x x x
Semakin
beranjak sore, ruangan klub terasa semakin dingin saja.
Kami
sudah memberitahu Hiratsuka-sensei tentang pemanas ruangan klub yang
menimbulkan suara bising sejak beberapa hari yang lalu. Setelah itu, kami
diberitahu kalau kami tidak boleh menggunakan itu hingga selesai diperbaiki
oleh pabriknya.
Kehidupan sekolah kami berjalan dengan biasanya – karena ruangan klub
tidak digunakan ketika jam pelajaran tiba – tapi ceritanya akan berbeda setelah
jam pelajaran sekolah telah usai.
Dengan
matahari yang beranjak tenggelam dan suhu yang mulai terasa dingin, kami masih
harus berpartisipasi dalam kegiatan klub.
Oleh
karena itulah, meski berada di dalam ruangan klub, aku masih memakai syalku.
Satu-satunya sumber panas yang layak untuk kusebutkan hanyalah pemanas air
listrik yang menyala.
Tapi,
pemanas air itu memang tidak didesain untuk menghangatkan kita. Lagipula, itu
digunakan untuk membuat teh untuk hari ini. Begitulah, sedikit kehangatan dari
itu kurasa masih lebih baik daripada tidak sama sekali di ruangan yang terasa
seperti tanah lapang yang beku.
Manusia
adalah makhluk yang tidak terbiasa menukar kebiasaan sehari-hari mereka dengan
sesuatu yang hampa seperti ini. Setiap kali ada rasa dingin yang berusaha
memanjat lewat kakiku, tanganku mulai membuka halaman buku ini dengan cara yang
aneh.
Kalau
dipikir-pikir, klub kami ini bukanlah klub yang memiliki banyak pengunjung.
Akan lebih nyaman jika menghabiskan waktu untuk membaca buku ini di rumah
daripada disini. Sial, mungkin agak memalukan untuk mengatakan ini, membaca di
Starbucks dan dikelilingi oleh orang-orang alay
masih lebih baik daripada ini. Tambahan lagi, kenapa orang-orang alay itu selalu duduk di dekat jendela
dan berusaha pamer bermain-main dengan MacBook mereka atau pura-pura
membaca buku yang baru mereka beli? Apa mereka hendak menjadi serangga yang
terlihat menempel di jendela di malam-malam terakhir musim panas?
Tentunya,
membaca dengan tenang di lokasi populer seperti Starbucks tidaklah mudah. Kalau
kita mempertimbangkan betapa ramainya tempat itu, maka ruangan klub adalah
tempat terbaik daripada itu. Dan aku jelas tidak membenci suasana tenang dan
sejuk di klub itu sendiri. Tapi kalau sudah memasuki musim dingin, bagian ‘sejuk’
tadi mulai berada di level yang jauh lebih tinggi.
Tempat
dudukku, biasanya, berada di dekat tembok yang memisahkan ruangan klub dengan
lorong. Hanya saja, tembok ini tipis seperti Sesuatu-21. Mungkin menyebut
dinding tipis ini semacam triplek pemisah ruangan mungkin akan terasa lebih
tepat. Saking tipisnya, aku sampai bisa merasakan udara dingin yang bertiup di lorong
dari celah-celah kecil di pintu.
“...Hei,
bisakah kita akhiri kegiatan klub hari ini? Ini sangat dingin sekali.”
Bahuku
akan bergetar setiap kali aku menyadari betapa dinginnya tempat ini. Karena
sudah tidak kuat lagi akan dinginnya, aku mengatakan itu kepada mereka berdua
yang duduk di dekat jendela.
Seperti
diriku yang sedang membaca buku, Yukinoshita memiringkan kepalanya dan
bertanya.
“Benarkah...?
Well, menurut kalian bagaimana?”
“Ehhh,
kenapa harus pulang? Aku sendiri tidak kedinginan.”
Yukinoshita menaruh tangannya di dagu dan berpikir. Sedang yang menjawab
pertanyaannya barusan adalah Yuigahama.
Sial,
tentu saja Yuigahama tidak akan merasa kedinginan.
Lagipula, dia duduk di samping Yukinoshita setelah sadar betapa
dinginnya ruangan ini. Dia lalu menumpang selimut Yukinoshita. Biasanya,
Yukinoshita akan berusaha mengusirnya menjauh sambil komplain betapa
menganggunya sikapnya itu, tapi hari ini, dia membiarkan Yuigahama melakukan
apa yang dia suka.
Sialnya lagi, ekspresi mereka berdua terlihat santai-santai saja.
Mereka
berdua duduk di posisi dimana cahaya matahari menyinari mereka, dan alasan
terbesarnya karena mereka saling bertukar kehangatan tubuh mereka. Kalian berdua terlihat lebih hangat...
Akupun
menatap mereka berdua dengan kesal. Yuigahama yang sejak tadi memeluk Yukinoshita
tiba-tiba membenarkan posisi duduknya.
“H-Hei
Hikki, apa kau tidak kedinginan disana?”
“...Yeah,
dingin sekali.”
Ketika
menjawabnya, aku merasakan sensai dingin mulai menyelimuti tubuhku dan secara
spontan aku menggosok-gosok lenganku.
“Oh...”
Yuigahama lalu melihat-lihat selimutnya seperti memperkirakan ukurannya.
Setelah itu, dia terlihat agak ragu dan mendesah kecil.
Ketika
dia melihatku dan membanding-bandingkan itu dengan selimutnya, aku mulai
curiga.
Dia
mulai menarik napas yang panjang seperti berusaha untuk mengatakan sesuatu.
Lalu, dia membuka mulutnya, suaranya yang pelan tersebut terlihat tidak cocok
dengan perilakunya sebelumnya.
“Ka-Kalau
begitu, bagaimana kalau kau...”
Yuigahama menghentikan sejenak kata-katanya seperti kesulitan akan
sesuatu dan Yukinoshita menambahkan kalimatnya dengan senyum yang lembut.
“...Memakai
jaketmu?”
Sudah kuduga. Akupun mengambil jaketku
dan menyelimutkan itu ke bahuku, tidak memakainya seperti biasanya, mirip
bagaimana karyawati kantor yang sangat sensitif dengan dingin akan komplain
terhadap AC di musim panas.
Apa kita akan pulang cepat hari ini...Sambil
menatap jam dinding, aku mendengar suara orang yang mengetuk pintu. Ah, sialan, ternyata ada yang
datang...Kurasa aku tidak akan pulang dalam waktu dekat.
“Silakan
masuk,”
Yukinoshita menjawab, tidak mempedulikanku yang sejak tadi terlihat
depresi. Setelah mendengar suara Yukinoshita, pintu itu terbuka.
“Kerja
bagus semuanya!”
Masuk
ke ruangan ini dengan membungkuk, membuat rambut gadis ini melambai. Terlihat
diantara poninya, kedua matanya yang lebar dan dia memasang senyum di wajahnya.
Hari
ini, seperti hari-hari sebelumnya, Isshiki Iroha datang ke klub kami. Kali ini,
entah mengapa, dia menyapa kami dengan lebih sopan, ini membuatku merasa kurang
nyaman. Aku mulai tidak menyukai kemana
adegan ini akan berujung...
“Ohh,
Iroha-chan. Yahallo!”
Yuigahama menaikkan tangannya dan memanggil namanya. Isshiki melambai
balik dan lengan cardigan miliknya yang kebesaran itu seperti berkibar.
“Halo
semuanya, selamat sore juga...Umm, apa cuma perasanku kalau ruangan ini terasa
lebih dingin dari biasanya?”
Isshiki menyapa balik, masuk ke dalam ruangan, dan berhenti. Lalu dia
menatap Yukinoshita dengan penuh tanda tanya.
Yukinoshita tersenyum, ekspresinya terlihat sedikit bingung.
“Ya,
pemanasnya sedang rusak saat ini.”
“Huh,
begitu ya?”
Isshiki mengatakan itu seperti tidak tertarik dengan topiknya. Dia lalu
mengambil kursi dan duduk di samping Yukinoshita. Lalu, dia menarik selimut
yang ada di pangkuan Yukinoshita, dan menjadi sebuah pseudo-human kotatsu.
“Tu-Tunggu
dulu...”
Melihat
Isshiki yang tiba-tiba menempelnya, Yukinoshita komplain dengan nada kesal,
tapi Isshiki tidak peduli. Dia malah menggumam, “Hangatnyaaaa!! ♪ “
Dia lalu bersandar ke Yukinoshita dan mulai
memeluknya.
“Oh, mau lebih dekat lagi tidak?”
“Bolehkah? Terima kasih banyaaak!”
Yuigahama menawarkan itu dan Isshiki
berterima kasih dengan suara yang ceria. Dari situ, Yukinoshita digencet dari
dua sisi seperti sandwich.
Tolong
hentikan itu! Jangan jepit Yukinon lagi! Dia sudah disibukkan dengan tiupan
angin yang bertiup dari daratan Kanto, alias dadanya! Kalau kalian berencana
hendak menjepitnya bersama-sama, setidaknya lakukan dari atas ke bawah, jangan
dari samping!
Tentunya, aku tidak bisa mengatakan itu dengan keras. Tapi ketika aku
bingung antara apa aku harus menghentikan Isshiki-Yuigahama ‘sandwich’, keduanya malah melanjutkan
permainannya dengan menempelkan punggung mereka ke Yukinoshita.
“...Ya ampun.”
Yukinoshita mendesah dan membiarkan mereka
berdua. Dia lalu membetulkan posisi duduknya dan memberikan porsi selimut yang
lebih banyak ke Isshiki. Isshiki lalu mengatakan “Yaay” sambil menarik kursinya
agar lebih dekat ke Yukinoshita, dan sekarang Yukinoshita benar-benar terjepit
oleh mereka.
Meski Yukinoshita memasang ekspresi
terganggu, tangannya mengatakan hal yang berbeda. Dia mengambil poci teh yang
ada di depannya dan menuangkannya di gelas kertas.
“...Teh?”
“Te-Terima kasih banyak.”
Setelah mengambil gelas teh yang hangat itu,
Isshiki mulai meminumnya.
Mmm,
kalian bertiga terlihat hangat sekali...
Tapi tahu
tidak, Nona Yukinoshita, apa kau ini tidak sadar kalau kau belakangan ini
terlalu memanjakan Yuigahama dan Isshiki, benar tidak?
Kalau dipikir-pikir, bagi Yukinoshita,
Yuigahama adalah teman pertamanya sedang Isshiki adalah adik kelas pertama yang
dekat dengannya. Melihat dirinya bersikap seperti layaknya kakak kelas adalah
hal yang enak untuk dilihat.
Akupun terus melihat kehangatan yang dibuat
oleh ketiga gadis itu dari tempatku yang terisolasi, tempat yang beku. Setelah
meminum tehnya dan terlihat nyaman, Isshiki menyapaku.
“Oh, Senpai, terima kasih atas waktunya tempo
hari.”
“Mm, yeah,” jawabku.
Yukinoshita dan Yuigahama melihat ke arahku,
seperti penasaran tentang apa yang terjadi.
Uh, ini
sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata...
Kita berdua hanya jalan bersama, hanya kami
berdua. Sebenarnya itu saja, tapi jika membayangkan mengatakan, “Kami hanya bersenang-senang berdua, tidak
terjadi apapun”. Kalau aku menjelaskan itu ke Yukinoshita dan Yuigahama
dengan alasan semacam itu, aku merasa diriku terlihat sangat mencurigakan.
Tapi itu sama saja jika aku diam tidak
menjawab. Tidak, merasa bersalah saja sudah membuatmu terlihat berlebihan. Ya
ampun, Hachiman-kun, kau sangat menakutkan...
Pada akhirnya, aku hanya duduk terdiam,
bernapas seperti desahan yang panjang dan menggerutu kesana-kemari. Seperti
melihat kalau sikapku ini mencurigakan, Yukinoshita terlihat tidak senang
sementara Yuigahama hanya melihat bolak-balik antara Isshiki dan diriku.
Ya
ampun...
Untuk sejenak, ruangan ini seperti diselimuti
oleh kesunyian. Meski ruangan ini terasa membeku, aku bisa merasakan kalau
kepalaku ini mulai berkeringat.
Seperti berusaha mencairkan suasananya,
Isshiki pura-pura batuk.
“Jadi ini seperti, aku berpikir, aku ingin
membuat semacam koran gratis yang diterbitkan oleh Pengurus OSIS.”
“Maaf? Koran gratis?”
Yukinoshita menatap Isshiki dengan tanda
tanya karena topiknya berbeda dengan sebelumnya.
Tapi,
hei, kerja bagus, Irohasu! Kau baru saja membuatku terbebas...
“Koran gratis, um, itu ya, benar tidak?”
“Ya, yang itu.”
Yuigahama dan Isshiki hanya memakai kata-kata
singkat untuk percakapan mereka. Beberapa hari lalu ketika Zaimokuza datang
kesini, aku pernah membahas tentang koran gratis dalam diskusi. Kurasa itu
sudah cukup untuk memberitahuku apa maksud koran gratis tersebut.
Tapi yang mengherankan bagiku, adalah alasan
untuk melakukannya.
“Tapi mengapa menerbitkan koran yang gratis?”
Yukinoshita menanyakan itu sambil memiringkan
kepalanya.
Isshiki menarik keluar tangannya dari selimut
dan mulai menjelaskannya.
“Kami akan menggelar perhitungan data
keuangan OSIS karena jadwal tutup buku yang sebentar lagi harus disetorkan ke
sekolah. Jadi setelah Wakil Ketua dan yang lain mengumpulkan data-datanya,
ternyata kita masih memiliki banyak uang yang tersisa di kas.”
“Kurasa wajar...”
Ketua
OSIS periode lalu adalah Meguri-senpai. Sebagai Megu✰rin yang menyenangkan, dia tidak terlihat seperti orang yang tamak
akan penggunaan keuangan OSIS. Kurasa dia akan membiarkan sisa uang di kas itu
dan mengembalikannya ke sekolah.
Tapi Ketua OSIS saat ini adalah Isshiki
Iroha. Karena Iro✰hasu adalah gadis yang lihai, dia
pasti mempermasalahkan uang itu...
Seperti dugaanku, dia menepuk kedua tangannya
di depan dan tersenyum.
“Kita
berpikir untuk menggunakan uang itu karena itu uang sisa, benar tidak? Akupun
mengkalkulasi berapa uang kita, dan tampaknya itu cukup untuk menerbitkan koran
gratis.”
“Tapi
itu bukan berarti kau bisa merencakan pekerjaan tambahan sesukamu...”
Tidak masuk akal. Mengesampingkan adanya
uang yang tersisa, memikirkan sebuah kegiatan yang hanya akan menambah
pekerjaan adalah hal yang tidak masuk akal...Gadis ini jelas-jelas merencanakan
sesuatu yang mencurigakan...
Akupun
menatapnya dengan tatapan kurang percaya, tapi Isshiki malah berpura-pura
santai dengan mengatakan “aha!” dan tersenyum. I-Ini sangat mencurigakan...
“Tapi
begini, Iroha-chan. Kalau aku punya uang yang tersisa, bukankah kau harusnya
menyimpannya saja? Menyimpan uang itu penting, tahu tidak?”
Yuigahama mengatakan itu seperti menasehatinya. Itu terdengar seperti kata-kata dari Ibu-Ibu...
Memang itu terdengar masuk akal; itu jika kita
menganggap kalau uang itu adalah uang pribadi Isshiki. Tapi itulah masalahnya.
Uang itu bukanlah uang pribadinya, tapi uang itu adalah uang kas dari OSIS.
Yukinoshita
yang sedari tadi mendengarkan percakapan kami, menaruh tangannya di dagu
seperti menyadari hal itu. Dia lalu berbicara dengan perlahan.
“Kupikir,
itu tidak semudah yang dikatakan.”
“Kenapa?”
Tanya
Yuigahama, sambil memiringkan kepalanya dan menempel ke bahu Yukinoshita.
“Jika
masih ada uang tersisa dari anggaran tahun lalu, itu akan membuat uang yang
akan dianggarkan untuk tahun ini berkurang. Jika aku adalah orang yang
menangani keuangan sekolah, aku pasti akan mengurangi alokasi anggarannya.”
“Ya!
Tepat sekali! Oleh karena itu, untuk menghindari pemotongan anggaran, aku
sebaiknya menggunakan uang itu sebelum tahun ajaran berakhir, benar tidak?”
Setelah
mendengarkan penjelasan Yukinoshita, Isshiki menempel lebih dekat ke
Yukinoshita. Seperti memperoleh ijin saja, Isshiki menempel kepadanya seperti
seorang anak kecil.
“Terlalu
dekat...”
Aku
bisa mendengar suara yang pelan. Terperangkap di dua sisi, Yukinoshita digencet
seperti berada di gerbong kereta yang sesak. Yep yep, baguslah kalau kalian semua bisa akrab.
Begitulah, perhatian Isshiki kali ini sebenarnya tidak beralasan. Itu
bukanlah uang Isshiki, tentunya. Seperti yang
benar saja, “Uangku...?” Ini bukan uangmu, tapi uang OSIS. Tapi jika dia
memang berniat untuk menghabiskan uang itu, kurasa menerbitkan koran yang
gratis bagi seluruh penghuni SMA Sobu bukanlah hal yang sulit.
“Ya
sudah, wujudkan saja. Meski aku tidak tahu apa yang ingin kau tulis di koran
itu,” kataku dengan santai.
Isshiki
lalu melepaskan pelukannya dari Yukinoshita dan menatapku.
“Sebenarnya,
soal itu, aku sudah memutuskan akan memuat apa. Aku sedang berpikir untuk
menerbitkan artikel semacam olahraga apa saja yang cocok untuk bersenang-senang,
tempat makan yang cocok, atau bahkan kafe yang terlihat manis.”
“Oh,
itu terdengar keren! Bagaimana kalau tentang pakaian atau aksesoris!?
Orang-orang mungkin menyukainya!”
“Koran
kita akan terlihat seperti majalah lokal. Isinya terlihat seperti hal-hal yang
umumnya disukai orang...”
Yuigahama
yang antusias itu membuat dirinya menggeser lebih dekat lagi ke Yukinoshita.
Karena itu, Yukinoshita kini berada dalam posisi terjepit lagi.
Hmm,
tapi, tempat dimana kau bisa bersenang-senang, tempat makan yang enak, dan kafe
yang terlihat manis, huh...? Aku sepertinya pernah dengar itu sebelumnya.
Kupikir itu berasal dari “Sangat Enak Menjadi Manusia”. Sebuah tempat yang enak
dan nasi yang hangat, tapi bagian mana ya ada bahasan kafe yang imut? Mungkin
bagian yang masuk akal adalah nasi yang hangat. Oke, ini pasti sesuatu yang
lain.
“Jadi
seperti majalah lokal berarti...Sejenis majalah Chiba Walker?” tanya Yuigahama.
Isshiki
mengangguk sambil mengatakan “Yep, yep” dan duduk sambil condong ke depan.
Akhirnya Yukinoshita terbebas dari tekanan mereka dan bisa bernapas lega.
Isshiki
lalu menambahkan penjelasannya.
“Semacam,
majalah yang memberikan informasi, dimana aku bisa pergi dengan mudah dan
berbelanja, berbelanja, berbelanja ke apapun yang tertulis disana, benar tidak?”
Isshiki
memasang senyum ala ka-ching! ✰ sambil
mengatakan hal-hal yang buruk. Apa maksudmu dengan “berbelanja, berlanja, dan berbelanja...?” Apa kau hendak memuat
artikel yang merayu orang untuk menghabiskan uang di game sosial mereka ke
situ...
Yukinoshita dan diriku terkejut. Di lain pihak,
Yuigahama memiringkan kepalanya.
“Berbelanja...”
Kuharap kau tahu maksudnya...Tanpa
mempedulikan Yuigahama, ketika Isshiki melihat reaksiku, dia mengembungkan
pipinya.
“Bukankah
Senpai sendiri yang memberitahuku? Kalau uang itu pada akhirnya pasti akan
dibuat untuk belanja sesuatu, jadi aku akan menggunakan uang itu sesukaku?”
kata Isshiki.
Yukinoshita lalu menatapku dingin.
“Kau
tidak mengajarinya aneh-aneh, benar kan?”
“Tunggu
dulu, aku tidak mengatakan itu.”
Aku
berusaha mempertahankan harga diriku, Isshiki lalu mencondongkan kepalanya dan
melihat ke arahku.
“Ya,
Senpai pernah. Ketika kita sedang mempersiapkan Event Kolaborasi Natal, Senpai
mengatakan itu.”
Benarkah begitu...? Lagipula itu event
bersama sekolah lain, jadi kita harusnya menggunakan uang sebisa kita tanpa
perlu berpikir banyak...Oke, aku memang pernah mengatakan itu. Irohasu yang
bisa menangkap hal apapun memang menakutkan. Sebenarnya, dia sepertinya
menangkap dengan salah kata-kataku itu...
“Isshiki-san,
tindakanmu itu mungkin bisa dikatakan sebagai penggunaan dana yang tidak
semestinya...”
“Tapi
semua orang akan mendapatkan informasi yang bagus dan tahu bagaimana caranya
bersenang-senang. Bukankah ini semacam, seperti, WIN-WIN bagi semua orang?”
Yukinoshita
mencoba menasehatinya, tapi Isshiki berargumen balik seperti mengatakan kalau
itu tidak ada hubungannya.
Ya ampun! Tamanawa-kun ternyata berpengaruh
buruk kepada gadis ini...Ayah tidak akan membiarkanmu bersama pria seperti itu,
kau dengar!?
“Tapi
kalau kau beralasan seperti itu, memang itu terdengar tidak terlalu buruk...”
Yuigahama mengatakan itu. Dalam realita, jika sesuatu yang kaulakukan
itu terasa menyenangkan bagimu dan itu bisa membuat semua orang senang, kau
tidak bisa menyebut tindakanmu itu tidak tepat. Malahan mungkin itu sangat
bagus jika bisa memenuhi ambisi pribadi sementara itu bisa memberikan
keuntungan bagi semua orang.
Jadi
Isshiki tidak hanya mengoceh tentang
hal-hal yang absurd. Kurasa aku bisa paham itu. Sekarang kita harus
mempertimbangkan apakah sarannya itu bisa direalisasikan atau tidak.
Yukinoshita
lalu menyilangkan lengannya dan berpikir. Lalu dia berbicara.
“Tapi,
apakah usulmu itu tentang membelanjakan uang ke koran gratis itu disetujui?”
“Oh,
Yukinoshita-senpai, apa maksudmu? Tahu tidak, yang bertanggung jawab menyetujui
atau tidak adalah Sekretaris OSIS.”
Isshiki
menjawabnya sambil tertawa. Jangan kau
pikirkan, dia memang mengusulkan hal yang absurd...Well, kalau terjadi
sesuatu, Isshiki-lah yang akan bertanggung jawab. Kalau tugas Sekretaris
sendiri adalah menyetujui penggunaan dana kas, maka tugas Isshiki adalah
bertanggung jawab dalam kegiatannya! Lagipula, itulah tanggung jawab dari
jabatan yang dipikulnya!
Entah
apa Isshiki sadar atau tidak, aku sendiri ragu soal itu, tapi sepertinya dia
terlihat sangat termotivasi.
“Jadi,
kembali ke masalah koran...Menurut kalian, korannya nanti akan dibuat seperti
apa?” tanya Isshiki, seperti merestart pembicaraan dan melompat ke topik
utamanya.
Mmhmm, kurasa ada bagusnya juga jika kau
terlihat antusias mengerjakannya...
“Kau
tidak akan mendapatkan banyak hal dari kami...Kami sendiri tidak pernah membuat
hal-hal semacam itu sebelumnya...”
“Benar...Mungkin
lebih tepatnya, kami tidak tahu prosesnya seperti apa ketika melakukannya.”
Yukinoshita
mengatakan pendapatnya. Yuigahama yang mendengarkan itu dari samping,
menepukkan kedua tangannya seperti menemukan sesuatu.
“Hei,
bukankah kita pernah membuat sebuah halaman di majalah lokal beberapa waktu
yang lalu?”
Seingatku, itu adalah request yang Hiratsuka-sensei berikan kepada kita.
Sebuah majalah lokal ingin menerbitkan tentang gaya hidup masyarakat muda di
daerah sekitar. Kita diminta untuk membuat sebuah halaman tentang masalah
pernikahan dalam benak anak muda. Kita benar-benar melalui banyak sekali
hambatan dalam melaksanakannya.
[note: Vol 7.5 side A.]
Ketika
aku sedang mengingat-ingat hal itu, Isshiki lalu langsung memecahkan kesunyian
ini.
“Oh,
itu bagus sekali! Sekarang kita sepertinya mendapatkan titik terang!”
“Kami
waktu itu hanya diminta mengisi satu halaman saja. Jika kita diminta membuat
semuanya dari nol, maka situasinya berbeda. Itu adalah hal yang mustahil.” kata
Yukinoshita, menolak ide Isshiki.
Isshiki
membetulkan tempat duduknya dan menurunkan bahunya. Dia lalu melihat ke arah
Yukinoshita dengan mata yang memelas.
“...Benarkah?”
“Ya.”
Yukinoshita menjawabnya. Tapi, dengan Isshiki yang terlihat sedih,
memberinya sebuah tekanan, bahkan Yukinoshita sendiri seperti kehilangan
kata-kata dan memalingkan wajahnya.
Oh tidak, ini buruk sekali! Kalau begini,
Isshiki pasti akan mendapatkan Yukinoshita!
Dalam
hal kata-kata yang logis, Yukinoshita sangat ahli dalam menolak orang. Tapi
ketika dia sedang ditekan oleh ekspresi
wajah dan kata-kata yang memelas, dia sangat lemah. Sumber: Sikap
Yuigahama kepadanya.
Menghadapi
tatapan memelas Isshiki, Yukinoshita mulai tidak nyaman. Yuigahama lalu mencoba
menengahi.
“Oke,
oke, jadi tentang membuat koran gratis itu, kenapa kau tidak mencari tahu
dahulu bagaimana pembuatannya? Coba dulu bertanya ke orang-orang yang tahu
bagaimana membuatnya dan meminta bantuan mereka...Setelah itu, kita bisa
membantumu untuk membuatnya bersama-sama!”
“Kau
baik sekali, Yui-senpai!”
Isshiki
tersenyum ceria ketika Yuigahama mengatakan itu dengan hangat. Tapi kalau kau
teliti lagi kata-katanya, Yuigahama sebenarnya mengatakan secara tidak langsung
“kembalilah lagi lain kali”.
Kurasa
itulah yang kau harapkan dari Yuigahama. Dia sangat ahli dalam merayu
Yukinoshita, jadi rayuan Isshiki tidak akan efektif melawannya.
“Yeah,
Yuigahama benar. Jika kau ingin melakukan itu, maka yang terbaik adalah
mempersiapkan itu dengan matang.”
Kami
bertiga menyuarakan ketidaksetujuan kami. Isshiki lalu terlihat kurang senang,
kedua alisnya terlihat menyatu.
“Begini,
itu tidak semudah yang kalian katakan.”
“Kenapa?”
tanyaku.
Isshiki
menatap ke arah bawah. Dengan suara yang pelan, dia berkata.
“Karena
laporan keuangan OSIS harus sudah disetorkan ke sekolah dalam waktu dekat.”
Kurasa
alasannya barusan benar-benar sesuatu yang penting.
Benar,
kalau jadwal untuk menyetor laporan keuangan deadlinenya sebentar lagi. kedua
orangtuaku mungkin akan terlihat lebih sibuk dari biasanya.
Tampaknya, dalam masa-masa seperti ini, para budak perusahaan punya
banyak hal yang harus mereka kerjakan.
Begitulah,
kalau menurut gosip yang menyebar di internet, kurasa itu ada hubungannya.
Menurut gosip, salah satu alasan mengapa banyak sekali merchandise seperti BD
dan OVA di Februari dan Maret karena mereka hendak tutup buku.
Tentunya,
ini tidak berlaku ke hal yang berhubungan dengan anime. Masa-masa itu adalah
masa dimana perusahaan akan membuat laporan keuangan agar memenuhi ekspektasi
pengeluaran dana mereka dengan memproduksi lebih banyak merchandise untuk
menggenjot penjualan. Sumber: kedua orang tuaku. Hari ini, mereka berdua jauh
lebih sibuk dari biasanya...
“Seperti,
aku sebenarnya tidak tahu terlalu detail soal itu. Kalau kita ingin benar-benar
memaksimalkan pengeluaran di akhir tahun anggaran, maka kita harus mengerjakannya
sebelum awal Maret, dimana itu adalah awal tahun anggaran yang baru. Sekarang
kita sudah masuk awal Februari, jadi kita hanya punya waktu kurang dari
sebulan!”
Isshiki
mengatakan itu dengan tidak sabaran. Dia mengibas-ngibaskan jarinya seperti
menjelaskan situasinya dengan detail. Meski dia terlihat manis ketika
melakukannya, mendengar dia mengatakan “Tahun Anggaran”, “Mengerjakan”, dan “Memaksimalkan”
bukanlah hal yang manis untuk didengar...
Sederhananya,
aku paham kalau dia tidak punya waktu lagi. Sebulan ini, dia harus fokus untuk mengumpulkan
data-data keuangan dan membuat laporan keuangan.
Jadi
artinya, jika dia tidak bisa menerbitkan koran itu sebelum akhir bulan, maka
itu adalah hal yang buruk baginya...
Sementara
kita baru saja masuk Februari, Februari itu sendiri tergolong bulan yang
pendek. Dan yang terpenting, meski dia hanya bilang ingin menerbitkan koran
gratis, membuatnya dari nol merupakan hal yang berat.
“Itu
jelas mustahil, sudah kau menyerah saja,” kataku.
Yukinoshita terlihat mengangguk sementara Yuigahama hanya bisa tersenyum
kecut.
Dia terlihat seperti hendak menangis,
menolehkan badannya, dan melihat ke arahku...Kau tidak bisa mempengaruhiku. Apa yang mustahil, akan tetap menjadi
mustahil. Akupun menggeleng-gelengkan kepalaku. Lalu, Isshiki berdiri.
“Senpai...Aku
ingin meminta pendapatmu...”
Isshiki
lalu berjalan ke arahku. Dia berhenti tepat di depanku dan melihatku dari atas
sementara aku duduk di kursi. Meski dia ada di depanku, dia terus menatapku.
“Saran
untuk...?” tanyaku.
Tapi,
Isshiki tidak mengatakan apapun. Yukinoshita dan Yuigahama hanya menatap kami
dengan penuh tanda tanya.
Seperti
tidak mempedulikan tatapan kami bertiga, Isshiki mulai melepas kancing
blazernya.
Whoa, apa-apaan yang gadis ini lakukan?
Aku terkejut, begitu juga Yukinoshita dan
Yuigahama.
Tidak, serius ini, apa-apaan yang dia
lakukan? Ya ampun, tunggu, tunggu, apa kamu hendak melepas bajumu!? Tolong!
Isshiki lalu melepas jas blazernya dan
menggerutu seperti memegangi sesuatu. Dia lalu memasukkan tangannya di celah
cardigan pinknya dan mulai mencari-cari sesuatu di kantong dada blusnya.
“Umm...”
Isshiki
mengatakan itu sambil mencari-cari sesuatu di blusnya. Sementara itu, kerah
bajunya terlihat sedikit terbuka dan menunjukkan bentuk tulang selangkanya. Aku
secara otomatis auto-fokus karena disuguhi hal itu secara langsung, apalagi
ditambah suara berisik dari desahan napasnya dan tangannya yang sedang
mencari-cari sesuatu.
“Entah
apa maksudmu, tapi serius ini, kau lakukan ini di pojokan belakang saja sana.”
Akupun
melihat ke arah bawah dan mengusirnya menggunakan kibasan tanganku.
Isshiki
kemudian mengatakan sesuatu.
“Oh,
ini dia!”
Dia
lalu menarik keluar tangannya yang sedari tadi mencari sesuatu dan ternyata itu
adalah beberapa potong kertas. Dengan menggunakan tangan satunya, dia menarik
tanganku dan memberiku potongan kertas itu.
Sentuhan yang tiba-tiba dengan tangan Isshiki. Jari-jarinya yang kurus
dan gemulai itu memberikan sensasi kulit gadis yang entah mengapa terasa lembut
membuatku mematung di tempat dudukku. Isshiki lalu melepaskan tanganku dan yang
tersisa di tanganku saat ini adalah beberapa potong kertas.
Ada
beberapa potong kertas. Ketika aku mencermati kertas-kertas itu, aku melihat
kata-kata yang familiar. Tertulis “struk kasir” di atasnya dan di bawahnya ada
tulisan permainan bowling dan kafe. Bahkan ada struk dari restoran ramen.
Jangan bilang, kalau struk-struk ini dari...
Tiba-tiba aku terpikirkan sesuatu. Ketika aku lihat ke arah Isshiki, dia
tersenyum menatapku.
Senyumnya
itu seperti mengatakan, “Apa kau sudah
melihat kertas apa itu? Sudah tahu bukan? Jadi kau tahu aku akan melakukan apa
dengan kertas-kertas ini, benar tidak?"
Isshiki
menjulurkan tangannya kepadaku, memintaku untuk mengembalikan struk-struk itu.
Akupun mengembalikannya dan dia memasukkan itu kembali ke kantong dada blusnya.
“Jadi,
Senpai, tentang konsultasiku tadi...”
Isshiki
mengatakan lagi tentang hal sebelumnya, hanya saja kali ini, dengan suara yang
terkesan manis.
Sebagian
besar, aku paham apa yang hendak Isshiki katakan. Dia ingin memberitahuku kalau
posisiku kali ini adalah sebagai tangan kanannya.
Tapi
harusnya aku tidak bersalah dalam hal ini. Maksudku, aku membayar sendiri
tagihan disana, jadi aku sebenarnya tidak berhutang atau sejenisnya. Tapi,
mengapa aku merasa sangat bersalah...? Itu memang kegiatan yang menyenangkan
dan terlebih lagi, dia yang harusnya berhutang kepadaku karena aku yang
membayarnya, tahu tidak? Tapi, meski
begitu...Tapiiii....
Ini
pasti karena Isshiki yang terlihat sangat yakin ketika dia menunjukkan
struk-struk ini kepadaku, maka aku akan merasa kalau telah melakukan sesuatu
yang salah. Sekarang aku tahu rasanya ketika menjadi orang luar dalam suatu
insiden dan akhirnya diseret masuk menjadi bagian di dalamnya...
Akupun
pura-pura batuk dan melihat ke arah Isshiki.
Ya sudahlah, kurasa ini adalah momen dimana
aku menunjukkan skill negosiasiku!
“...Ngomong-ngomong,
kenapa kita tidak dengar requestnya dulu secara utuh?”
“Sepertinya
dia habis diancam olehnya, benar tidak!?”
“Ya
ampun...”
Suara
Yuigahama yang terkejut dan suara desahan napas dari Yukinoshita mulai
terdengar.
x x x
- Hachiman menganggap Yukino dan Yui adalah teman akrab.
- Lihat kembali adegan ketika Iroha berterima kasih soal tempo hari ke Hachiman. Yukino melihat Hachiman dengan kesal, sementara Yui hanya melihat Iroha dan Hachiman berulang kali.
- Lalu cermati adegan setelah Iroha menunjukkan struk kencan mereka, Hachiman merasakan perasaan bersalah.
- Sangat mudah untuk menyimpulkan kalau Hachiman merasa bersalah karena dia merasa punya hubungan dengan salah seorang gadis di ruangan itu. Teman si gadis itu menyukainya juga. Iroha tahu situasi itu, dan memanfaatkannya.
Sebenarnya ini sangat mudah, karena dijelaskan sendiri di volume 11 chapter 1. Mari kita forward ke volume 11 chapter 1.
Dan seperti sikap Isshiki yang kukatakan sebelumnya, dia bahkan tidak peduli terhadap tatapan dingin Yukinoshita. Lalu dia mendekatkan tubuhnya kepadaku, menaruh tangannya di mulut, dan berbisik kepadaku.
"Yukinoshita-senpai tadi tersenyum manis kepadaku ketika aku baru sampai disini, tapi dia tiba-tiba berubah setelahnya...Dia selalu bersikap seperti itu setiap aku datang kesini."
Disini kita melihat kata setiap kali Isshiki datang. Menurut anda, apakah ada alasan lain mengapa seorang gadis terlihat benci dengan gadis lainnya? Yeah, pasti persoalan pria. Ini ada hubungannya dengan teguran Yukino di Marinpia ke Hachiman mengenai kedekatannya dengan Isshiki (vol 9 chapter 5). Dan disitu tertulis setiap kali, jadi kejadian itu pernah terjadi sebelum vol 11 chapter 1 dimana Isshiki datang lebih dulu ke Klub daripada Hachiman. Memang, pernah terjadi, yaitu vol 10 chapter 3.
Kesimpulannya, Isshiki tahu kalau Hachiman ada sesuatu dengan Yukino. Dan struk kencan itu akan mengobarkan sesuatu yang berbahaya jika diketahui Yukino. Ini dikuatkan adegan setelah Iroha berterima kasih, Yukino adalah satu-satunya gadis yang terlihat kesal ke arah Hachiman, sedang Hachiman sendiri bungkam. Seperti kata Hachiman di monolognya, volume 8 chapter 8, Iroha ini adalah versi SMA dari Haruno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar