Rabu, 26 Agustus 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol.9 Chapter 10 : Sebenarnya, itu yang diberitahu oleh cahaya-cahaya kecil di tangan mereka



x Chapter X x








  Natal sudah di depan kami lagi untuk tahun ini. Sebenarnya di hari sebelum Natal ini, adalah hari dimana Event Natal Kolaborasi terjadi, dimana dikoordinasikan oleh Pengurus OSIS dari SMA Sobu dan Kaihin Sogo.

  Dua hari sebelumnya, ada upacara di sekolah yang menandai dimulainya libur musim dingin yang berarti waktu ekstra bagi kami untuk bekerja. Perkembangan pekerjaan kami bisa dikatakan cukup bagus.

  Karena eventnya akan dimulai sore ini, kami menghabiskan waktu sejak pagi untuk bekerja. Di pagi hari, seperti instruksi Isshiki, kita memfokuskan semua sumber daya manusia untuk memanggang cake dan kue. Karena di hari-hari sebelumnya kami menghabiskan waktu untuk persiapan panggung, hari ini terasa nikmat sekali karena aroma kue terus menyelimuti tubuhku.

  Meski diselimuti oleh aroma kue yang lezat, tidak serta-merta suasananya akan santai dan menyenangkan, terbukti dengan apa yang terlihat di salah satu ruangan Community Center.

  Dan orang yang ditugasi untuk memimpin sektor pembuatan kue ini sedang berada di ruangan ini, Yukinoshita.

  "Hikigaya-kun."



  Meski Yukinoshita memanggil namaku, dia tidak mengatakan apapun. Mungkin, dia hendak memintaku untuk memegang sebentar krim yang di tangannya. Tunggu, kasih tahu dulu lah... Seperti yang kuduga, aku memegang mangkuk di tanganku untuk menaruh krim tersebut.

  "Ini..."

  "Terima kasih."

  Setelah mengambil mangkuknya, Yukinoshita mulai melapisi kue itu dengan krim dan memanggil Yuigahama yang sedang bekerja di sampingnya.

  "Yuigahama-san. Apa kamu sudah selesai mengikat kantong kuenya?"

  "Uh huh, aku baru saja selesai. Apa kamu butuh bantuanku untuk memanggang kuenya juga?"

  Yuigahama berdiri sambil mengayun-ayunkan lengannya seperti hendak membuang rasa lelahnya dan bertanya ke Yukinoshita. Ketika dia melakukannya, Yukinoshita langsung menjawabnya tanpa menghentikan pekerjaannya.

  "Tidak apa-apa. Kamu jangan sentuh apapun disini, oke? Maksudku jangan pernah sentuh apapun disini."

  "Wah, kok sepertinya terdengar menghinaku!?"

  "Lupakan itu. Kalau bisa, tolong ambil sisa adonan kue yang tersisa di kulkas sekolah?"

  Tanpa ragu, Yukinoshita memberikan instruksi ke Yuigahama yang terlihat hendak menangis tanpa menghentikan pekerjaannya.

  "Okay...! Eh, jangan-jangan adonannya tidak sengaja ketinggalan ya?"

  "Seperti yang kauduga. Harusnya adonannya ditaruh di bagian freezer, bisakah kau ambilkan?"

  Tidak ada waktu senggang bagi Yukinoshita untuk bersantai dan melayani obrolan Yuigahama melihat bagaimana sibuknya dia. Gahama-san terlihat kasihan. Sejujurnya, disini memang terlihat super sibuk dan terdengar banyak sekali suara oven berbunyi, ruang masak ini seperti berfungsi sebagaimana mestinya.

  Yuigahama yang terlihat hendak meninggalkan ruangan masak menggumam "Adonan yang ketinggalan..."

  Lalu, pintu dari ruang masak terbuka perlahan.

  Wajah yang muncul dari pintu tersebut adalah Totsuka.

  "Huh? Ada apa, Sai-chan?"

  "Oh, waktu aku bertanya ke Pengurus OSIS, mereka bilang untuk pergi ke ruangan ini. Aku ingin membantu event kalian. Boleh?"

  Setelah mengatakan itu, orang yang di belakang Totsuka muncul. Ternyata itu adalah Komachi dan dia melambai-lambaikan tangannya ke diriku. Aku memang mengatakan kepadanya kalau aku ada kegiatan disini dan boleh mampir kalau senggang. Tetapi yang terpenting, aku mendengar suara batuk aneh seperti "gefun, gefun, okopooon" dari arah belakang keduanya, tetapi aku lebih baik pura-pura tidak pernah mendengar suara apapun yang berasal dari belakang mereka.

  "Onii-chan, apakah Komachi boleh membantu juga?"

  Komachi mengatakannya sambil masuk ke dalam ruangan bersama Totsuka.

  "Oh, Totsuka-kun, Komachi-san. Hello."

  Ketika Yukinoshita menyapa mereka, keduanya mengatakan hello dengan senyuman.

  "Mereka berdua katanya ingin bantu-bantu disini."

  Ketika aku mengatakannya, Yuigahama memegangi kedua tangannya dan mendekati Totsuka.

  "Oke, Sai-chan, bisakah kamu menemaniku ke sekolah? Sepertinya ada yang tertinggal dan aku mungkin tidak bisa membawa semuanya sendirian."

  "Oke, tentu saja...tapi apa yang ketinggalan?"

  Totsuka meninggalkan ruang masak bersama Yuigahama sambil bingung memikirkan penjelasan yang lebih detail dari Yuigahama. Apa mereka benar-benar bisa kembali membawa adonannya...? Aku tampak sedikit khawatir dengan tugas pertama mereka itu.

  "Kalau begitu, apa aku bisa meminta bantuan Komachi-san untuk membantuku disini? Cake atau kue, yang mana yang kamu bisa?"

  "Komachi bisa melakukan keduanya!"

  Yukinoshita sepertinya hendak meminta bantuan Komachi untuk membuat kue.

  "Begitu ya. Itu akan menjadi bantuan yang sangat berarti. Kalau begitu, tolong buatkan kue jahenya. Resepnya ada disana."

  "Okeeee! Bisa membuat kue bersama Yukino-san, Komachi sangat bahagia untuk melihat sejauh mana perkembangannya!"

  Perkembangan apa yang kamu bicarakan, huh? Setelah Komachi membersihkan tangannya, dia segera memulai membuat kue bersama Yukinoshita.

  Aku mengangguk saja melihat kedua gadis itu terlihat menikmati obrolannya berdua sambil membuat kue. Kali ini, aku bisa mendengar suara "gefun, gefun, morusa" sangat dekat. Apa itu jenis batuk terbaru?

  Tampaknya aku tidak bisa pura-pura tidak tahu akan kehadirannya kalau melihat arah suaranya yang sangat dekat, bukan...? Aku menyerah dan melihat ke arah batuk itu. Dan disana ada Zaimokuza.

  "Gefun, gefun."

  "Zaimokuza, bawa kotak-kotak kue ini bersamaku."

  "B-Baik...Mungkin kamu bisa bertanya dulu kepadaku kenapa aku bisa ada disini?"

  "Tidak, aku tidak tertarik. Ah, juga, bantu aku membawa peralatan ini juga."

  "B-Begitu ya."

  Tanpa diduga, Zaimokuza menurut begitu saja membawa kotak-kotak itu dan kami melakukan beberapa pekerjaan bersama-sama setelah itu.








*   *   *







  Dan kemudian, tirai pertunjukan sudah diangkat menandai dimulainya Event Kolaborasi Natal.

  Ketika aku mengintip dari pinggir panggung, aku melihat banyak sekali tamu-tamu yang hadir. Komachi, Totsuka, dan bahkan Zaimokuza terlihat berada di tempat penonton. Aku juga melihat Kawasaki, Hayama, dan yang lain. Kawasaki pasti datang kesini untuk melihat adik perempuannya. Untuk Hayama dan yang lain, Yuigahama dan Isshiki mungkin yang memanggil mereka.

  Saat ini, panggung diisi pertunjukan dari SMA Kaihin Sogo.

  Seperti jadwal yang tertulis, mereka menampilkan penampilan band dari siswa Kaihin Sogo dan Band Jazz Klasik yang mereka sewa yaitu Classical Business Concert. Kalau dibandingkan banyaknya rencana penampilan musik yang mereka katakan di awal rapat, ini bisa dibilang kurang, meski begitu, penonton terlihat meresponnya dengan baik.

  Dari apa yang kurasakan, memadukan penampilan band yang berbeda dengan musik klasik memang bisa membuat penonton menikmati penampilan mereka. Penampilan para pemain musik ini mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari penonton.

  Dan sekarang sudah hampir saatnya bagi penampilan dari SMA Sobu.

  Kali ini, pekerjaanku adalah pemain pengganti, bukan sebuah posisi, tetapi sederhananya aku tidak diberikan pekerjaan yang spesifik ketika penampilan mereka dimulai. Entah kenapa, aku terlihat menggerutu dengan keadaanku ini.

  Sementara Isshiki dan lainnya terlihat sibuk mengatur sesuatu, tampaknya penampilan sekolah kita akan dimulai sebentar lagi.

  Tidak ada yang bisa kukerjakan dan hanya menonton dari pinggir panggung karena aku tidak ada tugas dan aku bisa mendengar seseorang mengembuskan napas yang sangat berat di dekatku. Ketika aku melihatnya, Isshiki terlihat gugup sambil mengintip ke arah penonton.

  "Bagaimana situasinya?"

  Ketika aku memanggilnya, Isshiki membalikkan badannya dan bernapas lega.

  "Ah, senpai. Ya Tuhan, ini tampaknya buruk sekali!"

  "Skenarionya sudah ditulis dengan rapi dan hanya ada beberapa kesalahan kecil ketika latihan dan itu bisa dianggap maklum. Kamu tidak perlu panik seperti itu."

  Ketika aku mengatakannya, Isshiki seperti termotivasi.

  "Memang sih, skenarionya ditulis oleh si Sekretaris-chan. Lagipula...Senpai sudah mengajariku banyak hal juga...Ah, benar. Aku harus kesana untuk mengkoordinasi sesuatu, oke!"

  Isshiki mengatakan kata-kata terakhirnya sambil berusaha menyembunyikan dirinya yang tersipu malu. Tapi ketika dia hendak keluar dari sisi panggung, dia membalikkan badannya.

  "Ah, untuk timing akhirnya, tolong berkoordinasi dengan Wakil Ketua. Juga, tolong tangani bagian kuenya juga."

  "Siap, Bu Ketua!"



  Aku menjawabnya singkat dan melihat Isshiki pergi menuju Pengurus OSIS lainnya.







*   *   *






  Dan kemudian, tirai pertunjukan diangkat.

  Lampu yang menerangi bagian penonton dimatikan dan lampu di panggung dibiarkan tetap menyala.

  "Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen...Itu semuanya..."

  Sebuah narasi terdengar dari kegelapan. Mengikuti itu, cahaya panggung menjadi agak remang-remang dan Rumi, memakai wig pirang, terlihat sedang menghitung uang kembaliannya. Narasi terus berlanjut.

  "Tetapi, ini hanya satu dolar delapan puluh tujuh sen. Dan besok sudah Natal."

  Aku sepertinya ingat adegan ini entah dimana.

  Dari beberapa buku yang diberikan oleh Yukinoshita, aku sepertinya melihat buku berjudul "The Gift of the Magi".

  Ceritanya pendek, tetapi jumlah karakter yang ditampilkan juga tidak banyak. Dan yang utama, ceritanya dibentuk dari sebuah narasi, jadi tidak akan ada banyak tanggung jawab individual bagi aktornya untuk menghapalkan banyak percakapan. Kalau melihat waktu persiapannya, mungkin ini memang pilihan cerita untuk drama yang terbaik. Jujur saja, pilihan cerita ini memang melebihi ekspektasiku.

  Dibandingkan dengan penampilan SMA Kaihin Sogo tadi, panggung terasa dipenuhi oleh perasaan hangat seperti berada di rumah. Kostum dan ornamennya memang dipilih dengan hati-hati, meski begitu, itu tidak terlihat seperti buatan siswa SMA di Festival Seni atau semacamnya.

  Di panggung, Rumi berdiri di depan cermin, memakai semacam jubah, lalu memakai topinya dan hilang menuju pinggir panggung.

  Panggung lalu menjadi gelap total dan cahaya kembali menerangi panggung. Panggung disetting seperti sebuah kota yang merayakan Natal. Papan kayu yang dicat, kertas-kertas yang ditempel, dan latar panggung yang menunjukkan sebuah gedung dari tumpukan batu bata tercipta. Di tengah panggung, terdapat sebuah pohon natal.

  Dan adegan berganti dengan lampu sorot menerangi sebuah toko dengan tulisan "Mne. Sofronie. Hair Goods of All Kinds". Di panggung bersama Rumi, ada satu orang lagi, seorang gadis yang berperan sebagai pemilik toko tersebut.

  Rumi masuk ke dalam dan terlihat gugup.

  "...Maukah anda membeli rambutku?"

  Dia mengatakan kalimat itu. Aku tahu itu. Dia memang punya kualitas untuk menjadi idol...Aku ingin melihat ini sampai akhir, tetapi tidak bisa.

  Setelah melihat adegan itu, aku meninggalkan sisi panggung.









*   *   *









  "Kerja yang bagus. Apa kamu menyelesaikan semua kuenya?"

  Ketika aku bertanya, Yukinoshita menunjuk ke arah salah satu sudut dapur.

  "Entah bagaimana, kami akhirnya bisa menyelesaikannya...Bagaimana situasi panggungnya?"

  "Terlihat sangat bagus. Kurasa dramanya hampir akan berakhir, jadi kita tampaknya harus bersiap-siap membawa kue-kue ini keluar.

  Aku mengatakannya dan membawa cake tersebut. Ketika aku melakukannya, Yuigahama menyelesaikan kuenya, menepuk kedua tangannya, dan berdiri. Yukinoshita berdiri mengikutinya juga.

  "Aku benar-benar ingin melihat dramanya."

  "Kamu bisa melihat adegan akhirnya, kurasa tidak begitu buruk, bukan? Ayo kita pergi."

  Dan kemudian, dengan cake terakhir yang kupegang, kami menaiki tangga yang menuju aula. Cake-cake yang lain sudah dibawa menuju tempat ini. Di depan pintu aula terdapat banyak sekali anak-anak TK dan gurunya. Dan di depan pintu itu dengan telinganya tersambung dengan interkom, adalah Wakil Ketua OSIS SMA Sobu.

  "Sudah hampir waktunya. Kami akan menyerahkan bagian persiapannya kepadamu."

  "Baik."

  Aku menjawabnya sambil memberikan cake ke Yuigahama, Wakil Ketua dan aku menaruh tangan masing-masing di gagang pintu aula. Pintu ini harusnya terbuka tepat ketika drama berakhir.

  Ketika aku mengintip lewat celah pintu, tampaknya mereka sudah sampai di adegan akhir.

  "Sekarang, silakan pegang sumpit masing-masing."

  Para siswa SD yang berperan sebagai buruh anak-anak mengatakan kalimatnya dan bersiap-siap untuk makan malam bersama menjelang Natal. Dan kemudian, narasi yang dibacakan oleh siswa SD tersebut berlanjut lagi.

  "Orang yang memberi ke sesamanya, adalah orang yang paling bijak."

  "Orang yang memberi akan selalu lebih baik dari orang yang menerima."

  "Tidak peduli dunia ini menjadi seperti apa, mereka adalah greatest magi."

  "...Oleh karena itu dari kami, kami akan memberikan kepada mereka. Dan kemudian, kami akan memberi ke semuanya. Sebuah pemberian yang berisi cinta."

  "Selamat Natal!"

  Di panggung, Keika, Rumi, dan siswa SD lainnya menyalakan lilin di mejanya. Dan kemudian, para anak TK yang berpakaian malaikat kecil keluar dari pintu dan membagikan cake ke penonton serta membantu menyalakan lilin di meja tiap penonton.

  Cahaya lilin di panggung dan di meja penonton seperti menerangi ruangan ini. Mengikuti pergerakan malaikat-malaikat kecil ini, cahaya kecil mulai tercipta di meja penonton satu persatu sampai seluruh aula disinari olah cahaya lilin baik dari panggung dan meja.

  Panggung dan penonton seperti terhubung oleh cahaya itu dan ketika penonton menjadi satu dengan drama itu, para penonton terlihat menahan napasnya. Itu juga berlaku kepada kami bertiga yang menonton dari belakang panggung.

  "...Kupikir, ini cukup bagus."



  Menonton dari sampingku, Yukinoshita mengatakannya dengan menggumam. Meski mengatakan itu, bibirnya tersenyum dengan manis. Ya ampun, serius ini, setidaknya kamu jujur saja menilai penampilan mereka.

  Tujuan dari sebenarnya dari sebuah service adalah kepuasan pelanggan. Dan pertunjukan kami kali ini memang menargetkan kepuasan penonton. Karena ini bukanlah pertunjukan yang akan dilakukan secara rutin maka kita harus menikmatinya dengan merasakan juga aura suasananya.

  Ini adalah hal yang diusulkan oleh Yukinoshita dan dijawab oleh Isshiki.

  Dia memang sesuatu dengan merencanakan hal seperti ini. Apa ini semacam Destinyland effect? Bisa jadi...

  "Heeeh, ini sungguh luar biasa, ini seperti, API!"

  Ketika Yuigahama berbicara sambil mengatakan "whooaa", Yukinoshita menjawabnya dengan tenang.

  "Itu dinamakan candlelight service."

  "Apakah itu semacam perpaduan api unggun atau semacamnya?"

  "Semacam itu...Ya ampun."

  Ketika aku tersenyum kecil melihat kepolosan Yuigahama, terdengar sebuah panggilan di pengeras suara.

  Setelah semua pemain dan narator dipanggil menuju ke atas panggung, mereka diperkenalkan satu persatu sambil membungkukkan punggungnya.

  Ketika Kawasaki Keika yang berperan sebagai malaikat muncul, Kawasaki mengambil banyak sekali foto. Seperti kataku, kamu ini Ibunya apa bagaimana?

  Dan terakhir, aktor utama kita, Rumi, dipanggil. Rumi nampaknya mendapatkan tepuk tangan yang meriah, tetapi dia memegang tangan orang-orang di sebelahnya dan membungkuk.

  Dari belakang, aku bisa melihat sosok penonton yang remang-remang ditemani cahaya lilin. Aku secara spontan terlihat emosional melihat momen Rumi di panggung itu. Ini semacam berkah bagi seorang produser sepertiku.

  Seperti kata-kata di anime Love Live, Aku tidak akan melupakan hari ini! Tentang apa yang terjadi di panggung hari ini!

  Setelah itu, kita bersama-sama memakan cake, kue jahe, dan teh. Suasana berubah menjadi Christmas Tea Party.

  Orang-orang dari SMA Kaihin Sogo tidak jauh berbeda dengan orang-orang dari SMA Sobu, memakan cake mereka sambil mengobrol satu sama lain.

  Kami kemudian menjadi staff dadakan yang melayani para anak TK dan undangan, kemudian kami ikut menikmati suasana itu. Aku mendatangi area aula untuk mencari gelas kosong atau semacam itu.

  Ketika aku melihat sekitar, aku tidak sengaja menatap Tamanawa yang sedang memakan cake. Tamanawa meniup poninya dan memalingkan pandangannya dariku. Di dekat Tamanawa adalah Orimoto dan teman-temannya seperti melakukan tos dengan gelas kertas dan tertawa keras.

  Di sana juga terdapat Hayama dan yang lainnya sedang dikelilingi banyak sekali anak SD. Tampaknya anak-anak tersebut mengenali mereka. Mereka tampaknya sangat populer di SD Rumi setelah Kemah Musim Panas lalu.

  Dan aku terkejut, melihat Rumi berada diantara kerumunan anak SD itu.

  Aku tidak tahu apa yang Rumi dan Hayama atau lainnya obrolkan disana.

  Tetapi senyuman Rumi kali ini tidak melukai lagi dadaku dan seperti cahaya terang, hangat, dan bersinar seperti lilin.





*  *  *





  Aku berjalan di halaman sekolah.

  Senja menemani perjalananku ini karena aku harus melakukan pekerjaan bersih-bersih setelah event kolaborasi natal selesai.

  Tugas bersih-bersihku kali ini, barang-barang yang dipakai di event tersebut agar ditaruh di Ruang OSIS. Tetapi Ruang OSIS terlihat penuh dengan barang-barang pribadi Isshiki, kami bertiga tidak tahu harus menaruh dimana barang-barang ini.

  Aku sebenarnya ingin membuang barang-barang dan hiasan ini, tetapi sudah ditolak lebih dulu karena Isshiki mengatakan kalau barang-barang ini mungkin bisa berguna di event-event OSIS selanjutnya. Ini seperti mempersulit diriku...Karena tidak tahu harus kemana lagi, kami memutuskan kalau Klub Relawan akan menampung sementara barang-barang ini. Yukinoshita dan Yuigahama berangkat lebih dulu ke ruangan klub.

  Sementara diriku, masih harus mengorganisir beberapa Pengurus OSIS di Ruang OSIS, dan akhirnya tugasku hari ini selesai.

  Yang tersisa sekarang, adalah melaporkan request ini telah selesai kepada keduanya di klub dan pulang ke rumah.

  Karena sekolah sedang libur musim dingin, tidak ada orang lain yang terlihat ketika aku berjalan menuju Gedung Khusus. Di lorong yang sunyi ini, langkah kakiku terdengar sangat keras.

  Aku menaruh tanganku di pintu klub. Seketika, aku mencium aroma yang enak. Setelah memasuki ruangan, aku merasakan kehangatan.

  "Ah, selamat datang."

  "Kerja bagus."

  Yuigahama duduk di tempat biasanya dan Yukinoshita mulai menuangkan tehnya. Ketika aku duduk di tempatku yang biasa, aku menatap teh yang berada di atas meja. Kehangatan dan bau enak tadi pasti berasal dari teh ini. Aku merasakan ini sangat nostalgia, tidak melihat adegan seperti ini setelah beberapa bulan.

  "Yuigahama-san, aku tuangkan tehnya."

  Yukinoshita menuangkan teh ke mug Yuigahama.

  Di atas meja, ada mug yang bergambar anjing dan ada cangkir teh di atas cawannya. Pemilik benda itu masing-masing mengambil tehnya.

  Dan terakhir, ada gelas teh bergambar "Panda Pan-san" di depanku.



  Uap panas terus terlihat dari gelas teh itu dan tidak ada seorangpun yang mengambilnya.

  "Eh, ini apa?"

  Ini mungkin teh untukku, tetapi biasanya dituang ke gelas kertas. Ketika aku bertanya, Yuigahama dan Yukinoshita menjawabnya bersamaan.

  "Itu hadiah Natal!"

  "Kupikir akan sia-sia jika menghabiskan gelas kertas terus menerus untuk orang yang sama."

  Kedua alasan dari kedua orang tadi terlihat sangat berbeda...Jadi mana yang benar? Aku melihat ke arah Yuigahama dan dia terlihat antusias.

  "Kami berdua membelikannya untukmu! Aku yang memilih bentuknya dan Yukinon yang memilih desainnya!"

  Seperti yang kuduga...Gelas teh dengan gambar Pan-san yang dipilih sudah cukup untuk memberitahuku siapa dalang dibalik ini. Meski begitu, jika ini benar hadiah Natal, maka aku tidak mempersiapkan kado apapun untuk ditukar dengan pemberian mereka ini. Tunggu dulu, bukankah ini berarti aku tidak diundang dalam acara tukar hadiahnya?

  "Tunggu dulu, kamu bilang ini hadiah Natal, tetapi aku tidak mempersiapkan hadiah untuk kalian ..."

  Aku mengatakannya sambil menggaruk-garuk pipiku sebagai permintaan maaf, tetapi Yukinoshita menaruh cangkirnya di piring cawan dan berkata dengan tenang.

  "Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Itu cuma mengganti gelas kertas saja."

  Benar juga, kalau aku menerima penjelasan soal ini adalah ganti gelas kertas, berarti bukan masalah...? Well, kurasa itu juga bagus. Ini memang terlihat sebagai pengganti gelas kertas, tetapi aku bukanlah orang bodoh yang ingin terus keras kepala dan menolaknya.

  "...Terima kasih. Sudah memberiku gelas ini."

  "Sama-sama!"

  Ketika aku berterima kasih, Yuigahama tersenyum dan membalasku. Juga, ngomong-ngomong soal terima kasih, aku hampir lupa dengan tujuan utamaku ke tempat ini.

  "Juga...Untuk requestnya. Aah...Terima Kasih. Kalian memang benar-benar membantuku. Aku juga berhasil menyelesaikannya tanpa ada masalah berarti, terima kasih untuk kalian berdua."

  Aku kemudian menundukkan kepalaku sejenak.

  Event yang kupikir tidak akan pernah terlaksana ini akhirnya selesai dengan baik berkat bantuan mereka. Aku sendiri tidak yakin apakah aku memang harus menanggung request ini sendirian, meski begitu, aku tetap menundukkan kepalaku karena ingin berterima kasih kepada mereka.

  "Requestnya belum selesai, bukan?"

  Yukinoshita mengatakannya kepadaku ketika kepalaku masih menunduk. Aku mengangkat kepalaku untuk merespon perkataannya yang tampak aneh dengan yang barusan kukatakan.

  "...Bukankah dulu aku pernah bilang, kalau aku menerima requestmu, bukan? Coba ingat-ingat lagi..."

  "Tidak, bukannya harusnya sudah berakhir? Oke, apa ini? Semacam teka-teki terbaru?"

  Ketika aku bertanya kepadanya, Yukinoshita tertawa dengan lepas.

  "Kupikir begitu, itu bisa menjadi teka-teki."

  Senyum dan candaannya barusan terdengar lugu sekali. Itu memang sangat berlawanan dengan image dewasa dirinya dan aku merasa kalau aku baru saja melihat sisi lain dari dirinya yang tidak kuketahui. Meski begitu, aku tidak tahu apa teka-tekinya.

  Setelah melihat percakapanku, Yuigahama lalu berkata "ah" dengan suara kecil. Lalu, dia tidak menatap ke arah manapun, mengatakan dengan suara pelan.

  "Kupikir...Aku mengerti sesuatu...Mungkin tidak apa-apa jika Hikki tidak tahu."

  "Eh?"

  "Ngomong-ngomong..."

  Ketika aku mencoba bertanya apa itu, Yuigahama secara enerjik berdiri dari kursinya.

  "Natal ini kita mau ngapain? Maksudku, setelah Natal! Oh besok juga boleh! Ayo kita buat pesta!"

  "Tidak, kita tidak akan melakukannya..."

  Meskipun aku sudah mengatakannya, Yuigahama tidak terlihat mempedulikanku dan menatap Yukinoshita.

  "Yukinon, apa kamu...punya rencana lain?"

  Suaranya yang terdengar khawatir mungkin teringat dengan terakhir kalinya dia bertanya rencana Natalnya, percakapan yang penuh kepalsuan waktu itu. Yukinoshita tersenyum balik.



  "...Kalau memang mau melakukannya, aku akan melihat jadwalku dulu."

  Mendengar hal itu, wajah Yuigahama kembali ceria.

  "Sungguh!? Yay! Oke, sudah diputuskan kalau begitu."

  "Jadi kamu tidak bertanya kepadaku tentang rencanaku di Natal?...Atau ini secara halus mengatakan kalau aku tidak diundang?"

  "Maksudku, Hikki pasti tidak punya apapun untuk dikerjakan, bukan?...Ah, jadi, pestanya! Aku ingin memakan kue buatan Yukinon!"

  "Cake yang sedang kamu makan itu adalah buatanku...Juga, aku tidak ingin membuatnya. Aku sedang tidak ingin membuat kue-kue semacam itu lagi dalam waktu dekat..."

  Tampaknya, sangat sulit bagi Yukinoshita untuk menunjukkan ekspresi kelelahannya. Uh, kenapa aku merasa kalau kamu memang benar-benar serius ketika kamu membuat kue-kue itu tadi...

  Melihat Yukinoshita yang menolaknya, Yuigahama menggerutu.

  "Kalau Yukinon tidak mau membuatnya...Maka aku yang akan membuatnya sendiri?"

  Yuigahama menunjuk dirinya seperti mengatakan "Ide terbaik untuk hari ini!" dan berbicara, tetapi ekspresi Yukinoshita malah bertambah suram.

  "Kalau kamu ngotot begitu, meski aku sebenarnya tidak ingin, maka tidak ada pilihan lain selain aku yang membuat kuenya..."

  "Kalimatnya terdengar tega sekali!? Ah, berarti kita bisa membuatnya bersama-sama atau semacam itu!"

  Yuigahama lalu menatap Yukinoshita dengan tersenyum.

  "...Mau bagaimana lagi."

  Dia menurut begitu saja...Melihat mereka berdua saling tersenyum, akupun ikut tersenyum kecil dan melihat ke arah lain.

  Aku melihat ke arah luar jendela dan matahari senja masih terlihat dari kejauhan. Sebelum matahari benar-benar tenggelam, ruangan ini terlihat disinari oleh cahaya indah itu. Meski begitu, malam akan segera datang dan membuat udara terlihat dingin.

  Tapi ini adalah malam Natal dan aku yakin kalau malam ini juga pasti akan dipenuhi dengan kehangatan.

  Jika apa yang kumohon ini ternyata sudah dikabulkan, jika apa yang kuinginkan memang sudah diberikan.

  Maka, aku tidak akan memohon dan menginginkan hal yang lain lagi...

  Hal-hal yang kumohon itu tidak ada bentuknya dan hal yang kuinginkan itu tidak bisa disentuh. Dan bisa saja, itu mungkin harta karun terindah yang akan hancur seketika jika kamu menyentuhnya.

  Di panggung yang bersinar tadi, yang kulihat adalah kesimpulan dari cerita ini.

  Disini, aku tidak tahu kelak cerita ini akan menjadi apa.

  Oleh karena itu aku akan melanjutkan pencarianku mencari hal itu.





x Volume 9 | END x






  Apa maksud Komachi yang mengatakan "tidak sabar untuk mengetahui perkembangannya?". Apa Komachi tahu kalau sesuatu terjadi antara Hachiman dan Yukino?

  Namun ini belum berakhir, di vol 10 chapter 5, Totsuka kembali mengatakan hal yang mirip dengan Komachi. Totsuka dalam chapter tersebut mencoba bertanya kepada Hachiman tentang apa yang sedang dikhawatirkannya. Apakah tentang jurusan Totsuka, jurusan Hayama, ataukah gosip antara Yukino dan Hayama.

  ...

  Yukino menegaskan sekali lagi kalau dia sedang mengerjakan request tentang hubungan genuine yang Hachiman utarakan tempo hari.

  ...

  Keinginan di hari Natal yang Hachiman inginkan akan terjawab di chapter selanjutnya. Sebenarnya volume 9 sudah tamat disini. Tapi ada chapter special di vol 6.5 yang merupakan kelanjutan tepat setelah adegan di chapter ini selesai. Bisa anda katakan juga, vol 9 chapter 11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar