x x x
Halaman
sekolah tampak sepi, dan terasa lebih dingin daripada area terbuka lainnya.
Mungkin, masih banyak siswa yang berada di lokasi marathon atau jalan-jalan ke
tempat lain karena mereka memang diperbolehkan untuk kemana saja di jam bebas
ini.
Aku
berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi ini.
Terdengar bunyi derit frame jendela yang
diakibatkan oleh tiupan angin. Meski suaranya terdengar menakutkan, suara-suara
kakiku yang diseret dan menggema di lorong juga menyumbangkan suara-suara yang
terdengar menakutkan itu.
“Kita mungkin membuatnya menunggu...”
Yuigahama mengatakan kekhawatirannya dan
mempercepat langkahnya, itu secara otomatis membuatku untuk melangkah lebih
cepat juga. Karena diriku sedang dipapah olehnya, secara otomatis diriku juga
harus menyamakan langkahku. Meski, Yukinoshita ada di UKS atau tidak merupakan
sesuatu yang perlu dipertanyakan.
Setelah sampai di depan UKS, kami mengetuk
pintu itu.
“Silakan masuk.”
Sebuah suara yang familiar merespon ketukan
pintu tersebut.
Setelah kubuka pintunya, kupikir dia telah
melebihi ekspektasiku karena masih ada disini. Aku melihat Yukinoshita ada di
ruangan ini.
Dia duduk di kursi, dengan seragam
olahraganya. Dia melihatku dengan ekspresi penuh tanda tanya.
“Hikigaya-kun?”
“Sup.”
Kemudian, dia tampaknya melihat seseorang
yang berada di belakangku, dia memiringkan kepalanya untuk melihat itu. Karena
itulah, tangannya yang sedari tadi memegangi lenganku mulai melepaskan
cengkramannya.
“Yahallo! Yukinon.”
“Yuigahama-san, kau disini juga...”
Suaranya terdengar seperti terkejut. Dia
terlihat duduk mematung saja melihat kami. Sosok diriku dan Yuigahama seperti
memantul dibalik kedua matanya berkaca-kaca. Setelah melihat kami berdua,
Yukinoshita mendesah.
“Maaf telat!”
Tanpa mempedulikan ekspresi Yukinoshita,
Yuigahama masuk ke UKS dan meminta maaf. Lalu, dia berjalan di depannya dan
duduk. Yukinoshita tampak kembali ke dirinya yang dulu, lalu dia tersenyum ke
Yuigahama.
“Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu.”
Suaranya terdengar tidak berbeda dengan
sebelumnya. Terdengar jelas dan mengalir.
Sambil mendengarkan pembicaraan mereka, aku
mencari tempat dimana aku harus menaruh kotak P3K ini. Aku berputar-putar di
UKS, dan melihat sebuah tempat kosong di lemari obat-obatan yang dekat di
dinding. Jika dugaanku benar, ini harusnya tempat dimana aku harus menaruh
kotak P3K.
Kubuka lemari itu, kutaruh kotak itu disana,
dan mendorongnya ke dalam. Sekali lagi, aku merasakan sakit yang luar biasa
dari lukaku.
“Ouch”! Aku secara tidak sengaja mengatakan
itu dan menyebabkan Yukinoshita menatapku dengan tatapan yang penuh tanda
tanya.
“Apa...Hikigaya-kun terluka?”
Dia lalu menatap ke arah kakiku dan terlihat
kasihan dengan kondisiku.
“Ah, hanya sedikit terluka saja.”
Aku tidak mengatakan alasannya karena
sebenarnya luka itu gara-gara terjatuh menabrak kaki sendiri. Itu akan
terdengar tidak keren. Maksudku, coba lihat, mengatakan hal seperti itu
terdengar sama seperti mengatakan dirimu habis menjadi korban kekerasan rumah
tangga.
‘Kau salah! Ini gara-gara aku terpeleset!’
Mungkin kata-kata semacam itulah yang akan dikatakan orang-orang pada umumnya.
Tapi aku sendiri tidak ingin terdengar
seperti mencari-cari alasan, meski itu terdengar seperti korban kekerasan rumah
tangga.
Begitulah, yang kukatakan hanyalah jawaban
yang samar-samar sambil menutup pintu lemari obat-obatan itu.
Ketika kubalikkan badanku, Yukinoshita masih
melihat ke arah kakiku.
“Apa kau ini terluka karena ulahmu sendiri?”
“Ah, tidak...”
Dia memfokuskan pandangannya ke ikatan perban
di kakiku yang terlihat acak-acakan, dimana aku sendiri hendak membuka mulutku
dan menjelaskan itu. Yuigahama tiba-tiba mengatakan sesuatu sambil tertawa.
“Se-Seperti dugaanku, aku harusnya
mengikatnya dengan benar! A-Aku benar-benar buruk dalam hal ini. Aku
benar-benar tidak bisa melakukan ini dengan benar...”
Melihat Yuigahama yang terlihat tidak percaya
diri dan bermain-main dengan sanggul rambutnya, Yukinoshita tersenyum. Lalu,
dia mengatakan sesuatu dengan suara yang lembut.
“Tidak, kupikir itu sudah lebih dari cukup.”
“Helooo, maaf mengganggu suasananya? Tapi aku
disini yang terluka.”
Kenapa Yukinoshita malah punya hal memutuskan
keadaan lukaku? Tahu tidak, tetanggaku yang dokter itu bisa marah jika dia tahu
apa yang baru saja dia lakukan. Jika kau menjawab, “kupikir aku masuk angin”,
ketika ditanya oleh dokter, dia mungkin akan menyindirmu dengan mengatakan
sesuatu, “akulah yang memutuskan soal itu. Lagipula, masuk angin bukanlah
sebuah penyakit. Paham?”. Ngomong-ngomong, aku tidak terluka parah. Selema aku
tidak menjulurkan kakiku dengan lurus atau merangkak, kurasa aku tidak akan
merasakan sakit.
Aku lalu menarik kursi terdekat dan duduk.
Seperti dugaanku, setelah melihatku duduk, Yukinoshita mulai berbicara dengan
pelan.
“Tampaknya kau berlari dengan
Hayama-kun...Tapi...Apakah ada perkembangan?”
“...Well, kupikir masalahnya kurang lebih
telah terselesaikan.”
Kemenangan Hayama Hayato dan adanya upacara
pengukuhan pemenang yang diadakan secara mendadak. Gara-gara komentar Hayama
dalam sambutannya sebagai pemenang, gosip-gosip yang beredar tentang
orang-orang di sekitar Hayama mulai menghilang.
Well, kurasa itulah kesimpulan dari
pertemuanku waktu marathon tadi. Kadang, Yuigahama menambahkan sesuatu dalam
penjelasanku. Yukinoshita juga mengangguk seperti memberitahu kalau dia
memahami ceritaku. Setelah aku selesai menjelaskan semuanya, aku lalu
mengembuskan napasku yang berat itu.
“...Well, mungkin efeknya tidak akan langsung
terasa seketika, tapi setidaknya rencana alternatif ini sudah memiliki efek.”
Aku tidak tahu lagi harus menjelaskannya seperti
apa, aku menjelaskannya seperti sesuatu yang terdengar ambigu. Karena itulah,
Yukinoshita menaruh tangannya di mulut, lalu berpikir sejenak.
“Begitu ya...Kau tidak bisa sepenuhnya
menghilangkan itu, tapi kurasa itu sudah cukup bagus. Terima kasih.”
“Jangan berterimakasih kepadaku, katakan
terima kasih ke Hayama saja. Aku tidak melakukan apapun.”
“Hmm, memang. Tapi, kupikir aku harus
berterimakasih kepadamu juga.”
Dia tersenyum ketika mengatakan itu.
Jujur saja, bukannya aku mencoba merendah
atau semacamnya. Aku benar-benar tidak melakukan apapun. Yang kulakukan
hanyalah berbasa-basi dengan Hayama, setelah itu aku pergi. Aku benar-benar
tidak melakukan apapun selain itu.
Semua aksi-aksi penting dilakukan oleh
Hayama, dan Yuigahama. Dan untuk saat ini, aku masih tidak yakin kesan apa yang
ditimbulkan oleh publik yang menyaksikan sikap Yuigahama itu, tapi pastinya,
gosip Yuigahama dengan Hayama dan sekelilingnya pasti berubah.
Meski begitu, apakah itu hal baiik atau buruk
bagi Yuigahama, itu pasti mengusikku.
Hal ini membuat diriku bertanya-tanya, lalu
aku menatap ke arah Yuigahama. Karena itulah, Yuigahama lalu memalingkan
pandangannya dan bermain-main dengan sanggul rambutnya. Lalu, secara tidak
sengaja, aku melihatnya melirik ke arahku dengan mata yang berkaca-kaca. Hal
ini mengingatkanku tentang perjalanan ke UKS barusan, membuatku terus merasa
tidak nyaman.
Kesunyian terus melanda, yang terdengar
hanyalah suara alat pemanas dan pelembab ruangan. Dalam kesunyian ini, sebuah
desahan yang tidak terduga mulai mengusik kedamaian ini.
“Kira-kira solusi semacam ini akan efektif
tidak? Bagaimana menurutmu...Yuigahama-san?”
Yukinoshita melihat ke arahnya dengan
ekspresi yang penuh kepedulian, dimana Yuigahama sendiri terlihat mengepalkan
kedua tangannya dengan erat.
“A-Aku tidak apa-apa! Aku tidak begitu peduli
dengan apa yang dikatakan orang lain!”
“Tidak begitu peduli...Artinya, meski
sedikit, ada yang benar-benar mengusikmu, benar?”
“Ah, bukan, bukan seperti itu! Maksudku, aku
benar-benar tidak peduli!”
Melihat Yukinoshita yang mengkhawatirkannya,
Yuigahama lalu melambai-lambaikan tangannya sambil menjelaskan itu dengan
panik. Lalu, dia menarik napas yang dalam, mencoba untuk tenang dan menaruh
tangannya di lutut.
“Umm, hei...Aku sudah memikirkan itu dengan
baik, jadi secara garis besar...Aku akan baik-baik saja.”
Dia melihat ke arah Yukinoshita ketika
mengatakan itu. Dia seperti kesulitan, beberapa kali berhenti sejenak dan
berpikir, tidak lupa juga kata-katanya terdengan spontan. Tapi, itu seperti
mengesankan kalau dia tidak sedang mencoba untuk berbohong dan terdengar
lembut.
Matahari sudah mulai tenggelam. Dan cahaya
senja itu mulai mengisi ruangan UKS ini dengan warna merah. Wajah Yukinoshita
terlihat memerah ketika melihat ekspresi serius Yuigahama yang.
“Begitu ya...Kalau begitu, kurasa tidak
masalah.”
Yukinoshita tersenyum, memberikan senyuman
yang lebih ramah dari yang pernah ada. Sebuah senyuman yang indah, yang bisa
menghilangkan semua rasa sakit bagi yang melihatnya. Melihatnya tersenyum
seperti itu, baik Yuigahama dan diriku terlihat lega.
“Kalau begitu, kurasa kita harus meninggalkan
ruangan ini?”
Setelah mengatakan itu, dia berdiri dan
Yuigahama mengangguk.
“Ya, sepertinya kita harus pergi. Ah, aku
ingat. Kebetulan sekalian karena semuanya ada disini.”
Dia seperti mendapatkan ide atau sejenisnya
sambil menepuk kedua tangannya secara tiba-tiba. Dia lalu pura-pura terbatuk
dan berkata dengan nada serius.
“Kita harus memberitahu Yumiko soal
requestnya, benar tidak? Tapi ada pesta setelah ini dan Yumiko hendak menuju
kesana. Jadi apa yang harus kita lakukan?”
Kebalikan dari Yuigahama yang mengatakan itu
dengan terburu-buru, Yukinoshita menaruh tangannya di dagu dan mulai berpikir.
“...Kalau begitu dalam perjalanan pulang
nanti, kita mengatur pertemuan dengan Miura-san dan membahas soal requestnya
dengannya.”
“Terdengar bagus bagiku.”
“Setidaknya kau katakan kalau kau ikut ke
pestanya!” Yuigahama mengatakan itu sambil mendorong-dorong Yukinoshita.
Yukinoshita dan diriku hanya bisa menatap
satu sama lain. Kami sudah terbiasa dengan pola semacam ini dari Yuigahama.
Kami lalu mengangguk dan berbicara bersama-sama.
“Baiklah, kalau memang nanti memungkinkan,
kami akan pergi.”
“Ya, tergantung nantinya bagaimana saja.”
“Pada akhirnya, kalian berdua tidak berniat
untuk pergi, benar kan!?”
Setelah mengembuskan napasnya, dia kembali
membuka mulutnya.
“Ya sudah, well, tapi kalau dibandingkan
sikap kalian sebelumnya, kurasa yang sekarang terdengar lebih baik...” kata
Yuigahama.
“Oke, kalau begitu ayo kita pergi bersama...!
Semuanya...Bersama-sama.” dia mengatakan itu sambil memeluk Yukinoshita.
“...Terlalu dekat.” Yukinoshita menggumamkan
itu.
Tapi dia tidak memaksa Yuigahama untuk
menjauhinya dan tetap berdiri seperti itu. Yuigahama tampaknya tidak berniat
untuk lepas juga. Dia malah terlihat memasang ekspresi gembira.
Aku cukup yakin kalau Guru Pembina UKS akan
datang sebentar lagi dan mulai mempertanyakan aktivitas kita disini.
Well, sampai saat itu tiba, kurasa aku akan
tinggal sementara di ruangan yang hangat ini.
x Chapter I | END x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar