x x x
“Tentu,
kuserahkan kepa – “ Hayama baru sadar dengan yang dia ucapkan dan ekspresinya
terlihat terkejut. “Huh?!”
Meski begitu, tidak lama kemudian dia
memasang senyumnya yang biasanya lagi.
“Ahem, kenapa kau sampai perlu menangkap
pelakunya segala?” dia menanyakan itu ke Yukinoshita.
Ketika itu, Yukinoshita, ekspresinya sangat
dingin, seperti kebalikan dari ekspresi Hayama. Yukinoshita mulai berbicara
dengan perlahan seperti sedang memilih kata-katanya.
“Mengirimkan pesan berantai...Itu adalah
tindakan yang buruk untuk menghina harga diri seseorang. Sementara mereka bersembunyi
dalam bayang-bayang tanpa diketahui siapapun, mereka berusaha memfitnah orang
lain. Menyebarkan fitnah adalah hal terjahat yang pernah dilakukan manusia.
Rasa ingin tahu itu adalah hal yang berbeda, tapi terus-menerus menyebarkan fitnah
itu...Jika kau tidak menghilangkan akar penyebabnya, maka tidak akan pernah ada
habisnya. Sumber: diriku.”
“Apa barusan itu dari pengalamanmu?” tanyaku.
Kuharap dia tidak terus-menerus mengatakan
hal-hal yang bermakna ganda. Yukinoshita mengatakan itu dengan tenang, tapi aku
bisa melihat semacam api hitam yang melapisi tubuhnya. Mungkin kau bisa
mengatakan kalau dia memancarkan aura yang jahat.
“Sebenarnya, apa sih enaknya menyebarkan fitnah? Kupikir tidak ada satupun hal bagus
dari yang Sagawa-san atau Shimoda-san lakukan...”
“Jadi kau benar-benar menemukan pelakunya...”
Yuigahama mengatakan itu dengan senyum yang kecut.
Hal-hal seperti ini membuatmu berpikir kalau
Yukinoshita ini memiliki banyak sekali info dan betapa menakutkannya jika dia
bertindak sebagai musuhmu.
“Ya ampun, kehidupan SMP-mu sepertinya
terjadi hal-hal yang menarik,” jawabku. “Aku sendiri belum pernah menerima
semacam pesan berantai seperti itu.”
“...Itu karena tidak ada satupun orang yang
menanyakan nomor HP-mu!”
“Kenapa, kau ini! Dasar bodoh! Aku punya hak
atas kerahasiaan data pribadiku! Apa kau tidak tahu tentang hukum perlindungan
informasi pribadi?!”
“Itu adalah interpretasi tentang hukum itu...”
Yukinoshita yang terlihat mengagumkan itu menambahkan kata-kataku sambil
mengibaskan rambutnya yang ada di bahunya.
Tapi,
alasanku mengapa aku tidak begitu tertarik dengan drama pesan berantai ini
mungkin seperti yang dia katakan. Aku sendiri tidak pernah ditanya nomor HP-ku.
Disitulah perbedaan diriku dan Yukinoshita. Dia punya alasan untuk membenci hal
itu sedangkan aku tidak punya. Kurasa, jika itu terjadi kepadaku, aku sendiri
mungkin ingin menemukan pelakunya. Aku mungkin akan langsung pulang ke rumah
dan menangis bersama bantalku.
“Sederhananya, orang yang melakukan tindakan
hina seperti ini layak mendapatkan ganjarannya,” Yukinoshita berkata. “Mata
untuk mata, gigi untuk gigi – aku meyakini mereka akan menerima hukuman yang
setimpal.”
Yuigahama bereaksi seperti pernah mendengar
kata-kata itu sebelumnya. “Oh, kalau tidak salah kita baru saja belajar
mengenai itu di pelajaran sejarah hari ini! Kalau tidak salah itu dari magna charta ya?”
“Itu Hammurabi,” jawab Yukinoshita. Lalu dia
menatap ke arah Hayama. “Aku akan mencari pelakunya. Kurasa pelakunya akan
berhenti jika aku berbicara dengan pelakunya sendiri. Mengenai hukuman
pelakunya, kuserahkan kepadamu. Apa kau keberatan dengan hal itu?”
“...Uh, kurasa tidak masalah,” Hayama
terlihat menyerah.
Sebenarnya, aku juga berpikir seperti
Yukinoshita. Jika pelakunya sampai berusaha gonti-ganti nomor HP, itu berarti
pelakunya benar-benar niat dan tidak ingin identitasnya ketahuan. Kalau begitu,
pelakunya mungkin akan berhenti jika identitasnya ketahuan. Pada dasarnya,
menemukan pelakunya adalah solusi tercepat untuk menyelesaikan kasus ini.
Yukinoshita lalu menatap ke arah HP yang
Yuigahama taruh di meja. Lalu dia menaruh tangannya di dagu seperti sedang
berpikir.
“Kapan SMS berantai itu mulai beredar?”
“Minggu lalu. Benar tidak, Yui?” Jawab
Hayama, dan Yuigahama mengangguk.
...Hei,
Hayama. Kau baru saja memanggil nama depan Yuigahama. Mengapa bocah populer ini bisa dengan mudahnya
memanggil nama depan para gadis dengan mudahnya. Kalau aku, pasti aku sudah
gelagapan ketika hendak mengatakannya. Fakta kalau Hayama bisa mengatakan hal
memalukan itu dengan mudahnya sementara dia terlihat santai-santai membuatku
emosi. Apa, dia semacam orang Amerika atau sejenisnya?
“Jadi itu terjadi minggu lalu, begitu ya,”
Yukinoshita menggumam. “Yuigahama-san, Hayama-kun, apa terjadi sesuatu di kelas
kalian minggu lalu?”
“Kurasa tidak ada,” kata Hayama.
“Yeah...”kata Yui. “Kurasa kelas suasananya
terlihat seperti biasanya.”
Mereka berdua terlihat saling menatap satu
sama lain.
“Aku ingin kau mengingatnya dengan teliti,
Hikigaya-kun,” kata Yukinoshita. “Apa kau memperhatikan ada sesuatu?”
“Dengan teliti katamu...”
Aku memang sekelas dengan mereka. Karena aku mengamati
dari tempat yang berbeda dari mereka berdua, mungkin ada hal-hal yang tidak mereka
sadari tapi aku sendiri tahu...
...Jadi minggu lalu, huh? Itu artinya terjadi
sesuatu minggu lalu. Sesuatu yang baru-baru ini terjadi, sesuatu yang terjadi
baru-baru ini, akupun terus mengatakan itu di pikiranku, tapi aku tidak
mendapatkan apapun.
Saat ini, di pikiranku hanya terbayang adegan
dimana aku memanggil Saika dengan nama depannya. Dan itu terjadi kemarin.
Saika
Manisnya
Aku
memberanikan diriku
Untuk
memanggilnya Saika
Kemarin
Oh benar juga, aku kemarin mengobrol dengan
Totsuka?! Setelah aku memikirkan itu, aku teringat sesuatu.
“Ini terjadi kemarin. Orang-orang
membicarakan tentang grup untuk kegiatan ‘Mengunjungi Tempat Kerja’.”
Benar
sekali, juga kalau perlu ditambahkan, kemarin Totsuka terlihat manis.
Setelah aku mengatakan itu, Yuigahama
menyadari sesuatu.
“Ooooh, kurasa itu. Itu karena grup itu.”
“Huh? Benarkah?” Hayama dan diriku mengatakan
hal yang bersamaan.
Hayama lalu melihatku dengan tersenyum. “Ternyata
kita kompak ya,”
Meski aku sebenarnya tidak peduli dengan hal itu,
aku tetap mengatakan, “Uh, yeah...”
Fakta kami memiliki momen yang sama untuk
menjawabnya, jika Hayama adalah seorang riajuu tampan, maka harusnya Hachiman
juga sama. QED. Tidak perlu dibuktikan lebih jauh lagi. (...yang terakhir
tampaknya tidak perlu ditambahkan?).
Hayama lalu menatap ke Yuigahama. Ketika
menyadari hal itu, Yuigahama membuat suara tawa yang terkesan dipaksakan.
“Er, tahu tidak, ketika kegiatan semacam ini
harus dilakukan secara grup, ini memang mempengaruhi hubungan pertemanan di
grup. Kadang orang-orang menganggap ini sebagai hal yang serius...”
Hayama dan Yukinoshita menatap ke arah
Yuigahama dengan ekspresi yang penuh tanda tanya. Hayama tidak pernah
bermasalah dengan hal itu dan Yukinoshita tidak tertarik dengan hal semacam
itu, jadi mereka berdua tidak mengerti.
Tapi aku tahu apa maksud dari Yuigahama.
Karena kata-kata itu berasal dari Yuigahama, gadis yang selalu membaca suasana
orang di sekitarnya, aku percaya dengan apa yang dikatakannya.
Yukinoshita lalu pura-pura batuk untuk
mengembalikan suasana ini ke topiknya.
“Hayama-kun, katamu SMS-SMS itu menceritakan
tentang teman-temanmu? Kalau kau sendiri, kau satu grup dengan siapa di
kegiatan itu?”
“Oh, uhhh...Sekarang kau menyebutkan itu, aku
sendiri belum memutuskannya. Kurasa pada akhirnya aku akan satu grup dengan salah
satu dari mereka.”
“Kurasa aku tahu alasan SMS berantai itu beredar...”
Yuigahama mengatakan itu dengan ekspresi yang seolah-olah tidak percaya.
“Bisakah kau menjelaskan kepada kami?” tanya
Yukinoshita.
“Hmm, tahulah, pada dasarnya, setidaknya akan
ada seseorang yang diluar grup pertemanan akan ditinggal, tahu tidak? Kan grup kegiatan itu berisi 3 orang,
berarti pasti akan ada yang tidak ikut jika grup pertemanan berisi 4 orang. Dan
orang itu pasti akan benar-benar kecewa.” Yuigahama mengatakan itu dengan penuh
emosi.
Mendengar hal itu, semua orang disini hanya
terdiam.
Kalau kita hendak mencari pelakunya, maka
kita harus mencari tahu motifnya. Jika kita tahu apa motifnya, maka kita bisa
menangani pelakunya.
Sedangkan untuk kasus ini, pelakunya mungkin
tidak ingin menjadi orang yang ditinggal dari grup. Di kelasku, grup pertemanan
Hayama ini terdiri dari 4 orang. Karena kegiatan membutuhkan sebuah grup yang
terdiri dari 3 orang, seseorang pasti akan ditinggal. Agar tidak terjadi ke
dirinya, si pelaku harus membuat seseorang dikeluarkan dari grup. Mungkin
semacam itulah yang ada di pikiran si pelaku.
“...Aku sangat yakin kalau si pelaku ada
diantara ketiganya.”
Setelah Yukinoshita mengatakan kesimpulannya,
Hayama langsung protes.
“Tu-Tunggu dulu! Kupikir pelakunya bukan
salah satu dari mereka. Bukankah SMS itu isinya tentang hal-hal buruk mereka
bertiga? Mustahil mereka melakukannya.”
“Huh, apa kau ini idiot? Apa kau ini baru
lahir kemarin atau semacamnya?” kataku. “Jelas sekali kalau itu dilakukan agar
tidak ada yang mencurigai si pelaku ada diantara ketiganya. Kalau aku
pelakunya, aku akan menulis fitnah tentang diriku agar aku tidak ketahuan.”
“Hikki, itu buruk sekali...” kata Yuigahama.
Ini
adalah kejahatan kerah putih. Sebuah kejahatan kerah putih, menurutku begitu.
Hayama hanya bisa menggigit bibirnya. Dia mungkin
tidak pernah membayangkan hal semacam ini sebelumnya: aku bisa merasakan
kebencian di bawah hidungnya, atau aura gelap yang memberitahukan kalau ini
tentang orang-orang yang dia percayai.
x
x x
“Sekarang,
bisakah kau beritahu kami seperti apa mereka bertiga?” Yukinoshita mencoba
mencari informasi lebih jauh.
Kali ini, Hayama terlihat memasang ekspresi
penuh determinasi. Dia tampaknya benar-benar sangat percaya kepada
teman-temannya. Dia mungkin percaya kalau keterangannya kali ini akan
benar-benar membuat teman-temannya keluar dari dugaan tersangka kasus ini.
“Tobe itu member Klub Sepakbola, sepertiku.
Rambutnya yang diwarnai itu mungkin membuatnya terlihat seperti orang jahat,
tapi dia sangat pintar membuat orang lain bersemangat. Dia selalu terlibat
dalam festival budaya dan festival olahraga. Dia pria yang baik.”
“Pria yang mudah sekali tertarik dengan
segala sesuatunya dan satu-satunya bakat yang dimilikinya adalah membuat
suasananya berisik, begitu ya,” kata Yukinoshita.
Hayama hanya bisa terdiam dan tidak punya
kata-kata lagi untuk dikatakan.
“Hmm? Ada apa? Ayo lanjutkan.” Yukinoshita
menatap ke arah Hayama yang memasang ekspresi aneh karena tiba-tiba terdiam.
Seperti memperoleh momennya, Hayama kemudian
melanjutkan pendapatnya.
“Yamato itu member Klub Rugby. Dia itu orangnya
tenang dan pendengar yang baik. Dia orang yang bisa membuat situasi grup damai
meski tidak sering berbicara, kurasa begitu? Dia orangnya pendiam, peduli
terhadap sesamanya. Pria yang baik.”
“Jadi tidak hanya lambat, dia juga orang yang
tidak mampu mengambil keputusan...”
Seperti tidak tahu harus mengatakan apa,
Hayama terdiam. Namun setelah mengembuskan napas kecilnya, dia melanjutkannya.
“Ooka itu member Klub Baseball. Dia mudah
sekali akrab dengan orang lain dan suka menolong. Dia selalu sopan dan menghormati
senior atau juniornya. Pria yang baik.”
“Seorang oportunis yang khawatir tentang
reputasinya.”
Hayama bukanlah satu-satunya orang yang diam
dan tidak berbicara dari tadi. Yuigahama dan diriku hanya bisa membuka mulut
kami, tanpa mengeluarkan satupun kata.
Yukinoshita menghancurkan mereka. Seperti
yang kuduga, dia memang ada bakat untuk menjadi jaksa.
Tapi yang mengerikan tentang gadis ini adalah
dia mengatakan sifat mereka bertiga dengan benar. Banyak sekali cara untuk
menilai karakter seseorang. Hayama selalu melihat apa yang bagus dari
seseorang, dan pendapatnya memang terdengar bias. Sementara Yukinoshita tidak
memakai penilaian seperti itu dan terdengar kasar. Mungkin masalahnya hanyalah
bagian dirinya yang ‘kasar’ saja. Dia mungkin bisa membuat Clint Eastwood
menangis dengan kata-katanya.
Yukinoshita melirik ke arah memo yang dia
tulis dan menggumam.
“Kurasa tidak aneh jika salah satu diantara
ketiganya menjadi si pelaku.”
“Bukankah menuduh terlalu dini itu juga
membuatmu terkesan seperti penjahat juga?”
Dia menyimpulkan siapa pelakunya hanya dari
bukti yang minim. Kalau dipikir-pikir, dia terlihat lebih jahat daripada orang
yang mengirim SMS fitnah itu.
Yukinoshita menaruh kedua tangannya di
pinggang dan terlihat marah.
“Tapi aku bukanlah pelakunya. Jika aku
pelakunya, aku lebih baik menghancurkan musuhku secara langsung.”
Maknanya memang berbeda, tapi apakah gadis
ini sadar kalau menghancurkan musuh
itu juga berarti hal yang sama? Entah mengapa Yukinoshita yang ini tidak
mengatakan sebuah solusi yang damai tentang kasus ini.
Hayama tersenyum melihat Yukinoshita dan memang
ekspresi seperti emosi, menyesal, dan penasaran yang dicampur aduk. Yukinoshita
punya caranya sendiri, begitu juga Hayama. Pada akhirnya, yang Hayama lihat
hanyalah Yukinoshita yang membicarakan hal-hal tidak berguna. Dia memang pria
yang baik, tapi dia bersikeras kalau ingin solusi yang berbeda dari kami dan
dia tidak ingin melukai temannya.
Yukinoshita sepertinya menyadari hal ini
juga.
“Deskripsi dari Hayama-kun tidak terlalu
detail...Yuigahama-san, Hikigaya-kun.” Dia mengatakan itu dan menatap kami
berdua. “Bagaimana pendapat kalian mengenai mereka bertiga?”
“Er, ti-tidak banyak yang bisa kukatakan...”
kata Yuigahama.
“Aku tidak kenal mereka bertiga,” kataku.
Kalau dipikir-pikir, aku juga tidak
benar-benar kenal seluruh siswa sekolah ini. Aku tidak punya teman dan
kenalanku terbatas. Yep, itulah diriku.
“Kalau begitu, bisakah kau investigasi
mereka?” Yukinoshita mengatakan itu ke Yuigahama. Lalu dia menambahkan.
“Pembagian grup Kunjungan Tempat Kerja itu
diputuskan lusa, benar? Jadi kita punya 1 hari untuk menginvestigasi ini.”
“...Umm, oke.” Yuigahama terlihat memasang
ekspresi yang sedikit terlihat kurang nyaman.
Yuigahama, yang ingin terlihat akrab dengan
semua orang di kelas, menginvestigasi siswa di kelas bukanlah sebuah tindakan
yang bisa dengan mudah dia lakukan. Kau harus mencari-cari kesalahan dan
kekurangan orang itu. Ini adalah sebuah misi yang beresiko bagi seseorang yang
merupakan bagian dari komunitas.
Yukinoshita tampaknya menyadari hal itu juga
dan dia menurunkan pandangan matanya dengan perlahan.
“...Maaf, itu memang bukanlah hal yang
menyenangkan untuk dilakukan. Tidak usah kau pikirkan soal permintaanku tadi,”
kata Yukinoshita.
Meski begitu, kurasa siapapun akan menjawab
balik dengan berkata akan melakukannya. Kurasa itu sangat jelas.
“Aku akan melakukannya. Aku tidak peduli
dengan apa yang teman-teman sekelasku pikirkan terhadap diriku,” kataku, yang
membuat Yukinoshita menatap ke arahku.
Dia hanya tersenyum kecil. “Aku tidak sedang
menahan napasku.”
“Serahkan saja padaku. Menemukan kesalahan
orang adalah salah satu dari 108 skill spesial milikku.”
Salah satu skill lainnya adalah akrab dengan
kucing. Kurasa aku ini mirip Nobita-kun.
“Tu-Tunggu dulu! Aku akan melakukannya juga!
A-Aku tidak bisa membiarkan Hikki menangani ini sendirian!” Yuigahama memaksa
dengan ekspresi wajah yang memerah. Lalu dia mengepalkan tangannya. “Juga!
Mustahil aku bisa menolak permintaan dari Yukinon!”
“...Begitu ya,” jawab Yukinoshita sambil
memalingkan pandangannya.
Entah karena cahaya matahari yang terbenam
atau dia yang malu-malu, wajah Yukinoshita juga terlihat memerah.
Tapi sialnya, dia tidak seperti itu ketika
aku bilang aku akan melakukannya. Kenapa
gadis ini memperlakukanku berbeda ketika aku juga mengatakan hal yang sama?
Hayama melihat kedua gadis itu dengan senyum yang
ceria.
“Sebuah hubungan pertemanan yang bagus,” katanya.
“Huh? Yeah. Mereka berdua memang akrab
sekali.”
“Begitu juga dirimu, Hikitani.”
Apa sih
yang dia katakan...? Tidak ada pria bernama Hikitani di klub ini.
x Chapter III Part 2 | END x
Chapter ini juga yang menjadi pedoman bagi Yukino dan Hachiman mengenai kesan mereka kepada grup Hayama di vol 7 chapter 9 kelak. Selain Hayama yang menjadi musuh dalam selimut, antara Tobe/ Ooka/ Yamato ada yang mengkhianati pertemanan mereka dengan menyebarkan SMS fitnah.
...
Patut dicurigai mengapa Yui baru mengatakan "ya" setelah Hachiman memastikan akan ambil bagian dari investigasi, padahal Yui adalah orang pertama yang dimintai tolong.
Kemungkinan besar, itu adalah peluang bagus untuk mendekati Hachiman, atas alasan pekerjaan Klub.
Pelakunya ketemu apa kgk ya?
BalasHapuspart 3 nya gk ada?
BalasHapus