia, maka jika mereka ingin menciptakan pacar yang ideal, maka mereka harus mengorbankan lengan atau kakinya seperti di salah satu anime.

  Well, kakak perempuanku adalah salah satu wanita yang seperti itu. Dia punya wajah yang manis dan tubuh yang bagus, tetapi sifatnya sangat buruk dan dia akui itu sendiri.

  Amane-chan terlihat memikirkan sesuatu dari matanya, kemudian dia pura-pura batuk. "Memang secara teknis kamu benar, tetapi pendidikan kita tidak boleh memiliki hal itu. Mereka tidak menyukai jawaban seperti itu  maksudku, mereka komplain kepadaku. Nenek tua yang menjadi gurumu tadi itu bukanlah tipe orang yang mau menerima pemikiran semacam ini, jadi kamu benar-benar mengganggunya dengan tulisanmu itu. Pikirlah sebentar sebelum bertindak, ya ampun."

  "Bukankah kamu baru saja mendiskriminasi guru itu melalui tampilannya? Tidak lupa kamu juga menyebutkan usianya..."

  "Aku tidak mengatakan sesuatu soal wajahnya, jadi itu tidak apa-apa," Amane-chan tersenyum kecil sambil membusungkan dadanya dengan bangga.

  Yep, sampai detik ini dunia tetap damai karena seseorang sudah melakukan "kebaikan tersembunyi". Aku adalah jiwa yang baik, jadi aku berlatih menjadi "kebaikan tersembunyi" itu dengan tidak berbicara satu katapun ke teman-teman sekelasku. Meski semua orang sudah menerima "kebaikan tersembunyi" milikku hingga saat ini, masih saja ada yang berselisih paham dan bertengkar disana-sini. Sungguh aneh.

  "Meski kamu tidak mengatakan langsung soal wajahnya, tetapi kamu orang yang dimarahi soal itu, jadi bukankah sebenarnya yang bermasalah itu sifatmu, Amane-chan?"

  Setelah mengatakan itu, Amane-chan mengibaskan tangannya untuk menolaknya. "Nope. Itu tidak ada hubungannya dengan sifatku. Paham? Ketika kamu menjadi Guru Muda UKS yang cantik, akan terlihat bodoh jika kamu terlihat menunduk dimarahi di ruang guru!" Dia mengoceh kesana-kemari. "Teman-teman di kantor mulai melecehkanku secara sexual secara perlahan-lahan! Dan paling penting, setiap hari banyak siswa laki-laki yang pura-pura sakit di UKS, membuat banyak wanita jalang di sekolah ini menatapku seperti musuh mereka! Aku ingin cepat-cepat menikah saja dan berhenti dari pekerjaan ini!"

  Suaranya terlihat sangat keras di kalimat terakhir tadi.

  Tampaknya kehidupan guru sangat keras sekali. Ketika pikiran-pikiran itu muncul di kepalaku, tirai dari ranjang ini dibuka oleh seseorang.

  "Maaf, Sensei?"

  Sebuah tangan kecil yang lemah membuka tirai itu dari pinggir. Dua buah bola mata itu terlihat gemetaran. Gadis yang memanggil Amane-chan mungkin masih memiliki demam melihat kedua pipinya yang memerah dan matanya yang agak pucat.

  Ketika kedua mata kami bertemu, dia lalu berusaha bersembunyi di balik tirai seperti binatang kecil. Kemudian, dia mengintip lagi ke arahku. Bahasa tubuh seperti itu sangat menggemaskan untukku. Melihat dari seragamnya, dia nampaknya berasal dari divisi SMP dari sekolah ini.

  Amane-chan merespon gadis yang memanggilnya. Memutar kursinya dan mengarahkan tubuhnya ke arah suara itu.

  "Ma-Maaaaaaf, Misa-chan. Kamu tahu kan adikku ini seperti apa," dia mengatakannya sambil tersenyum.

  "Bu-bu-bukan, akulah yang harusnya meminta maaf. Aku tidak tahu apakah harus bicara atau diam saja, tetapi, um, aku kesini sedang mencari obat demam...? Apa ini timing yang buruk untuk bertanya?"

  Gadis yang bernama Misa-chan memegangi rambut pigtailnya dengan gugup dan melihat ke arahku dan Amane-chan. Dia nampaknya khawatir apakah sedang mengganggu pembicaraan kami. Seperti menduga hal yang sama, Amane-chan berdiri dan menepuk pundak Misa-chan.

  "Tidak apa-apa. Kalau kamu butuh sesuatu, lebih baik mengatakannya langsung. Lihat, seperti kata pepatah: katakan sekarang atau selamanya kamu akan terjebak dengan adikmu yang mengganggu."

  "Aku merasa pepatah itu ada yang sedikit aneh," kataku. "Apa keluargaku sudah membenci diriku atau bagaimana?"

  Apa Amane-chan membenciku? Meskipun aku merasa aku sudah mengenal baik kakakku ini? Aku tidak tahu bagaimana orang tuaku atau kakakku, tetapi kakek dan nenekku sangat mencintaiku. 

  Amane-chan hanya tersenyum, seperti tidak mempedulikan argumenku barusan. Misa-chan, yang hanya melihat percakapan kami dari pinggir, merasa aneh dan tersenyum seadanya. Memang akan terasa aneh jika ada orang asing yang tidak ngeh dengan guyonan yang biasa kami lakukan setiap harinya. Di situasi ini, mungkin yang terbaik hanyalah tersenyum dan menunduk.

  "Oke, aku pergi dulu."

  Jika begini terus, aku seperti memaksa gadis manis ini untuk tersenyum basa-basi seperti yang orang-orang lakukan di kelasku. Aku melambaikan tanganku ke arah Amane-chan dan berjalan melewati Misa-chan.

  Ketika aku melewatinya, Misa-chan membungkuk. Ikatan rambutnya, yang mengikat rambut hitamnya, terlihat seperti melambai ketika menunduk. Dia terlihat kecil, mempesona, dengan bahu yang kecil dan dada yang rata. Pipinya memerah dan matanya seperti berair. Dia seperti memberikan sex appeal yang cukup aneh.

  Kata-kata "malaikat" cocok untuk Misa-chan. Ini bisa juga diartikan kalau dia sangat cocok untuk turun ke dunia yang penuh dosa ini.

  "Oh, oke. Haruma..." Suara Amane-chan muncul di belakangku ketika aku menaruh tanganku di pintu UKS.

  "Ya?"

  "Lantai di depan atap sekolah terlihat kotor belakangan. Tahulah, mereka memberitahuku banyak sekali hal di ruang guru. Mereka berkata untuk membersihkan lantai itu sepulang sekolah. Mereka juga memberitahuku untuk memberitahu adikku untuk memikirkan baik-baik sikapnya," Amane-chan mengatakannya dengan mengedipkan matanya, bahkan tanpa mengedipkan juga aku sudah tahu kalau itu sebenarnya pekerjaan yang diberikan kepadanya sebagai hukuman. Dia mungkin ketahuan sedang merokok di atap sekolah atau semacamnya.

  Sayangnya, adiknya tercipta untuk melayaninya seperti budaknya. Atau bisa juga sang kakak perempuan tercipta untuk memberikan luka trauma terhadap sikap perempuan ke hati adik laki-lakinya. Jika kamu pernah mengatakan kalau kakak perempuan itu seperti sebuah bencana di muka bumi ini, maka pendapatmu itu benar-benar akurat. Aku sangat toleransi kepada wanita (dalam hal yang buruk), dan aku sangat tahu tentang kebutuhan biologis mereka lebih dari yang diriku sadari.

  "...Yeah, akan kulakukan," aku menjawabnya sambil menaruh tanganku di pintu untuk segera pergi dari sini. Aku membuka pintunya dengan cepat.

  Seketika, kakiku berhenti bergerak.

  Seorang gadis berdiri di depanku.

  Bermandikan cahaya matahari yang memantul di koridor, sebuah pemandangan yang menyejukkan, aroma manis dari parfum merk Anna Sui.

  Rambutnya hitam dan panjang, kulitnya yang pucat terlihat bersinar, pahanya yang lembut terlihat kurus dan luwes. Matanya yang manis dan bibirnya yang menarik terbuka lebar seperti sedang terkejut.

  Kata-kata "pemberian Tuhan" mungkin cocok untuk menggambarkan gadis ini. Bisa juga diartikan kalau kecantikannya bisa menghancurkan dunia ini dengan sekali lirik.

  Aku tahu nama gadis ini. Tentunya, tidak mungkin sebaliknya. Asal tahu saja ya, aku tidak mengetahuinya dengan memata-matai atau dengan sengaja mencari informasi tentangnya. Itu hanya terjadi secara kebetulan, seperti sebuah info umum yang diketahui oleh banyak siswa di sekolah ini.

  Chigusa Yuu. Ini adalah pertama kalinya aku melihat gadis ini secara langsung, satu angkatan di bawahku.

  Kejadian ini membuat kepala Chigusa dan diriku hampir bertrabrakan, kami berdua secara spontan mengambil langkah mundur.

  Ekspresinya seperti sangat terkejut, tetapi aku sangat yakin kalau wajahku sekarang terlihat seperti orang idiot. Satu-satunya orang yang diam membisu disini adalah diriku. Dia lalu tersenyum dan menundukkan kepalanya, melewatiku dari samping. Tanpa sadar aku terus menatapnya.

  "Oh, Onee-chan! Maafkan aku!" Misa-chan memanggilnya, sepertinya dia baru sadar kalau gadis di depannya adalah Chigusa. "Kamu bahkan mau datang meskipun sedang sibuk..."

  "Mustahil aku punya sesuatu yang lebih penting dari Misa-chan. Apa kamu baik-baik saja?"

  Pemandangan Chigusa menyentuh lembut kening Misa-chan seperti hal yang tidak bisa dilukiskan. Jadi begitu ya, Misa-chan adalah adik dari Chigusa Yuu? Jadi ini menjelaskan kenapa dia bisa semanis itu.

  Aku melihat sejenak ke arah kedua saudari itu, malaikat dan Tuhan, lalu aku menutup pintunya dan pergi keluar.

  Jika seandainya aku bisa mirip sedikit dengan Amane-chan, aku mungkin bisa saja punya wajah yang manis. Kenapa wajahku ini bisa berakhir seperti sebuah kesuraman? Ketika aku melihat dari sudut pandang yang berbeda, jika aku punya satu, dua, atau tiga cacat di diriku...itu berarti membuktikan kalau diriku ini hanyalah seorang manusia biasa. Ini berarti, gadis itu berisi sesuatu yang diluar manusia dan disatukan menjadi satu.

  Dunia ini tidak adil, dan hasilnya, penuh diskriminasi dimana-mana.

  Ini bukanlah masalah menjadi spesial atau unik   tetapi sebuah pemikiran umum dari orang-orang yang memiliki otak yang hanya berjalan separuh bagian saja.

  Meski begitu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya: Chigusa Yuu...wajahnya sangat manis. Benar-benar manis!





*   *   *
  




5 komentar:

  1. Wah kok konsepnya mirip dengan oregairu ya?

    BalasHapus
  2. apakah wataru masa SMA nya juga begini? pemikiran dan ideologi yang suram terhadap kehidupan! WKWKWK

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus