x x x
Kali ini kita akan coba menganalisis adegan di Mall MarinPia. Analisis ini berdasarkan Light Novel. Saya ambil cuplikan adegan volume 9 chapter 5, khusus bagian MarinPia. Buat yang sudah bosan membacanya, bisa skip saja.
Cara saya menganalisis mungkin terlalu detail dan menakutkan untuk diikuti. Juga bagaimana saya mendeduksi suatu adegan. Mungkin anda tidak akan pernah melihat artikel yang seperti ini di tempat lain. Memang sempat terlintas untuk membuat artikel asal-asalan atau hasil imajinasi, naaaaah saya rasa itu bukan diri saya. Biar orang lain saja yang melakukannya.
Translate bagian kedua dari vol 3 chapter 5 akan rilis setelah for fun selanjutnya, yaitu analisis tentang adegan Jembatan Mihama, konsultasi Hachiman ke Sensei di volume 9 chapter 5. Tentunya, saya tidak akan pernah bisa menjelaskan dari mana asal mobil sport Hiratsuka-sensei, so jangan harap akan dibahas disana!
x x x
Apa ini sudah menjadi kebiasaan setelah lama bersama di satu klub? Ketika aku sedang mencari-cari kata yang pas, aku akhirnya mengucapkan sesuatu.
"Aah, apa kamu sedang berbelanja?"
"Ya...Aku sebenarnya hendak bertanya hal yang sama kepadamu, apa yang kamu lakukan disini?"
ketika aku bertanya kepadanya, Yukinoshita berkata dengan ekspresi yang sama dan nada yang dingin.
Hari ini, aku pulang lebih dulu dari Klub. Oleh karena itu, berada disini di waktu ini adalah hal yang aneh. Sangat normal bertanya hal itu disini. Bertemu secara kebetulan dengannya disini adalah hal yang sebenarnya ingin kuhindari. Meski begitu, akhirnya bertemu juga, ini sudah tidak bisa kuhindari.
Aku menggaruk pipiku, dan aku memalingkan wajahku dari Yukinoshita.
"...Aku, ada sesuatu yang harus kulakukan disini."
Aku tidak bisa mengatakan alasan kenapa aku disini. Oleh karena itu jawabanku agak abu-abu, kata-kata yang umum. Tetapi tidak ada kebohongan di dalamnya.
Yukinoshita melihat ke arah lantai dan menjawabnya dengan suara yang kecil.
"Begitu ya..."
Lalu dia menaikkan wajahnya. Bibirnya yang dia gigit sepertinya khawatir hendak mengatakan atau tidak mengatakan, dan matanya terlihat menatapku dengan tajam.
"...Aku lihat kamu sedang membantu request Isshiki-san."
Suara yang bernada lemah. Kata-kata itu seperti akan pecah jika kamu menyentuhnya atau seperti salju yang jatuh di malam hari. Oleh karena itu, aku merasa sangat dingin mendengarnya.
Sepertinya Yuigahama tidak memberitahunya. Kupikir Yukinoshita mungkin menebaknya sendiri. Dia mungkin memakluminya hingga saat ini, namun sekarang dia melihat dengan mata kepala sendiri sikapku yang mencurigakan, dia mungkin tidak tahan untuk menanyakannya kepadaku sendiri.
"Aah, well, sebenarnya dia ada masalah dan..."
Tidak masalah seberapa abu-abunya kata-kataku tadi, kebenarannya tidak akan berubah, tetapi aku tidak bisa mengatakannya dengan cara lain. Mencoba berbohong dalam hal ini tidak akan memberiku apapun.
"Kamu tidak perlu berbohong sampai segitunya."
Yukinoshita mengatakannya sambil menatap tanah kosong dimana angin dingin berhembus. Dia mungkin mengatakan alasanku soal Komachi adalah bohong dan menjadikannya alibi.
"Bukannya aku berbohong. Itu sebenarnya juga termasuk alasannya."
"...Begitukah. Itu benar, karena yang kamu katakan tadi juga tidak bohong."
Ketika aku mengatakannya untuk membela diri, Yukinoshita membetulkan rambutnya yang ditiup angin dingin dengan tangannya.
Melihat bahasa tubuhnya itu, mengingatkanku sesuatu.
Yukinoshita Yukino tidak berbohong. Karena itulah, aku lupa kalau dia juga tidak mengatakan kebenarannya.
Tetapi ini tidak tentang Yukinoshita. Satu-satunya orang yang salah dalam hal ini adalah aku yang di masa lalu memaksakan image dirinya adalah yang seperti itu.
Di lain pihak, aku sendiri bagaimana? Aku terlihat jauh lebih buruk daripada waktu itu. Aku sekarang percaya kalau tidak mengatakan hal yang sebenarnya adalah bentuk kalau aku tidak berbohong. Aku menipu diriku sendiri dan bahkan sekarang sedang melakukannya.
Untuk diriku yang menggunakan kepalsuan yang seharusnya sudah ditolak oleh diriku yang lama membuatku berpikir seberapa bobroknya diriku.
"...Maaf, karena aku melakukannya sendirian."
Yukinoshita menutup matanya lalu mencodongkan kepalanya.
"Ini tidak seperti aku keberatan atau semacamnya. Apa yang kamu lakukan bukanlah tempat dimana aku bisa mengatakan sesuatu. Kecuali..."
Yukinoshita menghentikan kata-katanya disana. Tangannya yang memegang tas terlihat meremas dengan keras.
"Kamu butuh ijinku?"
Yukinoshita memiringkan kepalanya dan matanya yang transparan seperti sedang bertanya kepadaku. Suaranya yang lembut tidak sedang mengkritikku. Oleh karena itu, aku merasakan sakit yang luar biasa. Sebuah tekanan seperti sedang memanjat menuju dadaku.
"...Tidak, aku hanya memastikan saja."
Aku seperti terpukul dengan kata-katanya. Aku tidak tahu harus menjawabnya dengan apa. Jawaban yang tepat belum kusediakan untuk kata-kata yang seperti ini.
Aku menatap ke arah Yukinoshita. Dia tersenyum seperti senyum yang dia buat di klub yang sudah lama tidak kulihat belakangan ini.
"...Begitu ya. Kalau begitu kamu tidak perlu meminta maaf. Selain itu, bekerja bersamamu akan membuat Isshiki-san lebih rileks."
Yukinoshita mengatakannya dengan lambat, tanpa terburu-buru. Aku tetap terdiam dan mendengarkan saja. Jika aku tidak boleh meminta maaf, apa ada hal lain lagi yang bisa kukatakan?
Yukinoshita terus melanjutkan kata-katanya.
"Kalau itu kamu, kupikir kamu akan bisa menyelesaikannya. Bukankah itu yang kau lakukan belakangan ini?"
Aku berpikir kalau itu tidaklah benar. Aku tidak pernah menyelesaikan apapun hingga sekarang. Apa itu Isshiki, Rumi, dan pada akhirnya, aku hanya membuat hal-hal tidak jelas dan berakhir menjadi kekacauan. Ketika dibilang menyelesaikan sesuatu, jelas-jelas aku tidak menyelesaikan apapun.
"Bukannya aku menyelesaikan sesuatu... Selain itu, ini karena aku sendirian, maka aku melakukannya sendirian, itu saja."
Aku selalu melakukan sesuatu jika sudah terlibat. Bukankah itu hal yang wajar. Ketika aku dilibatkan sesuatu, maka aku menganggap masalah itu adalah masalahku. Oleh karena itu aku melakukannya sendirian.
Itu adalah sesuatu yang mendasar dalam diriku dan bergantung ke orang lain akan membuat semuanya tidak berarti.
Oleh karena itu aku melakukannya sendirian. Tidak ada yang perlu kukatakan lagi.
Yukinoshita yang sudah bersama denganku selama setengah tahun lebih juga pasti akan berpikir begitu.
"Bukankah kamu juga jika sendirian maka akan melakukannya sendiri juga?"
Dengan percaya diri, tanpa ekspektasi, aku mengatakannya. Tetapi kata-kata Yukinoshita bertambah keras.
"Itu...salah."
Dia terdiam, menutup rapat mulutnya, dan meremas ujung mantelnya. Aku mengintip dibalik syalnya yang sedikit terbuka, tenggorokannya seperti hendak mengatakan sesuatu. Dia seperti sedang berjuang untuk mengatakannya seperti melawan angin. Ini pertama kalinya bagiku untuk melihat Yukinoshita seperti ini.
"Aku hanya berpura-pura sanggup melakukannya...Seperti aku pura-pura mengerti tentang semua yang terjadi."
Siapa yang dia bicarakan? Apa itu diriku?
Oleh karena itu, aku harus mengatakan sesuatu .
"Hey, Yukinoshita..."
Aku mencoba mengatakan sesuatu, tetapi aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku lebih jauh. Yukinoshita lalu memotongku dengan nada bicaranya yang biasa.
"Kenapa kamu tidak cuti dulu dari klub untuk sementara? Jika kamu selama ini karena merasa tidak enak dengan kami, maka itu sebenarnya tidak perlu."
Ekspresinya diikuti dengan senyum. Aku melihat sebuah kehangatan disana.
"Bukannya aku tidak enak atau semacamnya."
Aku tahu kalau ini bukan kata-kata yang tepat untuk dikatakan. Meski begitu, jika aku diam saja, bahkan sebuah ruang kosong akan hilang begitu saja.
Meski begitu, kesalahan tetaplah sebuah kesalahan. Tidak peduli bagaimana caramu untuk menutupinya, itu tidak akan bisa ditutupi.
Yukinoshita agak mencondongkan kepalanya ke depan. Dia mulai mengendurkan genggaman tangannya ke tasnya dan bahunya agak menurun.
"Kamu selalu merasa sungkan selama ini...Sejak saat itu, selalu...Oleh karena itu..."
Ketika aku mulai mendengarkan kata-katanya yang mulai lemah, kata-kata terakhir yang kutunggu tidak terdengar lagi. Tetapi kata-kata tersebut tidak keluar dan Yukinoshita mengatakan sesuatu yang berbeda.
"Tetapi kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi. Jika hal yang kecil dengan mudah bisa menghancurkannya, bukankah itu berarti sejak awal itu memang rapuh, bukan?"
Pertanyaan itu, membuatku terdiam.
Sesuatu itu adalah hal yang dulu aku percayai, tetapi sekarang tidak lagi.
Tetapi, Yukino mempercayai hal itu. Hal yang mulai tidak kupercayai lagi semenjak darmawisata itu.
Aku membuat sebuah kebohongan waktu itu. Request yang menginginkan tidak ada yang berubah, dan ada yang berubah akhirnya selesai dengan kebohongan itu.
Ebina-san, Miura dan terakhir, Hayama.
Mereka mengharapkan sebuah hari-hari yang biasa mereka jalani bersama tetap berjalan seperti biasanya. Oleh karena itu, mereka mulai berbohong sedikit demi sedikit, saling menipu satu sama lain, dan setelah melakukan sampai sejauh itu, mereka berpikir ingin mempertahankan hubungan yang seperti itu. Setelah memahami itu, mustahil bagiku untuk menolak requestnya dengan mudah.
Keputusan yang kuambil, memilih untuk melindungi hubungan mereka kupikir bukanlah hal yang salah.
Aku berusaha menggabungkan keputusan itu dengan pikiranku dan akhirnya diriku sendiri menyetujuinya. Pada awalnya aku sangat puas tentang bagaimana caraku menyelesaikannya dan akhirnya akupun merasa sedikit demi sedikit menyesal karena aku kehilangan sesuatu secara perlahan-lahan.
Meski, aku sadar kalau hubungan mereka pada akhirnya akan hancur.
Oleh karena itu, apa yang sudah kupercayai selama ini menjadi abu-abu dan aku berbohong kepada diriku sendiri. Aku tahu kalau hal penting yang hilang tidak akan tergantikan dengan apapun. Sekali kamu menghilangkan hal yang penting itu, kamu tidak akan bisa mencari gantinya. Oleh karena itu, kamu harus melindunginya selagi kamu bisa; oleh karena itu aku berbohong.
Ini tidak seperti aku telah melindungi sesuatu. Malahan aku setiap hari selalu bertanya apakah aku sudah melindungi sesuatu itu.
Sekarang, pertanyaan yang Yukinoshita ajukan kepadaku adalah sebuah ultimatum.
Tidak ada gunanya mempertahankan sesuatu yang palsu. Itu adalah satu-satunya dasar dimana baik aku dan Yukinoshita percayai.
Apakah aku masih mempercayai itu?
Aku tidak bisa menjawabnya. Untuk diriku yang sekarang, aku masih percaya kalau mengatakan kebenarannya kepada seseorang bukanlah hal yang sia-sia. Itu adalah salah satu cara yang kutahu, aku sadar betul kalau opsi tersebut ada tetapi tidak kulakukan. Oleh karena itu, aku tidak bisa membantah apa yang dia katakan.
Tidak bisa mengatakan apapun, Yukinoshita menatapku dengan mata yang penuh rasa kesepian. Yukinoshita terdiam dan menunggu jawabanku. Meski begitu, ketika dia memahami kalau sia-sia menungguku berbicara, dia mendesah kecil dan tersenyum.
"Kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi untuk datang ke klub..."
Cara bicaranya cukup sopan untuk didengar.
Suara-suara keramaian terdengar jelas di atas tangga. Bahkan di keramaian ini, aku merasa mendengar jelas suara dari langkah kaki yang semakin menjauh dan menjauh dariku.
Yukinoshita menghilang di keramaian. Aku cukup yakin dia tidak jauh dariku, tetapi entah mengapa kita berdua terasa jauh.
Yukinoshita agak mencondongkan kepalanya ke depan. Dia mulai mengendurkan genggaman tangannya ke tasnya dan bahunya agak menurun.
"Kamu selalu merasa sungkan selama ini...Sejak saat itu, selalu...Oleh karena itu..."
Ketika aku mulai mendengarkan kata-katanya yang mulai lemah, kata-kata terakhir yang kutunggu tidak terdengar lagi. Tetapi kata-kata tersebut tidak keluar dan Yukinoshita mengatakan sesuatu yang berbeda.
"Tetapi kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi. Jika hal yang kecil dengan mudah bisa menghancurkannya, bukankah itu berarti sejak awal itu memang rapuh, bukan?"
Pertanyaan itu, membuatku terdiam.
Sesuatu itu adalah hal yang dulu aku percayai, tetapi sekarang tidak lagi.
Tetapi, Yukino mempercayai hal itu. Hal yang mulai tidak kupercayai lagi semenjak darmawisata itu.
Aku membuat sebuah kebohongan waktu itu. Request yang menginginkan tidak ada yang berubah, dan ada yang berubah akhirnya selesai dengan kebohongan itu.
Ebina-san, Miura dan terakhir, Hayama.
Mereka mengharapkan sebuah hari-hari yang biasa mereka jalani bersama tetap berjalan seperti biasanya. Oleh karena itu, mereka mulai berbohong sedikit demi sedikit, saling menipu satu sama lain, dan setelah melakukan sampai sejauh itu, mereka berpikir ingin mempertahankan hubungan yang seperti itu. Setelah memahami itu, mustahil bagiku untuk menolak requestnya dengan mudah.
Keputusan yang kuambil, memilih untuk melindungi hubungan mereka kupikir bukanlah hal yang salah.
Aku berusaha menggabungkan keputusan itu dengan pikiranku dan akhirnya diriku sendiri menyetujuinya. Pada awalnya aku sangat puas tentang bagaimana caraku menyelesaikannya dan akhirnya akupun merasa sedikit demi sedikit menyesal karena aku kehilangan sesuatu secara perlahan-lahan.
Meski, aku sadar kalau hubungan mereka pada akhirnya akan hancur.
Oleh karena itu, apa yang sudah kupercayai selama ini menjadi abu-abu dan aku berbohong kepada diriku sendiri. Aku tahu kalau hal penting yang hilang tidak akan tergantikan dengan apapun. Sekali kamu menghilangkan hal yang penting itu, kamu tidak akan bisa mencari gantinya. Oleh karena itu, kamu harus melindunginya selagi kamu bisa; oleh karena itu aku berbohong.
Ini tidak seperti aku telah melindungi sesuatu. Malahan aku setiap hari selalu bertanya apakah aku sudah melindungi sesuatu itu.
Sekarang, pertanyaan yang Yukinoshita ajukan kepadaku adalah sebuah ultimatum.
Tidak ada gunanya mempertahankan sesuatu yang palsu. Itu adalah satu-satunya dasar dimana baik aku dan Yukinoshita percayai.
Aku tidak bisa menjawabnya. Untuk diriku yang sekarang, aku masih percaya kalau mengatakan kebenarannya kepada seseorang bukanlah hal yang sia-sia. Itu adalah salah satu cara yang kutahu, aku sadar betul kalau opsi tersebut ada tetapi tidak kulakukan. Oleh karena itu, aku tidak bisa membantah apa yang dia katakan.
Tidak bisa mengatakan apapun, Yukinoshita menatapku dengan mata yang penuh rasa kesepian. Yukinoshita terdiam dan menunggu jawabanku. Meski begitu, ketika dia memahami kalau sia-sia menungguku berbicara, dia mendesah kecil dan tersenyum.
"Kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi untuk datang ke klub..."
Cara bicaranya cukup sopan untuk didengar.
Suara-suara keramaian terdengar jelas di atas tangga. Bahkan di keramaian ini, aku merasa mendengar jelas suara dari langkah kaki yang semakin menjauh dan menjauh dariku.
Yukinoshita menghilang di keramaian. Aku cukup yakin dia tidak jauh dariku, tetapi entah mengapa kita berdua terasa jauh.
x ANALISIS x
Pertanyaan paling mendasar, mengapa Yukino dan Hachiman memutuskan untuk membicarakan itu ketika bertemu di Marinpia? Mengapa tidak membahasnya ketika mereka bertiga ada di klub?
Di volume 9 chapter 3, Hachiman datang ke klub bersama Yui. Dalam perjalanan, Yui mengatakan sudah tahu kalau Hachiman sedang membantu Iroha. Setelah sampai di klub, Hachiman meminta ijin ke Yukino kalau dalam beberapa hari ke depan akan pulang lebih dulu karena menggantikan Komachi untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di rumah.
Sekarang mari kita analisis dahulu fakta di atas. Yui, yang juga memiliki info tentang hubungan Iroha-Hachiman sama seperti Yukino, bisa tahu kalau Hachiman sedang membantu Iroha. Yukino jelas sudah tahu. Tentunya, kita butuh bukti yang lebih jauh lagi.
Dalam vol 9 chapter 8, Yukino berharap bisa menyelamatkan sesuatu di masa lalu. Hachiman sendiri dalam monolognya mengatakan kalau itu adalah kejadian di event pemilihan Ketua OSIS lalu. Untuk analisis adegan ini, ada di artikel for fun yang lain. Sederhananya, Yukino tahu Hachiman memakai twitter palsu untuk dukungan Iroha. Hachiman memang tidak membohongi seluruh siswa SMA Sobu dengan menjadi jurkam hitam, tapi setidaknya Hachiman sudah membohongi Iroha, Yukino, dan Yui.
Seperti yang kita tahu di volume 9, Iroha tidak memanfaatkan keuntungan jabatan Ketua OSIS untuk mendekati Hayama, tetapi malah mendekati Hachiman. Dengan kata lain, Iroha tahu jika menerima tawaran menjadi Ketua OSIS oleh Hachiman, maka dia mempunyai satu keuntungan lagi, yaitu Hachiman akan selamanya berhutang budi dan sulit menolak ajakan darinya.
Volume 9 chapter 1, Iroha masuk ke ruangan klub dan mencari Senpai. Di volume 8, Iroha memanggil Yukinoshita-senpai bagi Yukino, Yui-senpai bagi Yui, dan Senpai bagi Hachiman. Well, saya rasa ini bukan rocket science, Iroha datang ke klub mencari Hachiman. Apapun request ataupun apapun itu, jelas dia ada perlu dengan Hachiman. Jika setelah itu Hachiman selalu minta pulang lebih dulu, pasti ada apa-apanya.
Ignore saja gambarnya, hanya pemanis. Volume 5 chapter 1, Komachi bercerita kalau dia sering SMS dan mengobrol dengan Yukino. Juga, diketahui kalau Komachi sering mengajak Yukino pergi keluar tanpa sepengetahuan Hachiman. Jika Hachiman mengatakan ke Yukino kalau dia pulang lebih awal untuk membantu Komachi, tapi faktanya Komachi memberitahu Yukino kalau Hachiman baru pulang menjelang malam, jelas ada apa-apanya.
Oke, kita ambil kesimpulan dulu mengapa Yukino memutuskan untuk membahas masalah ketika mereka di MarinPia. Dimana sejak awal Yukino tahu kalau Hachiman membantu Iroha. Mengapa Yukino tidak membahasnya ketika Hachiman di klub? Well, kita semua tahu jawabannya. Itu karena yang hendak Yukino bahas dengan Hachiman adalah masalah pribadi. Masalah tentang mereka berdua, bukan masalah tentang klub.
"Ini tidak seperti aku keberatan atau semacamnya. Apa yang kamu lakukan bukanlah tempat dimana aku bisa mengatakan sesuatu. Kecuali..."
"Kamu butuh ijinku?"
"...Tidak, aku hanya memastikan saja."
Ini adalah kata-kata yang penuh makna. Bahkan Watari di review soal Zoku juga mengatakan hal serupa. Sebenarnya, ada apa dibalik percakapan di atas?
Volume 9 chapter 3, Hachiman bertanya ke Yui apakah Yukino tahu kalau dirinya sedang membantu Iroha. Lalu kita bandingkan dengan jawaban Hachiman ketika ditanya Yukino "apakah Hachiman butuh ijin darinya", Hachiman menjawab "tidak". Lalu kita pakai logika kita:
Kalau Hachiman memang 100% yakin kegiatannya itu tidak perlu ijin dari Yukino, mengapa sampai repot-repot bertanya ke Yui apa Yukino tahu soal itu? Sederhananya, Hachiman merasa kalau dia harusnya meminta ijin dari Yukino.
Lalu kita kilas balik ke volume 9 chapter 2. Hiratsuka-sensei adalah guru penanggungjawab kegiatan event kolaborasi Natal. Saat itu, Sensei mengunjungi Community Center dan bertemu Iroha-Hachiman. Sensei bertanya dimana Yukino dan Yui, lalu Hachiman menjelaskan kalau dia saat ini membantu Iroha atas nama pribadi. Lalu, Sensei mengatakan tidak keberatan dengan itu.
Kalau Guru Penanggungjawab sekaligus Guru Pembina Klub Relawan mengatakan tidak apa-apa jika Hachiman menangani request Iroha atas nama pribadi, ini sama saja dengan mengatakan kalau Hachiman merasa harus meminta ijin ke Yukino bukan karena request Iroha yang dia ambil secara pribadi (bukan masalah klub). Kalau bukan, lalu sebenarnya apa yang membuat Hachiman merasa harus meminta ijin Yukino?
Mari kita kilas balik volume 9 chapter 3, disini Kaori saja mengatakan kalau Hachiman terlihat seperti sedang mendekati Iroha. Tidak lupa, Watari dalam afterwords seri [A] mengatakan kalau Hachiman terlihat seperti sedang bermesraan dengan Iroha. Watari sepertinya sengaja menulis itu karena menulisnya sebanyak 3x di momen yang berbeda-beda.
Mudah saja kita simpulkan : Hachiman merasa kalau dia harusnya memberitahu Yukino dan meminta persetujuannya apakah boleh membantu Iroha atau tidak. Karena apa yang terlihat di lapangan adalah dirinya dan Iroha terlihat sedang bermesraan, padahal Hachiman berniat untuk membantu Iroha secara profesional. Hachiman tidak ingin ada salah paham dengan Yukino kalau dirinya terlihat sedang mendekati Iroha.
"...Begitu ya. Kalau begitu kamu tidak perlu meminta maaf. Selain itu, bekerja bersamamu akan membuat Isshiki-san lebih rileks."
Hanya yang seumur hidup jomblo tidak tahu makna kata-kata di atas. Jika pacar anda mengatakan hal itu, itu berarti kiamat sudah dekat. Jangan memperkeruh suasana, segera meminta maaf, dan besoknya jangan dekati lagi gadis yang dimaksud. Ini adalah kalimat sindiran dari gadis kepada prianya. Jika Yukino memang tidak berniat menyindir Hachiman, maka harusnya Yukino stop setelah kata meminta maaf.
Ini diperkuat kata-kata Hachiman ke Komachi setelah menginterograsinya mengenai pulang bersama Kaori di seri [A]. Hachiman mengatakan kalau cara interograsi Komachi ini mirip gadis overprotektif yang cemburuan. Kita semua tahu kalau Hachiman tidak punya teman, jadi ini bukanlah cerita dari teman Hachiman, alias pengalaman sendiri. Percakapan itu merujuk kepada adegan ini. Di adegan ini, Yukino terlihat sebagai gadis yang cemburu kepada Iroha.
"Aku hanya berpura-pura sanggup melakukannya...Seperti aku pura-pura mengerti tentang semua yang terjadi."
Ini sudah dibahas di for fun tentang apa yang ingin diselamatkan Yukino. Yukino sebenarnya tidak mau menjadi ketua OSIS, tapi itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah Hachiman menjadi juru kampanye hitam.
"Tetapi kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi. Jika hal yang kecil dengan mudah bisa menghancurkannya, bukankah itu berarti sejak awal itu memang rapuh, bukan?"
Sudah dijelaskan sendiri dalam monolognya. Baik Hachiman dan Yukino selama ini sudah memiliki sebuah hubungan. Keretakan hubungan itu mulai terjadi di darmawisata. Tapi Watari menjelaskan dalam afterwords seri [A] kalau hubungan mereka berdua belum benar-benar habis.
"Kamu tidak perlu memaksakan dirimu lagi untuk datang ke klub..."
Karena kita tahu kalau pembicaraan ini adalah pembicaraan pribadi antara Yukino-Hachiman, maka makna kalimat ini sangat sederhana. Yaitu "Tidak perlu memaksakan diri datang ke klub karena sungkan dengan diriku".
x x x
oohhhhh ternyata begitu toh maksudnya...
BalasHapus