Selasa, 25 Agustus 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 9 Chapter 9 : Secara alami, Isshiki Iroha mulai melangkah ke depan



x Chapter IX x







  Hari senin sepulang sekolah, kami berkumpul di sekretariat OSIS.

  Kami akan menggelar rapat tentang apa yang akan kami lakukan sebelum menghadiri rapat dengan SMA Kaihin. Sial, rapat untuk rapat berdasarkan hasil rapat yang dirapatkan sebelumnya akan digelar.

  Kemarin, aku mengirim SMS kepada Yuigahama untuk memintanya mengumpulkan semua orang dari SMA Sobu yang terlibat dengan rapat tersebut. Karena itulah, semua orang berkumpul disini.  Para pengurus OSIS duduk di seberang meja. Di kumpulan grup itu, aku melihat Isshiki.

  Mempertimbangkan apa yang terjadi kemarin lusa, aku mengira kalau ekspresi wajahnya seperti orang yang babak belur karena sehabis ditolak, tapi ternyata tidak seperti itu karena dia terlihat tidak jauh berbeda dari dirinya yang biasanya. Tentunya, dia mungkin menaruh seluruh keberanian miliknya agar membuatnya tampak seperti itu.

  Isshiki melihat ke arah sekitarnya, melihat orang-orang yang hadir.

  "Um, jadiii. Ada apa kita dikumpulkan disini?"

  "Kurang lebih begini, kita perlu menyepakati poin-poin yang harus kita lakukan setelah ini."

  Ketika kujawab, Isshiki menjawabnya dengan "haa" yang terlihat seperti paham maksudku, tapi sebenarnya tidak. Melihat hal tersebut, Yukinoshita tiba-tiba menggerutu.

  "Isshiki-san, rapat ini sebenarnya adalah hal yang harus kau lakukan."

  "B-Baik..."

  Karena Yukinoshita menatap tajam ke arahnya, Isshiki tiba-tiba membetulkan posisi duduknya. Tapi memang, Yukinoshita terlihat sedikit menakutkan saat ini, ya...Tapi kita disini bukan hendak mengajari Isshiki.

  "Tunggu dulu, bukan itu tujuan kita disini..."

  Ketika aku mencoba membuat pembicaraannya bergerak, kali ini, Yukinoshita menatapku dengan tajam.

  "Aku percaya kalau kau harusnya tidak mencampuradukkan antara sifat lembek dan simpati."

  Aku paham maksudnya. Kasih sayang, tanpa kompromi, dan simpati bukanlah hal yang harus dicampur-aduk. Sikap tegas Yukinoshita mungkin kadang disebut cambuk cinta ketika diarahkan ke Isshiki.

  "Tapi kalau kau terlalu keras, maka yang didapatnya hanyalah perintah dari seorang yang berdarah dingin."

  "Memang benar, tapi kalau semua hal kecilnya kau lakukan sendiri, maka itu tidak akan bagus bagi Isshiki, benar tidak?"

  Ketika aku mengatakan sesuatu, Yukinoshita menjawab kembali. Tidak bagus, kalau begini, ini hanya akan berlanjut dengan debat paralel.

  "Ini seperti aku dimarahi oleh orang tuaku..."

  Ketika Isshiki menggumamkan itu dengan mengeluh, Yukinoshita hendak mengatakan sesuatu lagi, tapi Yuigahama menghentikannya.

  "Be-Begini, maksudku, Iroha-chan masih belum terbiasa, jadi..."

  "...Begitu ya."

  Ketika Yuigahama menenangkan situasinya, Yukinoshita terlihat mengurangi tensinya.

  Well, tapi, apa yang Yukinoshita katakan itu benar. Isshiki bisa mandiri sebagai ketua OSIS adalah apa yang kita harapkan. Aku ini bukanlah orang yang luar biasa, berpengalaman, dan berkualifikasi untuk mengajari seseorang, dan kebetulan, aku sendiri tidak tahu dengan baik masalah-masalah di dadaku ini, tapi aku harus bisa menjadi support bagi Isshiki dengan caraku sendiri.

  Akupun pura-pura terbatuk dan menatap Isshiki.

  "Isshiki, kau paham apa masalah kita saat ini?"

  "Haa, bukankah kita kekurangan dana, waktu, dan orang?"

  "Itu benar. Jadi kita harus melakukan apa untuk menyelesaikan itu?"

  "Umm...Kita akan membayar orang, begitu? Karena itulah kita mendata orang-orang yang akan tampil, dan karena kita kekurangan dana, kita mencoba untuk mencari sumber dana baru, sejenis itulah..."

  Isshiki tampaknya memahami situasinya dengan baik. Meski, dia seperti tidak mendengarkan rapatnya, dia tampaknya jelas-jelas mendengarkan. Sejujurnya, jika dibandingkan dengan Ibu Ketua di festival budaya dan festival olahraga, aneh saja kalau aku merasa situasi ini jauh lebih baik meski perkembangannya tidak begitu bagus.

  Setelah mengkonfirmasi kalau Isshiki memahami situasinya, akupun melanjutkan.

  "Dan kalau melihat reaksi Hiratsuka-sensei ketika kita meminta bantuan dana ke sekolah, tampaknya ini sulit. Juga, menggalang dana sumbangan menurutku bukan ide yang bagus."

  "Alasanmu yang terakhir itu terlalu egois..."

  Yukinoshita mengembuskan napas seperti kagum terhadapku. Hei tunggu dulu, Yukinon! Gahama-san dan Irohasu juga menganggukkan kepalanya, lihat tuh! Kalau kita menggalang sumbangan dana, kita setidaknya butuh 5,000Yen per orang...Ini mustahil...Jumlah itu seperti sesuatu yang bisa kudapatkan jika aku menangis kepada orang tuaku, lagipula jika aku harus membayar sesuatu seperti ini, aku merasa lebih baik jika aku gunakan uang itu untuk menghancurkan eventnya sejak dini. Lagipula, ada pula kemungkinan jumlah uang yang harus kita kumpulkan akan terus membengkak.

  Dengan menyadari kalau masalah dana menjadi lebih pelik, para pengurus OSIS yang lain terlihat hanya saling menatap satu sama lain. Dan satu-satunya orang di grup itu yang memasang wajah tenang hanyalah Isshiki. Ya ampun, gadis ini benar-benar...

  "Rencana yang kita jalankan ini tidaklah realistis. Meski jika kita memaksakan itu, hanya beberapa bagian yang bisa terlaksana. Jika kau mempertimbangkan iklan-iklan yang akan kita sebarkan, akan sangat mengecewakan jika yang ditampilkan tidak sesuai iklannya. Ini akan menjadi event yang sangat mengecewakan."

  "Aah, itu memang ada benarnya..."

  Isshiki tampak kesal seperti baru saja membayangkan kalau eventnya akan mengecewakan.

  Mereka menamai event tersebut "Konser Musik Yang Menghubungkan Hati Semua Orang", tapi akan ironis jika para artis yang tampil hanya ada di panggung selama satu jam...Apa yang hendak kita hubungkan dari event ini...?

  "Pertama-tama aku ingin mengkonfirmasi soal ini. Yaitu, entah ini bagus atau tidak. Aku ingin tahu apa yang para pengurus OSIS inginkan. Ngomong-ngomong, aku juga tidak peduli dengan omong kosong kalian soal event ini, aku disini hanya sebatas membantu kalian saja. Aku hanya akan melakukan sesuatu yang kalian putuskan sendiri."

  Ketika kutanya, Isshiki menggerutu sambil menyilangkan lengannya dan berkata.

  "Well, sejujurnya ini bukanlah event yang bagus loh. Maksudku, kita ini juga tidak akan mau mengadakan event ini jika tahu kalau akhirnya akan menjadi event yang mengecewakan. Tapi, kita tidak punya cara untuk menghentikan ini atau sejenisnya, tahu tidak. Oleh karena itulah kupikir kita tidak bisa melakukan sesuatu soal itu."

  Merespon cara bicaranya yang kesal dan tidak terlihat adanya motivasi, Yukinoshita memegangi keningnya seperti terkena sakit kepala.

  "Isshiki-san..."

  "Be-Begini saja..."

  Ketika Yuigahama berusaha menambahkan, Isshiki kemudian menambahkan.

  "A-Aku akan melakukannya! Aku akan melakukannya!"

  Ummmph, dia seperti terpaksa mengatakannya, tapi terserah saja.

  "Jadi kita tahu apa yang Isshiki inginkan...Lalu bagaimana dengan kalian, para pengurus OSIS?"

  "E? Ah, bagaimana ya...Hmm?"

  Isshiki kemudian menatap para pengurus OSIS yang lain. Ketika dia melakukannya, si Wakil Ketua dan para pengurus yang lain saling menatap satu sama lain dan membuka mulutnya.

  "Well, kita juga niatnya begitu."

  "Ya, kalau kita berniat untuk mengadakan eventnya secara baik, kurasa aku setuju saja..."

  Para pengurus yang lain tampak mengangguk seperti mengkonfirmasi itu, Isshiki kemudian tersenyum kepadaku dengan ekspresi ambigu, antara malu atau depresi dengan masalah event ini.

  "...Sesuatu seperti itu."

  Seperti yang kuduga, jarak antara Isshiki dan yang lain masih terasa.

  Kalau menimbang bagaimana skill komunikasi Isshiki (manja dan akrab), tampaknya dia dengan mudah membuat orang bersahabat dengannya, tapi jabatan ketua dan kurangnya kepercayaan diri yang digabung menjadi satu memberinya semacam perasaan ragu-ragu.

  Tapi kalau itu masalahnya, maka aku tidak bisa melakukan apapun soal itu. Tapi jika event ini terlaksana dengan baik dan memberinya kepercayaan diri untuk menjadi ketua, maka situasi semacam ini akan berubah.

  "Oke. Sekarang, tentang apa yang harus kita lakukan, hal pertama yang harus kita pertimbangkan sebagai sesuatu yang menghalangi kita...Sekarang, ada sebuah masalah yang jelas-jelas terlihat di depanmu. Kira-kira apa itu?"

  "Ha?"

  Sikap Isshiki yang mengagumkan sebelumnya hilang entah kemana dan sekarang dia melihatku seperti seorang idiot. Sial, aku bahkan terlalu bersemangat untuk membuat semuanya antusias mengikuti kuisku...Ah sudahlah, jawab saja, sial. Atau begitulah menurutku hingga Yukinoshita menjawab itu sebelum Isshiki menjawabnya.

  "Struktur dalam rapat itu. Seperti berada dalam sistem parlemen."

  Ketika kulihat, Yukinoshita menaikkan sedikit jari telunjuknya. Entah mengapa. Mungkinkah karena aku membuatnya menjadi semacam kuis sehingga dia tidak ingin kalah, mungkin? Seperti menunggu jawabanku, Yukinoshita menatapku dengan tatapan mata yang penuh antusiasme.

  "Benar sekali..."

  Ketika kujawab, Yukinoshita terlihat mengepalkan tangannya di bawah meja. Mmm, aku ingin Isshiki yang menjawabnya...Ya sudahlah, aku akan memberikannya 80,000 poin karena berhasil menjawabnya (Hachiman poin).

  "Well, seperti kata Yukinoshita tadi. Dalam rapat itu, kita akan mendengarkan semua pendapat orang-orang, dan yang terpenting, kita akan memeriksa tiap pendapat satu per satu. Karena itulah, seperti tidak bisa melihat akhir dari rapat tersebut. Tidak ada satupun orang yang punya hak mengambil keputusan, mengambil keputusan tentang sesuatunya di rapat itu.

  Ketika aku mengatakan itu, Yuigahama memiringkan kepalanya.

  "Bukankah itu tugasnya ketua OSIS?"

  "Saat ini, Tamanawa bertindak seperti moderator rapat dan mengumpulkan pendapat-pendapat saja. Meski dia mengumpulkan pendapat semua orang, dia tidak mengambil satupun keputusan."

  Tapi, suasana rapat sangat aktif. Pesertanya terbatas, jadi meski kau sudah mengatakan pendapatmu, kau tidak akan ditolak. Oleh karena itu, membahas detail pendapat merupakan keputusan yang mudah. Tapi, tidak ada tanda-tanda kalau akan ada keputusan besar apa yang akan diambil.

  Mengadakan rapat dimana tidak ada seorangpun yang bisa mengambil keputusan adalah sia-sia. Meskipun kita menyimpulkan sesuatu, tidak akan ada seorangpun yang akan mengambil keputusan.

  Itu karena semua orang dianggap memiliki kedudukan setara sehingga tidak ada yang superior untuk mengambil keputusan.

  Saat ini, orang-orang hanya melihat Tamanawa sebagai orang tertinggi di SMA Kaihin dan Isshiki sebagai orang tertinggi di SMA Sobu. Mereka ada di rapat tersebut, tapi mereka berdua hanya "Umm, kira-kira bagaimana?" dan tidak mau mengambil keputusan.

  Ketika dia mendengarkanku, Isshiki mendesah kesal seperti menyadari sesuatu.

  "...Kurasa aku ini merupakan ketua yang buruk, huh?"

  Isshiki terlihat tidak bersemangat dan akupun memberitahunya.

  "Ini bukanlah salahmu."

  "Senpai..."

  Isshiki melihatku dengan tatapan matanya yang hendak menangis. Oleh karena itulah aku mengangguk dan melanjutkan kata-kataku.

  "Orang yang bersalah adalah orang yang memaksamu menjadi ketua OSIS."

  "Umm, bukankah itu Senpai..."

  Isshiki menjawabnya dengan terkejut. Well, begini. "Yang salah itu bukan diriku, tapi komunitas sosial" itu adalah pola pikir yang harus kau miliki, tahu tidak?

  "Ngomong-ngomong, sekarang masalah utamanya adalah tidak ada kedudukan dan struktur yang jelas dalam rapat."

  Intinya, hal pertama yang harus ditentukan adalah siapa yang akan mengambil keputusannya sebelum mempertimbangkan hal-hal semacam win-win, kedudukan setara dalam rapat, ataupun grup tanpa struktur. Karena tidak ada yang tahu siapa yang berhak memutuskannya, hasilnya menjadi seperti ini.

  "...Karena itulah kita harus menghilangkan semua hubungan pertemanan dalam rapat dan fokus dalam menggelar rapat secara benar. Rapat yang memberi garis yang jelas antara mana keputusan yang diambil, mana yang ditolak, mana kubu sebelah, mana kubu opisisi, semacam itu."

  Ketika aku mengatakan itu, si Wakil Ketua terlihat seperti memiliki keberatan.

  "Kubu oposisi, huh...? Jadi kau menyarankan kalau kita mengatakan keberatan dengan rapat itu nanti?"

  "Yeah, terus saja melemparkan pendapat kalau kau menolaknya. Aku juga pasti menolak untuk bekerja kesana-kemari untuk menggalang sumbangan."

  "Jadi itukah motifmu sebenarnya..."

  Yuigahama terkejut, tapi masalahnya adalah hal yang tidak kusukai adalah hal yang benar-benar tidak kusukai. Lagipula, menerima itu sebagai hasil rapat semacam itu, membuatku bertambah tidak menyukainya.

  "Isshiki, itu saja saranku. Sebagai pengurus OSIS, apa yang akan kau lakukan?"

  "Eh, apa aku harus memutuskan? Apa ini benar-benar tidak masalah...?"

  Isshiki melihat ke arah sekitarnya. Dia menatap ke arah para pengurus OSIS di sampingnya.

  "...Me-Memangnya siapa lagi?"

  Si Wakil Ketua bereaksi terhadap pertanyaan itu.

  "Aku...merasa kalau aku lebih baik tidak memberikan masalah lebih jauh. Kupikir memberikan saran yang berlawanan mengingat waktu yang tersisa akan membuat ini terasa sulit, tidak lupa kita juga tidak pernah menolak sejak awal, aku tidak yakin bagaimana para peserta rapat dari SMA Kaihin akan melihat kita yang berubah pikiran seperti itu..."

  Si Wakil Ketua ini memang punya logika yang cukup bagus. Aku bisa memanggilnya sebagai pihak konservatif. Lagipula, aku sangat bersukur kalau orang semacam dia yang menjadi wakil Isshiki.

  "Kupikir begitu."

  Setelah Isshiki mengatakan itu, dia tampak menggerutu dan berpikir sejenak. Lalu dia tiba-tiba menatap ke arah si Wakil Ketua dengan tersenyum.

  "Tapi kita akan melakukannya."

  "Eh?"

  Si ketua OSIS, Isshiki Iroha memutuskannya.

  "Sejujurnya, aku sendiri belum yakin kalau event ini akan terlihat mengecewakan, tahu tidak."

  Kata-kata tersebut membuat Yukinoshita menyentuh keningnya sementara Yuigahama tersenyum kecut. Tapi, aku kagum. Aku sendiri tidak begitu yakin apa maksudnya yang sebenarnya, tapi bagi dirinya bisa mengucapkan sesuatu yang meyakinkan seperti itu membuatku sadar mungkin ini peluang yang bagus.

  Kalau kita sudah memutuskannya, maka menyiapkan rencana kegiatan yang melawan mereka adalah hal penting. Dalam rapat, apa yang membuat kita terlihat rendah di mata SMA Kaihin adalah jumlah kata-kata yang kita ucapkan, itulah yang membentuk opini penting tentang kita. Oleh karena itulah kita perlu persiapan, kalau tidak, kita tidak akan bisa melawan mereka.

  "Well, kalau begitu kenapa kita tidak pikirkan tentang apa rencana kita tentang eventnya?"

  Akupun berdiri dan menulis di papan putih ruang OSIS "Melakukan apa?". Kata-kata tersebut sendiri memang kurang terlihat adanya motivasi, kalau aku mengatakan itu ke diriku sendiri. Setelah itu, seorang gadis kelas 1 yang berkacamata mengatakan "ah" lalu dia berdiri dan menggantikan tugasku menulis di papan. Tampaknya, si gadis ini adalah sekretaris OSIS.

  Setelah aku duduk di kursiku, Isshiki melihatku sambil menggerutu.

  "Meskipun kau mengatakan itu, aku sendiri tidak punya satupun hal yang ingin kulakukan."

  "...Kupikir begitu. Apalagi diriku."

  Ketika kubalas, Isshiki hanya mendesah kesal.

  "Well, ini bukanlah hal bagus..."

  "Tidak masalah. Jika kita hanya melakukan apa yang kita inginkan, tidak ada bedanya dengan berputar-putar. Karena kau melakukan apa yang tidak kau inginkan dan itu tidak menyenangkan bagimu, maka itu dinamakan bekerja."

  Ketika aku mengatakannya, duduk di seberangku, Yukinoshita, menepuk-nepuk keningnya dengan jarinya.

  "...Katakanlah kita kesampingkan konsep bekerja yang kau katakan tadi, yang kau katakan tadi memang akurat. Rencana yang kita jalankan bersama SMA Kaihin ini memang tidak terlihat menarik bagi para undangan event."

  "Ah, begitu ya..."

  Isshiki mengangguk. Benar. Rencana si Tamanawa dan gerombolannya hanya terfokus dengan apa yang ingin mereka lakukan dan tidak mempertimbangkan para undangan. Memang, banyak orang tua yang suka musik. Tapi banyak juga yang tidak begitu tertarik. Lagipula, bukankah ini agak membosankan bagi undangan dari play group atau TK? Jelas sekali, ini adalah kelompok undangan yang harus kita tampilkan beberapa lagu dan permainan yang kita pilih dengan hati-hati, jelas-jelas mereka tidak memikirkan itu. Mereka koar-koar soal melihat sudut pandang konsumennya, tapi yang mereka usulkan kebalikan dari itu.

  Tujuan utama dari event tersebut telah melenceng dari kegiatan yang diusulkan. Karena sejak awal, semua usulan tersebut tidak ada hubungannya.

  Tampaknya Isshiki memahami itu. Karena itulah kita menggelar rapat ini.

  "...Kalau begitu, kita akan menggelar kegiatan event yang semacam apa?"

  Ketika dia mengatakan itu, akupun berpikir sejenak.

  "Banyak cara agar pekerjaan itu tidak terjadi, tapi...Well, begitulah. Ide utama dari bekerja adalah bagaimana caranya agar kita tidak bekerja."

  "Kata-katamu sangat kontradiktif..."

  Yuigahama melihatku dengan tatapan mata menyedihkan. Kasarnya...

  "Ini bukanlah kontradiktif. Jika aku harus bekerja meskipun aku tidak mau, itu adalah momen dimana aku berpikir tentang apa yang harus kulakukan. Jika aku menundanya, maka akan membuatnya menjadi beban yang semakin besar. Kalau begitu, akan menjadi sebuah masalah dimana aku harus menyelesaikan itu dengan efisien."

  "Meskipun alasan awalnya tidak masuk akal, tapi kesimpulan akhirnya terdengar tepat..."

  Yukinoshita kemudian menyentuh keningnya seperti terkena sakit kepala.

  Tentu saja kesimpulanku tepat. Itu adalah sumber dari segala sejarah dalam umat manusia.

  Kemajuan teknologi itu lahir dari perasaan malas untuk bekerja. Di dunia lain, aku, yang tidak ingin bekerja karena itu sangat mengganggu, bisa dikatakan adalah bagian dari kemajuan dalam teknologi umat manusia. Terutama hari ini, aku berpikir kalau diriku ini adalah pria yang sangat mengganggu, hanya untuk hari ini.

  Well, kurasa ini bukan masalah tentang diriku. Saat ini, aku punya sesuatu yang ingin kukatakan ke Isshiki.

  "Ketika kau memikirkan hal-hal ini, mengidentifikasi masalah-masalahnya sejak awal sudah terasa mengganggu. Daripada melakukan itu, kau hanya perlu melawannya dengan masalah-masalah yang sudah mereka ciptakan."

  Akupun mengambil resume yang dibuat Tamanawa dari tasku.

  "Dan ini, disini kita bisa mencari kekurangan dan kesalahan yang dia ciptakan. Jangan khawatir. Sangat sulit untuk mencari kesalahan diri sendiri, tapi akan sangat mudah mencari kesalahan orang lain. Dan ini merupakan keahlianmu, Isshiki. Berikan yang terbaik!"

  "Senpai, kau pikir aku ini apa...?"

  "Yeah, yeah. Coba saja dulu nanti."

  Akupun meyerahkan kertas resume itu ke Isshiki.

  Jika para pengurus OSIS melihat kita terdiam dan tidak membahas apapun, maka mereka akan mulai membicarakan masalah itu. Ini bukanlah masalah dalam kurangnya motivasi atau sejenis itu.

  Tanpa membawa satupun topik yang bisa menimbulkan diskusi, diamnya ruangan ini kemudian mulai terisi oleh bisik-bisik yang berisi diskusi mengenai permasalahan yang ada di resume itu. Tidak lama kemudian, Isshiki dan yang lain tersenyum.

  Umu, seperti yang kuduga, orang-orang akan menjadi lebih dekat ketika mereka sepakat untuk mencari kesalahan orang lain.

  Ketika kupikir ini sudah waktunya, akupun berbicara.

  "Yang tersisa hanyalah membuat sebuah rencana dari kesimpulan kita."

  Akupun bisa mendengar suara bisik-bisik "jadi begini ya". Ketika kulihat, Yukinoshita sedang menyilangkan lengannya."

  "...Kalau kau mengarahkannya ke situ, kita memang bisa merencanakan sesuatu. Tapi ingat dengan masalah utamanya, dana, waktu, dan kekurangan orang."

  "Kalau begitu kita tinggal memikirkan event yang tidak memakai uang dan banyak waktu."

  "Tapi kalau kita tidak memakai uang, bukankah eventnya terlihat buruk, hmm? Kurasa yang barusan tidak perlu ditanyakan lagi atau semacamnya."

  Isshiki mengatakan ketidaksetujuannya dan Yuigahama menepuk tangannya.

  "Oh, aku tahu, itu! Bagaimana jika kita membuat sebuah kegiatan yang membuat para undangan merasa nyaman di rumah sendiri dan mendapatkan kehangatan keluarga!? Atau sejenis itu."

  "Kupikir itu adalah sesuatu yang tergantung kesan masing-masing undangan..."

  Yukinoshita mendengarkannya dan mengatakan jawaban yang logis.

  Tapi, Yuigahama juga ada benarnya.

  Kesimpulannya, yang kita butuhkan adalah mengkonversi ide-ide tersebut.

  Ini bukanlah sesuatu yang akan beres hanya dengan punya uang banyak. Banyak film yang berbudjet besar tapi akhirnya menjadi karya yang jelek. Terutama dengan live action dari anime. Tidak ada yang meminta mereka membuatnya, sialan.

  Bagaimana kita bisa menghilangkan kesan negatif dari kurangnya bakat, karena masih siswa, dan menggantinya dengan memberikan kesan seperti kekeluargaan dan sederhana? Memikirkan hal-hal seperti itulah yang terpenting.

  Ah, mungkin seperti itu. Mungkin sesuatu seperti video porno yang dilakukan aktor amatir atau sejenisnya...Karena tidak dikerjakan oleh profesional sehingga kau memakluminya. Hal-hal semacam natural dan masih belum terlatih atau bisa juga dikatakan realita yang sebenarnya sangat mudah menyentuh hatimu. Tidak, mungkin faktanya, mungkin tampilan natural yang kita lihat sehari-hari itu merupakan hal yang dilatih secara profesional sehingga kepura-puraan itu terlihat asli...Phew. Yeah, tampaknya aku mendapatkan pelajaran yang berarti.

  "Pasti semacam ini. Para siswa SD dan para anak TK. Kita bisa memanfaatkan mereka untuk menjadi pemain utama event tersebut. Perasaan kita ketika melihat kesederhanaan dan ketidakprofesionalan para anak-anak itu bisa kita jadikan senjata.

  "...Begitu. Kau ternyata memikirkan sesuatu yang bagus."

  Yukinoshita melihatku dengan terkagum-kagum. Hanya saja, aku bisa mengambil kesimpulan ide tersebut dengan proses yang mesum dan tidak masuk akal, jadi aku lebih baik tidak menatapnya balik. Jawabanku juga terdengar seperti suara yang lantang juga.

  "Eh, ah yeah, benar. Maksudku, kau sering melihatnya di CM, benar tidak? Seperti, ketika mereka punya masalah, mereka lalu menampilkan para binatang dan hal-hal sejenis itu?"

  Karena Yukinoshita sedang berkonsentrasi untuk memikirkan itu, dia sudah tidak melihat lagi ke arahku.

  "Tentunya, jika kita menampilkan pertunjukan yang dilakukan oleh anak-anak, tidak ada yang komplain. Tampaknya para orang tua juga tidak akan keberatan. Itu berarti semua itu terserah kita akan menampilkan apa."

  Yukinoshita lalu melihat ke Isshiki dan para pengurus OSIS.

  "Aah, ya. Mungkin sesuatu seperti nyanyian...?"

  "Atau semacam drama..."

  Isshiki dan si Sekretaris-chan menjawabnya.

  "Kalau drama, mungkin kita bisa menyisipkannya musik..."
  
  Si Wakil Ketua menambahkan itu.

  Dengan begini, masalah utamanya hampir selesai. Akupun berdiri dan menulis "Drama musikal" di papan.

  "Lalu, drama tersebut. TK biasanya punya peralatan dan kostum untuk siswa mereka untuk pertunjukan dalam 'Kunjungan Orang Tua', benar tidak?"

  Ketika aku mengatakan itu, Yukinoshita mengangguk.

  "Jadi yang tersisa adalah waktu untuk berlatih."

  "Mengingat naskah skenario sangat sulit..."

  Bahkan Yuigahama yang tidak menjadi aktor drama tersebut saja terlihat keberatan. Kurasa Yuigahama memang tidak begitu bagus dalam mengingat, huh...Meski begitu, drama ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian. Jadi kita boleh menaruh kemudahan-kemudahan di dalamnya.

  "...Bagaimana jika kita pisah para grup menjadi grup aktor yang sekedar bermain dengan gestur tubuh saja dan aktor yang akan membaca naskahnya?"

  "Maksudmu seperti ada aktor pengisi suaranya?"

  "Yeah, dengan begitu kau tidak perlu mengingat apapun."

  "Wow, luar biasa. Seperti biasanya, kau memang luar biasa jika memberikan ide bagaimana menyederhanakan pekerjaan."

  Aku memang merasa tersanjung dengan pujianmu...Sekarang, tolong hentikan senyum sinismu itu ketika mengatakannya, oke?

  Dalam kenyataannya, para pengisi suara tidak bekerja dengan mudah dan kudengar mereka benar-benar bekerja keras. Kita harus fokus berlatih dan mengulangi berulang-ulang, tapi kalau melihat ini adalah level anak sekolahan, ini tidak membedakan mereka dengan para profesional yang harus bekerja keras juga.

  Dengan begini, kita sudah punya ide event apa yang hendak kita gelar. Selama kita tahu bagaimana mengeksekusinya, kita bisa melaksanakannya.

  "Jadi, begitukah rencananya..."

  Isshiki kemudian menoleh ke para pengurus OSIS dengan ekspresi penuh percaya diri. Ketika dia melakukan itu, si Wakil Ketua mengangguk. Isshiki-pun tersenyum.

  Yuigahama dengan gembira kemudian berbicara kepada Isshiki.

  "Karena kalian sudah berusaha keras untuk memikirkannya, akan sangat bagus sekali jika kalian benar-benar bisa melakukannya!"

  "Kurasa begituuu. Well, akan sangat bagus sekali jika bisa melakukannya."

  "Jadi kita hanya meminta mereka untuk membagi waktunya sehingga kita bisa menggelar drama kita dan mereka bisa menggelar konser musik mereka. Jadi kenapa kita tidak menyarankan itu di rapat nanti?"

  Ketika kukatakan begitu, Yuigahama dan Isshiki melihat ke arahku sambil memiringkan kepalanya. Ada apa dengan reaksi kekanakan kalian...?

  "...Apa itu benar-benar bisa?"

  "Tidak, entahlah. Well, meski kita akan melakukan itu bersama-sama, setidaknya kita bisa menyelesaikan sesuatu."

  "Haa, begitu ya..."

  Aku tidak tahu Isshiki merasa yakin atau tidak dengan ekspresi mengangguknya tadi.

  "Baiklah, bagi yang lain, silakan lakukan yang terbaik untuk menyusun detailnya agar bisa mempresentasikannya di rapat nanti."

  Akupun mengatakan itu sambil berdiri dari kursiku.

  "Ya, er, eh!? Kau mau kemana!? Apa kau mau mengatakan kalau kami yang akan melakukan presentasi itu!?"

  Isshiki kemudian berdiri dan melihatku. Ketika dia begitu, Yukinoshita juga berdiri di sebelahku dan menaruh tangannya di dagu.

  "Presentasi itu adalah sesuatu yang para pengurus OSIS lakukan. Kami disini hanya membantu kalian."

  Ketika Yukinoshita berbicara, Yuigahama memakai jaketnya sambil tersenyum dan berbicara.

  "Ah, tapi, begini. Kalau kalian punya masalah di rapat nanti, Hikki dan Yukinon akan membantu kalian!"

  "Kau sendiri tidak mau membantu, huh...? Well, Isshiki. Lakukan yang terbaik. Aku yang akan membelikan snack untuk hari ini."

  Aku mengatakan itu dan meninggalkan ruang sekretariat OSIS.

  Ada sedikit waktu sebelum rapat dimulai. Kami memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan berbelanja di minimarket dan menuju community center.

  "Kuharap rapat nanti berlangsung baik."

  Yuigahama mengatakan itu sambil membetulkan kerah jaketnya.

  "Well, harusnya baik-baik saja. Meski jika mereka tidak mau, kita akan memastikan itu terjadi. Aku ingin secepatnya mengakhiri ini."

  Aku mengatakan itu dengan santai, tapi Yuigahama menghentikan langkahnya. Ketika aku menoleh ke arahnya, Yuigahama melihatku dengan tatapan yang serius.

  "...Apa itu artinya kau akan melakukan sesuatu, Hikki?"

  Di belakang Yuigahama ada Yukinoshita yang juga berdiri dan terdiam. Aku tidak tahu emosi seperti apa yang berada dalam mata Yukinoshita.

  "...Well, aku akan memikirkan sesuatu ketika waktu itu tiba. Jujur saja, aku tidak tahu akan menjadi seperti apa nantinya."

  Akupun menjawabnya dengan sewajar mungkin. Meski begitu, bukannya aku mau membebani diriku dengan tugas-tugas event ini. Yuigahama tampaknya memahami maksudku. Sambil menyentuh sanggul rambutnya dan menatap ke bawah, dia berbicara.

  "Hikki...Apa ada sesuatu yang tidak kau sukai di rapat itu?"

  "Banyak hal yang tidak kusukai disana."

  "Kalau begitu..."

  Sambil mengatakan itu, Yuigahama menegakkan kepalanya. Sebelum mendengarkan kata-katanya lebih jauh lagi, akupun menjawabnya.

  "...Yang tidak kusuka adalah rapat dengan percakapan yang pura-pura. Aku sangat membenci itu."

  Ketika aku mengatakan itu, akupun melihat ke arah lain dan menggaruk kepalaku. Ketika aku mengatakan sesuatu tentang pembicaraan pura-pura tadi, sesuatu terlintas di pikiranku. Aku merasakan sebuah kepahitan ketika mengatakan itu.

  Meski begitu, aku tidak bisa terus-terusan menerima kepalsuan semacam itu.

  Kamipun terdiam.

  Ketika itu, akupun mendengar suara desahan seseorang. Ketika aku melihat asal suara itu, di depanku ada Yukinoshita yang sedang tersenyum.

  "Lakukan saja apa yang menurutmu benar."

  Suaranya lebih lembut dari biasanya dan kata-katanya tepat sasaran.

  "...Uh huh, baiklah."

  Meski Yuigahama tidak tampak terlalu yakin, dia masih menganggukkan kepalanya.

  Bukannya dia paham atau sejenisnya. Mungkin saja, dia hanya menyerah saja.

  Kata-kataku menggema di pikiranku, tanpa membalasnya balik, akupun mengangguk.

  Kami tidak mengatakan apapun dan kesunyian terjadi ketika kami pergi bersama.

  Matahari senja yang mengintip ke arah sekolah kami ditemani embusan angin laut memberikan sedikit kehangatan bagiku.
  









*   *   *







  Rapat gabungan untuk event Natal terlihat begitu dingin sejak tadi.

  Ketua OSIS dari SMA Kaihin Sogo, Tamanawa, tersenyum kecil.

  Dan Ketua OSIS dari SMA Sobu, Isshiki Iroha, seperti menekan-nekan lidahnya, seperti yang terlihat dari sebelahku, anggap saja dia sedang tersenyum juga.

  Diskusi keduanya seperti berjalan paralel sejak beberapa waktu lalu.

  "Yeah, kurasa itu memang bisa, tetapi kita harus memikirkan arti dari kegiatan yang dilakukan kedua sekolah ini. Jika kita melakukan kegiatan secara terpisah, efek SYNERGY akan tidak terlihat dan itu sama saja dengan DOUBLE RISK, bukankah begitu?"

  "Mungkin, tetapi saya juga ingin melakukan ini. Bukankah akan sangat menguntungkan jika dalam event itu ada dua pertunjukan?"

  Aku enggak yakin sudah berapa lama aku melihat drama seperti ini sudah sering terjadi...

  Tamanawa seperti terus menghujani rapat dengan bahasa-bahasa terlarang dari Bahasa Jepang, sedang Isshiki hanya melihat saja dan membetulkan posisi kepalanya ketika Tamanawa mengatakannya. Ketika itu terjadi, dia hanya berbicara manis dan bersikap seperti sedang menggoda saja.

  Adegan seperti itu terjadi semenjak aku pertama kali ikut rapat ini.

  Ketika rapat dimulai, Tamanawa akan menawarkan program-program yang bisa dilakukan dengan dana yang dimiliki. Lalu merespon itu, Isshiki mulai dengan "Seperti, aku tadi sebenarnya sudah berpikir, tetapiiiiii..." dan mulai memberikan argumen sebaliknya. Tetapi, musuh kali ini tidak bisa diremehkan dan tetap memaksa untuk menyetujui rencana awal rapat ini. Tentunya, Isshiki menggunakan masalah dana yang terbatas dan mengusulkan untuk mengurangi beban dengan membagi pertunjukannya menjadi musik dan drama saja.

  Jadi sebenarnya, rapat berkembang sesuai dengan perkiraanku. Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku melihat situasi ini dengan santai.

  Sekarang kita sudah tiba di titik dimana Rapat menjadi buntu. Sama seperti sebelumnya, Isshiki dan Tamanawa seperti saling melempar bola satu sama lain.

  Di sebelahku, Yukinoshita seperti menghela nafasnya. Kebetulan, aku juga merasakan hal yang sama. Dan kemudian, dia berbisik kepadaku agar tidak mengganggu suasana rapat.

  "Apa Isshiki-san baik-baik saja?...Tadi aku melihat dia seperti menggigit lidahnya berkali-kali..."

  "Entah juga? Sepertinya dia sedang berusaha keras, tetapi..."

  "Aku cukup paham apa yang sedang dia rasakan saat ini..."

  Yukinoshita mengatakan itu sambil menghela nafasnya lagi.

  Baik Yukinoshita dan diriku menyerahkan keputusan rapat sebelumnya di Klub untuk diajukan oleh Isshiki dan bersikap sebagai support Isshiki jika diperlukan, tetapi melihat diskusinya tidak mengarah ke satu halpun, kita tidak bisa berharap terlalu banyak. Ketika aku sedang memikirkan sesuatu, Yuigahama yang duduk di sebelah kananku menyikut bahuku.

  "Hikki, kenapa mereka terus mendebatkan ini?"

  "...Bagaimana jika kamu tiba-tiba diberitahu kalau kita akan melakukan dua kegiatan terpisah ketika pada awalnya kita sepakat untuk melakukannya bersama-sama?"

  Yuigahama lalu memikirkan kata-kataku dan berbicara lagi.

  "Aku merasa kalau ini akan berakhir buruk..."

  "Sebuah perpecahan...Benar juga, itu akan memperlihatkan kesan yang buruk."

  Yukinoshita menganggukkan kepalanya. Mungkin, ini juga yang sedang dipikirkan oleh Tamanawa.

  Aku melihat ekspresi Tamanawa untuk meyakinkanku. Ketika aku melakukannya, Tamanawa terlihat sibuk mengetik keyboard Macbook Air miliknya dengan kasar. Lalu dia mengangguk dan berbicara.

  "Aku akui kalau itu memang ide bagus. Oleh karena itu jika kita kembali ke CONCEPT, lalu jika kita melakukan COLLABORATION dari musik dan drama menjadi satu, maka akan menjadi sesuatu yang lebih hebat lagi."

  Dia menawarkan kompromi lagi. Isshiki lalu tersenyum dengan suara "fufu" untuk meresponnya.

  "Tentuuu, itu memang bagus jika menjadi satu. Tetapi itu bukanlah yang sedang kupikirkan, bukan? Juga, ada masalah dengan dananya, bukan? Jika kita melakukannya, pada akhirnya, kita tidak akan mampu untuk melakukan sesuatu."

  Setelah mengatakannya, Isshiki seperti tertawa dengan malu-malu dan lidahnya seperti orang tersedak. Meski begitu, kedua matanya mengisyaratkan kalau dia tidak tertawa.

  "Kalau begitu kita tinggal memikirkannya lagi bersama-sama. Itulah alasan kita menggelar rapat selama ini."

  Tamanawa membalasnya dengan kata-kata yang dia ucapkan di awal rapat. Kalau begini terus, kita hanya berputar-putar lagi tanpa henti.

  Setelah itu, di sudut mataku, seorang individu yang diluar dugaan telah menaikkan tangannya. Dia adalah Wakil Ketua OSIS SMA Sobu.

  "Um, apa kamu keberatan jika aku menanyakan sesuatu? Apa alasanmu untuk menolak event ini menjadi dua kegiatan yang terpisah?"

  "Hmm, ini bukannya saya menolak. Tetapi kita disini saling berbagi VISION, jadi kita bisa membuat sebuah event yang saling bersatu-padu. Juga jika kita mau mempertimbangkan strategi IMAGE sekolah kita masing-masing, kupikir kita bisa mencegah adanya hal negatif dari EVENT kolaborasi ini."

  Karena keberatan berasal dari sumber yang tidak diduga, Tamanawa berpikir sejenak dan melanjutkan kata-katanya.

  "Ini hanya FLASH IDEA milikku, jika kita memang mau membuat 2 PROGRAM terpisah, kita bisa membuat 2 GROUPS dengan menggabungkan kedua sekolah bersama-sama. Mungkin SOLUTION semacam itu akan bekerja dengan baik..."

  "Tapi kita tidak akan bisa menjalankannya tepat waktu, bukan? Kita sendiri sudah mempersiapkan persiapan kita disini."

  Isshiki mendukung Wakilnya. Sebenarnya kita juga tidak mempersiapkan apapun, tetapi dia mungkin sadar kalau situasi ini tidak akan kemana-mana jika tidak mengatakannya.

  Ketika dia mengatakannya, ada Pengurus OSIS SMA Kaihin Sogo yang menaikkan tangannya. Melihat Tamanawa sedang diserbu, orang itu nampaknya datang membantunya.

  "Kalau cuma masalah waktu, daripada membuat rencana baru, bukankah lebih efisien jika kita bekerja sama dan memfokuskan ke rencana awalnya saja? Dan COST PERFORMANCE dari hal itu juga bagus, menimbang seberapa mahal pengeluaran yang kita lakukan."

  Dan debat terus berlanjut.

  Ketika aku memperhatikannya dengan baik, aku seperti merasa mendapatkan sebuah ketidaknyamanan.

  Tamanawa sebenarnya tidak menolak rencana untuk membagi eventnya menjadi dua kegiatan. Tapi dia terus bersikeras untuk melakukan kegiatannya bersama-sama. Apa sebenarnya alasannya itu? Aku membuka mulutku untuk mencari maksud sebenarnya dibalik rasa ketidaknyamananku.

  "...Apa kita harus benar-benar melakukan ini bersama-sama?"

  "Kita bisa membuat EVENT besar dengan berkolaborasi yang akan membawa sebuah GROUP SYNERGY."

  "Saya tidak melihat adanya sinergi disini. Lagipula kamu mengatakan besar, tetapi kalau kondisinya seperti ini, kita tidak akan bisa melakukan apapun. Meski begitu, kenapa kamu sangat ngotot tentang hal itu?"

  Ketika aku menyadarinya, aku seperti bertanya kepadanya dengan kritis. Namun hal yang sama juga tertuju kepadaku, aku mendengar mereka berbisik-bisik sesuatu tentangku.

  Kesalahan terbesar dari rapat ini sejak awal adalah tidak adanya orang yang keberatan. Dari awal, tidak ada yang berteriak keberatan. Oleh karena itu, karena kesalahan sudah berjalan sejak lama, maka orang-orang merasa telat untuk berkeberatan.

  Aku juga sebenarnya tidak mampu mengatakan keberatan waktu itu. Mungkin saja, aku merasa rapat ini sudah menciptakan sesuatu. Ini yang kupikirkan dari tadi.

  Mereka berpura-pura menerima satu sama lain. Mereka terlihat peduli dengan pendapat yang lain. Tetapi sebenarnya, mereka cuma berpura-pura.

  Meski begitu, itu bukanlah yang kumaksud. Maksudku, ditolak memang bukanlah hal yang buruk.

  Ada beberapa hal yang bisa kamu pahami ketika kamu tahu kalau kamu salah untuk pertama kalinya. Semua orang di rapat terlihat setuju untuk menganggap idemu tidak berguna, dan itu membuatmu seperti diperlakukan kasar.

  Tamanawa terus berbicara secara cepat seperti orang bingung.

  "Itu sudah keluar dari rencana awalnya. Lagipula, kita mendapatkan CONSENSUS, dan kita mampu berbagi GRAND DESIGN, dan..."

  Memang benar, kita punya konsensus dan juga punya grand design juga.

  Dengan tidak mempedulikan orang lain demi mendapatkan jawaban yang meyakinkan bagi semua orang, maka semua orang dipaksa untuk ikut dengan idenya, dan rasa sakitnya akan dibagikan ke orang-orang dan ini membuat orang-orang disini merasa tidak nyaman.

  Rapat ini sepertinya memang sudah diputuskan sejak awal. Mereka yang ditolak idenya dibuat seperti ide yang sesat. Dengan berpura-pura mengakomodir opini mereka, mereka memaksakan ide mereka yang sejak awal sudah mereka putuskan untuk diterima peserta rapat.

  Dan ketika berakhir dengan sebuah kegagalan, mereka akan mengatakan demikian: Ini adalah keputusan yang disepakati semua orang saat rapat. Mereka akan membagi-bagi tanggung jawab dan membuat mereka merasa lebih baik, mengkambinghitamkan orang yang tidak pernah ada. Dan pada akhirnya, karena ini adalah keputusan bersama, akhirnya mereka akan merasa lebih baik dan tidak dibebani rasa bersalah yang besar.

  Oleh karena itu aku perlu menolak ini. Meskipun aku sendiri, tidak bisa mengatakan semua yang ada di pikiranku selama mengikuti rapat ini. Tapi kali ini, aku benar-benar sadar kalau ini sudah sangat salah. Aku tidak bisa menerima kesimpulan rapat ini. Aku tahu kalau yang kulakukan selama ini salah. Tetapi dunia ini ternyata juga sudah berjalan dengan cara yang salah juga.

  Aku mulai menatap Tamanawa. Lalu mulutku seperti sedang terdistorsi.

  "...Salah. Kamu cuma berpura-pura merasa bisa melakukannya. Oleh karena itu kamu merasa tidak siap menerima kalau kamu salah. Itu karena kamu selama ini hanya mencoba menyembunyikan kesalahanmu. Dan untuk memuluskannya, kamu mulai memakai rencana dan kata-kata yang sudah kamu siapkan untuk mendapatkan persetujuan dari yang lain sehingga kamu merasa lega. Karena ketika kamu membuat kesalahan, itu akan terasa enak jika orang lain juga menanggung kesalahanmu itu."



  Secara tidak sengaja, nada suaraku seperti bernada membantah semua ide-ide yang ada di rapat ini.

  Sebuah pertemuan dimana orang-orangnya tidak ada yang membantah mungkin hanyalah sebuah mimpi. Argumen-argumen penuh kepalsuan terus menghiasi rapat ini. Oleh karena itu, kamu seperti membodohi dirimu sendiri.

  Tetapi sebuah kepalsuan, tetaplah kepalsuan.

  Setelah itu, suaraku seperti tertelan. Suaraku seperti berkumpul di suatu titik tidak bergerak dan semua orang sedang menatap ke arahku.

  "Itu bukanlah masalahnya, kupikir ini hanya sekedar kurang COMMUNICATION."

  "Oke, sekarang semuanya COOLDOWN, kita bisa bicarakan ini baik-baik..."

  Nada-nada yang keluar dari Pengurus OSIS SMA Kaihin Sogo terdengar dingin. Ternyata, kelakuan mereka tetap tidak berubah. Mereka berusaha mengakomodir penolakan itu dan mencari apa yang salah bersama-sama.

  Tetapi tiba-tiba muncul suara yang menghancurkan itu semua.

  "Jika kalian mau bermain permainan membuat semua orang percaya, bisakah kalian melakukannya di tempat lain?"

  Suara itu tidak terdengar keras, tetapi membuat semua orang disini terdiam.

  Pemilik suara itu kemudian melanjutkan suaranya.

  "Selama ini, saya hanya mendengar omong kosong di rapat ini. Apa terasa menyenangkan, pura-pura mengadakan rapat dan merasa sudah mengerjakan sesuatu hanya dengan mengumbar kata-kata asing yang baru saja kalian hapalkan artinya?"

  Tidak ada satu orangpun di rapat ini yang membuka mulutnya kecuali Yukinoshita. Suaranya yang provokatif membuat kata-katanya menjadi sesuatu yang besar.

  "Kalian menggunakan kata-kata asing untuk berdiskusi dan berpikir kalian paham artinya, tetapi kenyataannya kita tidak menyelesaikan satupun persoalan disini. Mustahil kalian bisa melangkah maju jika seperti ini...Tidak ada satu halpun yang diciptakan, tidak ada yang bisa kalian dapatkan, dan kalian tidak menghasilkan apapun...Satu-satunya hal yang kalian dapatkan hanyalah kepalsuan."

  Ketika aku melihat ke sampingku, dia sedang mengepalkan tangannya dan menatap ke bawah.

  Lalu dia menaikkan kepalanya, menatap lurus ke depan.

  "Bisakah kalian tidak membuang-buang waktu kami lebih dari ini?"

  Semua orang seperti tertelan oleh kata-kata Yukinoshita dan kehilangan kata-katanya. Sebuah kesunyian tercipta dan menyelimuti peserta rapat.

  "Ummm, ini mungkin terlalu sulit, jadi daripada memaksa kita untuk bekerjasama, mungkin lebih baik jika kita bisa memberikan dua pertunjukan di event itu? Mungkin dengan itu, ciri khas keunikan tiap SMA akan terlihat."

  Yuigahama terlihat seperti berusaha memecah suasana sunyi itu dengan idenya. Dia mengatakan itu ke arah individu yang terdiam seperti orang bodoh.

  "Benar tidak, Iroha-chan?"

  Lalu kemudian, Yuigahama secara perlahan menatap orang di seberangnya. Orang itu adalah Orimoto Kaori.

  "Bagaimana dengan itu? Bagus tidak?"

  "Eh, ah, tentu...terdengar bagus?"

  Orimoto secara spontan menjawab seperti itu. Dia terlihat kurang percaya diri dengan jawabannya dan dia menatap orang-orang di sampingnya. Mereka tampak mengangguk saja.

  Ketika rapat seperti tidak ada orang yang mengatakan keberatan, maka rapat dianggap setuju.

  Akhirnya, rapat yang sangat, sangat, sangat panjang berakhir.






*   *   *




  Dengan berakhirnya rapat, maka Training Room kembali hidup. OSIS SMA Sobu mendapatkan keputusannya dan kita mulai mempersiapkan eventnya. Di atas meja terdapat bahan-bahan yang sudah disiapkan oleh rapat sebelumnya di Klub tentang drama yang akan dimainkan.

  Ketika aku melihat ke arah meja, Isshiki terlihat kecewa di depanku. Isshiki berdiri di depanku dan Yukinoshita. Yuigahama hanya melihat kami dan tersenyum kecil.

  "Kenapa kalian berdua blak-blakan begitu? Suasananya sekarang sangat buruk sekali. Apa kalian juga tidak berpikir kalau kita juga bisa gagal melaksanakan eventnya?"

  Isshiki menyilangkan lengannya di depan papan tulis. Pipinya yang agak mengembung itu membuatnya terlihat manis sekaligus kejam.

  "Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah."

  Yukinoshita memalingkan wajahnya seperti tidak terima. Melihat itu, mulut Isshiki seperti mengalir banyak sekali emosi dari dalamnya. Dia terlihat sangat kecewa.

  "Kamu memang benar, tetapi kamu harus melihat suasananya dulu seperti apa."

  Ketika Isshiki mengatakannya, Yukinoshita memalingkan wajahnya lagi dan terlihat sedang menatapku.

  "Jika kamu mengharapkan pria ini untuk membaca suasana, maka itu sia-sia saja. Bahkan ketika di klub, yang dia lakukan hanya membaca kertas skenario saja."

  "Wah pria di klubmu itu memang sangat memalukan! Aku berpengalaman membaca suasana di kelasku, aku bisa membaca suasana dengan baik. Tunggu dulu, kenapa sekarang aku yang malah dimarahi?"

  Ketika aku mengatakannya, Yukinoshita memiringkan kepalanya seperti ragu kepadaku.

  "Isshiki-san tadi bilang kalau aku sudah benar, bukan? Berarti dia marah ke siapa kalau aku benar?"

  "Nah itu, itu yang kumaksud. Kata-katamu itu yang membuatnya marah."

  Ketika aku membalasnya, Isshiki mengetuk papan tulisnya.

  "Ummm, apa kalian berdua mendengarkanku? Aku mengatakannya ke kalian berdua looooh?"



  "Tenang-tenang, itu tidak apa-apa karena suasananya sudah lebih tenang."

  Melihat dari pinggir, Yuigahama berusaha menenangkan keadaan dan Isshiki mengendurkan tekanannya. Yuigahama kemudian menyemangati Isshiki yang sedang kecewa.

  "Kita kan belum kehilangan eventnya, setidaknya kita bersyukur dengan itu, benar tidak?"

  "...Haa, benar sih, tidak seperti kita sudah gagal melaksanakannya. Mungkin...Kurasa ini lebih baik."

  Seperti kontradiksi dengan sifatnya, dia mengatakan itu dengan sangat jujur. Tapi, melihat Isshiki yang seharusnya tidak memiliki motivasi dengan kegiatan OSIS mau memikirkan eventnya dengan serius...

  Isshiki kemudian mengedipkan matanya dan menggerutu.

  "Tetapi ini dan itu adalah hal yang berbeda. Ini akan menjadi hal yang berat untuk melaksanakannya."

  "Aah, soal itu, maafkan aku."

  Soal itu, aku harus akui kalau aku salah, jadi aku meminta maaf kepadanya. Sampai hari ini, Isshiki dan diriku adalah orang yang bernegosiasi secara langsung dengan Tamanawa, tetapi gara-gara insiden tadi, aku ragu kalau Tamanawa mau berbicara denganku lagi. Gara-gara itu, sekarang Isshiki yang bertanggung jawab seorang diri untuk mengkoordinasi itu dengan SMA Kaihin Sogo.

  "Benar juga, itu akan menjadi masalah kalau kita tidak bisa berkoordinasi dengan baik...Bahkan jika kita menggelar kegiatan yang berbeda, kita masih berada di sebuah tema kegiatan yang sama. Mungkin pekerjaan itu agak berat..."

  Yukinoshita menaruh tangannya di dagunya sambil berpikir dan Yuigahama tiba-tiba menaikkan tangannya ke atas.

  "Iroha-chan dan aku akan mengurusi bagian komunikasinya."

  "Eeeh, kok aku juga ikutaaaan?"

  "Kamu kan Ketua OSISnya, setidaknya itu tugas dasarmu."

  Isshiki mengatakan kekecewaannya dan Yukinoshita langsung memotongnya dengan menyebut kewajiban Ketua OSIS.

  "Y-Ya...! Tetapi, itu kan tadi salah Yukinoshita-senpai..."

  Yukinoshita lalu menatap dingin ke arahnya, Isshiki pura-pura batuk dan dia berbisik ke telingaku.

  "Senpai, Yukinoshita-senpai sangat menakutkan..."

  Tidak, sebenarnya sikapnya seperti itu masih terbilang manis, meski aku tidak bisa mengatakannya secara detail. Maksudku, dia sekarang seperti mengacungkan pisau ke arah Isshiki. Kuping dari Yukinon bisa mendengar bisik-bisik kita...

  "Isshiki-san, bisakah kita mendapatkan data tentang jam tampil dan jumlah dana yang kita miliki dari pihak SMA Kaihin? Juga, aku ingin menghitung total pengeluaran yang mungkin terjadi dari rencana penampilan kita nanti."

  "Ah, kalau begitu, ayo kita temui Sekretaris OSIS?"

  Ketika Isshiki mengatakannya, keduanya berjalan bersama ke Pengurus OSIS lainnya.

  Saat ini, aku tidak punya hal yang bisa kukerjakan sehingga aku menarik kursi terdekat dan duduk melihat ruangan ini. Tidak ada satu orangpun yang mendekatiku dan suasana itu terus bertahan hingga beberapa lama.

  Kadang aku seperti sedang diperhatikan oleh seseorang. Dulu aku punya seseorang yang selalu memperhatikanku dan ketika ada sesuatu yang janggal maka dia akan berbisik kepadaku, tetapi sempat terhenti karena ulahku sendiri, sehingga ketika aku melihatnya memperhatikanku lagi, aku merasakan nostalgia masa-masa itu. Aku merasakan hal itu lagi ketika bersama Yukinoshita.

  "Hikigaya."

  Ketika aku duduk melamun memikirkan itu, Hiratsuka-sensei melihatku dari atas. Sudah berapa lama dia berdiri melihatku dari tadi?

  "Anda sudah lama disini?"

  "Saya kebetulan lewat di sekitar sini, jadi saya sempatkan mampir untuk melihat kalian."

  Hiratsuka-sensei tidak duduk, sepertinya dia memang hendak pergi setelah ini. Aku merasa tidak nyaman menjadi satu-satunya orang yang duduk, jadi aku secara spontan berdiri setelahnya. Ketika aku berdiri tepat di depannya, Hiratsuka-sensei menatapku serius lalu setelah itu tertawa kecil.

  "Tampaknya kamu cukup terkenal disini, ya?"

  Aah, ternyata dia melihat insiden itu ternyata...Aku sedikit malu ketika tahu sensei melihat kejadian itu lalu Hiratsuka-sensei melihat ke seluruh sudut ruangan Training Room. Lalu dia melihat ke arah Yukinoshita.

  "Meski begitu, bagi seorang gadis untuk bersikap seperti tadi...Memang cukup mengejutkan."

  "Apalagi saya..."

  Aku meresponnya dengan agak abu-abu. Meski aku juga kaget kalau apa yang Yukinoshita katakan tadi, aku sepertinya tidak bisa mengatakannya dalam kata-kata. Meski begitu, Hiratsuka-sensei mengangguk terhadap kata-kataku barusan.

  "Jika kalian terluka bersama-sama, mungkin rasa sakitnya tidak akan sesakit jika sendirian terluka...Sebuah kebersamaan yang indah, huh?"

  "Bisa anda ulangi lagi?"

  Aku bertanya lagi kepadanya, aku tidak paham dengan apa yang dia katakan tadi. Ketika aku bertanya, Hiratsuka-sensei berkata tanpa melihat ke arahku.

  "Terluka dan mengambil langkah yang berbeda bersama-sama...Juga, menjadi berbeda bersama-sama; bagi orang lain yang melihat itu, mungkin itu bisa saja dianggap hal yang indah. Dan di dalamnya, tentu ada makna yang dalam...Aku tidak membenci hal-hal seperti itu."

  Lalu dia menatapku. Kedua matanya seperti dipenuhi dengan makna.

  "Tetapi di saat yang sama, ada perasaan takut yang muncul. Itu karena di hatimu terus mempertanyakan apakah hubungan selama ini sudah cukup bagus di mata orang luar. Merasa sudah bahagia dengan keadaan seperti itu sedangkan orang lain tidak bisa melihat kebahagiaan kalian bisa dikatakan sebuah kebahagiaan yang tertutup."

  "Apa hal semacam itu terlihat buruk?"

  Ketika aku bertanya itu, Hiratsuka-sensei mencondongkan kepalanya ke depan secara perlahan. Rambut hitam panjangnya yang berkilau seperti melambai-lambai.

  "Entahlah...Itu adalah sesuatu yang hanya bisa kamu cek ke guru ketika ujian semester saja. Oleh karena itu saya setidaknya tetap menanyakannya kepadamu. Jadi kamu harus memikirkan itu juga baik-baik."

  Dia mengucapkan selamat tinggal setelah itu dan meninggalkan Training Room. Aku melihatnya pergi dari bbelakang. Aku terus memikirkan kata-katanya dan apa yang sebaiknya kukatakan kepadanya ketika bertanya hal yang serupa kelak.

  Yang kuinginkan selama ini mungkin bukanlah sebuah hubungan yang terlihat biasa di komunitas sosial yang normal. Itu mungkin seperti mengajak orang lain untuk ikut denganmu mengarungi lautan yang dalam berdua. Itu mungkin terdengar sebuah keegoisan yang berasal dariku.

  Tidak ada yang bisa kukatakan lebih jauh. Mulai dari sini, aku akan terus menanyakan itu, menjawabnya, dan memikirkannya lagi.






*   *   *





  Dengan berakhirnya kegiatan hari ini, aku ingin segera pulang ke rumah secepatnya. Aku mengayuh sepedaku menuju rumahku dari Community Center dengan diselimuti penuh rasa letih.

  Ketika aku mulai masuk ke kompleks perumahan rumahku, aku mendengar suara sepeda dikayuh dari belakangku. Apa-apaan ini? Sungguh mengganggu, aku ini sedang sibuk fokus bersepeda. Ketika mendengar itu, aku memilih untuk minggir dan membiarkannya lewat. Meski begitu, dia tidak melewatiku.

  Aku membalikkan badanku, merasa lelah dihantui suara kayuhan sepeda itu.

  Ketika aku melakukannya, ternyata Orimoto berada di belakangku dengan sepedanya. Ketika dia melihat ke wajahku, dia tersenyum.

  "Oh, diam saja tidak menyadariku? Sungguh luar biasa."

  "...Benar. Tidak, itu bukan hal yang luar biasa."

  Setelah kupikir-pikir, memang tidak aneh kalau melihat kita pergi ke SMP yang sama, tetapi rumah Orimoto dan rumahku memang tidak begitu jauh. Jika kita mengarah ke jalan yang sama, tidak perlu orang pintar untuk mengetahui kalau akan ada peluang kita akan bertemu.

  Orimoto lalu mengayuh sepedanya di sampingku.

  "Jadi kamu masih tinggal di daerah sini."

  "Rumahku memang berada disini..."

  "Aah, begitu ya. Soalnya kita seperti jarang bertemu di daerah sini."

  Sebenarnya, itu karena aku memang berniat untuk tidak bertemu orang-orang ketika meninggalkan rumah...Dan ngomong-ngomong soal daftar orang-orang yang tidak ingin kutemui, Orimoto berada di ranking teratas, namun aku tidak bisa terang-terangan mengatakan itu kepadanya.

  "Ah, bisa kita menepi sebentar?"

  Orimoto lalu memarkir sepedanya di depan mesin penjual minuman. Di daftar orang yang tidak ingin kutunggu, Orimoto juga berada di daftar teratas, tetapi karena aku sudah diminta, aku tidak punya pilihan untuk tidak melakukannya. Aku memarkir sepedaku, menunggunya. Ketika aku menunggunya, Orimoto membelikanku minuman dari mesin penjual minuman.

  "Ini, kutraktir."

  Orimoto mengatakannya sambil memberiku sekaleng teh yang hangat. Apa ini? Ini bukan MAX COFFEE! Tetapi komplain terhadap sesuatu yang merupakan pemberian merupakan hal yang tidak wajar. Jadi aku menerimanya begitu saja.

  Setelah itu, Orimoto menggunakan kalengnya untuk tos dengan kaleng yang kupegang.

  "Yaaaay!"



  "Y-Yeah..."

  Kedua kaleng kami bersentuhan seperti melakukan tos. Orimoto kemudian membuka kalengnya dan berbicara kepadaku.

  "Hikigaya, kamu sepertinya sudah berubah. Dulu, kupikir kamu orangnya sangat membosankan."

  "Begitu ya?"

  ...U-Uh huuuuh. A-Apa seperti itu orang-orang melihatku selama ini? Bukankah info seperti itu harusnya tidak dibicarakan ke orangnya secara langsung?

  Namun, kata berubah menarik perhatianku. Apa aku memang telah berubah banyak sejak SMP? Mungkin saja. Aku lebih tinggi dan jumlah kata dalam Bahasa Inggris yang bisa kuingat juga bertambah. Juga, aku sudah tidak berkeringat ketika berbicara dengan Orimoto. Tetapi banyak hal yang berbeda juga, mungkin memang mengatakan aku sudah berubah secara garis besar adalah hal yang tepat.

  "Tetapi mengatakan kalau orang itu membosankan tepat di depannya ketika itu bisa menjadi masalah, bukan?"

  Orimoto mengatakannya dengan wajah serius. Dia lalu meminum kaleng tehnya, lalu menghela napasnya sejenak.

  "Tapi, menjadi pacar dari Hikigaya yang sekarang kupikir masih belum memungkinkan untuk terjadi."

  "Tidak, aku sudah tidak ada niatan untuk melakukannya lagi..."

  Aku memang menembaknya dulu, ya, dulu sekali. Dan karena itu sudah lama terjadi, maka tolong lupakan kejadian itu.

  "Ada apa ini kok membahasnya tiba-tiba?"

  "Hari ini, kamu mengatakan suatu hal yang antah-berantah. Normalnya, jika pacarmu seperti itu, kamu tidak akan mau untuk berbicara dengannya lagi, bukan? Aku juga tidak begitu paham maksudmu tadi."

  Ketika aku bertanya kepadanya tadi, Orimoto membalasnya dengan tertawa dan aku sepertinya teringat akan sesuatu. Tetapi dia tiba-tiba berhenti tertawa dan melihat ke arah jalanan. Arah dimana dia melihat itu, adalah arah dimana SMP kami dulu berada.

  "Tetapi, mungkin kita bisa menjadi seorang teman. Lagipula kamu memang terlihat luar biasa...Ya, seperti itulah."

  Ketika dia mengatakannya, Orimoto melempar kaleng tehnya ke sampah dan menaiki sepedanya lagi.

  "Tetapi, terima kasih ke Hikigaya dan gadis itu, Pengurus OSIS kami nampaknya mulai paham situasinya. Ketua OSIS kami tampak termotivasi oleh itu. Sepertinya kami akan memenangkan ini."

  "Sebenarnya itu bukan sebuah pertandingan..."

  Ketika aku mengatakannya, Orimoto memiringkan kepalanya.

  "Benarkah? Ya terserah juga sih. Sampai jumpa ya."

  "Yeah. Ah, terima kasih atas tehnya."

  Orimoto melambaikan tangannya untuk membalas kata-kataku dan mulai mengayuh sepedanya. Aku meminum habis sisa tehku dan membuang kalengnya ke tempat sampah. Ketika aku melakukannya, aku mendengar suara kayuhan sepeda yang berhenti.

  "Hey."

  "Ah?"

  Ketika aku melihat arah suara yang memanggilku, Orimoto masih menaiki sepedanya dan hanya kepalanya yang menatapku dari kejauhan.

  "Reuni SMP selanjutnya, kamu mau datang, Hikigaya?"

  "Tidak. Tidak akan."

  "Seperti dugaanku, sungguh luar biasa."

  "Tidak, tidak seperti itu."

  Ketika aku mengatakannya, Orimoto tertawa dan mengayuh sepedanya pergi. Aku tidak sempat melihatnya pergi karena arah yang kutuju berlawanan dengannya.







*   *   *





  Esok paginya setelah insiden rapat itu, Training room di Community Center berubah menjadi super sibuk. Meskipun kita sudah sepakat akan menampilkan drama, kita belum memutuskan akan memainkan drama cerita apa.

  Tetapi setelah Isshiki memberikan instruksi misterius "Sekarang, harusnya ada seorang malaikat muncul, bukan?", maka sekarang kami sibuk untuk membuat kostum malaikat. Jadi akan ada malaikat muncul...Kalau kupikir lagi, bukankah itu artinya akan ada karakter yang mati?

  Lalu ada banyak sekali siswa SD yang di hari-hari sebelumnya hanya dianggap mengganggu dan beban, tetapi sekarang mereka adalah teman terbaik dalam rumah produksi kami. Mereka adalah bagian dari pasukan tempur kita. Seperti dugaanku, siswa-siswa SD ini adalah yang terbaik!

  Rumi, yang sangat berskill dengan jari-jarinya, sekarang dia bahkan mendatangi kita dan bertanya apa pekerjaan yang bisa mereka lakukan, sebuah pekerjaan yang aneh bagi kartu AS tim anak SD.

  Sekarang, dia mengerjakan kostum malaikat itu dengan sunyi sedangkan yang lain hanya membuat kekacauan dan mengobrol. Mereka melihatnya dari kejauhan, tetapi pada akhirnya mereka memberikan pekerjaannya ke dia karena terlihat serius.

  Meski begitu, melakukannya sendirian akan terasa sulit, bukan...? Aku memikirkan itu dan duduk di sampingnya. Lalu aku mengambil alat-alat untuk membuat kostumnya. Ketika aku melakukannya, tanganku seperti dihentikan oleh sesuatu.

  "Hachiman, tidak apa-apa. Aku tidak membutuhkan bantuanmu."

  Rumi tidak berhenti dari pekerjaannya dan terus mengatakannya tanpa melihatku.

  "Aku bisa melakukannya sendirian."

  "Uh, kamu mengatakannya, tetapi kamu..."

  Begitulah katanya, tetapi pekerjaannya terlihat masih banyak. Ukuran kostumnya disesuaikan dengan ukuran anak SD dan terlihat tidak besar, tetapi melakukannya sendirian tetap akan sulit.

  "Ini bukan apa-apa."

  "...Begitu ya. Kamu bisa melakukannya sendiri?"

  Dia mungkin merencanakan akan melakukannya sendirian. Bisa juga dia hanya berpura-pura keras kepala. Dan dia mungkin tidak akan bisa membuatnya tepat waktu karena banyak masalah dalam pengerjaannya.

  Meski begitu, keinginannya untuk melakukan yang terbaik sendirian cukup bagus.

  Aku menarik kursi dan berdiri di atasnya. Ketika aku melakukannya, Rumi melihat ke arahku. Ekspresinya terlihat sendirian dan dia mulai melihatku dengan tanda tanya.

  Ketika berdiri, aku menepuk-nepuk dadaku dengan bangga.

  "LIHAT AKU. AKU BISA MELAKUKAN SEMUANYA SENDIRIAN."



  Ketika aku mengatakannya, Rumi melihatku dengan tatapan kosong, lalu dia tertawa.

  "...Apa-apaan itu...dasar Idiot."

  Ketika dia mengatakannya dengan tersenyum, Rumi sudah tidak mencegahku lagi untuk membantunya. Kami berdua memotong kertas karton itu dan membuat sayap-sayap dari itu.

  Bekerjasama dan saling percaya seperti, lebih dari yang kau bayangkan, itu adalah hal-hal yang dingin.

  Sebenarnya tidak masalah jika harus melakukan sesuatu sendirian, tetapi jika memang itu mengharuskanmu sendirian. Dengan menjalani hidupmu tanpa mengganggu orang lain, maka kamu memang berhak untuk meminta tolong sesuatu dari orang lain. Ketika kamu bisa menjalani hidupmu yang seperti itu, maka untuk pertama kalinya, kamu akan layak untuk berjalan dan berada di sisi seseorang.

  

  Karena kamu hidup sendirian, maka kamu bisa melakukan sesuatunya sendirian, oleh karena itu kamu mampu untuk bersama dengan orang lain.



  Aku menatap Rumi yang bekerja di sampingku. Gadis ini mungkin bisa hidup sendiri. Jika dia bisa melakukan ini sejak SD, maka dia memiliki banyak keunggulan. Dia juga terlihat manis. Oleh karena itu, suatu hari nanti, dia bisa berjalan bersama dengan seseorang. Agar hal itu bisa terjadi...Akan lebih baik jika dia banyak mendapat latihan selama disini.

  "...Hey, apakah kamu mau tampil di drama kami?"

  Aku bertanya kepadanya sambil memotong karton itu. Ketika aku melakukannya, Rumi tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan menatapku.

  "...Namaku bukan 'kamu'."

  "Hmm?"

  Apa-apaan ini? Kenapa kamu menatapku seperti itu?

  "Rumi."

  Dia menyebutkan namanya dengan nada yang agak kecewa. Tampaknya dia memang menginginkanku untuk memanggil nama depannya. Aku cukup ragu untuk memanggil seorang gadis dengan nama depannya...Selain karena terdengar memalukan, aku khawatir suatu hari nanti dia akan berkata "Haa? Kamu mengatakannya seperti pacarku saja!?" jika aku memanggil nama depannya.

  Ketika aku sedang mengkhawatirkan kemungkinan itu, Rumi tidak mempedulikanku dan meneruskan pekerjaannya. Sepertinya dia memang tidak akan mau meresponku kecuali aku memanggil nama depannya...

  "Tahu enggak...Rumi?"

  Ketika aku memanggilnya, Rumi memandangiku.

  "Apa kamu mau berpartisipasi di drama kami?"

  Kau harus keluar dari tempat ini. Kita berdua bisa langsung ke Aikatsu! Kamu juga punya wajah yang manis juga, dan itu pasti akan sukses. Biarkan aku jadi produsermu. Kamu harusnya memulai kegiatan Idol bersamaku.

  Entah apa keinginan pribadiku tadi tersampaikan padanya atau tidak, Rumi berpikir sejenak lalu berkata.

  "...Apa Hachiman diberi kuasa untuk memutuskan itu?"

  "Ah? Hmm, aku bisa dibilang Produser dari drama ini, ya begitulah."

  Aku juga bisa berakting sebagai Admiral di Kancolle jika kamu mau. Rumi terus menatapku seperti sedang berpikir, lalu dia memalingkan wajahnya dan mengatakannya dengan nada kurang tertarik.

  "Hmm...Ini bukannya aku tidak bisa melakukannya atau sejenisnya."

  "Serius? Terima kasih banyak, Rumi Rumi."

  "Kamu sungguh menakutkan ketika memanggilku Rumi Rumi."

  Jadi seperti ini ya rasanya jika putrimu sendiri memanggilmu 'menakutkan'...?

  "Jadi kita akan memainkan drama apa?"

  "...Oh benar, kita belum memutuskannya."

  Aku yakin kalau Pengurus OSIS sedang membahas drama apa yang akan mereka mainkan sekarang, jadi kupikir ide bagus jika aku memeriksa perkembangannya sekarang. Ketika aku memikirkannya, Rumi mengambil karton di tanganku dan berbicara.

  "Kenapa kamu tidak pergi ke sana dan bantu mereka memutuskannya?"

  Tampaknya dia mengatakan untuk menyerahkan pekerjaan itu kepadanya. Jika dia mengatakan itu, maka aku harus pergi. Untuk saat ini, aku sementara tidak membantunya dulu dan menyelesaikan masalah yang lain.

  "...Baiklah. Sampai jumpa."

  Aku berdiri dan menuju ke kumpulan siswa SMA Sobu yang sedang sibuk bekerja. Hal yang harus kulakukan pertama kali adalah bertanya ke Isshiki. Aku mencari Isshiki ke seluruh ruangan dan hanya menemui Yuigahama yang memegangi amplop berwarna coklat.

  "Hikki, kamu tahu dimana Iroha-chan dan Yukinon?"

  "Aku sedang mencarinya juga."

  "Oh oke. Aku sudah dapat dananya dan hendak bertanya harus kubelikan apa ini."

  Hahaa, tampaknya dia mengambil dana milik SMA Sobu yang berada di SMA Kaihin. Aku tidak tahu apa saja perjanjian dibalik itu, tetapi dia sudah menangani masalah dana itu dengan baik untuk seorang yang terbilang idiot. Dia sepertinya berbakat menjadi penjinak gerombolan SMA Kaihin.

  Kami berdua mencari Isshiki dan pintu ruangan Training Room terbuka. Lalu Isshiki muncul dari balik pintu dengan ekspresi suram.

  "Ada apa?"

  Ketika kutanya, Isshiki masih terlihat suram.

  "Ketika aku meminta bantuan Hayama-senpai, dia mengatakan tidak mau..."

  "Eh, mustahil, apa Hayato memang mengatakannya?"

  Yuigahama terkejut. Aku juga sebenarnya terkejut juga. Aku terkejut bukan karena Hayama menolak membantunya, tetapi karena Isshiki yang terlalu agresif mengingat dia baru saja ditolak. Meski begitu, Hayama yang menolaknya...

  Isshiki terlihat sedih dan hendak menangis, tetapi bibirnya tiba-tiba tersenyum.

  "Hanya becandaaaaaa. Ini seperti, Hayama-senpai sadar akan keberadaanku, tahu tidak? Ya ampun, ternyata hasilnya jauh lebih baik dari yang kuduga!"

  "Aah, begitu ya..."

  Ngomong-ngomong dengan sifat plastiknya itu. Jika ini memang sifat aslinya, maka dia adalah kekuatan yang harus diwaspadai.

  "Ah, ngomong-ngomong, dia mengatakan kepadaku akan datang membantu di hari eventnya."

  "Aah, begitu ya. Apa tidak masalah jika aku memanggil orang lain untuk membantu kita juga?"

  Isshiki mengatakannya secara datar dan Yuigahama menawarkan bantuannya.

  "Tentu, kenapa tidak? Aku juga tidak begitu paham maksudmu."

  "...Seperti biasanya, kamu selalu mengatakan begitu saja tanpa berpikir."

  Aku mengenali suara itu dari belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, Yukinoshita berdiri di belakangku seperti baru saja sampai. Yukinoshita memberi salam ke Yuigahama dan Isshiki dan memulai berdiskusi sambil memberikan instruksi. Dia sesekali menguap.

  "Kamu terlihat mengantuk."

  "Aku kurang tidur semalam. Ada beberapa hal yang harus kukerjakan..."

  Ketika aku bertanya kepadanya, Yukinoshita menjawabnya singkat. Meski begitu, apa sih yang dia kerjakan hingga kurang tidur? Ketika aku memikirkannya, Yukinoshita mengambil sesuatu dari tasnya. Lalu dia melihat ke arah Isshiki.

  "Isshiki-san."

  "Y-Ya..."

  Dia mungkin kurang tidur, tetapi mata Yukinoshita masih tajam seperti biasanya. Isshiki terlihat takut membuatnya kecewa lagi, lalu dia bersikap serius. Yukinoshita tampak tersenyum melihat sikap Isshiki tersebut. Lalu dia memberikan banyak sekali lembaran kertas berisi perencanaan kegiatan.

  "Aku menaruh semua disini jadi kamu bisa menggunakannya sebagai referensi."

  "Haa..."

  Isshiki mengambil kertas-kertas itu dan aku melihatnya juga. Itu seperti sebuah dokumen.

  Disitu terdapat daftar pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum event dengan beberapa barang yang harus diselesaikan. Di dalam dokumen itu juga terdapat beberapa saran-saran ala Yukinoshita.

  Disitu juga tertulis rencana memberikan siswa-siswa SD tersebut yang ikut bermain di drama seperti kue Natal, kue Jahe, lengkap beserta resep dan estimasi biayanya. Juga disana ada laporan tentang jadwal penggunaan ruangan memasak di sekolah yang bisa digunakan.

  Lalu untuk saran dramanya, ada sebuah skenario yang mengajak para undangan untuk ikut berpartisipasi. Haha, ini pasti itu. Ini semacam drama dimana akan ada cahaya yang menyembuhkan sesuatu dan semuanya gembira.

  Yuigahama, Isshiki, dan diriku secara bergantian mengatakan "ooooh", "haaaah", "heeeeh" seperti sedang terkesan, kami meneruskan untuk membaca dokumen itu. Yukinoshita pura-pura batuk dan sepertinya merasa kurang nyaman dengan situasi itu dan mengambil sesuatu dari tasnya.

  "Juga ini..."

  Yukinoshita memberi Isshiki beberapa buku.

  "Aku tidak tahu seperti apa yang kamu suka, tetapi aku mengumpulkan beberapa lagu-lagu tradisional Natal. Dan juga, di Ruangan OSIS ada CD Player yang bisa digunakan untuk event Natal nanti."

  "Kamu memang sesuatu banget."

  Ketika aku mengatakan itu kepadanya, Yukinoshita memalingkan wajahnya.

  "Itu karena aku tidak bisa mengajari seseorang seperti cara yang biasa kamu dan Yuigahama lakukan."

  Ketika dia mengatakannya, Yuigahama dan diriku melihat satu sama lain. Lalu kami tertawa kecil. Melihat bagaimana dirinya, Yukinoshita mungkin sangat khawatir kepada Isshiki. Kamu sulit sekali untuk kubaca!

  "Jadi dengan ini, harusnya semua masalah bisa diselesaikan dengan baik."

  Yukinoshita menyilangkan lengannya dan menaruh tangannya di dagunya. Nampaknya dia seperti masih memikirkan sesuatu. Aku mencoba memikirkan apa itu, tetapi semua programnya tampaknya sudah tertulis dan tinggal dilaksanakan saja, jadi masalah yang tersisa hanyalah waktu saja.

  "Tampaknya, cukup segitu saja."

  "Begitu ya."

  Ketika aku menjawabnya, Yukinoshita terlihat sangat puas dan menatap Isshiki kembali.

  "...Isshiki-san, aku percaya kamu bisa menangani sisanya. Harusnya baik-baik saja, benar Hikigaya-kun?"

  "Yeah, ini bukanlah tempat dimana aku yang bertanggung jawab dan memimpin semuanya."

  Sampai saat ini, aku hanya berposisi membantunya sehingga aku harusnya tidak diberi tanggung jawab. Sampai saat ini, seorang pemimpin yang memimpin proyek ini masih belum terlihat.

  "Um..."

  Isshiki yang memegang buku-buku tersebut terlihat ragu-ragu dan menatap Yukinoshita-diriku bolak-balik. Yukinoshita lalu menghentikannya.

  "Aku tidak keberatan kalau kamu memberi instruksi. Aku juga akan ikut berpartisipasi dalam pekerjaannya juga. Tidak apa-apa jika kamu meminta bantuan kalau ada kesulitan."

  "Tapi, ummmm...Aku masih berpikir hal itu sulit untuk kulakukan."

  Isshiki mengatakannya sambil menyelipkan "ahaha". Ketika dia melakukannya, Yukinoshita menutup kedua matanya secara perlahan.

  "Kamu bisa melakukannya. Semua yang disini mendukungmu, jadi tidak masalah jika kamu juga percaya ke mereka."

  Menjawab kata-katanya yang lembut itu, Isshiki menjawab "siap!" dengan suara yang pelan.








x Chapter IX | END x
  
  






  Yui masih keberatan tentang metode martir sosial ala Hachiman. Yui berusaha menekan Hachiman yang berniat melakukan sesuatu untuk memastikan rapat nanti berjalan sesuati rencana. Ini sambungan dari kejadian vol 7 chapter 9. Yui menginginkan Hachiman untuk berubah.

  Sebenarnya, keinginan Yui agar Hachiman berubah ini apakah ego dari Yui semata ataukah demi kebaikan Hachiman? Mari kita flashback ke vol 4 chapter 7, Yui bersama yang lain juga sepakat, kalau Hayama, Miura, dan Tobe menjadi martir sosial dalam acara jerit malam. Merelakan reputasinya rusak di mata anak-anak SD tersebut.

  Jika Yui tidak keberatan melihat Hayama, Miura, dan Tobe reputasinya rusak di acara jerit malam tersebut, mengapa Yui keberatan jika Hachiman yang menjadi martir sosial? Adanya standar ganda semacam ini, membuktikan kalau keinginan Yui agar Hachiman tidak mengorbankan dirinya lagi, sebenarnya adalah ego dari Yui sendiri, bukan demi kebaikan Hachiman.

  Mari kita lihat dari sisi Yukino. Dia tidak meminta Hachiman berubah, dia meminta Hachiman untuk menjadi diri sendiri. Hachiman dipersilakan melakukan apapun di rapat Kaihin-Sobu. Ini memang demi kebaikan Hachiman. Tapi Yukino tidak sekedar diam dan melihat, tapi Yukino juga beraksi dan membagi sakit yang diterima Hachiman menjadi dua.

  Ini terlihat di adegan setelahnya. Monolog Hachiman yang mengatakan nostalgia ketika Yukino back-up dirinya. Apa yang Yukino lakukan mendapat 'reward'. Juga, Hiratsuka-sensei juga memuji tindakan tersebut.

  ...

  Monolog Hachiman ketika duduk di pojokan, seusai rapat yang heboh tersebut. Semakin menunjukkan kalau monolog Hachiman ketika tangannya dipegang Yukino di Destiny Land adalah benar adanya.

  ...

  Buat yang belum tahu, Kaori ini tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan Hachiman. Lucunya, ini pertamakalinya mereka berpapasan di jalan setelah 2 tahun tidak bertemu. Mungkin lebih tepatnya, Hachiman sengaja melakukannya agar tidak bertemu Kaori.

  ...

  Kaori mengatakan pengandaian pacar yang bersikap seperti Hachiman di rapat. Ini seperti mengatakan kalau gadis yang di vol 9 chapter 3 diduga oleh Kaori sebagai pacar Hachiman, memang benar-benar Yukino.

  Sebenarnya, Kaori mencoba push lagi Hachiman untuk dekat dengannya. Dengan coba mengajaknya ke reuni SMP. Tentunya, akan sangat logis jika Kaori datang bersama Hachiman ke reuni tersebut, karena mereka tinggal satu kompleks!

  ...

  Unik, ketika Hachiman mencoba merendahkan sikap yang egois dan bertindak sendiri di depan Rumi, seperti berusaha memberi pencerahan ke Rumi kalau bertindak sendiri-sendiri adalah hal yang salah.

  Mengapa saya katakan unik? Karena metode vol 7 dan vol 8 memakai dasar tersebut, yaitu Hachiman bertindak sendirian.

  Dengan menyatakan seperti itu, artinya Hachiman saat ini tidak sendirian. Dan ini sinergi dengan monolog Hachiman yang mengatakan Yukino akan selalu ada untuknya.

  ...

  Unik, sikap Yukino yang mau dicaci dan dicemooh peserta rapat dari Kaihin...

  Ini menghancurkan mitos Hachiman di vol 3 chapter 4, kalau tidak akan ada satupun gadis yang mau berkorban untuk dirinya.




1 komentar:

  1. Ln ini walau dulang berapa kali pun tetap seru, saya sudah baca novel ini semenjak saya kelas dua SMA dan sekarang saya sudah semester akhir di perkuliahan masih setia baca LN oregairu di situs ini 😁

    BalasHapus